Anda di halaman 1dari 7

Orang Pintar”

Ahad, 23-Desember-2007, Penulis: Buletin Jum’at Al-Atsariyyah

Manusia zaman modern memang aneh, teknologi semakin maju,


namun kepercayaan terkadang terbelakang. Mereka masih
mempercayai para dukun untuk menentukan nasibnya. Tak terbatas
pada orang awam dan primitif saja, namun juga artis pengusaha,
pejabat, bahkan orang akademik yang setiap hari melahap ilmu
pengetahuan pun ikut-ikutan. Padahal si dukun sendiri kehidupannya
biasa-biasa saja. Anehnya si dukun sering disebut "Orang Pintar". Dia
memang orang pintar, tapi pintar membohongi orang. Inilah yang
diistilahkan dengan "Pintar-pintar Bodoh"

Dalam keseharian, banyak para gadis yang ingin mendapatkan jodoh


datang meminta petuah dukun yang kebetulan "buka praktek". Banyak
pula yang justru ditipu oleh dukun, ada yang direnggut kegadisannya;
harta bendanya diperas, bahkan ada yang dibunuh dengan dalih
menyempurnakan ilmu sang dukun. Orang sakit parah, orang yang
ingin cepat naik pangkat, cepat kaya, ingin mencelakakan orang atau
ingin selamat dari gangguan orang lain, eh juga datang ke orang
pintar ini. Seolah-olah orang yang disebut "orang pintar" alias dukun
itu adalah orang yang serba bisa dan serba mampu mengatasi segala
persoalan.

Seorang muslim dilarang keras untuk mendatangi para normal alias


dukun sebagaimana yang ditegaskan oleh Rasulullah -Shollallahu
‘alaihi wasallam-,

"Barang siapa yang mendatangi peramal, kemudian menanyakan


kepadanya tentang sesuatu, maka tidak akan diterima shalatnya
selama empat puluh hari" . [HR. Muslim (2230)

Al-Imam Abu Zakariya An-Nawawiy-rahimahullah- berkata,


"Adapun arrof (peramal), sungguh telah lewat penjelasannya, dan
bahwa ia adalah termasuk golongan para dukun". [Lihat Al-
MinhajSyarh Shohih Muslim (14/227)]

Bahkan Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

"Barang siapa yang mendatangi dukun atau arraf (peramal) lalu


membenarkan apa yang ia katakan, maka ia telah kafir terhadap apa
yang diturunkan kepada Muhammad". [HR. Ahmad dalam Musnad-nya
(2/429/no.9532), Al-Hakim dalam Al-Mustadrok (1/8/no.15), Al
Baihaqi (7/198/no.16274), dan di-shahih-kan oleh Syaikh Al Albaniy
dalam Shohih At-Targhib (3047)

Maksudnya, ia telah mengingkari ayat yang diturunkan kepada


Muhammad -Shollallahu ‘alaihi wasallam- berikut ini,

"Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang


mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak
mengetahui bila mereka akan dibangkitkan". (QS. An-Naml: 65) [Lihar
Al-Qaul Al- Mufid (hal.33), cet. Darul Aqidah].

Hadits ini menunjukkan kafirnya orang yang membenarkan para dukun


dan peramal, jika ia meyakini bahwa dukun atau peramal mengetahui
perkara ghaib. Adapun hadits yang sebelumnya, menunjukkan tidak
kafirnya orang yang membenarkan dukun atau peramal, jika ia tidak
meyakini demikian, tapi ia meyakini bahwa itu adalah berita dari jin
yang dicuri dengar dari malaikat. Perlu diketahui bahwa sekalipun ia
tak kafir, namun membenarkan dukun adalah dosa besar yang
menyebabkan pahala sholat tertolak !!

Abdur Ra’uf Al-Munawiy-rahimahullah- berkata, "Hadits ini dengan


hadits yang sebelumnya tak ada kontradiksi, karena maksudnya,
orang yang membenarkan dukun jika ia meyakini bahwa si dukun
mengetahui perkara ghaib, maka ia kafir; jika ia meyakini bahwa jin
membisikkan kepada si dukun sesuatu yang ia curi dengar dari
malaikat, dan bahwa hal itu melalui wangsit (dari jin), lalu ia (orang
yang datang ke dukun) membenarkan dukun dari cara seperti ini,
maka ia tak kafir". [Lihat Faidhul Qodir (6/23/no.10883)]

Sebagian besar masyarakat kita yang tidak berpegang teguh kepada


aqidah islam yang benar, selalu menjadikan "orang pintar" alias para
normal dan dukun sebagai tempat bertanya, mengadu, tempat
mencurahkan segala keluh kesah, dan tempat bersandar. Fenomena ini
nampak jelas, saat pemilu, pertandingan sepak bola, pembangunan
rumah dan gedung bertingkat, saat turunnya bala’, pernikahan,
kehamilan, baca-baca (kenduren) dan sebagainya. Bahkan ketika Orde
Baru digulirkan dan reformasi ditegakkan, para dukun atau para
normal naik daun. Muncullah sejumlah ramalan tentang masa depan
bangsa dan negara dikemukakan. Media masa dan televisi pun
menjadikan mereka sebagai pengamat politik dan ekonomi. Mereka
lebih mempercayai ucapannya para dukun dari pada ucapan Allah dan
Rasul-Nya. Padahal tidak ada satu pun ucapan yang dilontarkan oleh
sang dukun, kecuali ia campurkan dengan seratus kebohongan. Masih
segar dalam benak kita peristiwa meluapnya lumpur panas dan ganas
Lapindo sehingga memaksa masyarakat berkerut dahi sampai mereka
melibatkan dukun dan para normal yang tidak mendatangkan hasil. Ini
adalah musibah dan kejahilan !! La haula walaa quwwata illa billah.

Para dukun dan para normal tidaklah mengabarkan perkara ghaib,


kecuali ia akan berdusta. Jika ia benar –tapi ini jarang-, maka mungkin
itu hanya kebetulan atau mendapatkan wangsit dari jin yang dicuri dari
para malaikat.

A’isyah -radhiyallahu ‘anhu- berkata,

"Orang-orang bertanya kepada Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi


wasallam- tentang dukun (para normal). Beliau bersabda,"Mereka
tidak ada apa-apanya". Para sahabat bertanya,"Wahai Rasulullah,
mereka terkadang mengucapkan sesuatu yang kemudian betul-betul
terjadi?. Beliau -Shollallahu ‘alaihi wasallam- menjawab," Itu adalah
kata-kata yang benar, dicuri oleh jin (dari langit), lalu dibisikkan
kepada wali-walinya (para dukun), lalu para dukun itu
memcampurkannya dengan seratus kebohongan". [HR. Al Bukhariy
dalam Shohih-nya (5762), Muslim (2228)].

Al-Imam Abu Sulaiman Al-Khoththobiy -rahimahullah- berkata,


"Para dukun itu sebagaimana yang diketahui berdasarkan fakta
eksperimen adalah kaum yang memiliki perasaan yang peka, hati
yang buruk, dan tabiat yang panas. Mereka selalu meminta bantuan
kepada jin dalam segala urusannya, dan bertanya kepada jin tentang
kejadian-kejadian. Lalu jin pun membisikkan wangsit-wangsit kepada si
dukun".[Lihat Fath Al-Bari (10/219), cet. Darul Ma’rifah]

Trik-trik kalimat yang sering mereka gunakan seperti : "inikan hanya


ikhtiar, yang menentukan kan Tuhan". Trik-trik itu sangat "jitu" dan
sangat "efektif" untuk menipu orang-orang awam muslim yang jahil
(bodoh). Cukuplah bukti-bukti yang terjadi di sekitar kita menjadi
pelajaran yang berharga. Berapa banyak wanita-wanita yang
dicabuli, berapa banyak orang yang dikuras hartanya, berapa banyak
orang yang sakit, justru bertambah parah setelah mendatangi dukun
tersebut?

Dengan fakta seperti ini, masihkah kita mau mendatangi dan


mempercayai para dukun? Padahal kebutuhan dirinya sendiri saja tidak
dapat dia penuhi, apalagi kebutuhan orang lain. Andaikata mereka
(para dukun itu) mengetahui hal-hal yang ghaib, niscaya
mereka akan mengambil harta yang tersimpan di dalam perut
bumi ini, sehingga mereka tidak lagi menjadi orang fakir yang
kerjanya meminta-minta dan mengelabui orang lain, karena
hanya sekedar mencari sesuap nasi dengan cara yang batil .

Namun kini paradukun sudah ganti wajah. Mereka tidak mau lagi
disebut "dukun". Padahal mereka tetap melakukan perdukunan,
namun bersembunyi di balik sorban atau jubah mereka. Maka
bertebaranlah dukun-dukun yang berkedok sebagai "kiyai" atau
"ustadz", dan "orang pintar" sehingga muncullah istilah "dukun
islami". Sungguh mereka adalah racun di dalam Islam. Mereka
mengelabui kaum muslimin dengan lahiriah mereka, sehingga
masyarakat menyangka hal itu termasuk bagian dari syariat islam.
Padahal Islam sangat jauh dari hal tersebut.
Bagaimana mungkin kita mempercayai orang-orang seperti ini; dia
mengaku mengetahui perkara gaib dan mampu menolak bala, padahal
orang yang paling mulia di muka bumi ini, sekaligus Rasul yang paling
mulia tidak mengetahui perkara tersebut. Apakah mereka (para dukun)
lebih baik dari pada Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam-? Allah
-Ta’ala- memerintahkan Rasul-Nya untuk menyatakan kepada
ummatnya,

"Katakanlah, "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku


dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki
Allah. dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku
membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa
kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan
pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman". (QS.Al
A’raf: 188)

Ahli Tafsir Negeri Syam, Al-Imam Ibnu Katsir Ad-Dimasyqiy


-rahimahullah- berkata, "Allah -Ta’ala- memerintahkan Nabi
-Shallallahu ‘alaihi wa sallam- untuk mengembalikan segala urusan
kepada-Nya, dan mengabarkan tentang dirinya bahwa ia (Nabi
-Shallallahu ‘alaihi wa sallam-) tidaklah mengetahui perkara gaib di
masa akan datang. Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- tidaklah
mengetahui sedikitpun diantara hal gaib itu, selain perkara yang Allah
singkapkan baginya".[Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim (2/363)]

. Allah -Ta’ala- telah menyatakan bahwa tidak semua para rasul Allah
perlihatkan kepadanya perkara gaib, tapi Allah memilih sebagian
rasul-rasul yang diridhoi-Nya saja. Allah -Tabaraka wa Ta’ala-
berfirman,

"(Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, Maka dia tidak
memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu, kecuali
kepada Rasul yang diridhai-Nya, Maka Sesungguhnya dia mengadakan
penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya". (QS. Al Jin:
26-27)
Jadi para dukun yang mengaku mengetahui perkara gaib telah
bersikap lancang terhadap Allah Yang Maha Mengetahui Perkara Gaib.
Hanyalah Allah yang mengetahui perkara gaib. Tak ada makhluk yang
mengetahui perkara gaib, baik ia malaikat ataupun nabi, apalagi selain
keduanya. Kalaupun ada nabi atau malaikat yang tahu perkara gaib,
maka itu hanyalah setitik diantara perkara gaib yang Allah wahyukan
kepada mereka. Jadi, pada asalnya mereka tak tahu perkara gaib!!
Nah, tentunya para normal dan dukun lebih tidak mungkin lagi
mengetahui perkara gaib. Fa’tabiruu ya ulil albab…

Kami menasihatkan kepada kaum muslimin agar jangan mau tertipu


oleh para dukun. Tuntutlah ilmu syar’i dan kokohkanlah aqidah kalian,
karena sebab utama tersesatnya seseorang dan tertipunya dengan
para dukun, karena tauhid kita kepada Allah -Ta’ala- masih belum
benar, belum mantap atau belum ada sama sekali !!

Ingatlah! Allah -Azza wa Jalla- telah memperingatkan kita dalam ayat-


ayat di atas dan hadits-hadits nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- agar
kita jangan mendatangi dukun.

Namun jika kita tetap melanggarnya maka bacalah firman Allah


-Ta’ala-,

"Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa


yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan
celaka.. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka
Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan
menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta"..
Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, Mengapa Engkau menghimpunkan Aku
dalam keadaan buta, padahal Aku dahulunya adalah seorang yang
melihat?" Allah berfirman: "Demikianlah, Telah datang kepadamu ayat-
ayat kami, Maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari Ini
kamupun dilupakan". (QS. Thohaa: 123-126).
Demikianlah tulisan ini kami tulis sebagai bentuk kepedulian kami
terhadap ummat Islam di Indonesia Raya, karena melihat maraknya
perdukunan, ramalan, dan paranormal dekade terakhir ini. Mudah-
mudahan risalah ini bisa menyadarkan ummat.

Sumber : Buletin Jum’at Al-Atsariyyah edisi 39 Tahun I. Penerbit :


Pustaka Ibnu Abbas. Alamat : Pesantren Tanwirus Sunnah, Jl. Bonto
Te’ne No. 58, Kel. Borong Loe, Kec. Bonto Marannu, Gowa-Sulsel. HP :
08124173512 (a/n Ust. Abu Fa’izah). Pimpinan Redaksi/Penanggung
Jawab : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Dewan Redaksi :
Santri Ma’had Tanwirus Sunnah – Gowa. Editor/Pengasuh : Ust. Abu
Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Layout : Abu Muhammad Mulyadi.
Untuk berlangganan/pemesanan hubungi : Ilham Al-Atsary
(085255974201). (infaq Rp. 200,-/exp)

http://almakassari.com/?p=187

Anda mungkin juga menyukai