Anda di halaman 1dari 4

PRISHTINA (Berita SuaraMedia) - Di Kosovo, negara Muslim yang telah diizinkan untuk berdiri di jantung Eropa, ujar Milorad

Dodik, Perdana Menteri Republika Srpska, salah satu dari dua bagian dari Bosnia dan Herzegovina. Dari interview yang dilakukan sebuah kantor berita di Rusia, Dodik berbicara mengenai kehidupan Muslim di Bosnia dan Herzegovina. "selama beberapa tahun ini ada pembicaraan mengenai hidup bersama-sama, tetapi tentu saja harus atas dasar saling menghormati tanpa ada yang mengesankan kemauan mereka sendiri dan tanpa ada yang dilupakan. Dan tentu saja, hanya ketika kita berpikir isu hubungan etnik di bekas Yugoslavia telah terselesaikan, sebuah perang brutal pecah di mana-makan korban yang tidak bersalah. Ada saja orang-orang yang menderita lebih banyak dan orang-orang yang tidak menderita, dan ada penjahat perang lebih besar dan lebih kecil. Tapi ini adalah efek yang harus berurusan dengan lembaga hukum . " Tentu saja, menurutnya di sepanjang jalan menuju integrasi Eropa, menurut telah membuat beberapa adaptasi, tetapi hanya pada kondisi dimana hak setiap orang dihormati, dan bahwa tidak seorangpun yang dihina dan dikenakan dalam proses. Ketika ditanya apakah negara multi etnis di Balkan dapat berdiri, Dodik menanggapi, "Kami mendengar dari orang-orang dari barat ketika kemerdekaan Kosovo telah dinyatakan, konsep hidup bersama itu tidak mungkin ada. Diduga, yang merupakan dasar alasan pemisahan Kosovo dari Serbia. Tetapi sekarang kita mendengar mereka mengatakan bahwa kehidupan multi-etnik harus dibangun di Kosovo itu sendiri. Itu adalah posisi yang sangat aneh, karena jika kehidupan multi etnis itu tidak mungkin satu tahun lalu, bagaimana bisa menjadi mungkin di masa mendatang? " "Semuanya sama saja di sini. Tergantung bagaimana Anda menetapkan persyaratan dasar. Jika oleh adanya negara multi-etnis berarti ada perdamaian dan keamanan bagi semua, saya menerima itu. Itu adalah sesuatu yang harus saya sediakan untuk semua orang. Perdamaian dan keamanan merupakan pra-syarat untuk yang lainnya. Ketika kita berbicara tentang Uni Eropa, kami tidak dapat mengatakan bahwa siapapun yang bergabung itu kehilangan identitas atau atribut kedaulatan mereka . Jadi ini adalah cara kami melihat terhadap masalah ini. Tetapi bagaimana jika apa yang inginkan adalah untuk menghapuskan identitas nasional untuk mempromosikan dan menggunakan multi etnis sebagai alasan; itu adalah sesuatu yang tidak akan berfungsi sama sekali." Mengenai kejadian 9/11, dimana ada penyerang yang diketahui memiliki paspor Bosnia, Dodik menjawab "Jelas barat memiliki masalah dengan dunia Islam, dan mereka memerlukan sebuah oase di mana mereka dapat mengatakan bahwa mereka tidak bertentangan dengan Islam, tetapi hanya dengan organisasi-organisasi ekstremis. Tentu saja, hubungan itu lebih kompleks, dan ladang minyak dan sejenisnya di berbagai negara-negara Arab juga merupakan faktor besar yang terdapat di dalamnya. Ketika negara-negara barat mengakui kemerdekaan Kosovo, yang touted sebagai bukti bahwa Barat tidak bertentangan dengan Islam , walaupun, beberapa pejabat Barat telah menyatakan bahwa mereka tidak akan pernah membolehkan negara Islam yang murni berdiri di Eropa.

Tentu saja, ada paradoks di Kosovo karena mereka telah diizinkan untuk mendirikan sebuah negara Muslim. Tetapi di Bosnia mereka tidak mengizinkan Serbia dan Kroasia untuk berpisah, membiarkan umat Islam di Bosnia mengontrol negara mereka sendiri." Ketika ditanya apakah Bosnia dan Herzegovina dapat bergabung dengan Uni Eropa, Dodik mengatakan, "itu adalah sebuah opsi yang kami dukung dan kami sulit menghindarinya karena negara-negara lain di wilayah ini mengarah ke sana. Kami berpikir bahwa bergabung dengan Uni Eropa dapat memberikan kontribusi kepada stabilisasi daerah. Namun, kami tidak bersedia untuk mengorbankan otonomi Republik Srpska untuk kepentingan proses integrasi apapun, termasuk dari Uni Eropa. Tentu saja, ada banyak di dalam Uni Eropa yang tidak ingin mendengar ini, tetapi kenyataannya bahwa ini urusan internal dari berbagai negara yang tidak tepat sasaran bagi Eropa. Kami menyadari bahwa kondisi tertentu dipenuhi dalam perjalanan menuju ke Uni Eropa, dan kami tidak bertentangan dengan itu.Yang kami tolak adalah menggunakan integrasi Eropa sebagai kendaraan untuk restrukturisasi dan re-komposisi dari Bosnia dan Herzegovina. "(iw/rt) www.suaramedia.com

Pasuruan (SI ONLINE) -Tujuan program deradikalisasi yang dilakukan BNPT kepada umat Islam adalah untuk memurtadkan umat Islam, khususnya agar umat keluar dari aqidah Islam yang memiliki sisi sebagai aqidah Siyasiyah. Demikian ditegaskan oleh KH. Muhammad al Khaththath menjawab pertanyaan salah seorang hadirin dalam acara Temu Pembaca Suara Islam di Pasuruan, Jawa Timur baru-baru ini. Menurut Sekretaris Jenderal Forum Umat Islam itu, aqidah Islam memiliki dua sisi, pertama aqidah ruhiyah, yakni aqidah yang menjadi dasar pemikiran tentang kewajiban beriman kepada surga, neraka, pahala, dosa, serta mengatur tentang masalah-masalah ibadah, seperti doa, sholat, puasa, haji, dan lain-lain. Singkatnya, aqidah Islam sisi aqidah ruhiyah adalah aqidah Islam berkaitan dengan masalah-masalah akhirat. Sedangkan sisi kedua adalah aqidah Islam sebagai aqidah siyasiyah (aqidah politis), yakni aqidah Islam yang mengatur urusan keduniaan, seperti tentang jual-beli, hutang- piutang, sewa-menyewa, hukum-hukum tentang pertanahan, pertanian, perindustrian, perdagangan, politik pemerintahan, hukum pidana, dan politik luar negeri, serta tentang pertahanan, keamanan, politik peperangan dan perdamaian. "Menolak eksistensi aqidah dalam salah satu sisi aqidah di atas adalah menyebabkan pelakunya murtad dari agama Islam. Naudzubillahi min dzalik", kata pemimpin umum Suara Islam itu. Dijelaskannya, latar belakang program deradikalisasi adalah asumsi bahwa para pelaku tindakan terorisme adalah kaum radikal yang punya tujuan untuk menegakkan syariah dan daulah Islam atau khilafah Islamiyah. Oleh karena itu, BNPT membuat program deradikalisasi dalam rangka memotong terorisme dari akarnya, yaitu adanya pemikiran untuk menegakkan syariah Islam di NKRI. "Padahal NKRI yang berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa seharusnya justru menjadikan syariah Islam yang merupakan hukum yang diturunkan oleh Allah Yang Maha Esa dan Kuasa sebagai hukum positif yang berlaku untuk mengatur kehidupan warga negara yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, bukan hukum warisan kolonial Belanda", tambahnya. Menurut Direktur An Nashr Institute Munarman, program deradikalisasi yang diadopsi BNPT dengan dana APBN dan bantuan asing adalah implementasi dari program yang dibuat RAND Corporation, sebuah lembaga think thank Kemenhan AS. Padahal dimana-mana AS melakukan peperangan kepada umat Islam baik secara hard power seperti membombardir dan menduduki Irak dan Afghanistan dengan ratusan ribu pasukan dan mesin-mesin pembunuh maupun dengan soft power berupa bantuan dana dan pelatihan seperti kepada Indonesia dan Pakistan. Namun tujuan perang mereka cuma satu, yakni memurtadkan umat Islam agar keluar dari agama Islam yang kaffah sebagaimana disebut dalam Al Quran.

Ketika ditanya, mengapa tidak meyakini Islam dalam sisi aqidah siyasiyah bisa menyebabkan pelakukan murtad, Muhammad Al Khaththath mengingatkan kepada kejadian di masa Rasulullah saw dimana para sahabat Anshar, yakni kaum Aus dan kaum Khazraj, hampir berbunuhan satu sama lain akibat provokasi Yahudi yang menggunakan syair-syair perang Buats yang pernah terjadi pada kedua kaum itu di masa jahiliyah. Sebelum mereka mengayunkan pedang untuk saling bunuh lantaran perasaan, semangat, dan kebanggan kesukuan dan kebangsaan mereka yang membara dalam perang Buats di masa Jahiliyah itu. Rasulullah saw datang dan menegur keras mereka dengan kalimat: Apakah kalian mau mengikuti seruan jahiliyah itu? Padahal aku ada di tengah-tengah kalian, setelah Allah memuliakan kalian dengan Islam dan memutuskan perkara kalian yang terjadi di zaman jahiliyah. Kalian mau kembali kafir? Allah...Allah...(Tafsir Al Baghawy Juz 2/75). Artinya, orang muslim itu tidak boleh berperang sesama muslim lantaran semangat kesukuan dan kebangsaan. Sebab perang dan damai dalam Islam ada hukum syariatnya. "Jika tidak mempercayai hukum syariat Islam dalam perang dan damai, maka bisa terperosok dalam perang lantaran semangat kebangsaan dan kesukuan yang dilarang oleh Rasulullah saw. sebagaimana kisah di atas", tutupnya.

Anda mungkin juga menyukai