Anda di halaman 1dari 17

OTITIS MEDIA AKUT

Oleh:Naila Ismiana,S.Ked (2001), Erwin Fajar,S.Ked, Fitria Hidayati,S.Ked (2003) Medical Study Club (MiSC) Organ Indera fkuii.org Pendahuluan (5,6,8) Otitis media merupakan penyakit yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Seseorang dapat dengan mudah mengenali dan menjumpai otitis media dimana-mana, baik di desa maupun di kota-kota besar, dan tersebar luas diantara segala lapisan masyarakat Indonesia. Begitu umumnya penyakit otitis media di masyarakat, sehingga masyarakat awam mempunyai istilah tersendiri untuk otitis media tersebut, seperti misalnya congek, tungkik, teleran dan sebagainya. Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim dan antibodi. Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, Antrum mastoid dan Sel-sel mastoid. Otitis media akut terjadi karena faktor pertahanan tubuh dari tuba Eustachius terganggu. Tuba Eustachius adalah saluran yang menghubungkan antara nasofaring dan telinga tengah.. Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan. Masing-masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis, yaitu otitis media supuratif akut (otitis media akut = OMA) dan otitis media supuratif kronis (OMSK). Begitu pula otitis media serosa terbagi menjadi otitis media serosa akut (barotrauma = aerotitis) dan otitis media serosa kronis. Selain itu terdapat juga otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa atau otitis media sifilitika. otitis media yang lain ialah otitis media adhesiva.

OTITIS MEDIA AKUT, article MiSC Organ Indera fkuii.org

Salah satu penyebab otitis media akut adalah infeksi saluran pernapasan atas sehingga pengobatan pada penyakit infeksi saluran nafas atas hampir tidak pernah lepas dari penggunaan antibiotik. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat akan merugikan penderita paling tidak terhadap biaya yang akan dikeluarkan untuk pembelian obat. Karena hakekatnya antibiotik adalah pembunuh kuman, maka pemilihan antibiotik juga harus di sesuaikan dengan kuman penyebab. Untuk itu pengetahuan tentang mikrobiologi dan kepekaan kuman terhadap antibiotik sangat diperlukan, Di samping itu dosis, cara pemberian dan lama pemberian juga berpengaruh terhadap keberhasilan terapi Definisi (1,2,3,4) Proses peradangan pada telinga tengah yang dihubungkan dengan adanya suatu efusi dari telinga tengah. Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah. Etiologi (5,6,7) Berbagai macam bakteri dapat menyebabkan OMA, diantaranya:

Streptococcus hemolyticus, Staphilokokkus aureus, Pneumokokus, H. Influenzae, E. Coli, S. Anhemolyticus, P. Vulgaris, P. Aeruginosa. Faktor Presdiposisi (2,3,6,8) Rhinitis, sinusitis, nasofaringitis, tonsilitis, influensa, tumor nasofaring, operasi hidung/tampon, usia < 6 bulan, jenis kelamin, laki-laki, tempat Penitipan Anak, bayi tanpa ASI, kelainanan craniofacial, infeksi saluran nafas atas (ISPA), imunodefisiensi, kulit putih > kulit hitam.

OTITIS MEDIA AKUT, article MiSC Organ Indera fkuii.org

Klasifikasi Otitis Media (8) Skema pembagian otitis media: Otitis media supuratif akut (OMA) Otitis media Supuratif Otitis media supuratif kronis (OMSK) Otitis Media Otitis media Non Supuratif Otitis media serosa akut (barotrauma)

Otitis Media Serosa Kronis (bila sekret kental / mukoid glue ear) Stadiun OMA (5,8) Stadium Oklusi Tuba Tanda adanya oklusi tuba Eustachius adalah adanya gambaran retraksi membrana timpani akibat adanya tekanan negatif didalam telinga tengah, karena adanya absorpsi udara. Kadang-kadang membrana timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau warna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh alergi atau virus.

Stadium Hiperemis (presupurasi) Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edem. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat. OTITIS MEDIA AKUT, article MiSC Organ Indera fkuii.org 3

Stadium Supuratif Edem yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) kearah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak sangat kesakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasanyeri ditelinga bertambah hebat. Apabila tekanan nanah dikavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada venavena kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan, Di tempat ini akan terjadi ruptur. Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada stadium ini maka kemumgkinan besar membrana timpani akan ruptur dan nanah keluar ke liang telinga luar. Dengan melakukan miringitomi, luka insisi akan menutup kembali, sedangkan apabila terjadi ruptur, maka lubang tempat ruptur (perforasi) tidak mudah menutup kembali.

Stadium Perforasi Karena berbagai sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotik atau virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah akan keluar mengalir dari telinga tengah ke telinga luar. Anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan anak dapat tertidur nyenyak. Keadaan ini disebut dengan otitis media akut stadium perforasi.

Stadium resolusi Bila membrana timpani tetap utuh maka keadaan menbrana timpani perlahanlahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi maka sekret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. OMA berubah menjadi OSMK bila OTITIS MEDIA AKUT, article MiSC Organ Indera fkuii.org 4

perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus menerus atau hilang timbul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa (sequale) berupa otitis media serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa tejadinya perforasi. Gejala Klinis OMA (2,3,4,7) Gejala klinis OMA bergantung pada stadium penyakit serta umur pasien. Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri ditelinga, keluhan di samping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, disamping rasa nyeri terdapat pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang dengar. Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA ialah suhu tubuh tinggi sampai 39,5 C (pada stadiun supurasi) anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang dan kadang kadang anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun dan anak tertidur tenang. Patogenesis Otitis Media (8) Sembuh / normal Fungsi tuba tetap terganggu Gangguan tuba Tekanan negatif telinga tengah efusi OME Infeksi (-) Tuba tetap terganggu + ada infeksi OMA

Etiologi: Perubahan tekanan udara tibatiba. Alergi Infeksi Sumbatan : Sekret Sembuh Tampon Tumor

OME

OMSK / OMP 5

OTITIS MEDIA AKUT, article MiSC Organ Indera fkuii.org

Gambar 1. Infeksi pada Telinga Bagian Tengah

(A)

(B)

Keterangan: Gambar (A): Infeksi telinga tengah/otitis media merupakan salah satu penyakit infeksi yang paling sering menyerang anak-anak. Jika penyakit ini menyerang anak-anak telinga tengah terlihat hiperemis, oedem dan terjadi peradangan dikarenakan bakteri menyumbat di tuba eustachius. Gambar (B): OMA dikenali apabila di dalam cairan telinga tengah terdapat infeksi bakteri/virus yang menyebabakan produksi cairan/pus berlebihan. OMK dikenali bila tuba eustachius tersumbat berkali-kali akibat alergi, infeksi multipel, trauma, serta pembesaran adenoid. Gambar 2. Otitis Media Akut (A) dan Kronis (B)

(A)

(B)

OTITIS MEDIA AKUT, article MiSC Organ Indera fkuii.org

Di Indonesia penyakit infeksi saluran nafas atas adalah penyakit terbanyak yang dihadapi masyarakat didalam kehidupan sehari-hari.termasuk dalam golongan ini adalah penyakit infeksi di bidang telinga, hidung dan tenggorok (THT) seperti rinosinusitis,otitis media, faringitis, tonsillitis, laryngitis dan sebagainya. Pada anakanak penyakit ini dapat menimbulkan gejala yang mengkhawatirkan sehingga seringkali setiap saat mereka dapat dibawa ke dokter. Sedang pada dewasa keluhan yang di timbulkan lebih banyak memberikan gangguan pada pelaksanaan aktivitas sehari-hari sehingga mengurangi produktivitas. Penegakan Diagnosis OMA (4,5,7,8) Berdasarkan defenisi otitis media akut (OMA) di atas, maka untuk dapat menegakkan diagnosis otitis media akut klinis harus memastikan riwayat efusi dan inflamasi telinga tengah terjadi dengan onset tiba-tiba ( 48 jam). Diagnosis suspek OMA secara klinik dapat ditegakan apabila didapatkan tanda dan gejala infeksi saluran pernafasan atas yang mendahului OMA 3-5 hari sebelumnya serta disertai gejala nyeri telinga, iritabel (lekas merah), dan memegang telinga yang sakit. Penting untuk diketahui, memegang telinga bukan tanda yang dapat dipercaya, tidak lebih dari 10 % yang memegangi telinganya benar-benar mengalami OMA. Demam biasanya kurang dari 40 C, dan sepertiga anak dengan OMA dating ke dokter tanpa demam. Sekret purulen merupakan tanda diagnostik OMA. Selain itu tanda dan gejala klinis beberapa pemeriksaan tambahan dapat menunjang diagnosis OMA, yaitu otoskopi, timpanosintesis, timpanografi, dan retromerti. Otoskopi merupakan pemeriksaan yang sering dipakai untuk menegakan diagnosis OMA dengan melihat keadaan membran timpani. Efusi telinga tengah ditandai dengan bulging membrana timpani karena desakan cairan dibelakangnya, mobilitas membrana timpani menurun, atau adanya perubahan posisi pada membrana timpani seperti retraksi, batas kabur, perubahan warna (biru, merah atau kekuningan), atau perubahan traslusensi (opak atau tidak mengkilap). Inflamasi lokal telinga akut ditandai dengan nyeri telinga dan atau membran timpani merah. Membrana timpani OTITIS MEDIA AKUT, article MiSC Organ Indera fkuii.org 7

yang bulging menunjukan adanya efusi telinga tengah dan inflamasi lokal, yang merupakan tanda OMA. Penatalaksanaan (2,3,4,5,7,8,10) Penatalaksanaan OMA harus meliputi penanganan nyeri telinga, apabila ada nyeri telinga dokter memberikan sedian obat untuk mengurangi rasa nyeri. Terapi tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal lebih ditujukan untuk mengobati infeksi saluran nafas, dengan pemberian antibiotik, dekongestan lokal, atau sistemik dan antipiretik. Pemberian analgetik sistemik untuk penanganan nyeri telinga adekuat : 1. Bila 24 bulan, obati dengan antibiotik karena masih mempunyai resiko tinggi atau terkena komplikasi 2. Bila 24 bulan, sebagian besar kasus mengalami resolusi dengan analgetik sistemikdan tidak perlu antibiotik. Bila tanda dan gejala OMA menetap dengan analgetik sistemik sampai 48-72 jam, terapi antibiotik. OMA pada umumnya adalah penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya. Sekitar 80% OMA akan sembuh dengan sendirinya tanpa antibiotik. Penggunaan antibiotik tidak mengurangi komplikasi yang dapat terjadi terutama berkurangnya pendengaran. Observasi dapat dilakukan pada sebagian besar kasus. Jika gejala tidak membaik dalam 48-72 jam atau ada perburukan gejala, antibiotik diberikan. Amoxicillin mempunyai efektivitas yang sama dengan antibiotik yang lain, sebagai terapi pilihan utama, walaupun sedikitnya dari strain S.Pneumoniae menjadi resisten terhadap amoxicillin, sampai 1/3 strain H. Influenzae resisten in vitro tehadap amoxicillin dan semua strain dari M. Catarrhalis resisten terhadap amoxicillin. (Kao, 2003). Terapi tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal lebih ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian antibiotik, dekongestan lokal, atau sistemik dan antipiretik. OTITIS MEDIA AKUT, article MiSC Organ Indera fkuii.org 8

Stadium oklusi tuba Dekongestan : HCL Efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologik (anak < 12 tahun) atau HCL efedrin 1 % dalam larutan fisiologik untuk yang berumur diatas 12 tahun dan pada orang dewasa. Pengobatan ini bertujuan untuk membuka kembali tuba Eustachius, sehingga tekanan negative di telinga tengah hilang. Antibiotika apbila penyebab infeksi adalah kuman bukan oleh virus atau alergi. Stadium hiperemis Antibiotika Antibiotik awal yang dianjurkan adalah penisilin atau ampisilin. Terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar didapatkan konsentrasi yang adekuat didalam, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal selama 7 hari. Bila pasien alergi terhadap penisilin maka diberikan eritromisin. Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100 mg/BB perhari, dibagi dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40 mg/BB/hari dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40 mg/BB/hari. Dekongestan Analgetik

Stadium supurasi Antibiotika Miringotomi Apabila membran timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan rupture dapat dihindari. Miringitomi adalah tindakan insisi pada pars tensa membran tympani pada kuadran posterior-inferior agar tejadi drainase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Dapat menimbulkan komplikasi berupa perdarahan akibat OTITIS MEDIA AKUT, article MiSC Organ Indera fkuii.org 9

trauma liang telinga luar, dislokasi tulang pendengaran, trauma pada fenestra rotundum, trauma nervus facialis. Stadium perforasi Obat cuci telinga H2O2 3 % selama 3-5 hari Antibiotika

Stadium resolusi Antibiotika dilanjutkan sampai 3 minggu bila tampak sekret mengalir dari liang telinga luar melalui perforasi di membran tympani. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rosenfeld et. al. (1994) antibiotik yang efektif pada Otitis Media Akut adalah Aminopenicillin. Pada pasien dengan gejala berat atau OMA yang kemungkinan disebabkan Haemophilus influenzae dan Moraxella catarrhalis, antibiotik yang kemudian dipilih adalah amoxicillinclavulanate (Garbutt, Jeffe, 2003). Sumber lain menyatakan pemberian amoxicillinclavulanate dilakukan jika gejala tidak membaik dalam tujuh hari atau kembali muncul dalam 14 hari. Pada pasien alergi ringan terhadap amoxicillin, dapat diberikan cephalosporin seperti cefdinir, cefpodoxime, atau cefuroxime. Pada alergi berat terhadap amoxicillin, yang diberikan adalah azithromycin atau clarithromycin. Pilihan lainnya adalah erythromycin-sulfisoxazole atau sulfamethoxazole-trimethoprim. Namun kedua kombinasi ini bukan pilihan pada OMA yang tidak membaik dengan amoxicillin. Jika pemberian amoxicillin-clavulanate juga tidak memberikan hasil, pilihan yang diambil adalah ceftriaxone selama tiga hari (Garbutt, Jeffe, 2003). Menurut Spiro et.al. (2006) pada penelitian mereka bahwa pemberian antibiotik pada OMA dengan wait-and-see prescription (WASP) dimana antibiotik yang telah diresepkan oleh dokter, baru boleh diberikan bila kondisi pasien tidak membaik atau semakin memburuk dalam 48 jam. Pola peresepan antibiotik dengan

OTITIS MEDIA AKUT, article MiSC Organ Indera fkuii.org

10

WASP berhasil mengurangi pemberian antibiotik (Amoxicillin 80-90 mg/kg per hari) sebanyak 56% pada pasien anak yang berusia antara 6 bulan sampai 12 tahun yang terdiagnosis menderita OMA. Lama pemberian antibiotik amoxicillin yang efektif untuk mengobati OMA menurut Coco (2007) adalah 7 sampai 10 hari dengan pemberian rutin tanpa mempertimbangkan peningkatan gejala setelah 72 jam.

Tinjauan Pemakaian Antibiotik (3,4,8,10) Pengobatan pada penyakit infeksi saluran nafas atas yang merupakan salah satu penyebab otitis media akut hampir tidak pernah lepas dari penggunaan antibiotik. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat akan merugiakan penderita paling tidak terhadap biaya yang akan dikeluarkan untuk pembelian obat. Dilaporkan bahwa di kanada 74% penderita dengan infeksi saluran nafas mendapatkan antibiotik. Dari perhitungan biaya, 49% pengeluaran untuk antibiotik dinilai berlebihan (overprescribed). Karena hakekatnya antibiotik adalah pembunuh kuman,maka pemilihan antibiotik juga harus di sesuaikan dengan kuman penyebab. Untuk itu pengetahuan tentang mikrobiologi dan kepekaan kuman terhadap antibiotik sangat diperlukan, Di samping itu dosis, cara pemberian dan lama pemberian juga berpengaruh terhadap kebehasilan terapi. Masing-masing antibiotik dan masingmasing kuman mempunyai karateristik tersendiri sehingga diperlukan pemilihan obat yang tepat, penyesuaian dosis dan cara pemberian untuk masing-masing penyakit Dengan beragamnya antibiotik yang beredar dipasaran pada saat ini diperlukan pegangan untuk dapat memilih antibiotik yang tepat demi kepentingan penderita. Pemilihan yang keliru akan merugikan penderita baik jangka pendek yakni kegagalan terapi. Maupun jangka panjang yakni meningkatnya resistensi kuman terhadap antibotik.

Indikasi pemakain antibiotik

OTITIS MEDIA AKUT, article MiSC Organ Indera fkuii.org

11

Secara umum antibiotik dapat dipakai sebagai terapi maupun sebagai profilaksi terhadap infeksi. Di dalam kasus penyakit infeksi jelas indikasi utama adalah terapi. Oleh karena itu diagnosis penyakit infeksi harus jelas. Gejala klinik maupun hasil pemeriksaan penunjang harus menguatkan diagnosis infeksi. Perlu di pahami bahwa febris tidak selalu gejala suatu infeksi. Reaksi inflamasi maupun alergi dapat menimbulkan gejala febris. Penyakit infeksi saluran pernafasan akut pada umumnya disebabkan oleh infeksi virus yang dalam perjalanannya sebagian dapat berlanjut pada infeksi kuman. Indikasi pemakaian antibiotic adalah untuk penyakit infeksi kuman, sehingga pemberian antibiotic pada infeksi virus memang sering terjadi. Di amerika dalam salah satu journal dilaporkan bahwa 61-72% penderita dengan selesma mendapat resep antibiotik. Sehingga tidak berlebihan bila antibiotik dilaporkan merupakan obat terbanyak penyebab medication error. Penyakit infeksi juga perlu dibedakan menjadi infeksi akut dan infeksi kronik. Antibiotik lebih banyak manfaatnya apabila digunakan pada infeksi akut. Pengobatan penyakit infeksi yang tidak adekuat menjadi salah satu penyebab terjadinya infeksi kronik. Sebaliknya pengobatan yang tepat akan mencegah terjadinya infeksi kronik di samping juga mencegah timbulnya komplikasi. Pengobatan antibiotik pada penyakit infeksi kronik tidak akan berhasil apabila faktor penyebab yang melatarbelakangi penyakit kronik itu tidak dieleminasi.

Pemilihan antibiotik Sampai kini antibiotik lini pertama yang masih cukup efektif digunakan untuk otitis media dan rhinosinusitis akut adalah amoksisilin. Setelah dilaporkan banyak kuman negatif gram yang telah menghasilkan enzim beta-laktamase maka pilihan beralih pada kombinasi amoksisilin dan klavunat sehingga selanjutnya kombinasi ini sering digunakan sebagai terapi utama infeksi di bidang THT Tonsillitis akut dan faringitis akut yang disebabkan oleh kuman streptococcus beta-hemolitikus grup A (SHGA) atau dikenal juga sebagai S. pyogenes OTITIS MEDIA AKUT, article MiSC Organ Indera fkuii.org 12

memerlukan pengobatan antibiotik terutama untuk mencegah terjadinya komplikasi nonsupuratif seperti demam reumatik dan glomerulonefritis. Antibiotik pilihan utama masih pada penisilin, dan yang umum dipakai adalah fenoksimetil penisilin (penisilinV). Untuk penderita hipersensitif terhadap penisilin dapat dipakai eritromisin atau makrolaid lainnya. Akan tetapi dari beberapa laporan telah ditemukan banyak kuman SBHGA yang telah resisten terhadap penisilin, sehingga diperlukan antibiotik pengganti. Sebagai gantinya telah banyak dicoba sefalosporin oral mulai dari generasi pertama sampai generasi ketiga. Akhirnya untuk mendapatkan pilihan yang tepat, informasi mengenai mikrobiologi dari penyakit-penyakit infeksi saluran nafas, terutama tentang kepekaan kuman terhadap antibiotik perlu diikuti dari waktu ke waktu. Dengan pesatnya perkembangan antibiotik, perubahan pola rsistensi kuman terhadap antibiotik akan selalu berkembang juga.

Efek samping antibiotik Efek samping antibiotik pada umumnya adalah hipersensitivitas berupa timbulnya kemerahan pada kulit atau efek gastrointestinal. Golongan sulfa seperti kortimoksazol perlu diwaspadai akan kemungkinan terjadinya hipersensitivitas. Anamnesis yang cerrmat terhadap riwayat alergi obat perlu dilakukan sebagi pencegahan. Demikian pula dengan hipersensitivitas terhadap golongan penisilin. Kemungkinan reaksi yang sama dapat terjadi dengan antibiotik golongan betalaktam lainnya. Efek samping gastro intestinal sering dijumpai pada amoksisilin dan sefalosporin. Efek gastro intestinal yang terjadi biasanya adalah nausea, vomiting, feses lembek sampai diare. Namun efek ini apabila ringan seringkali tidak menjadi masalah bagi penderita dan tidak menjadi halangan bagi penderita untuk meneruskan pengobatan.

Antibiotik pilihan

OTITIS MEDIA AKUT, article MiSC Organ Indera fkuii.org

13

Kuman-kuman yang pada umumnya bertanggung jawab terhadap infeksi saluran pernafasn atas adalah S. pneumonia, S. pyogenis dan S. Aureus dari kelompok positif gram,dan H. influenza serta B. catarrhalis untuk kelompok gram negative. Dengan pedoman itu pemilihan antibiotik menjadi lebih terarah. Pada dasarnya tidak ada antibiotik yang betul-betul superior terhadap yang lain. Isu yang selalu menjadi pembicaraan akhir-akhir ini besarnya jumlah strain kuman pengahasil enzim betalktamase, serta kuman S. Pneumonia yang resisten terhadap golongan penisilin.

1. Golongan betalaktam Antibiotik ini dinamakan golongan betalktam karena dalam rumus kimianya mempunyai cincin inti betalaktam. Penambahan gugus pada posisi tertentu dapat meningkatkan aktifitas antibakteri atau memperbaiki absorbsi. Beberapa antibiotik golongan betalaktam akan diuraikan di bawah ini Amoksilin dan ampisilin Kedua obat ini mempunyai sepektrum yang sama. Efektif terhadap kuman gram positif maupun gram negatif. Amoksisilin lebih baik penyerapannya didalam saluran cerna sehingga dapat diberikan bersama makanan, sedangkan ampisilin harus diberikan dalam perut kosong sehingga jarang digunakan secara oral karena tidak praktis. Penggunaan ampisilin injeksi masih cukup banyak untuk penderita rawat inap karena faktor harga. Amoksisilin dan ampisilin tidak tahan terhadap enzim betalaktamase. Penggunaan oral amoksisilin adalah 3-4 kali sehari. Untuk mengatasi S. Pneumonia yang resisten amoksisilin diberikan dosis tinggi. Sefalosporin Sefalosporin generasi pertama lebih efektif terhadap kuman gram positif, termasuk kuman-kuman penyebab infeksi saluran nafas atas yang telah dikemukakan. Dalam bentuk sedian oral diantaranya adalah sefeleksin, sefradin, sefadroksil. Sebagian tahan terhadap enzim

OTITIS MEDIA AKUT, article MiSC Organ Indera fkuii.org

14

betalaktamase. Ada yang mempunyai waktu paruh yang lebih panjang sehingga dapat diberikan dua kali sehari. Sefalosporin generasi kedua mempunyai potensi lebih terhadap kuman gram negatif. Tahan terhadap enzim betalaktamase. Dalam sedian oral diantaranya sefuroksim aksetil, sefotiam Sefalosporin generasi ketiga pada umumnya sangat efektif untuk kuman gram negatif kecuali P. aeuginosa banyak tersedia dalam bentuk injeksi seperti seftriakson, sefotaksim banyak digunakan untuk penderita rawat inap. Beberapa antibiotik dalam bentuk suntikan dalam kelompok ini (sefsulodin, sefoperazon, seftazidim) bahkan efektif terhadap Pseudomonas aeruginosa. Sefalosporin generasi ketiga yang dapat diberikan per oral antara lain adalah: sefpodoksim, sefetamet, sefdinir, sefiksim dan sefditoren. Kelompok ini rata-rata sangat tahan terhadap enzim betalaktamase, mempunyai spectrum yang lebih lebar serta efektif terhadap sebagian besar kuman baik gram positif maupun gram negatif. Rata-rata antibiotik golongan ini mempunyai waktu paruh yang panjang sehingga dapat diberikan 1-2 kali dalam sehari. Dari berbagai data penelitian cefditoren dilaporkan efektif dan aman dipakai pada penyakit infeksi kuman gram positif maupun gram negatif.

2. Golongan makrolaid Antibiotik lama dalam golongan ini adalah eritromisin. Antibiotik golongan ini menjadi pilihan lain bagi penderita yang hipersensitif terhadap golongan betalaktam. Eritromisin cukup efektif untuk pengobatan tonsillitis karena SBHGA namun kurang efektif untuk infeksi dengan H. influenza, sedangkan makrolid generasi baru seperti klaritromisin, roksitromisin, azitromisin lebih lebar spektrumnya, dan juga efektif terhadap kuman penghasil enzim betalaktamse. Di

OTITIS MEDIA AKUT, article MiSC Organ Indera fkuii.org

15

samping itu obat ini mempunyai waktu paruh yang panjang sehingga penggunaannya lebih praktis. Azithromisin bahkan dapat diberikan sekali sehari.

3. Golongan kuinolon Termasuk dalam golongan ini di antaranya adalah : siprofloksasin, ofloksasin dan levofloksasin. Antibiotik golongan ini mempunyai spectrum yang cukup lebar. Namun sayangnya belum direkomendasikan untuk digunakan pada anak-anak. Waktu paruh cukup panjang, sehingga rata-rata digunakan 2 kali sehari. Kuinolon baru seperti levofloksasin dilaporkan mempunyai spectrum yang lebih lebar dan waktu paruh yang panjang sehingga dapat diberikan dalam dosis tunggal sekali sehari. Terhadap kuman S. penumoniae aktifitas antibakteri Levofloksasin dan Gatifloksasin meskipun cukup baik akan tetapi masih dibawah seftriakson. Akhir-akhir ini kuinolon menjadi alternative pilihan dalam pengobatan rinosinusitis akut bakterial dewasa. Komplikasi (3,4,6) Sebelum ada antibiotik, OMA dapat menimbulkan komplikasi yaitu abses subperiosteal sampai komplikasi berat seperti meningitis dan abses otak. Sekarang setelah ada antibiotik semua jenis komplikasi itu biasanya didapatkan sebagai komplikasi dari OMSK.

OTITIS MEDIA AKUT, article MiSC Organ Indera fkuii.org

16

DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim, 2004, Guideline and Protocols Advisory Committee Acute Otitis Media.
http//www.healthservices.gov.bc.ca/msp/protoguides

2. Adams, Boies, Higler, 1997, BOIES Fundamentals of Otolaryngology, W.B. Saunders


Company, Philedalphia, pp 89-118.

3. Coco. A.S., Cost-Effectiveness Analysis of Treatment Options for Acute Otitis Media. AnnFamMed. 2007;5:29-38. DOI: 10.1370/afm.626 4. Garbutt, J., Jeffe, DB., 2003, Diagnosis and Treatment of Acute Otitis Media: An Assessment. Pediatrics 112 (1): 143-149 5. Mansjoer A. , 2002, Kapita Selekta Kedokteran, edisi ke 4, FK UI, Media Aesculapius, Jakarta. 6. Kao, A., Antibiotic Treatment of Otitis Media. Ethics Journal of the American Medical Association 2003;5:8. 7. Ludman H., 1996, Petunjuk Penting pada Penyakit THT, Hipokrates, Jakarta. 8. Rosenfeld. R.M., Vertrees. J.E., Carr. J., et.al. Clinical Efficacy of Antimicrobial Drugs for Acute Otitis Media: metaanalysis of 5400 children from thirty-three randomized trials. Journal of Pediatrics 1994;124:355-65. 9. Soepardi E. A dan Iskandar H. I., 2003, Buku Ajar Imu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok dan Kepala Leher, Edisi ke 5, FK UI, Gaya baru, Jakarta. 10. Spiro. D.M., Tay. K.Y., Arnold. D.H., Dziura. J.D., Baker. M.D., Shapiro. E.D., Wait-and-See Prescription for The Treatment of Acute Otitis Media: A Randomized Controlled Trial. JAMA 2006;296:1235-1241.

OTITIS MEDIA AKUT, article MiSC Organ Indera fkuii.org

17

Anda mungkin juga menyukai