Anda di halaman 1dari 14

PENGGABUNGAN USAH,LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI, INVESTASI PERUSAHAAN ASOSIASI Pendahuluan Penggabungan usaha dikenal juga dengan istilah merger

dan akuisisi. Penggabungan usaha adalah hal yang lazim dilakukan oleh pelaku bisnis saat ini, sepanjang hal tersebut tidak menyalahi perundang-undangan yang ada seperti undang-undang perseroan terbatas undangundang anti monopoli dan lain lain. Wacana yang terkait dengan merger dan akuisisi tidak akan habis habisnya dibicarakan, baik oleh para praktisi atau akademisi pada masa lalu, maupun masa kini sampai pada masa yang akan datang. Tidak terkecuali oleh para praktisi dan akademis akuntansi keuangan di Indonesia. Apalagi dalam beberapa tahun kedepan, Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) berencana melakukan adobsi penuh (full adobtion ) atas Internaional financial Reporting Standart. Pelaporan transaksi penggabungan usaha pada laporan keuangan selalu mendapat porsi perhatian yang besar, mengingat transaksi penggabungan usaha biasanya dilakukan dengan nilai transaksi yang sangat besar dan luasnya cakupan akuntansi penggabungan usaha. Tidak menutup kemungkinan pulah, transaksi penggabungan usaha sering dilakuka sebagai cara untuk memanipulasi akuntansi ( creative accounting ) demi kepentingan managemen dan pemegang saham mayoritas. Perkembangan ilmu akuntansi penggabungan akuntansi di indonesia, tidak dapat dipisahkan dari perkembangan standart akuntansi internasional, yang menjadi sumber utama penyusunan standart akuntasi keuangan sejak tahun 1994. Disamping itu, saat ini terdapat kencenderungan pengadobsian IFRS di dunia menyusul terjadinya sekandal Enrorn dan perushaan-perusahaan raksasa lainnya di Amirika Serikat. Standart akuntasi keuangan di Amirika Serikat (US-GAAP) dianggap memiliki banyak kelemahan yang dapat di jadikan celah memanipulasi laporan keuangan. Perlu diketahui sejak tahun 2004, Internasional Acounting Standart Board (IASB) yang mengeluarkan IFRS sebagai pengganti Internasional Acounting Standatrt (IAS) telah melakukan terobosan dengan perubahan-perubahan terhadap standart Akuntansi Keuangan Inetrnasional

yang ada. Beberapa perubahan standart akuntansi keuangan yang paling revolusioner dilakukan terhadap standart akuntasi penggabungan usaha dan goodwil. Saat ini, akuntasi penggabungan usaha (IFRS No3.) tidak dapat dilihat sebagai akuntansi yang cukup dibahas secara terpisah, tetapi harus dilihat dengan perspektif standarstandar akuntansi keuangan lain, seperti standar akuntansi aktiva berwujud (IAS No.16) dan goodwil, penurunan nilai aktiva (IAS No.36) dan pajak penghasilan (IAS No.12). Shingga, dalam melakukan adopsi terhadap IFRS, perlu diperhatikan standar-standar akuntansi keuangan lain yang terkait dengannya. A. Definis dan Terminologi Penggabungan Usaha Penggabungan usaha didefinisikan berbeda oleh praktisi hukum dan akuntansi. Istilah hukum yang kerap ditemukan adalah istilah sitilah sebagaimana diatur dalam peraturan pemerinta RI No.27 tahun 1998 yaitu, penggabungan , peleburan dan penggambil alihan. Definisi dari ketiga istilah tersebut juga berbeda dengan apa yang di tetapkan oleh praktisi akuntansi. Penggabungan usaha adalah perbuatan hukum yang dilakukan satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar. Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan dua perseroan atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara membentuk suatu perseroan baru dan masing-masing perseroan yang meleburkan diri menjadi bubar. Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perorangan untuk mengambil alih baik seluruh atau sebagian besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK )No.22 tentangPenggabungan Usaha yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia pada paragaf 8 mendefiniskanPenggabungan Usaha (Business Combination) adalah penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena suatu perusahaan menyatu dengan (uniting with) perusahaan lain atau memperoleh kendali (control) atas aktiva dan operasi perusahaan lain.

Dalam PSAk No 22 tidak dikenal istilah peleburan, dan dapat disimpulkan peleburan dapat digolongkan ke dalam penggabungan usaha. Sementara istilah penggambil alihan, dalam PSAK No.22 paragraf 8 dikenal denan akuisisi yang di definisikan suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan yaitu pengakuisisi memperoleh kendalai atas aktiva neto dan operasi perusahaan yang di akuisis dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban atau mengeluarkan saham Internasional financial Reporting Standart (IFRS) No.3 Business Combination Paragraf 4 memberikan definis yang lebi specifik dengan menjelaskan penggabungan usaha sebagai berikut: A business combinations is the bringing together of separate entities or business in to one reporting entity. The result of nearly all business combination is that one entity, the acquirer, obtains control of one or more other business, the acquiree. If an entity obtaines control of one or more other entities that are not busineses, the bringing together of those busineses is not a business combination. IFRS No.3 menjelaskan bahwa penggabungan usaha adalah penggabungan entitasentitas dan bisnis bisnis terpisah kedalam suatu entitas pelapor dan hampir semua penggabungan usaha bertujuan agar suatu entitas (pengakuisisi) dapat mengendalikan entitas lain (perusahaan yang di akuisisi) . Dengan demikian, penggabungan usaha dapat menyebabkan suatu hubungan induk dan anak perusahaan atau pembelian aktiva bersih yang menghasilkan goowil. B. JENIS-JENIS PENGGABUNGAN USAHA PSAK No 22 paragraf 10-15 menjelaskas ada tiga jenis penggabungan usaha. Tiga jenis penggabungan tersebut adalah akuisisi, riverse acquisition dan penyatuan kepemilikan yang di jelaskan tersebut. a. Akusisi Suatu penggabungan usaha di definisikan sebagai suatu akuisisi apa bila sala satu erusahaan yang berkabung memperoleh lebih dari 50% hak suara pada perusahaan lain atau walaupun perusahaan tersebut tidak memperoleh hak suara lebih dari 50% , perisahaan pengakuisisi dapat diidentidikasi apabila salah satu perusahaan yang bergabung memiliki kekuasaan lebih dari 50%

hak suara , mengatur kebijakan keuangan dan operasi berdasarskan anggaran dasar dan perjanjian, mengangkat dan memberhentikan direksi dan komisaris serta memperoleh haak suara mayoritas dalam rapat dirkesi pada perusahaan lain. Indikasi perusahaan pengakuisisi lain yang perlu diperhatikan adalah nilai wajar aktiva perusahaan pengakuisisi lenih besar dari pada perusahaan lainnya jika penggabungan usaha yang dilakukan dengan cara pertukaraan saham berhak suara dengan kas, maka perusahaan yang membayar tunai adalah perusahaan pengakuisisi. Hal yang lain tidak kala pentingnya adalah dominasi managment. Perusahaan yang managemennya mendominasi mangement perusahaan baru dianggap sebagai perusahaan pengakuisisi. b.Reverse Acquisition Penggabungan usaha terkadang dilakukan dengan pertukaran saham yang berhak suara perusahaan-perusahaan yang akan melakukan penggabungan atau bisa juga disebut reverse acquisition. Dalam hal ini perusahaan yang pemegang saham yang memperoleh kendali dapat diindikasikan sebagai pengakuisisi dan perusahaan lain dianggap sebagai perusahaan yang diakuisisi c. Penyatuan Kepemilikan Ada kalahnya sangat sulit mengindentifikasi perusahaan pengakuisisi dan perusahaan yang diakuisisi, karena tidak terdapat pihak yang dominan dalam penggabungan usaha tersebut. Pemegang saham dan direksi juga sama sama bergabung dan membagi resiko dan manfaat secara bersama-sama dengan kondisi dimana mayoritas saham berhak suara perusahaan yang bergabung dipertukarkan, besarnya nilai wajar perusahaan-perusahaan yang bergabung tidak berbedah secara signifikan dan pemegang saham masing masing perusahaan yang bergabung relatif sama degan sebelum bergabung. C. EFEKTIF BERLAKUNYA PENGGABUNGAN USAHA Kapankah suatu penggabungan usaha berlaku efektif ? ada beberapa ketentuan yang dapat digunakan untuk mengetahui kapan suatu penggabungan usaha berlaku efektif . Ketentuan tersebut di bagi menjadi dua kelompok, yaitu menurut hukun dan menurut akuntansi. Ketentuan

yang diharuskan oleh standar akuntasi keuangan bisa berbeda dengan ketentuan yang diatur oleh perundang-undangan, karena ilmu akuntasi selalu mengutamakan subtansi dari pada syarat formal atau dikenal dengan asasubstance over form. Menurut PSAK No.22 paragraf, suatu akuisisi berlaku efektif pada saat kendali atas aktiva dan operasi suatu perusahaan yang di akuisisi secara efektif dialihkan kepada perusahaan pengakuisisi dan saat penerapan metode pembelian dimulai. PSAK No 22 ini memberikan penjelasan atas ketentuan saat kapan suatu akuisisi berlaku efektif namun, tidak memberikan penjelasan atas ketentuan saat kapan suatu penyatuan kepentingan (uniti of interest) berlaku efektif. Ada pandangan yang menyatakan bahwa suatu penyatuan kepentingan berlaku efektif pada saat pembagian resiko dan manfaat diberlakukan . Menurut Peraturan Pemerinta(PP) No 27. tahun 1998 tentang penggabungan, peleburan, dan penggabil alihan perseroan terbatas menetapkan ketentuan mengenai berlaku efektifnya suatu penggabungan, peleburan dan penggabil alihan dengan mengacu undang-undang No.1 tahun 1995. Suatu trandaksi penggabungan, peleburan, pengendalian berlaku efektif dengan ketentuan sebagai berikut Jika transaksi penggabungan dilakukan dengan merubah anggaran dasar, maka transaksi tersebut mulai berlaku sejak tanggal persetujuan perbuhaan anggaran dasar oleh menteri kehakiman dan perundang undangan. Jika transaksi tersebut disertai degan perbuahan anggaran dasar yang tidak memerlukan persetujuan menteri kehakiman dan perundangundangan, maka transaksi berlaku sejak tanggal pendaftaran akte penggabungan dan akte perubahan anggaran dasar dalam daftar perusahaan. Apabila penggabungan perseroan dilakukan tanpa disertai perubahaan anggaran dasar, maka penggabungan mulai berlaku sejak tanggal penandatanganan akte penggabungan. Peraturan Pemerinta No 27 tahun 1998 pasal 22 Suatu tarnsaksi peleburan berlaku efektif pada saat menteri kehakiman dan perundangundangan mengesahkan akte pendirian perusahaan hasil peleburan. Peraturan Pemerintah No 27 tahun 1998 pasal 26

Transaksi penggabil alihan pada dasarnya sama dengan penngabungan. Jika transaksi pengambilalihan dilakukan dengan merubah anggaran dasar, maka transaksi tersebut efektif berlaku sejak tanggal persetujuan perbubahan anggaran dasar oleh menteri kehakiman dan perundang-undangan. Jika transaksi tersebut disertai dengan dengan perubahaan anggaran dasar yang tidak memerlukan persetujuan menteri kehakiman dan perudang-undangan maka transaksi tersebut berlaku sejak tanggal pendaftaran akte pengambil alihan dan akte perubahan anggaran dasar dalam daftar perusahaan.Apabila pengambil alihan perseroan dilakukan tanpa disertai perubahan anggaran dasar, maka pengambilan mulai berlaku sejak penandatanganan akte pengambilalihan. D. STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN YANG TERKAIT Tidak bisa dipungkiri, sejarah dan perkembangan akuntansi penggabungan usaha di amirika serikat memberika pengaruh yang besar terhadap perkembangan teori akuntansi penggabungan usaha . Diamirika Principle Board (ABP) Opini No 16 tentang business kombination diberlakukan sejak tahun 1970 hingga awal dekade 2000-an. ABP Opini No 16 merupakan salah satu standar yang paling lama dipaki berlaku di Amirika Serikat. APB Opini No 16 ini telah diadobsi oleh Internasional Standart Accounting Bord (IASB) dengan dikeluarkannya IAS No 22tengan business combination. Selajutnya IAS No.22 digantikan dengan IFRS No.3 sejak 31 Maret 2004. Kemudian IAI melakukan pengadobsian terhadap IAS No 22 dengan dikeluarkannya PSAK No 22 tentangakuntansi penggabungan usaha yang berlaku sejak 1 januari 1995 hingga kini. a. IAS No.22, PSAK No.22 DAN IFRS No.3 IFRS No.3 dikeluarkan oleh IASB untuk menggantikan IAS No.22 Dengan Beberapa perbubahan ketentuan akuntasi penggabungan usaha No 1
IAS No.22 DAN PSAK NO.22
IAS No 22 dan PSAk No.22 memberikan ijin atas pengguanaan metode pembelian dan penyatuan kepemilikan serta menetapkan syarat-syarat penggunaan metode

IFRS NO.3
IFRS No.3 tidak lagi mengijinkan penggunaan metode penyatuan kepemilikan dan menyebutkan bahwa

Dasar Perubahan
Ketentuan tersebut ditetapkan karena, walaupun terdapat kreteria yang ditetapkan oleh IAS No.22 dalam mengguanak metode pembelian dan

tersebut. Metode penyatuan kepemilikan digunakan apabila sulit sekali mengidentifikasi perusahaan pengakuisisi dan terjadi pembagian resiko serta manfaa secara seimbang antara perusahaan-perusahaan yang menggabungkan diri.

semua penggabungan usaha harus dicatatdengan menggunakan metode pembelian

penyatuan kepemilikan ,managemen sering mencari celah agar dapat menggunakan sala satu dari dua metode tersebut yang menguntungkan bagi mereka. Sehingga IFRS No.3 mengharuskan pengidentifikasian perusahaan pengakuisisi dalam setiap transaksi penggabungan usaha

No 2

IAS No.22 DAN PSAK NO.22


IAS No. 22 dan PSAK No.22 mengharuskan amortisasi goodwill selama satu periodeyang tidak kurang dari 20 tahun

IFRS NO.3
IFRS No.3 Tidak lagi memperkenankan amortisasi atas goodwil yang berasal dari transaksi penggabungan usaha. Goodwil dianggap habis dengan sendirinya seiring dengan terjadinya penurunan nilai aktifa yang dilakukan berdasarkan IAS No.36 tenangimpairment of asset IFRS No.3. paragraf 56 mengharuskan pengakuan laba atau rugi yang berasal dari sisa goodwil negatif

Dasar Perubahan
Pengalokasian goodwil melalui penurunan nilai sianggap sebagai perlakuan yang paling tepat sebab goodwil adalah cerminan arus kas yang diharapkan diperoleh pada masa yang akan datang , sehingga akan menurun jika arus kas tersebut menurun

Berdasarkan PSAK No.22 paragraf 82,sisa goodwil negatif setelah dilakukan penurunan nilai aktifa nonmoneter , harus diakui sebagai pendapatan sitangguhkan dan diakui sebagai pendapatan secara sistimatis tidak boleh lebih dari 20 tahun.

Goodwil negatif sebenarnya adalah pendapatan yang diperoleh sari transaksi penggabungan usaha yang semestinya langsung diakui seluruhnya pada saat transaksi tersebut terjadi

b. IAS No.36 DAN PSAK No.48 IAS no 36 tentang Impairment of Assets yang telah direvisi pada tahun 2004 dan berlaku efektif sejak 31 Maret 2004. IAI mengadopsi Standar akuntansi ini dengan mengeluarkan PSAK No.48 tentang Penurunan Nilai aktifa yang berlaku sejak 1 januari 200 standar ini mengatur bagaimana pencatatan penurunan nilai aktifa termasuk goodwil. IAS No 36 dan PSAK No.48 mengharuskan managemen perusahaan melakukan evaluasi apakah nilai yang dapat diperoleh kembali (recoverable value ) dari aktifa yang dikelompokkan sebagai unit penghasilan kas (UPK ) lebih rendah jika dibandingkan dengan harga perolehannya.Jika lebih rendah maka selisih tersebut harus dibukukan sebagai rugi penuruanan nilai aktifa. Nilai yang dapat diperoleh kembali adalah nilai tertinggi antara nilai pakai dan nilai wajar suatu aktifa.

Salah satu aktiva non moneter yang harus diawasi setiap tahunnya adalah goodwil. IFRS No.3 melarang alokasi goodwil melalui amortisasi, dan mengharuskan alokasi dilakukan melalui mekanisme penurunan nialai aktiva sebagaimana ditetapkan dalam IAS No.36 yang mengatur bagaimana perlakuan akuntansi terhadap penurunan aktiva. c. IAS No.12. DAN PSAK No PSAK No.46 Efek pajak tangguhan harus diperhitungkan dalam setiap[ transaksi penggabungan usaha jika salah satu entisa yang menggabungkan dibubarkan. Berdasarkan IFRS No 3 perhitungan pajak tangguhan akan mempengaruhi besarnya goodwil. Pajak tangguhan diperoleh dari beda waktu yang muncul dari selisi basisi fiskal aktiva dan kewajiban, dengan nilai wajar aktiva dan kewajiban yang diakuisisi. IAS No.12 telah mengakomodir masalah2 pencatatan pajak tangguhan yang muncul dari transaksi penggabungan usaha. PSAK walaupun merupakan adobsi dari IAS No 12, tetapi tampaknya belum perna direvisi , sehingga tidak memberikan ketentuan pencatatan pajak tangguhan yang berasal dari transaksi penggabungan usaha secara rinci dan jelas. E. METODE PENCATATAN Penggunaan metode yang tepat dalam pencatatan penggabungan usaha telah menjadi wacana sejak tahun 1970-an Hal tersebut tidak saja ditemukan di Amirika Serikat sebagai pelopor perkembangan ilmu akuntasi keuangan tetapi juga di negara-negara Eropa Baratdan Asia. Perubahan IAS menjadi IFS No.3 juga tidak luput dari wacana seputar pemilihan metode pencatatan yang tepat. Penggabungan usaha dalam praktek bisnis dapat dilakukan dengan dua cara, penerbitan saham baru dan pembelian aktifa perusahaan yang diakuisisi. Dari kedua cara ini lahirlah dua metode pencatatan yang dikenal yaitu, Metode penyatuan kepemilikan (pooling of Interest ) dan metode pembelian (purchase ). Kedua metode ini merupakan pilihan yang dapat digunakan dengan memperhatikan syarat syarat yang telah ditentukan oleh PSAK No 22. a. Metode Penyatuan Kepemilikan

Aseumsi yang mendasari metode penyatuan kepemilikan ini adalah diamana kepemilkan oleh pemegang saham dua perseroan disatukan dan tidak mengalami perubahan hingga terbentuknya entitas baru. Jika penyatuan kepemilikan dilakukan, maka otomatis salah satu entitas yang bergabung harus bubar secara hukum, atau kedua entitas bubar dan dibentuk entitas baru. Pada metode penyatuan kepemilikan, aktiva, kewajiban dan laba ditahan dari entitas yang bergabung dialihkan kepada salah satu entitas atau entitas yang baru dibentuk. Dalam metode ini, aktiva dan kewajiban perusahaan-perusahaan yang menggabungkan diri akan dicatat dengan menggunakan nilai buku. Dalam kasus penggabungan dengan menggunakan metode ini , sering dijumpai pembukuan entitas yang bergabung menggunakan metode-metode akuntansi yang berbeda atas aktiva aau kewajiban yang sama. Metodeyang digunakan harus harus direagamkan dulu. Jika perubahan metode dilakukan dalam satu entitas, maka harus dilakukan penyesuaian secar retrokatif terhadap laporan keuangan entitas yang mengalami perubahaan akuntansi. b. Metode Pembelian Suatu penggabungan usaha dikatakan suatu akuisisi apabilah terdapat perusahaan pengakuisisi dan perusahaan yang diakuisisi. Suatu akuisisi harus dibukukan sebesar sebesar biaya perolehan yaitu jumlah kas atau setara kas yang dibayar atau nilai wajar aktiva lain yang diberikan oleh perusahaan pengakuisisi sebagai imbalan atas perolehan kendali atas aktiva neto perusahaan lain ditambahkan biaya lain yang secara langsung dapat di atribusikan pada akuisisi tersebut Dalam melakukan akuisisi atas suatu akuisisi, terlebih dahulu ditentukan nilai wajar aktiva dan kewajiban perusahaan yang akan diakuisisi padatanggal akuisisi efektif dilakukan atau pada saat kendali atas aktiva dan operasi suatu perusahaan yang diakuisisi secara efektif dialihkan kepada perusahaan pengakuisisi. Pedoman umum dalam menentukan nilai wajar aktifa dan kewajiban yang diakuisisi berdasarkan PSAK No 22 paragraf 36. F. GOODWIL

Goodwil adalah selsisi antara baiaya perolehan dengan bagian perusahaan pengakuisisi atasnialai wajar aktiva dan kewajiban yang dapat diidentifikasi pada tanggal transaksi pertukaran. Goodwil yang timbul bisa postif bisa negatif perlakuan akuntasi atas goodwil diatur oleh PSAK No.22 yang diadopsi dari IAS No 22. PSAK No 22. menghasruskan amortisasi goodwil yang diakui tidak boleh lebih dari 20 tahun sedangkan IFRS No 3 Menggatikan IAS N0 22 melarang amortisasi goodwil. Alokasi goodwil setelah penggabungan usaha dilakukan dengan mengacu pada IAS No.36 perbedaan lain IFRS No 3 dengan PSAK adalah perlakuka terhadap realisasi dan alokasi goodwil negatif a. Goodwil Postif Goodwil postif adalah selisi positif antara biaya perolehan yang harus dibayar perusahaan pengakuisisi dengan nilai wajar aktifa dan kewajiban perusahaan yang diakuisisi yang mencerminkan manfaat ekonomi yang diperoleh perusahaan pengakusisi pada masa yang akan datang timbul sebagai akibat adanya ekspektasi arus kas bersih yang lebih besar jika dibandingkan dengan nilai wajar aktiva , yang mungkin timbul sebagai hasil sinergi atau sebagai hasil suatu aktiva. Goodwil postif diakui sebai\gai aktifa lain-lain dan dicatat sebagai suatu pos pada neraca. b. Goodwil Negatif Goodwil negatif timbul apabila baiaya perolehan yang harus dibayar pengakusisi lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai wajar aktiva dan kewajiban perusahaanyang diakuisisi. Goodwil negatif akan mengurangi nilai wajar aktifa non-moneter secara proposional sebesar selisi lebih renda tersebut. c. Alokasi Goodwil PSAK No 22 mengharuskan dilakukan amortisasi atas goodwil untuk periode yang tidak melebihi 5 tahun, kecuali terdapat dasar yang tepat untuk menentukan periode amortisasi yang lebih panjang. Namun periode yang lebih panajang dimaksud, tidak boleh melebihi dari 20

tahun . ketentuan ini berlaku hingga kini sebab PSAK No 22 belum di revisi Dan mai diberlakukan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia G. LAPORANAN KONSOLIDASI Dipandang dari segi hukum perusahaan induk dan perusahaan anak memang berdiri sendiri. Akan tetapi dipandang dari segi ekonomi perusahaan anak hanyalah perpanjangan tangan dari perusahaan induk karena kebijakan akan ditentukan oleh perusahaan induk. Oleh karena itu dari segi ekonomi kedua perusahaan tersebut sebenarnya merupakan satu kesatuan ekonomi. Agar perusahaan induk dan perusahaan anak dapat mencerminkan suatu kesatuan ekonomi maka kedua perusahaan tersebut harus menyususn satu laporan keuangan yang mencakup dan mencerminkan perusahaan induk dan perusahaan anak. Laporan keuangan seperti ini disebut laporan keuangan konsolidasi (consolidasion finance statemennt ). Laporan Konsolidasi Pada Saat Pembelian Laporan Konsolidasi Pada saat Pembelian hanya terdiri atas neraca konsolidasi saja . Penyusunsan neraca konsolidasi pada saat pembelian tergantung pada: Besarnya pemilikan modal saham anak perusahaan anak oleh perusahaan induk Dalam hal ini ada dua kemungkina, yaitu : a. Perusahaan Induk memiliki modal perusahaan anak b. Perusahaan induk hanya memiliki sebagian dari modal saham perusahaan anak Besarnya harga perolehan dibandingkan dengan nilai bukunya Dalam hal ini terdapat 3 kemungkinan, yaitu : a. Harga perolehan sama dengan nilai buku b. Harga perolehan diatas nilai buku

c. Harga perolehan di bawa nilai buku a. Neraca Konsolidasi- Harag perolehan Sama Sama Dengan Nilai Buku Apabila perusahaan induk memiliki seluruh modal saham perusahaan anak maka seluruh modal perusahaan anak adalah haknya perusahaan induk. Oleh karena itu seluruh modal perusahaan anak dieliminasi. Apabila seham perusahaan anak tersebut diperoleh dengan harga perolehan sebesar nilai buku, maka semua modal perusahaan anak dan investasi akan habis di eleminasi. Kadang-kadang perusahaan induk hanya memiliki sebagian dari modal saham perusahaan anak. Dalam hal ini modal perusahaan anak yang harus dieliminasi terbatas pada modal perusahaan anak yang menjadi hak perusahaan induk saja, yang sebenarnya sesuai dengan persentase pemilikannya. Bagian dari modal perusahaan anak yang menjadi hak pemegang saham minoritas akan di sajikan di dalam neraca konsolidasi sebagai elmen modal b. Neraca Konsolidasi- Harga Perolehan Diatas Nilai Buku Kadang kadang perusahaan induk membeli modal saham perusahaan anak dengan harag diatas nilai buku. Kelebihan haraga diatas nilai buku tersebut harus diperlakukan secara tepat sesuai dengan penyebab terjadinya. Secara garis besar penyebab terjadinya kelebihan aharga perolehan di atas nilai buku dapat dikelompokkan: Perusahaan anak menilai aktifa terlalu rendah Apabila kelebihan harag Perolehan diatas nialai buku tersebut terjadi karena perusahaan anak menilai aktiva terlalu rendah maka kelebihan harga perolehan di atas nilai buku harus diberlakukan sebagai penambahaan nialai aktiva yang dinilai terlalurendah. Apabila aktiva tersebut disusut maka selisi tersebut harus diperhitungkan di dalam penyusutan.Demikian pula apabila kativa tersebut dibeli. Perusahaan anak tidak mengakui goodwil yang ada.

Apabila keelebihan harga perolehan dia atas nilai buku tersebut terjadi karena perusahaan anak tidak mengakui goodwil yang ada atau menilai goodwil terlalu rendah ataupun dengan memiliki modal saham perusahaan anak tersebut tingkat laba akan meningkat menjadi diatas tingkat laba normal maka kelebihan harga perolehan diatas nilai buku harus diberlakukan sebagai goodwill. Perusahaan Induk mau membeli dengan harga diatas nilai buku sebagai harga untuk dapat menguasai perusahaan anak Apabila kelebihan harga perolehan di atas nilai buku tersebut terjadi karena perusahaan induk menganggap sebagai harga yang harus dibayar untuk dapat menguasai perusahaan anak maka kelebihan harga pokok diatas nilai buku harus disajikan di dalam rekening tersendiri yaitu rekeningkelebihan harga perolehan diatas nilai buku. Rekening tersebut harus di sajikan di dalam neraca konsolidasi dalam kelompok aktiva yaitu aktiva lain-lain c. Neraca Kosolidasi- Haraga Perolehan di Bawah Nilai Buku Terkadang perusahaan induk membeli modal saham perusahaa anak dengan harag dibawa nilai buku. Kelebihan niali buku di atas harga perolehan tersebut harus diperlakukan secara tepat sesuai dengan penyebab tersajinya. Pada dasarnya penyebab terjadinya harga perolehan dibawa nilai buku adalah merupakan kebalikan dari penyebab terjadinya harga perolehan diatas nilai buku Sebagai pengurang aktiva tertentu Sebagai pengurang goodwill Di sajikan dalam rekening tersendiri Dalam halini cara perlakuannya kebalikan dari harga perolehan di atas nilai buku KESIMPULAN

Perkembangan ilmu akuntansi penggabungan akuntansi di indonesia, tidak dapat dipisahkan dari perkembangan standart akuntansi internasional, yang menjadi sumber utama penyusunan standart akuntasi keuangan sejak tahun 1994. Disamping itu, saat ini terdapat kencenderungan pengadobsian IFRS di dunia menyusul terjadinya sekandal Enrorn dan perushaan-perusahaan raksasa lainnya di Amirika Serikat. Standart akuntasi keuangan di Amirika Serikat (US-GAAP) dianggap memiliki banyak kelemahan yang dapat di jadikan celah memanipulasi laporan keuangan. Saat ini, akuntasi penggabungan usaha (IFRS No3.) tidak dapat dilihat sebagai akuntansi yang cukup dibahas secara terpisah, tetapi harus dilihat dengan perspektif standarstandar akuntansi keuangan lain, seperti standar akuntansi aktiva berwujud (IAS No.16) dan goodwil, penurunan nilai aktiva (IAS No.36) dan pajak penghasilan (IAS No.12). Shingga, dalam melakukan adopsi terhadap IFRS, perlu diperhatikan standar-standar akuntansi keuangan lain yang terkait dengannya.ap Dipandang dari segi hukum perusahaan induk dan perusahaan anak memang berdiri sendiri. Akan tetapi dipandang dari segi ekonomi perusahaan anak hanyalah perpanjangan tangan dari perusahaan induk karena kebijakan akan ditentukan oleh perusahaan induk. Oleh karena itu dari segi ekonomi kedua perusahaan tersebut sebenarnya merupakan satu kesatuan ekonomi. Agar perusahaan induk dan perusahaan anak dapat mencerminkan suatu kesatuan ekonomi maka kedua perusahaan tersebut harus menyususn satu laporan keuangan yang mencakup dan mencerminkan perusahaan induk dan perusahaan anak

Anda mungkin juga menyukai