Anda di halaman 1dari 27

SIFAT-SIFAT URINE 1.

VOLUME URIN Volume urin dalam 24 jam tergantung pada faktor fisiologik (misalnya intake cairan, suhu dan kerja fisik) dan faktor patologik (misalnya penyakit ginjal, diabetes mellitus dan sebagainya). Beberapa o9bat misalnya golongan diuretic, kopi, alcohol dapat pula mempengaruhi volume urin. Pada manusia, normalnya volume urin antara 600- 2500 ml/24 jam.Kelaina-kelainan dalam volume urin : a.Prinsip : untuk menentukan volume urin diperlukan yang dikumpulkan dalam 24 jam. b.Alat dan Bahan :Urin 24 jam toluene sebagai pengawet.

c.Hasil percobaan : Rujukan : Pada manusia, normalnya volume urin antara 600- 2500 ml/24 jam.

Volume total urin 24 jam = 1100 ml/24 jam

d. Pembahasan : Pengukuran volume urin berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif suatu zat dalam urin, dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan badan. Pengukuran volume urinyang dikerjakan bersama dengan berat jenis urin bermanfaat untuk menentukan gangguan faal ginjal. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan,jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didaerah tropic volume urin dalam 24 jam antara 800-1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri. Poliuri ini mungkin terjadi pada keadaan fisiologik seperti pemasukan cairan yang berlebihan, nervositas, minuman yang mempunyai efek diuretika. Selain itu poliuri dapat pula disebabkan oleh perubahan patologik seperti diabetes mellitus, diabetes insipidus, hipertensi, pengeluaran

cairan dari edema. Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri. Keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah, deman edema, nefritis menahun. Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal. Jumlah urin siang 12 jam dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih banyak dari urin malam 12 jam. Bila perbandingan tersebut terbalik disebut nokturia, seperti didapat pada diabetes mellitus. 1 e. Interpretasi : Normal : bila volume urin antara 600-2500 ml/24 jam Poliuri : bila volume urin > 2500 ml/24 jam Oligouri: bila volume urin <600 ml/24 jam Anuri : bila tidak terbentuk urin f.Kesimpulan : Dari hasil percobaan di atas, volume urine sampel adalah 1100 ml/24 jam. Hal ini menunjukkan urine sampel dalam batas normal yaitu antara 6002500 ml/24 jam 2.BERAT JENIS URIN Berat jenis urin normal antara 1,003 1,030 tergantung pada jumlah zat-zat yang larut di dalamnya dan volume urin. Jumlah total zat padat dalam urin 24 jam kira-kira 50 gram. Berat jenis urin berubah terutama pada penyakit ginjal. a.Prinsip : Untuk menentukan berat jenis urin diperlukan alat hydrometer/ urinometer. Urine yang digunakan adalah urine 24 jam. b.Alat dan Bahan : -Urine 24 jam -Hydrometer/urinometer

-Tabung -Pipet

c.Hasil Percobaan : Rujukan : 1,0030 1,030 Berat jenis urine yang terukur : 1,018 Suhu urine : 30oC Suhu tera : 15oC

dr. R. Wirawan, dr. S. Immanuel, dr. R. Dharma. Penilaian Hasil Pemeriksaan Urin. Cermin Dunia Kedokteran No.30.

Berat Jenis Urin sesungguhnya : BJ Ukur + (Suhu Urin Suhu Tera ) x 0,001 3 = 1,005 + 30-15 x 0,001 3 = 1,009 Jumlah zat padat total : 9 X 2,6 = 23,4gram

d. Pembahasan : Pemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop, gravimetri, menggunakan pikno meter, refraktometer dan reagens pita'. Berat jenis urin sewaktu pada orang normal antara 1,003 -- 1,030. Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urin sewaktu yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik.1

e. Kesimpulan: dari hasil percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa BJ urin percobaan 1,023 adalah normal (1,003-1,030) 3. PH URIN Urin dapat bersifat asam, netral atau basa dengan pH antar 4,7 8,0. Tetapi urin yang dikumpulkan selama 24 jam biasanya bersifat asam. Urin yang diambil pada waktuwaktu tertentu mempunyai pH yang berbeda beda. Beberapa waktu setelah makan, urin akan bersifat netral bahkan alkalis. Ini disebut alkalin tide. Bila dibiarkjan untuk waktu lama, urin dapat mengalami ammoniacal fermentation atau acid fermentation. Hal ini disebabkan oleh bakteri dan pH urin menjadi basa.

a.Prinsip

: Ph urin ditentukan dengan idikator universal, urine yang digunakan adalah urine 24 jam.

b.Alat dan Bahan : - Strip indikator universal

- Tabung

- Urin 24 jam c. Hasil Percobaan Rujukan : 4,7 8,0 :

- Pipet

pH urin = 6

d.Pembahasan : Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi kesan tentang keadaan dalam badan. pH urin normal berkisar antar 4,5 -8,0. Selain itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi. Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi atnoniak akan menyebabkan urin bersifat basa. Dalam pengobatan batu karbonat atau kalsium fosfat urin dipertahankan asam, sedangkan untuk mencegah terbentuknya batu urat atau oksalat pH urin sebaiknya dipertahankan basa.1 d.Kesimpulan : Dari hasil percobaan pH Urin sampel di atas, diperoleh hasil ph urin sampel adalah 6. Hal ini menunjukkan pH Urin sampel yang digunakan dalam batas normal, yaitu antara 4,7-8,0. 4. BAU, WARNA DAN KEKERUHAN Urin yang baru dikeluarkan mempunyai bau khas. Bila urin mengalami dekomposisi, timbul bau ammonia yang tidak enak. Warna urin berbeda-beda sesuai dengan kepekatannya, tetapi dalam keadaan normal urin berwarna kuning muda.Warna terutama disebabkan oleh pigmen urokrom yang berwarna kuning & sejumlah kecil oleh urobilin & hematoporfirin. a.Prinsip : Untuk menilai bau, warna dan kekeruhan pada urin 24 jam

a.Alat dan Bahan -Urin 24 jam -Tabung c.Hasil Percobaan

: - Pipet

Bau = Amonia Warna = Kuning Muda Kekeruhan = (-)

d.Pembahasan : Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena kadang-kadang dapat menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan sebagainya. Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan maupun makanan. Pada umumnya warna ditentukan oleh kepekatan urin, makin banyak diuresa makin muda warna urin itu. Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan porphyrin. Bila didapatkan perubahan warna mungkin disebabkan oleh zat warna yang normal ada dalam jumlah besar, seperti urobilin menyebabkan warna coklat. Disamping itu perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya zat warna abnormal, seperti hemoglobin yang menyebabkan warna merah dan bilirubin yang menyebabkan warna coklat. Warna urin yang dapat disebabkan oleh jenis makanan atau obat yang diberikan kepada orang sakit seperti obat dirivat fenol yang memberikan warna coklat kehitaman pada urin.1 Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan adalah bau yang abnormal. Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, pate, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria. Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin yang berbau busuk dari semula dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih umpamanya pada karsinoma saluran kemih.1 e.Interpretasi : 1. Bau : Amonia pada urin normal, Aseton pada penderita Diabetes mellitus dengan ketosis. 2. Warna : Dalam keadaan demam karena pemekatan, warna urin berubah menjadi kuning tua atau agak coklat. Pada penyakit hati, pigmen empedu dapat menyebabkan urin menjadi hijau, coklat atau kuning tua. Darah/hemoglobin

menyebabkan warna urin merah, sedangkan methemoglobin atau asam hemogentisat menyebabkan warna urin coklat tua. 3. Kekeruhan : Urin normal biasanya jernih pada waktu dikeluarkan, tetapi bila dibiarkan dalam waktu lama akan timbul kekeruhan disebabkan oleh nucleoprotein, mukoid, atau sel-sel epitel. Selain itu pada urin yang alkalis, kekeruhan dapat disebabkan oleh endapan fosfat sedangkan pada urin asam biasanya disebabkan oleh endapan urat. d. Kesimpulan : Dari hasil percobaan Bau,Wrna dan kekeruhan urine sampel di atas, diperoleh hasil Bau urin tercium Amonia ( normal ) ,warna urine terlihat kuning muda ( normal ) ,dan terlihat tidak terdapat kekeruhan pada urin ( normal ). Hal ini menunjukkan bahwa bau,warna,dan kekeruhan oada Urin sampel yang digunakan adalah normal. ZAT-ZAT FISIOLOGIK URINE 1.KLORIDA Klorida merupakan zat padat yang jumlahnya terbanyak kedua setelah urea dalam urin. Ekskresi melalui urin utamnya dalm bentuk NaCl sekitar 10-15 gr/24 jam tergantung intake. Dengan menentukan jumlah klorida maka kita dapat menentukan jumlah NaCl yang diekskresikan melalui urin. a.Alat dan Bahan : - 5 ml Urin - Tabung reaksi - 4 tetes HNO3 encer dan 4 tetes AgNo3 2% - Pipet

b.Hasil Percobaan : Rujukan : endapan putih yang terbentuk merupakan perak klorida yang larut dalam amonia

Terbentuk endapan putih pada tabung reaksi

c. Pembahasan

Elektrolit utama yang berada di dalam cairan ekstraselular (ECF) adalah elektrolit bermuatan negative yaitu klorida (Cl ). Jumlah ion klorida (Cl ) yang terdapat di dalam jaringan tubuh diperkirakan sebanyak 1.1 g/Kg berat badan dengan konsentrasi antara 98-106 mmol / L. Konsentrasi ion klorida tertinggi terdapat pada cairan serebrospinal seperti otak atau sumsum tulang belakang, lambung dan juga pankreas.Sebagai anion utama dalam cairan ekstraselullar, ion klorida juga akan berperan dalam menjaga keseimbangan cairan-elektrolit. Selain itu, ion klorida juga mempunyai fungsi fisiologis penting yaitu sebagai pengatur derajat keasaman lambung dan ikut berperan dalam menjaga keseimbangan asam-basa tubuh. Bersama dengan ion natrium (Na ), ion klorida juga merupakan ion dengan konsentrasi terbesar yang keluar melalui keringat.2 Uji Klorida digunakan untuk mengetahui di dalam urin terdapat kandungan klorida atau tidak. Sebelumnya, urin diasamkan dengan 3 tetes asam nitrat encer. Ketika asam nitrat encer ini dimasukkan, urin berubah menjadi lebih bening. Kemudian ditambahkan 1 tetes perak nitrat. Tidak lama kemudian terdapat endapan putih tipis didasar tabung yang menunjukkan bahwa urin mengandung klorida.3
2.M. Anwari Irawan.Cairan Tubuh, ELEKTROLIT & MINERAL. www.pssplab.com. Volume 01 (2007) No. 01

d.Interpretasi : - Ekskresinya menurun pada prespirasi berlebihan, retensi natrium, radang ginjal menahun, diare dan sebagainya. - Ekskresinya akan bertambah pada insufisiensi korteks adrenal.

e. Kesimpulan : Dari hasil percobaan zat fisiologik urin ( klorida ) sampel di atas, terbentuk endapan putih di dasar tabung. Hal ini menunjukkan pada urine sampel tersebut, perak klorida larut di dalam ammonia.

2.BELERANG Dalam keadaan normal, 1 gram belerang dikeluarkan dalam 24 jam. Belerang adalah zat sisa metabolism asam amino yang mengandung S, tiosulfat, tiosianat, sulfida dan sebagainya. Belerang yang diekskresi terdapat dalam 2 bentuk yakni : -Belerang yang tak teroksidasi (belerang netral ) -Belerang yang teroksidasi (oxidized sulfur) Belerang teroksidasi ada 2 bentuk : - Sulfat anorganik - sulfat eterial Sulfat anorganik adalah bagian terbesar dari belerang teroksidasi. Sedangkan sulfat eterial yang terpenting dalam urin adalah indikan. Indikan merupakan zat yang berasal dari pembusukan triptofan dalam usus atau ditempat lain dalam tubuh. Jumlah indikan yang diekskresi dalam urin kira-kira 10-20 mg/24 jam. Ekskresi indikan meninggi pada beberapa keadaan seperti stagnasi usus, pembusukan dalam usus meningkat dan pada pemecahan protein jaringan atau protein cairan tubuh (abses,gangrene,emfisema dan sebagainya). Sulfat Anorganik Bagian terbesar dari belerang teroksidasi. a. Alat dan Bahan : - 1 ml HCL encer -Tabung reaksi -1 ml BaCl2 -Pipet b.Hasil Percobaan : Rujukan : endapan putih yang terbentuk menunjukkan BaSO4 yang terbentuk

Terbentuk endapan putih pada tabung reaksi

c.Pembahasan : Uji sulfat dilakukan dengan mencampurkan antara urin, HCl encer, dan BaCl2.Hasil percobaan terbentuk endapan putih. Endapan putih ini adalah endapan BaSO4 Hal ini menunjukkan adanya kandungan SO4 di dalam urin. Jika urin direaksikan dengan HCl dan BaCl2 maka sulfat yang terdapat di dalam urin akan dilepas oleh HCl dan sulfat tersebut akan diikat oleh Ba sehingga membentuk endapan BaSO4. Uji belerang atau sulfat dalam urin ini dilakukan dengan mencampurkan 10 mL sampel urin dengan HCl yang bertujuan untuk mengasamkan urin tersebut kemudian ditambahkan BaSO4. Belerang anorganik merupakan bagian terbesar dari belerang teroksidasi (85-90%) dan berasal terutama dari metabolisme protein. Maka akan terbentuk endapan putih yang menunjukkan adanya belerang anorganik pada urin, reaksi yang terjadi adalah: BaCl2 + SO42 BaSO4+ 2 Cl.(3)

d.Kesimpulan : Dari hasil percobaan zat fisiologik urin ( Sulfat anorganik ) sampel di atas, terbentuk endapan putih di dasar tabung. Hal ini menunjukkan pada urine sampel tersebut, terbentuk BaSO4.

Belerang yang Tidak Teroksidasi a.Dasar : Dengan adanya katalisator Zn, belerang yang terdapat dalam urin bereaksi dengan HCl encer menghasilkan gas H2S, yang baunya sangat khas dimana gas ini dapat diidentifikasi dengan menghitamnya kertas saring yang telah direndam dengan Pb asetat membentuk PbS (endapan hitam). b.Alat dan Bahan : -1 butir Zn -Kertas saring -HCl encer -Tabung reaksi -Pb asetat -Pipet

c.Hasil Percobaan : Rujukan : endapan hitam yang terbentuk pada kertas saring menujukkan adanya belerang yang tidak teroksidasi

Terbentuk endapan hitam pada kertas saring

d.Kesimpulan : Dari hasil percobaan zat fisiologik urin ( Belerang tidak teroksidasi ) sampel di atas, terbentuk warna hitam pada kertas saring yang telah di rendam dengan Pb asetat membentuk PbS(endapan hitam). Hal ini menunjukkan belerang yang terdapat dalam urin sampel bereaksi dengan HCl encer dan menghasilkan gas H2S yang berbau khas. Indikan (Tes obermeyer) a.Tujuan : Untuk memeriksa adanya indikan (potassium indoksil sulfat) dalam urine. b.Dasar : Pereaksi obermeyer (FeCl3 dalam HCl pekat) akan mengoksidasi gugus indoksil membentuk warna biru indigo yang larut dalam kloroform. c.Alat dan Bahan : -Pereaksi obermeyer 5 ml ( FeCl3 dalam HCl pekat ) -Tabung reaksi -3 ml kloroform -Pipet

d.Hasil Percobaan

Rujukan : endapan biru indigo yang larut dalam klorofom menunjukkan adanya indikan

Terbentuk endapan biru pada tabung reaksi

e.Interpretasi : - Ekskresi indikan meninggi pada beberapa keadaan seperti stagnasi usus, pembusukan dalam usus meningkat, dan pada pemecahan protein jaringan atau protein cairan tubuh (abses, gangren, emfisema) f.Kesimpulan : Dari hasil percobaan zat fisiologik urin ( Indikan ) sampel di atas, terbentuk cincin warna biru indigo pada urin . Hal ini menunjukkan bahwa pereaksi obermeyer, mengoksidasi gugus indoksil di dalam urin yang larut di dalam kloroform.

3.FOSFAT Pada umumnya jumlah ekskresi fosfat melalui urin kira-kira 1,1 ram/24jam. Sebagian besar dalam bentuk fosfat anorganik dan hanya 1-4% dalam bentuk fosfat organik. a.Alat dan Bahan : -5 ml Urin -10 ml pereaksi molibdat special -1 ml Urea 10% -1 ml larutan Ferosulfat special -Tabung -Pipet

b.Hasil Percobaan : Rujukan : warna biru yang terbentuk menunjukkan adanya fosfat.

Terbentuk Warna Biru Tua pada permukaan tabung reaksi

c.Pembahasan : Fosfor sebagai fosfat, penting dalam struktur dan fungsi semua sel hidup. Fosfat da-lam sel sebagai ion bebas, merupakan bagian penting asam-asam nukleat, nukleotida dan beberapa protein.Dalam ruang ekstraseluler, fosfat bersirkulasi sebagai ion bebas dan terdapat sebagai hidroksiapatit, komponen utama dari tulang, Semua sel mempunyai enzim-enzim yang dapat mengikatkan fosfat dalam ikatan ester atau anhidrida asam ke molekul lain. Fosfat bebas diabsorpsi dalam jejunum bagian tengah dan masuk aliran darah melalui sirkulasi portal. Pengaturan absorpsi fosfat diatur oleh 1 , 25dihidroksikolekalsiferol (1,25dihidroksivitamin D ). Fosfat ikut dalam pengaturan derivat aktif vitamin D. Ekskresi fosfat terjadi terutama dalam ginjal. 80persen-90persen fosfat plasma difiltrasi pada glomerulus ginjal. Jumlah fosfat yang diekskresi dalam urin menunjukkan perbedaan antara jumlah yang difiltrasi dan yang direabsorpsi oleh tubulus proximal dan tubulus distal ginjal.3

d. Interpretasi : - Ekskresi fosfat meningkat pada beberapa penyakit, misalnya hiperparatiroidisme, pada beberapa penyakit tulang seperti osteomalasia, ricketsia, dan sebagainya. -Ekskresi fosfat menurun pada hipoparatiroidisme, penyakit ginjal, kehamilan, dan lain-lain.

d.Kesimpulan : Dari hasil percobaan zat fisiologik urin ( fosfat ) sampel di atas, terbentuk warna biru tua pada permukaan tabung . Hal ini menunjukkan bahwa di dalam urine sampel, terdapat adanya fosfat.

4.AMONIA Amonia merupakan hasil akhir metabolism protein yang mengandun N. Ini merupakan kedua yang terpenting setelah urea. Dalam urin, ammonia terdapat dalam bentuk garam ammonium dan jumlahnya kira-kira 0,7 gram/24jam atau 2,5-4,5% dari nitrogen total/24jam. a.Alat dan Bahan : -2 ml Urin - Kertas Lakmus -2 ml Natrium Hidroksida (NaOH) -Tabung reaksi -Pipet -Korek api -Pembakar Bunsen b. Hasil Percobaan : Rujukan : Bau yang timbul dari uji uap yang terbentuk dengan kertas lakmus yang telah dibasahi mengahasilkan bau amonia.

Bau yang timbul adalah bau amonia

c.Pembahasan : Reaksi utama pada tubuh yang menghasilkan NH4+ terjadi di dalam sel, yaitu perubahan glutamin menjadi glutamat yang dikatalisis oleh enzim glutaminase yang terdapat di dalam sel tubulus renalis. Mekanisme dari tubulus renalis dalam memproduksi amonia sangat penting untuk mengatur keseimbangan asam basa dan penghematan kation, meningkat dengan nyata pada asidosis metabolik tetapi sebagian besar akan diekskresikan dalam bentuk urea yaitu komponen utama urin. Amonia secara konstan diproduksi dalam jaringan tapi hanya ditemukan dalam jumlah kecil pada darah tepi yang dengan cepat dikeluarkan dari dalam darah oleh hati dan diubah menjadi glutamat, glutamin,

ataupun urea (urin). Pada percobaan adanya garam-garam amonium, urin dibasakan terlebih dahulu menggunakan NaOH dan kemudian dipanaskan. Bau yang timbul akibat pemanasan adalah bau amonia yang menandakan bahwa amonium yang terkandung di dalam urin terlepas ke udara atau telah menguap. Berarti urin sampel mengandung garam amonium.3 d. Kesimpulan : Dari hasil percobaan zat fisiologik urin ( Amonia ) sampel di atas, tercium aroma khas dari ammonia ( bau tidak sedap/busuk ) pada urin dan perubahan kertas lakmus setelah difiksasi, dari warna merah-biru menjadi warna biru-biru. Hal ini menunjukkan bahwa dalam urine sampel, terdapat amonia.

SISA-SISA METABOLISME 1.UREA Urea merupakan komponen terbanyak zat padat dalam urin, urea merupakan sisa metabolism asam amino. Biosintesis urea dari asam amino terjadi dalam 4 tahap, yaitu: (1) Transaminasi (2) Deaminasi Oksidatif (3) Pengangkutan ammonia, dan (4) Reaksi pada siklus urea. Kebanyakan urea dibentuk didalam hati dan pada panyakit hati berat, nitrogen urea darah (BUN) turun dan NH3 darah meninggi. Enzim yang terlibat dalam sintesis urea adalah omitin karbamoiltransferase. Defisiensi enzim ini akan menyebabkan keracunan NH3 (kongenital), sekalipun orang-orang yang heterozigot untuk defisiensi ini. Ekskresi urea dalam urin jumlahnya sangat dipengaruhi oleh 3 hal yakni intake makanan berprotein tinggi, metabolism protein dalam tubuh dan kemampuan ginjal dalam filtrasi dan reabsorpsi urea. Pada penderita gagal ginjal dimana terjadi gangguan pada filtrasi urea akan menyebabkan terjadinya peninggian urea dalam darah yang disebut uremia. a.Dasar : Urea dihidrolisis oleh adanya air dan urease menjadi amopnia dan karbopn dioksida. Dalam reaksi Berthelot ion amoniu bereaksi dengan hipoklorit dan salisilat untuk membentuk zat warna yan dihasilkan (turunan indopenol) dapat diperkuat dengan menambahkan natrium nitroprussid. Intensitas warna sebanding dengan kadar urea diukur secara fotometrik.

Dasar Reaksi : urease Urea + H2O 2NH4+ + CO322NH4+ +salisilat +hipoklorit Turunan Indopenol b.Alat dan Bahan : - Reagens warna (fosfat buffer ph =6,820 mM,sodium salisilat 61 mM,sodium nitroprussid 3,4 mM, EDTA-Na2 1,34 mM, urease>23U/ml,stabilizer) - Standar urea 40 mg/dl dan Larutan hipoklorit - Sampel serum/ urin pengenceran 50 kali - Spektrofotometer( panjang gelombang 578 nm), kuvet, waterbath, pipet dan tabung reaksi c. Hasil Percobaan : Rujukan : Sampel serum/plasma,kadar urea = 10-50 mg/dl Sampel urin, kadar urea = 20-35 g/24 jam Sampel : 0,057 Standar: 0,045 Sampel serum/plasma, kadar urea = Absorban sampel x 40 mg/dl
Absorban standar

= 0,057 x 40 mg/dl 0,045 = 50,667 mg/dl d.Pembahasan : Urea diproduksi ketika protein dipecah oleh tubuh. Nitrogen dalam bentuk amonia. diproduksi di hati ketika protein dipecah. Nitrogen menggabungkan dengan bahan kimia lain dalam hati untuk membentuk urea sebagai produk limbah.. urea yang dilepaskan ke aliran darah dan dibawa ke ginjal di mana ia disaring keluar dari darah dan dikeluarkan melalui air seni. ginjal Sehat menghapus lebih dari 90% dari tubuh memproduksi urea, sehingga darah bisa menunjukkan seberapa baik ginjal bekerja. Kebanyakan penyakit yang mempengaruhi ginjal atau hati dapat mempengaruhi jumlah yang hadir urea dalam darah Jika peningkatan jumlah urea yang diproduksi oleh hati atau penurunan jumlah dikeluarkan oleh ginjal maka darah konsentrasi urea akan

meningkat.. Jika hati signifikan kerusakan atau penyakit mengurangi produksi urea maka konsentrasi urea dapat jatuh.3 e.Kesimpulan : Dari hasil percobaan urea di atas, Kadar urea dalam serum urin adalah 50,667 mg/dl.Dapat disimpulkan bahwa dalam urine sampel, kadar urea mulai meningkat.

2.ASAM URAT Asam urat dibentuk dari pemecahan purin dan dengan sintesis langsung dari 5fosforibosil pirofosfat (5-PRPP) dan glutamine. Kadar Asam Urat normal pada manusia adalah sekitar 4 mg/dl (0,24 mmol/L). pada manusia asam urat diekskresi melalui urin, tetapi pada mamalia yan lain asam urat ddioksidasi menjadi allantoin sebelum dieksresi. Ekskresi asam urat melalui urin jumlahnya dipengaruhi oleh intake makanan sehina kurang tepat dalam mengekspresikan laju filtrasi glomerulus. Dalam urin, asam urat dapat memebentuk Kristal yang mengendap dan menyebabkan batu ginjal. Peningkatan asam urat dalam darah (hiperursemia) dan urin terjadi pada peningkatan intake makanan kaya purin yang meningkat pada penderita anemia hemolitak dan kanker dan penderita penyakit sendi. Hiperursemia juga terjadi pada penderita gagal ginjal. a.Dasar : Asam urat diubah secara kuantitatif oleh uricase sehingga menghasilkan hydrogen peroksida. Dengan adanya enzim peroksidase, H2O2 akan mengoksidase 3,5-dikloro- 2- hidroksi benzene sufanic acid (DCHBS) dan 4- aminoantipyrin membentuk zat warna merah derivate quinoneimin. Intensitas warna yang terjadi sebanding dengan konsentrasi asam urat yang diuikur secara fotometrik. Dasar Reaksi : Uricase Asam urat + H2O +O2 Allantoin + CO2 +H2O2 2H2O2 + 4-aminoantipyrin + 3,5 dikloro- 2- hidroksi sulphonat merah (turunan quinoneimin ) + 4H2O

POD-

zat warna

b.Alat dan Bahan : - Reagen warna (Buffer ph=7 120 Mm; mengoksidase 3,5-dikloro- 2- hidroksi benzene sufanic acid (DCHBS) 3,5 Mm ; 4- aminoantipyrin 0,4 mM;EDTA Na2H2O 0,9

Mm;K3Fe(CN)6 0,1 Mm;Uricase>120 U.L;Peroksidase>350 U/L;Ascorbatoksidase>7000 U/L;Stabilizers tidak reaktif). -Standar asam urat 8 mg/dl - Sampel serum/ urin pengenceran 50 kali - Spektrofotometer( panjang gelombang 510 nm), kuvet, waterbath, pipet dan tabung reaksi c. Hasil Percobaan : Rujukan : Asam urat serum Laki-laki Perempuan Asam urat urin Sampel : 0,105 Standar: 0,136

= 3,4-7 mg/dl = 2,4-5,7 mg/dl = 250-750 mg/24 jam

Kadar asam surat serum

= Absorban sampel x 8 mg/dl


Absorban standar

= 0,105 x 8 mg/dl 0,136 = 6,176 mg/dl d.Pembahasan : Manusia juga mengeluarkan limbah nitrogen kedua, asam urat Ini adalah produk dari asam nukleat, bukan protein, metabolisme.. Hal ini dihasilkan dalam peroksisom. Asam urat hanya sedikit larut dalam air dan mudah presipitat keluar dari solusi pembentukan kristal jarum dari natrium urat. Ini Ini memberikan Kontribusi pada pembentukan batu ginjal;menghasilkan rasa sakit yang luar biasa pada penderita gout disimpan pada sendi. Oleh ginjal asam urat direabsorbsi kembali oleh karena asam urat merupakan antioksidan yang kuat sehingga dapat melindungi sel dari kerusakan oleh ROS. Konsentrasi asam urat adalah 100-kali lebih besar dalam sitosol daripada di cairan ekstraselular Jadi ketika sel-sel yang rusak mematikan-rilis isinya, bentuk kristal asam urat di sekitarnya.. ini meningkatkan

kemampuan sel dendritik terdekat untuk "hadir "setiap antigen dirilis pada waktu yang sama untuk sel T mengarah ke respon imun yang lebih kuat. Kebanyakan mamalia memiliki enzim - uricase -. untuk memecah asam urat ke dalam produk larut3 e.Kesimpulan : Dari hasil percobaan Asam urat di atas, Kadar asam urat dalam serum urinadalah 50,667 mg/dl.Dapat disimpulkan bahwa dalam urine sampel, kadar Asam urat normal (interpretasi untuk laki-laki) yaitu 3,4-7 mg/dl.

3.KREATININ Kreatinin disintesis di dalam hati dari asam amino methionin, glysin, dan arginin. Dalm otot rangka, kreatinin difosforilasi menjadi menjadi fosforil kreatinin yang merupakan simpana energy penting untuk sintesis ATP.Kreatinin di dalam urin dibentuk dari fosforil kreatinin. Kreatinin tidak dikoonversi secara langsung menjadi kreatinin. Kecepatan ekskresi kreatinin relative konstan setiap hari, jumlahnya tidak dipengaruhi oleh intake makanan dan direabsorbsi oleh ginjal. Hal ini memungkinkan ekskresi kreatinin menu njukkan kemampuan laju filtrasi glomerulus yang dinyatakan sebagai kreatinin klirens. a.Dasar : Kreatinin dengan asam pikrat dalam suasana alkali bereaksi membentuk suatu suasana kompleks berwarna kuning oranye. Intensitas warna yang dihasilkan sebanding dengan kadar kreatinin diukur secara fotometrik. b.Alat dan Bahan : -Reagens : 1. Asam pikrat 0,035 mol/l 2.Natrium hidroksida 0,32 mol/l 3.Standar kreatinin 2 mg/dl -Spektrofotometer, pipet, tabung reaksi, stopwatch c.Hasil Percobaan : Rujukan : Kadar Kreatinin serum Laki-laki < 50 tahun (>50 tahun) Perempuan Asp1 = 0,7 Asp2 = 0,71 Ast1 = 0,75

= <1,3 mg/dl =<1,4 mg/dl = < 1,1 mg/dl

Ast2 = 0,85 Kadar kreatinin serum = Asp2 - Asp1


Ast Ast 2 1 x 2 mg/dl

= 0,71 0,7 x 2 mg/dl 0,85 - 0,75 = 0,2 mg/dl d.Pembahasan : Kreatinin adalah produk limbah yang dihasilkan di otot dari pemecahan kreatin senyawa yang disebut Creatine merupakan bagian dari siklus yang menghasilkan energi yang diperlukan untuk kontrak otot Anda.. Baik creatine dan kreatinin yang diproduksi oleh tubuh pada tingkat yang relatif konstan. Hampir semua kreatinin diekskresikan oleh ginjal, sehingga tingkat darah adalah ukuran yang baik tentang seberapa baik ginjal Anda bekerja Kuantitas yang dihasilkan tergantung pada ukuran orang dan massa otot mereka.. Untuk alasan ini, konsentrasi kreatinin akan sedikit lebih tinggi pada lakilaki dari pada wanita dan anak-anak.(2) e. Kesimpulan : Dari hasil percobaan kreatinin di atas, Kadar kreatinin urin dalam serum urin adalah 0,2 mg/dl.Dapat disimpulkan bahwa dalam urine sampel, kadar kreatinin normal (interpretasi untuk laki-laki) yaitu < 1,3 atau < 1,4.

ZAT-ZAT PATOLOGIK URIN 1.GLUKOSA Pada keadaan normal, tidak lebih dari 1 gram glukosa diekskresikan dalam 24 jam. Bila kadar glukosa dalam urin tinggi disebut glukosuria. Pada keadaan fisiologik glukosuria dapat terjadi setelah makan banyak karbohidrat (alimentary glucosuria).Sedangkan, pada keadaan patologik glukosauria dapat disebabkan oleh : -Ambang ginjal untuk glukosa menurun. Pada keadaan ini, gula darah dalam batasbatas normal. Hal ini terjadi pada beberapa kelainan ginjal dan disebut renal diabetes. -Gangguan metabolism karbohidrat ini menyebabkan kadar glukosa darah meningkat sehingga ambang ginjal dilampaui dan glukosa dikeluarkan ke dalam urin. Misalnya, terdapat pada penyakit diabetes mellitus, hipopituitarisme dan hiperadrenalime.

a.Tujuan

: Memeriksa kadar gula dalam urine secara semikuantitatif

b.Dasar :Dalam suasana alkalis ion kupri akan direduksi menjadi kuprooksida oleh gula yang memiliki gugus aldehide atau keton bebas. Kuprooksida yang terbentuk bersifat tidan larut dan berwarna merah. Banyaknya endapan merah yang terbentuk sebanding dengan kadar gula yang terdapat dalam urine. c.Alat dan Bahan -4 Tetes urin - 2,5 ml benedict : -Penangas air -Air

d.Hasil Percobaan : Rujukan : Warna Ungu menunjukkan adanya zat keton dalam uri

Terbentuk warna biru tua

e.Pembahasan : Pemeriksaan glukosa dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens pita. Selain itu penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro. Dengancara reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada urin yang mengandung bahan reduktor selain glukosa seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat, vitamin C. Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl. Juga cara ini lebih spesifik untuk glukosa, karena gula lain seperti galaktosa, laktosa, fruktosa dan pentosa tidak bereaksi. Dengan cara enzimatik mungkin didapatkan hasil negatip palsu pada urin yang mengandung kadar vitamin C melebihi 75 mg/dl atau benda keton melebihi 40 mg/dl. Pada orang normal tidak didapati glukosa dalam urin. Glukosuria dapat terjadi karena peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kepasitas maksimum tubulus untuk mereabsorpsi glukosa seperti pada diabetes mellitus, tirotoksikosis, sindroma Cushing, phaeochromocytoma, peningkatan tekanan intrakranial atau karena ambang rangsang ginjal yang menurun seperti pada renal glukosuria, kehamilan dan sindroma Fanconi. 12
21

dr. R. Wirawan, dr. S. Immanuel, dr. R. Dharma. Penilaian Hasil Pemeriksaan Urin. Cermin Dunia Kedokteran No.30.

f.Interpretasi : Warna Biru/hijau keruh Hijau/ Kuning hijau Kuning/ Kuning kehijauan Jingga Merah bata

Penilaian 0 + ++ +++ ++++

Kadar <0,5 g% 0,5-1 g% 1-2 g% > 2 g%

e.Kesimpulan : Dari hasil percobaan zat patologik urin ( glukosa ) sampel di atas, setelah dipanaskan selama 1 menit terbentuk warna biru pada urin smapel. Hal ini menunjukkan pada urine sampel tersebut, tidak didapatkan glukosa dalam urin. Hasil negative. 2.ZAT-ZAT KETON Yang termasuk zat-zat keton ialah asam asetoasetat, B-hidrtoksibutirat dan aseton. Zatzat ini merupakan zat antara pada pemecahan asam lemak di dalam hati dan selanjutnya mengalami pemecahan pada jaringan ekstrahepatik. Pada beberapa keadaan patologik, terjadi penimbunan zat-zat keton dalam darah (ketonemia) dan dikeluarkan melalui urin dalam jumlah besar (ketonuria). Keadaan ini disebut ketosis. a.Alat dan Bahan : - 5 ml urin - 1-2 ml ammonium hidroksida pekat - Kristal Amonium sulfat - Tabung reaksi - 2-3 tetes Na-nitroprussid 5% - Pipet b.Hasil Percobaan :

Terbentuk warna ungu, tetapi masih terdapat warna kuning

c. Pembahasan

Benda- benda keton dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13-hidroksi butirat. Karena aseton mudahmenguap, maka urin yang diperiksa ha rus segar. Pemeriksaan benda keton dengan reagens pita ini dapat mendeteksi asam asetoasetat lebllh dari 5--10 mg/dl, tetapi cara ini kurang peka untuk aseton dan tidak bereaksi dengan asam beta hidroksi butirat. Hasil positif palsu mungkin didapat bila urin mengandung bromsulphthalein, metabolit levodopa dan pengawet 8hidroksi-quinoline yang berlebihan. Dalam keadaan normal pemeriksaan benda keton dalam urin negatif. Pada keadaan puasa yang lama, kelainan metabolisme karbohidrat seperti pada diabetes mellitus, kelainan metabolisme lemak didalam urin didapatkan benda keton dalam jumlah yang tinggi. Hal ini terjadi sebelum kadar benda keton dalam serum meningkat.1 d.Kesimpulan : Dari hasil percobaan zat patologik urin ( zat-zat keton ) sampel di atas, setelah dipanaskan selama 1 menit terbentuk warna ungu pada urin sampel tetapi tidak seluruh urin berubah menjadi ungu. Hal ini menunjukkan pada urine sampel tersebut, terdapat zat-zat keton pada urin. Hasil tes positif. 3.PROTEIN Dalam keadaan normal, tidak lebioh dari 30-200 mg protein diekskresi dalam 24 jam. Yang dimaksud dengan proteinuria ialah terdapatnya protein dalam jumlah yang abnormal dalam urin. Urin normal tidak member hasil positif dengan tes-tes terhadap protein yang bisa dikerjakan. a.Alat dan Bahan : -2 ml urin -Tabung reaksi -4 tetes asam sulfosalisilat 10% -Pipet b.Hasi percobaan : Rujukan : Kekeruhan atau presipitat menunjukkan adanya albumin atau globulin

Terbentuk kekeruhan

c. Pembahasan : Klsaifikasi protein berdasarkan kelarutannya antara lain albumin, globulin, protamin, histon dan skleroprotein. Albumin larut dalam air dan larutan garam tanpa asam amino khusus. Dari tiga kelompok protein plasma, albumin terdapat dalam konsentrasi massa paling tinggi. Albumin juga memiliki berat molekul rendah, sehingga albumin merupakan kontributor tersbesar untuk tekanan osmotik koloid intravaskuler. Selain itu, albumin juga bekerja sebagai molekul pengangkut untuk bilirubin, asam lemak, unsure runutan dan banyak obat-obatan. Pengaruh utama dari konsentrasi albumin serum yang rendah (hipoalbuminemia), yang sering terjadi pada. penyakit hati dan ginjal, adalah edeam jaringan lunak siebabkan tekanan osmotic koloid intravaskuler yang menurun. d. Kesimpulan : Dari hasil percobaan zat patologik urin ( protein ) sampel di atas, terbentuk kekeruhan pada urin sampel. Hal ini menunjukkan pada urine sampel tersebut terdapat albumin dan globulin. Hasil tes positif 4.DARAH Bila dalam urin terdapat darah, keadaan ini disebut hematuria atau hemoglobinuria. Hematuria terjadi karena darah masuk ke dalam urin, Sedangkan hemoglobinuria terjadi karena hemolisis sehingga hemoglobin dibebaskan.Darah dapat kita periksa secara mikroskopis atau kimia. Secara kimia yaitu dengan tes yang kita kenal sebagai benzidin test/ orthotoluidine test atau dapat pula dengan menggunakan tes guaiak. Tes Guaiak a.Alat dan Bahan : Dengan Pemanasan : -2 ml urin (Yang telah dimasak) -Tabung reaksi -1 ml reagen guaiak 1 % -Pipet -1 ml H2O2 3% Tanpa Pemanasan -2 ml urin (tidak dimasak) -Tabung reaksi -3 ml reagen guaiak 1% -Pipet -1 ml reagen H2O2 3% b.Hasil Percobaan : Rujukan : Warna merah yang terbentuk menunjukkan hasil positif. c.Pembahasan :

Eritrosit atau leukosit didalam sedimen urin mungkin terdapat dalam urin wanita yang haid atau berasal dari saluran kernih. Dalam keadaan normal tidak dijumpai eritrosit dalam sedimen urin, sedangkan leukosit hanya terdapat 0 -5/LPK dan pada wanita dapat pula karena kontaminasi dari genitalia. Adanya eritrosit dalam urin disebut hematuria. Hematuria dapat disebabkan oleh perdarahan dalam saluran kemih, seperti infark ginjal, nephrolithiasis, infeksi saluran kemih dan pada penyakit dengan diatesa hemoragik. Terdapatnya leukosit dalam jumlah banyak di urin disebut piuria. Keadaan ini sering dijumpai pada infeksi saluran kemih atau kontamina si dengan sekret vagina pada penderita dengan fluor albus.1

d.Interpretasi : Hematuria : radang dan kerusakan ginjal dan saluran kemih. Hemoglobinuria : Ini dapat terjadi pada penyakit malaria, reaksi transfuse atau kongenital. e.Kesimpulan : Dari hasil percobaan zat patologik urin ( Darah ) sampel di atas, sebelum dan setelah dipanaskan terbentuk warna merah pada urin. Hal ini menunjukkan pada urine sampel tersebut,terdapat darah pada urin . Hasil tes percobaan tersebut Positif.

5.BILIRUBIN Bilirubin normalnya tidak terdapat dalam urin. Pada keadaan-keadaan patologik seperti hepatitis dan batu empedu maka bilirubin akan meninggi kadarnya di dalam dan kemudian akan diekskresikan melalui urin. a.Alat dan Bahan : - 5 ml urin - Kertas saring - 3 ml BaCl2 10% - Pipet - 2-3 tetes reagen Fouchet -Tabung reaksi b.Hasil Percobaan : Rujukan : Warna hijau menandakan bilirubin positif

Terbentuk warna kuning kehijauan

c.Pembahasan : Bilirubin adalah produk perombakan hemoglobin (zat warna merah darah) oleh sel-sel retikuloendotel yang tersebar di seluruh tubuh. Bilirubin semula bersifat tidak larut air, kemudian oleh hati dikonjugasi sehingga larut air. Selanjutnya, bakteri-bakteri dalam usus akan mengubah bilirubin menjadi urobilinogen. Karena proses oksidasi, urobilinogen berubah menjadi urobilin, suatu zat yang memberikan warna yang khas pada urine. Dalam keadaan normal bilirubin tidak ada dalam urine. Adanya bilirubin dalam urine (bilirubinuria) menggambarkan kerusakan sel hati (misalnya hepatitis) atau sumbatan saluran empedu. Peningkatan urobilinogen dalam urine menggambarkan adanya kerusakan sel hati (misalnya hepatitis) atau peningkatan perombakan hemoglobin. Sedangkan pada sumbatan saluran empedu, urobilin tidak dijumpai dalam urine.3 d. Kesimpulan : Dari hasil percobaan zat patologik urin (Bilirubin) sampel di atas, Terbentuk warna kuning kehijauan pada urin. Hal ini menunjukkan pada urine sampel tersebut,tidak terdapat bilirubin dalam urin . Hasil tes percobaan tersebut Negatif

4.http://www.tpub.com/content/armymedical/MD0579/MD0579

0017.htm

SISTEM UROGENITALIA BAGIAN BIOKIMIA

LAPORAN BIOKIMIA

NAMA NIM

: LORY ISWANTO L : C111 09 323

KELOMPOK ASSISTEN

: B3 : RISWADI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011

Anda mungkin juga menyukai