Anda di halaman 1dari 8

Kemiskinan yang Kalian Takutkan?

Rabu, 05-April-2006, Penulis: Buletin Da'wah Al Wala Wal Bara',


Bandung

Kebanyakan manusia takut terjatuh ke dalam kemiskinan. Mereka


berusaha dengan berbagai cara untuk menghindarinya. Mereka begitu
sedih dan berduka cita ketika mengalami kekurangan harta. Bahkan
sampai-sampai di antara mereka ada yang menukar agamanya hanya
untuk mendapatkan sebagian harta benda duniawi. Seperti datang ke
dukun, paranormal dan yang sejenisnya untuk meminta jimat, jampi-
jampi dan sejenisnya kepada mereka. Atau memelihara/meminta
bantuan makhluk halus (baca:jin) dalam rangka mendapat kekayaan.
Dengan ini mereka telah menjual aqidah dan agamanya dengan
kesenangan duniawi yang rendah dan sesaat. Nas`alullaahas salaamah
wal 'aafiyah.
Benarkah kemiskinan yang perlu kita takutkan? Benarkah kemiskinan
yang dikhawatirkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam atas
ummatnya?

‫ن يَأْتِي‬ ِ ْ ‫حَري‬ ْ َ ‫جَّراِح إِلَى الْب‬ َ ْ ‫ن ال‬


َ َ ‫ل الله بع‬
َ ْ ‫ث أبَا عُبَيْدَة َ ب‬ ََ ِ َ ْ‫سو‬ ُ ‫ن َر‬ َّ َ ‫ أ‬،‫ي‬ ّ ِ ِ‫صار‬
َ ٍ ‫ع َن ع َمرو ب ْن ع َو‬
َ ْ ‫ف الن‬ ْ ِ ْ ْ
َ َ
ِ‫جر‬ ْ َ‫صلَة َ الْف‬ َ ‫ فَوَافَوْا‬،َ‫صاُر بِقُدُوْم ِ أبِي عُبَيْدَة‬ َ ْ ‫ت الن‬ ِ َ‫مع‬ َ َ‫ ف‬،‫ن‬
ِ ‫س‬ ِ ْ ‫حَري‬ ْ َ ‫ن الْب‬ َ ‫م‬ ِ ‫ل‬ ٍ ‫ما‬
َ ِ‫م ب‬ َ ِ ‫ فَقَد‬،‫جْزيَتِهَا‬ ِ ِ‫ب‬
َ
‫ن‬َ ْ ‫حي‬ِ ِ‫ل الله‬ ُ ْ‫سو‬ ُ ‫م َر‬َ ‫س‬ َّ َ ‫ فَتَب‬،‫ه‬ ُ َ ‫ضوْا ل‬ ُ ‫ فَتَعََّر‬،‫ف‬ َ ‫صَر‬ َ ْ ‫ اِن‬،ِ‫ل الله‬ ُ ْ‫سو‬ ُ ‫صل ّى َر‬ َ ‫ما‬ َّ َ ‫ فَل‬،ِ‫ل الله‬ ِ ْ‫سو‬ ُ ‫معَ َر‬ َ
َ َ َ َ ‫ ))أَظُنُك ُم سمعتم أ‬:‫ل‬
‫جل يَا‬ َ ‫ أ‬:‫ن(( فَقَالُوْا‬ ِ ْ ‫حَري‬ ْ َ ‫ن الْب‬َ ‫م‬ ِ ٍ‫يء‬ ْ ‫ش‬ َ ِ‫م ب‬َ ِ ‫ن أبَا عُبَيْدَة َ قَد‬ ّ ْ ُْ ِ َ ْ ّ َ ‫م قَا‬ َّ ُ ‫ ث‬،‫م‬ ْ ُ‫َرآه‬
‫م وَلَكِنِّي‬ ْ ُ ‫شى ع َلَيْك‬ َ ‫خ‬ ْ َ ‫ما ال ْ َفقَْر أ‬ َ ِ‫ فَوَالله‬،‫م‬ ْ ُ ‫سُّرك‬ َ ‫ملُوْا‬
ُ َ ‫ما ي‬
َ
ِّ ‫شُروْا وَأ‬
َ
ِ ْ ‫ ))أب‬:‫ل‬ َ ‫ فَقَا‬،ِ‫ل الله‬ َ ْ‫سو‬ ُ ‫َر‬
َ ْ َ‫أ‬
،‫سوْهَا‬ ُ َ‫ما تَنَاف‬ َ َ ‫سوْهَا ك‬ ُ َ‫ فَتَنَاف‬،‫م‬ ْ ُ ‫ن قَبْلَك‬ َ ‫ن كَا‬ ْ ‫م‬ َ ‫ت عَلَى‬ ْ َ ‫سط‬ ِ ُ ‫ما ب‬ َ َ‫م ك‬ ْ ُ ‫ط الدُّنْيَا ع َلَيْك‬ َ ‫س‬ َ ْ ‫ن تُب‬ ْ ‫شى أ‬ َ ‫خ‬
َ َ ‫))فَتهلِكَك ُم ك‬
‫م‬ْ ُ‫ما أهْلَكَتْه‬ َ ْ ُْ
Dari 'Amr bin 'Auf Al-Anshariy radhiyallahu 'anhu, bahwasanya
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus Abu 'Ubaidah Ibnul
Jarrah radhiyallahu 'anhu ke negeri Bahrain untuk mengambil upeti
dari penduduknya (karena kebanyakan mereka adalah Majusi �pent).
Lalu dia kembali dari Bahrain dengan membawa harta. Maka orang-
orang Anshar mendengar kedatangan Abu 'Ubaidah. Lalu mereka
bersegera menuju masjid untuk melaksanakan shalat shubuh bersama
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketika Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam selesai shalat beliau pun berpaling (menghadap ke
arah mereka). Lalu mereka menampakkan keinginannya terhadap apa
yang dibawa Abu 'Ubaidah dalam keadaan mereka butuh kepadanya.
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun tersenyum ketika
melihat mereka.
Kemudian beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Aku menduga
kalian telah mendengar bahwa Abu 'Ubaidah telah datang dengan
membawa sesuatu (harta) dari Bahrain." Maka mereka menjawab,
"Tentu Ya Rasulullah." Lalu beliau shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, "Bergembiralah dan harapkanlah apa-apa yang akan
menyenangkan kalian. Maka demi Allah! Bukan kemiskinan yang aku
khawatirkan atas kalian. Akan tetapi aku khawatir akan dibentangkan
dunia atas kalian sebagaimana telah dibentangkan atas orang-orang
sebelum kalian. Lalu kalian pun berlomba-lomba padanya
sebagaimana mereka berlomba-lomba padanya. Kemudian dunia itu
akan menghancurkan kalian sebagaimana telah menghancurkan
mereka." (HR. Al-Bukhariy no.3158 dan Muslim no.2961)

Jangan Takut dengan Kemiskinan!


Ketika Abu 'Ubaidah kembali dengan membawa harta dari negeri
Bahrain, terdengarlah hal ini oleh orang-orang Anshar. Lalu mereka
pun bersegera mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam untuk
melaksanakan shalat shubuh. Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam selesai shalat, mereka menampakkan keinginannya terhadap
apa yang dibawa Abu 'Ubaidah dalam keadaan mereka butuh
kepadanya. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun
tersenyum yakni tertawa tanpa mengeluarkan suara. Beliau shallallahu
'alaihi wa sallam tersenyum karena mereka datang dalam keadaan
mengharapkan harta.
Lalu beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Aku menduga
kalian telah mendengar bahwa Abu 'Ubaidah telah datang dengan
membawa sesuatu (harta) dari Bahrain." Maka mereka menjawab,
"Tentu Ya Rasulullah." Yakni kami telah mendengarnya dan kami
sengaja datang untuk mendapatkan bagian kami.
Kemudian beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Bergembiralah dan harapkanlah apa-apa yang akan menyenangkan
kalian. Maka demi Allah! Bukan kemiskinan yang aku khawatirkan atas
kalian."
Berarti kemiskinan bukanlah yang dikhawatirkan oleh Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam atas kita.
Bahkan kadang-kadang kemiskinan bisa menjadi kebaikan bagi
seseorang ketika dia bersabar dan tetap taat kepada Allah ? dalam
kemiskinannya tersebut.
Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, "Bukan kemiskinan yang aku
khawatirkan atas kalian." Yakni aku tidak mengkhawatirkan kemiskinan
atas kalian.
Karena sesungguhnya orang yang miskin secara umum lebih dekat
kepada kebenaran daripada orang yang kaya.
Perhatikanlah oleh kalian keadaan para rasul! Siapakah yang
mendustakan mereka? Yang mendustakan mereka adalah para
pembesar kaumnya, orang-orang yang paling jeleknya dan orang-
orang kaya. Dan sebaliknya, kebanyakan yang mengikuti mereka
adalah orang-orang miskin. Sampai pun Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam, kebanyakan yang mengikuti beliau adalah orang-orang miskin.
Maka kemiskinan bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Jangan
sampai kita takut miskin atau tidak bisa makan. Jangan sampai selalu
terbetik dalam hati kita, "Besok kita makan apa?" Jangan khawatir!
Yang penting kita berusaha mencari rizki dengan cara yang halal,
berdo'a dan bertawakkal kepada Allah. Karena sesungguhnya Allah
telah menjamin rizki seluruh makhluk-Nya.
‫ض إِل َّ ع َلَى اللهِ رِْزقُهَا‬ َ َ ْ ‫م‬
ِ ‫ن دَاب ّةٍ فِي الْر‬ ِ ‫ما‬
َ َ‫و‬
"Dan tidak ada suatu yang melata pun (yakni manusia dan hewan) di
muka bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya." (Huud:6)
Bahkan sesuatu yang harus kita khawatirkan adalah ketika
dibentangkan dunia kepada kita. Yakni ketika kita diuji dengan
banyaknya harta benda. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam, "Akan tetapi aku khawatir akan dibentangkan dunia atas
kalian sebagaimana telah dibentangkan atas orang-orang sebelum
kalian. Lalu kalian pun berlomba-lomba padanya sebagaimana mereka
berlomba-lomba padanya. Kemudian dunia itu akan menghancurkan
kalian sebagaimana telah menghancurkan mereka."
Menghancurkan kalian artinya menghilangkan agama kalian yakni
dikarenakan dunia, kalian menjadi lalai dan meninggalkan ketaatan
kepada Allah.

Bahayanya Dunia bagi Seorang Muslim


Dunia sangat berbahaya bagi seorang muslim. Inilah kenyataannya.
Lihatlah keadaan orang-orang di sekitar kita. Ketika mereka lebih dekat
kepada kemiskinan (yakni dalam keadaan miskin), mereka lebih
bertakwa kepada Allah dan lebih khusyu'. Rajin shalat berjama'ah di
masjid, menghadiri majelis 'ilmu dan lain-lain. Namun, ketika banyak
hartanya, mereka semakin lalai dan semakin berpaling dari jalan Allah.
Dan muncullah sikap melampaui batas dari mereka.
Akhirnya, sekarang manusia menjadi orang-orang yang selalu
merindukan keindahan dunia dan perhiasannya: mobil, rumah, tempat
tidur, pakaian dan lain-lainnya. Dengan ini semuanya, mereka saling
membanggakan diri antara satu dengan lainnya. Dan mereka berpaling
dari amalan-amalan yang akan memberikan manfaat kepadanya di
akhirat.
Jadilah majalah-majalah, koran-koran dan media lainnya tidaklah
membicarakan kecuali tentang kemegahan dunia dan apa-apa yang
berkaitan dengannya. Dan mereka berpaling dari akhirat, sehingga
rusaklah manusia kecuali orang-orang yang Allah kehendaki.
Maka kesimpulannya, bahwasanya dunia ketika dibukakan �kita
memohon kepada Allah agar menyelamatkan kami dan kalian dari
kejelekannya- maka dunia itu akan membawa kejelekan dan akan
menjadikan manusia melampaui batas.

َ َّ ِ ‫كَل َّ إ‬
‫ستَغْنَى‬ ْ ‫ أ‬.‫ن لَيَطْغَى‬
ْ ‫ن َرآه ُ ا‬ َ ‫سا‬
َ ْ ‫ن الِن‬
"Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,
karena dia melihat dirinya serba cukup." (Al-'Alaq:6-7)
Dan sungguh Fir'aun telah berkata kepada kaumnya,

َ َ
‫ن‬ ِ ْ ‫حتِي أفَل َ تُب‬
َ ‫صُرو‬ ْ َ‫ن ت‬
ْ ‫م‬ ْ َ ‫صَر وَهَذِهِ الَنْهَاُر ت‬
ِ ‫جرِي‬ ْ ‫م‬ ُ ْ ‫مل‬
ِ ‫ك‬ َ ْ ‫يَاقَوْم ِ ألَي‬
ُ ‫س لِي‬
"Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan
(bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; maka apakah kalian
tidak melihat(nya)?" (Az-Zukhruf:51)
Fir'aun berbangga dengan dunia. Oleh karena itulah, maka dunia
adalah sesuatu yang sangat berbahaya.
Hadits di atas mirip dengan hadits berikut:

َ َ‫ع‬
‫ما‬َّ ‫م‬
ِ ‫ن‬ َّ ِ ‫ ))إ‬:‫ل‬ ُ َ ‫حوْل‬
َ ‫ فَقَا‬،‫ه‬ َ ‫سنَا‬ْ َ ‫جل‬َ َ‫ و‬،ِ‫منْبَر‬ِ ْ ‫ل اللهِ ع َلَى ال‬
ُ ْ‫سو‬ ُ ‫س َر‬ َ َ ‫جل‬َ :‫ل‬ َ ‫يّ قَا‬ ُ ْ ‫سعِيْد ٍ ال‬
ِ ِ‫خدْر‬ َ ‫ن أبِي‬
ْ
‫ن َزهَْرةِ الدُّنْيَا وَزِيْنَتِهَا‬ ْ ‫م‬ ْ ُ ‫ح ع َلَيْك‬
ِ ‫م‬ ُ َ ‫ما يُفْت‬ َ ‫ن بَعْدِي‬ْ ‫م‬
ِ ‫م‬ ْ ُ ‫ف ع َلَيْك‬
ُ ‫خا‬ َ َ ‫))أ‬
Dari Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu dia berkata, "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam duduk di atas mimbar dan kami pun duduk
di sekitar beliau. Lalu beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Sesungguhnya di antara yang paling aku takutkan atas kalian
sepeninggalku adalah ketika dibukakan atas kalian keindahan dunia
dan perhiasannya." (HR. Al-Bukhariy no.1465 dan Muslim no.1052)

Dunia Itu Manis dan Hijau


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjelaskan tentang
keadaan dunia sekaligus memperingatkan ummatnya dari fitnahnya.

‫ه تَعَالَى‬ َ ‫ن الل‬ َّ ِ ‫ضَرة ٌ وَإ‬ َ ٌ ‫حلْوَة‬


ِ ‫خ‬ ُ ‫ن الدُّنْيَا‬ َّ ِ ‫ ))إ‬:‫ل‬َ ‫ل اللهِ قَا‬ َ ْ‫سو‬ُ ‫ن َر‬ َّ َ ‫ي أ‬ ُ ْ ‫سعِيْد ٍ ال‬
ّ ِ ِ‫خدْر‬
َ َ‫ع‬
َ ‫ن أبِي‬
ْ
َ ِّ ‫ فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا الن‬،‫ن‬
َ‫ساء‬ َ ْ‫ملُو‬ َ ْ‫ف تَع‬ َ ْ ‫ فَيَنْظُُر كَي‬،‫م فِيْهَا‬
ْ ُ ‫خلِفُك‬ ْ َ ‫ست‬ ْ ‫م‬ُ ))
Dari Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya dunia itu manis
dan hijau. Dan sesungguhnya Allah subhanahu wa ta'ala menjadikan
kalian pemimpin padanya. Lalu Dia akan melihat bagaimana amalan
kalian. Maka takutlah kalian dari fitnahnya dunia dan takutlah kalian
dari fitnahnya wanita." (HR. Muslim no.2742)
Sabda beliau shallallahu 'alaihi wa sallam, "Sesungguhnya dunia itu
manis dan hijau." Yakni manis rasanya dan hijau pemandangannya,
memikat dan menggoda. Karena sesuatu itu apabila keadaannya
manis dan sedap dipandang mata, maka dia akan menggoda manusia.
Demikian juga dunia, dia manis dan hijau sehingga akan menggoda
manusia.
Akan tetapi beliau shallallahu 'alaihi wa sallam juga menyatakan, "Dan
sesungguhnya Allah subhanahu wa ta'ala menjadikan kalian pemimpin
padanya." Yakni Dia menjadikan kalian pemimpin-pemimpin padanya,
sebagian kalian menggantikan sebagian yang lainnya dan sebagian
kalian mewarisi sebagian yang lainnya.
"Lalu Dia akan melihat bagaimana amalan kalian." Apakah kalian
mengutamakan dunia atau akhirat? Karena inilah beliau shallallahu
'alaihi wa sallam memperingatkan, "Maka takutlah kalian dari fitnahnya
dunia dan takutlah kalian dari fitnahnya wanita."

Harta dan Kekayaan yang Bermanfaat


Akan tetapi apabila Allah memberikan kekayaan kepada seseorang,
lalu kekayaannya tersebut membantunya untuk taat kepada Allah, dia
infakkan hartanya di jalan kebenaran dan di jalan Allah, maka jadilah
dunia itu sebagai kebaikan.
Kita semua tidak bisa lepas dari dunia secara keseluruhan. Kita butuh
tempat tinggal/rumah, kendaraan, pakaian dan lain sebagainya.
Bahkan kalau benda-benda tadi kita gunakan untuk membantu
ketaatan kepada Allah niscaya kita mendapatkan pahala. Sebagai
contohnya adalah kendaraan. Kita gunakan untuk menghadiri majelis
'ilmu atau kegiatan lainnya yang bermanfaat. Bahkan kita pun bisa
mengajak teman-teman ikut bersama kita. Dengan menggunakan
kendaraan sendiri kita bisa menghindari kemaksiatan seperti ikhtilath
(campur baur antara laki-laki dan wanita yang bukan mahram) dan
lainnya.
Akan tetapi jangan sampai kendaraan ataupun harta benda duniawi
menjadikan kita bangga, sombong sehingga akhirnya merendahkan
dan meremehkan orang lain. Jadikan harta tersebut sebagai alat bantu
untuk taat kepada Allah yang dengannya kita bisa menjadi orang yang
bersyukur.
Bahkan sebagian 'ulama mewajibkan untuk memiliki kendaraan
pribadi. Dengan kendaraan tersebut seorang muslim akan terhindar
dari ikhtilath dan kemaksiatan lainnya. Sedangkan menghindari
maksiat adalah wajib. Sementara di dalam kaidah ushul fiqh
disebutkan, "Suatu kewajiban tidak akan sempurna kecuali dengan
sesuatu maka sesuatu itu adalah wajib."
Akan tetapi tentunya disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
Jangan sampai karena ingin mendapatkan kendaraan, dia mati-matian
mencari harta siang dan malam. Yang terbenak dalam otaknya adalah
uang, uang dan uang. Sehingga lupa berdzikir kepada Allah,
mempelajari agamanya, menghadiri majelis ilmu, shalat berjama'ah
dan ketaatan lainnya.
Ingatlah selalu firman Allah subhanahu wa ta'ala,

ْ ُ ‫ستَطَعْت‬
‫م‬ ْ ‫ما ا‬ َ ‫فَاتَّقُوا الل‬
َ ‫ه‬
"Maka bertakwalah kalian kepada Allah menurut kesanggupan kalian."
(At-Taghaabun:16)

َ ُ ِّ ‫ل َ يُكَل‬
ْ ‫سا إِل ّ ُو‬
‫سعَهَا‬ ً ْ‫ه نَف‬
ُ ‫ف الل‬
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya." (Al-Baqarah:286)
Oleh karena itulah, keadaan orang yang menginfakkan hartanya di
jalan Allah dan pada keridhaan-Nya seperti kedudukan orang 'alim
yang telah Allah berikan hikmah dan ilmu kepadanya, yang
mengajarkan ilmunya kepada manusia.
Maka di sana ada perbedaan antara orang yang rakus/ambisi terhadap
dunia dan berpaling dari akhirat dengan orang yang Allah berikan
kekayaan yang digunakannya untuk mendapatkan kebahagiaan baik di
dunia maupun di akhirat dan dia infakkan di jalan Allah.

ِ َّ ‫ب الن‬
‫ار‬ َ ‫ة وَقِنَا عَذ َا‬
ً َ ‫سن‬
َ ‫ح‬
َ ِ‫خَرة‬
ِ ‫ة وَفِي ال‬
ً َ ‫سن‬ َ ‫َربَّنَا ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا‬
َ ‫ح‬
"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat
dan peliharalah kami dari siksa neraka." (Al-Baqarah:201)
Semoga Allah subhanahu wa ta'ala selalu membimbing kita untuk
mengamalkan apa-apa yang dicintai dan diridhai-Nya serta
memperbaiki urusan-urusan kita. Aamiin. Wallaahu A'lam.

Maraaji': Syarh Riyaadhish Shaalihiin 2/186-189, Maktabah Ash-Shafaa;


dan Bahjatun Naazhiriin 1/528, Daar Ibnil Jauziy.

(http://www.fdawj.co.nr/)

Anda mungkin juga menyukai