Anda di halaman 1dari 8

Tour Bangkok!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Day 1 Bangkok 19 April 2011 Sekitar 11 jam perjalanan sudah kami tempuh, kira-kira jam 5 pagi bus berhenti di Chao Fa road di ujung jalan Chakrabongse, 5 menit berjalan kaki ke Khao San road tempat paling happening di kota Bangkok. Karena dari rumah Atik sudah mempersiapkan beberapa pilihan hotel yang akan dituju, kami langsung mencoba yang terdekat dulu yaitu Lucky House Hotel di jalan Chakrabongse yang hanya berjarak 50 meter dari tempat pemberhentian bus. Kami beruntung masih kebagian kamar karena belum booking dulu sebelumnya, sehingga tidak kebingungan mencari hotel yang lain. Letak hotel ini sangat strategis karena berada tepat diseberang Khao San road. Hal ini menurut kami menguntungkan karena diwaktu malam tidak terlalu bising dengan hingar-bingar live music dari caf-caf disepanjang Khao San road, tetapi kalau ingin ikut menikmati keramaian tinggal menyeberang saja. Pagi itu setelah cek in, kami selonjor sebentar menghilangkan pegal-pegal sambil meluruskan tulang-tulang karena semalaman tidur di bus. Tetapi tidak diduga-duga, tiba-tiba hujan sangat deras turun disertai angin kencang dan suara petir menggelegar bersahutan. Kami sempat khawatir kalau hari itu jadwal tour jadi kacau dan tidak bisa pergi kemana-mana. Sambil menunggu kami mandi dan mempersiapkan perlengkapan penting yang selalu kami bawa jalan-jalan dan yang paling utama adalah kamera. Meskipun semakin mereda, tetapi agak lama kami menunggu tidak kunjung reda, akhirnya kami putuskan tetap keluar jalan-jalan dengan membeli raincoat terlebih dahulu. Ditengah hujan dengan raincoat kami berjalan menyusuri Khao San road hingga ujung dan ternyata para turis juga melakukan hal yang sama. Mampir ke sebuah warung untuk brunch (sarapan yang sudah kesiangan) sambil menunggu siapa tahu hujan segera reda. Benar juga selesai kami makan, selesai juga hujan deras pagi itu seakan menyambut kedatangan kami di kota Bangkok dan selanjutnya mempersilahkan kami untuk menikmati eksotisnya kota kuil ini.

Sasaran tour hari itu adalah mengunjungi rangkaian tiga kuil paling terkenal yaitu Wat Phra Kaeo (Grand Palace), Wat Pho dan Wat Arun. Dari penjelasan pemilik warung, jarak menuju Grand Palace hanya sekitar dua blok dari Khao San road. Karena sudah terlatih berjalan kaki sebelum tiba di Bangkok ini, jarak seperti itu kecil buat kami berdua. Tidak sampai 15 menit kami berjalan dari warung tempat sarapan, kami sudah tida di sudut tembok pagar Grand Palace yang dulunya merupakan tembok beteng Portugis. Di salah satu pintu gerbang hampir saja kami ditipu pemandu wisata (sopir tuk-tuk) yang mengatakan Grand Palace baru buka nanti jam 2 siang dan sebaiknya jalan ke tempat lain dulu. Untungnya Atik sudah membaca banyak referensi, baik dari buku atau dari internet yang banyak membahas ciri-ciri orang yang akan menipu yang ternyata memang banyak kejadian yang dialami para turis di sana. Tanpa menghiraukan orang-orang tersebut, kami terus menyusuri tembok beteng dan akhirnya sampai juga di pintu gerbang utama Grand Palace dan Wat Phra Kaeo berada. Karena saya memakai celana pendek, saya harus meminjam celana panjang yang sudah disediakan dengan uang jaminan 200 Bath yang bisa diambil lagi saat mengembalikan celananya. Setelah membayar tiket, kami memasuki area Wat Phra Kaeo dan disambut Yaksha patung raksasa yang terkenal itu. Semakin masuk dan menjelajahi areal ini, semakin dibuat heran dengan keindahan tiap-tiap bangunan yang ada di Wat Phra Kaeo. Keindahan berbeda disajikan sekeluarnya kami dari Wat Phra Kaeo dan memasuki area Grand Palace, karena bangunan di tempat ini sudah perpaduan antara arsitektur Portugis dan arsitektur khas kuil. Patung-patung, beragam jenis bangunan kuil dan bangunan peninggalan Portugis yang dipadu dengan lingkungan yang bersih tertata, membuat tempat ini memang layak masuk dalam salah satu situs keajaiban dunia dan menjadi tujuan wisata utama di kota Bangkok ini. Karena luasnya areal Grand Palace, cukup lama waktu dibutuhkan untuk

mengamati satu-persatu keistimewaan detail setiap bangunan yang ada di sana. Terlepas dari makna symbol-symbol yang ada di kuil tersebut yang memang sebagai pusat pemujaan agama Buddha, tetapi tidak dapat dipungkiri kalau keseluruhan bangunan yang ada merupakan hasil karya arsitektur dengan sentuhan seni yang sangat tinggi. Sama halnya dengan keberadaan candi Prambanan dan candi Borobudur yang ada di Indonesia. Seperti apa keindahan dibalik tembok beteng Portugis ini bisa dilihat di photo gallery. Hari kedua kami ingin mengexplore Dusit area dimana terdapat The Worlds Largest Golden Teakwood Mansion bernama Vimanmek tempat tinggal Raja Rama V. Masih terlalu pagi sampai Dusit park area dan semua masih tutup, kami sempatkan untuk makan pagi di salah satu kantin yang berada dalam taman tersebut. Selesai makan kami langsung menuju Vimanmek yang ternyata sudah mulai banyak turis yang antre untuk masuk. Karena tiket kami waktu di Grand Palace dapat dipergunakan diseluruh tempat wisata di Dusit area, kami tidak perlu antre untuk membeli tiket lagi tapi langsung masuk ruang tunggu khusus turis asing yang akan dipandu guide berbahasa Inggris. Sebelum masuk kawasan tersebut, seperti biasa kami harus memakai pakaian serba tertutup, dan sayapun harus meminjam celana panjang dengan jaminan uang yang bisa diambil setelah selesai tour. Selain itu, semua barang bawaan harus disimpan dalam locker karena pengunjung tidak diperbolehkan membawa apapun ke dalam area tersebut. Dan sekedar info, di seluruh Dusit area pengunjung tidak boleh membawa kamera masuk ke dalam gedung. Sekitar 10 orang turis asing sudah berkumpul lalu dipersilahkan masuk dengan melewati pemeriksaan sangat ketat, selain melewati ruang scan juga tiap pengunjung digerayangi satu persatu untuk memastikan tidak ada barang apapun yang dibawa. Sebelum menaiki tangga gedung Vimamnek, semua alas kaki harus dilepas dan disimpan dalam locker yang berada diruangan bawah tangga.

Dilihat dari arsitektur, tata ruang, sentuhan seni dan keindahan bangunan besar berlantai tiga yang seluruhnya terbuat dari Kayu Jati ini memang sangat mengesankan. Dan memang layak kalau dijuluki The Worlds Largest Golden Teakwood Mansion. Tempat tinggal King Rama V ini penuh berisikan barang-barang indah dan mewah pemberian dari pemimpin-pemimpin bangsa di berbagai belahan dunia. Antara lain furniture, kristal, batu-batu mulia, gading dan kaki gajah raksasa, aneka binatang buruan yang diawetkan, senjata-senjata perang sampai alat musik grand piano yang menjadi kegemaran putri King Rama V ada disana. Tetapi sayangnya seluruh kemewahan yang ada di sana tidak dapat kami abadikan dalam foto, sedangkan untuk menceritakan satu-persatu juga tidak mungkin bisa menggambarkan seperti yang sesungguhnya. Disinilah terlihat strategi jitu yang diterapkan dinas pariwisata Thailand, sehingga bagi yang penasaran memang harus datang sendiri ke Thailand menyaksikan semua keunikan, keindahan dan kemewahan yang ada di sana. Setelah selesai tour ke seluruh bagian bangunan ini, baru kami boleh mengambil kamera dan semua barang bawaan kami, dan diperbolehkan mengambil foto dari luar gedung. Dari Vimanmek, kami menuju ke Abhisek Dusit Thrown Hall support museum yang berisikan hasil kerajinan tangan, perhiasan dan kain-kain sutra peninggalan jaman King Rama V. Tidak terlalu lama berada di Abhisek Dusit Throne Hall karena memang tidak begitu luas, kami melanjutkan ke satu bangunan besar bergaya Renaisans yang bernama Anantasamakhom Throne Hall (Arts of The Kingdom Exhibition) yang juga merupakan bangunan terbesar di Dusit area, terbuat dari marmer dengan atap kubah besar, juga dipergunakan sebagai support museum. Di kedua gedung tersebut juga tidak diperbolehkan untuk membawa kamera, jadi kami hanya bisa mendokumentasikan suasana dari luar gedung dan taman-taman disekitarnya. Puas mengexplore ketiga bangunan bersejarah Thailand tersebut, kami masuk ke Dusit Zoo yang berada tepat diseberang pintu gerbang Anantasamakhom Throne Hall.

Konon Dusit Zoo adalan salah satu kebun binatang terbaik di Asia, dengan luas 19 hektar menampung sekitar 300 mamalia, 300 reptil dan 1000 burung. Adanya berbagai tanaman tropis dalam taman asri, padang rumput dan juga danau yang ada dalam Dusit Zoo ini, menjadikan tempat ini sangat cocok untuk kami berjalanjalan santai siang itu.

Masih di hari kedua Bangkok Keluar dari gerbang Dusit Zoo yang menghadap jalan Rama V, banyak sopir tuk-tuk menawarkan jasanya, iseng-iseng kami tanya ongkosnya mereka memasang harga sangat tinggi dan langsung kami tolak karena kami sebenarnya sudah tahu harga wajar naik tuk-tuk. Ditengah jalan ada satu tuk-tuk berhenti dan juga menawarkan mengantar kami dengan harga murah dan hampir saja kami mau. Tetapi setelah si sopir mengatakan nanti mampir dulu di beberapa tempat (toko perhiasan) untuk mendapat kupon bensin gratis, kami juga langsung menolak karena seperti itulah ciri-ciri sopir tuk-tuk yang akan menipu para turis, seperti yang kami baca di buku-buku traveling dan di internet. Kebetulan saat itu persediaan uang Bath kami habis jadi kami putuskan meneruskan walking tour sambil mencari tempat penukaran uang. Kami menyeberangi jalan Rama V menyusuri Si Ayuthaya road melewati Suan Chitrlada tempat Chitrlada Palace yang dijaga ketat oleh aparat keamanan, sampai dipinggir-pinggir sungai sepanjang jalan yang kita lalui terlihat aparat berseragam berdiri di sana. Ternyata Si Ayuthaya road ini sangat panjang dan tidak ada seorangpun terlihat berjalan di sepanjang trotoar jalan ini kecuali kami berdua dan juga tidak ada mobil (termasuk angkutan umum) yang berhenti di sepanjang jalan ini. Hanya sekali melintas seorang polisi menaiki sepeda sambil melihat ke arah kami, tetapi karena kebetulan setiap berjalan-jalan saya selalu membawa map di tangan jadi polisi segera tahu kalau kami turis yang mungkin sedang kesasar sehingga si polisi tersenyum dan menyapa kami dengan ramah. Sepanjang jalan ini sangat bersih, tertata dengan baik dan masih banyak pohon besar menghiasi pinggir jalan, membuat perjalanan kami saat itu tidak terasa melelahkan.

Inilah jalan bersejarah bagi kami dan menjadi salah satu pengalaman tak terlupakan dalam tour kami di Thailand. Akhirnya sampai juga kami di ujung jalan Si Ayuthaya ini dan kami menyeberang sesuai petunjuk map. Legalah hati kami kembali melihat keramaian dan banyak angkutan umum melintasi jalan itu. Kami berhenti di salah satu warung membeli minuman dingin sambil beristirahat. Tidak jauh dari warung tersebut ada sebuah Bank sehingga kami bisa menukarkan uang disana. Merasa sudah memiliki amunisi yang cukup, kami tidak lagi melanjutkan berjalan kaki tetapi naik taksi menuju Mahboonkrong (MBK) Super Mall untuk makan siang dan jalan-jalan berbelanja souvenir. Meskipun sudah berjalan kaki seharian, tetapi bagi Atik jalan-jalan di Mall tidak pernah membuat capek. Saya memilih tidur di salah satu kursi di dalam Mall sambil ngadem dan membiarkan Atik berkeliling sendiri kemana dia suka. Setelah Atik mendapatkan yang diinginkan dan hari sudah sore, kami naik taksi unuk kembali ke hotel. Ternyata jalan di pusat kota ini maceetttt total, setengah jam pertama hanya berjalan sekitar 20 meter. Baru setelah memasuki ring road, arus lalu lintas kembali normal. Sampai Khao San road mampir ke 7 eleven beli persediaan makanan dan kembali ke hotel untuk istirahat. Day 3 - Bangkok 21 April 2011 Rencana hari itu kami akan ke Kanchanaburi untuk mengunjungi Tiger Temple tetapi batal karena salah seorang polisi memberi petunjuk stasiun kereta api yang salah yaitu Hua Lampong (tidak ada jadwal kereta ke Kanchanaburi), padahal seharusnya ke stasiun Bangkok Noi/Thon Buri yang justru sangat dekat dengan hotel. Sehingga untuk kembali menuju ke stasiun yang benar sudah tidak keburu lagi, kami ketinggalan jadwal kereta pagi yang menuju Kanchanaburi.

Kecewa tetapi tidak bisa berbuat apa-apa sempat membuat kami bingung menentukan tujuan tour kami hari itu. Setelah thenguk-thenguk sebentar di stasiun, kami mulai bisa merelakan dan tidak kecewa lagi dengan kejadian tersebut, dan berusaha berpikir positif bahwa saat itu belum diijinkan Tuhan untuk sampai Kanchanaburi, dan kami bisa kembali menikmati tour kami hari itu dengan senang dan tetap bersemangat. Melihat dari map ternyata stasiun Hua Lampong terletak hanya beberapa blok dari Mahboonkrong (MBK) Super Mall. Akhirnya kami berjalan menuju MBK melalui jalan-jalan kecil dan hanya sekitar 10 menit berjalan kaki, kami sudah sampai bagian belakang gedung MBK. Karena masih terlalu pagi, Mall belum buka dan masih harus menunggu sekitar 10 menit lagi. Kami naik ke jembatan penyeberangan melihat keramaian dari atas dan foto-foto di sana sambil terus menyeberang ke Siam Discovery Center, Mall lain yang juga terkenal di Bangkok selain MBK, tetapi lebih baru dan terkesan lebih modern. Siam Discovery Center sudah buka terlebih dahulu sehingga kami bisa langsung sight seeing ke dalam Mall dan melihat apa saja yang ada dalam Mall tersebut. Tempat belanja yang cocok untuk orang-orang berkantong tebal, karena segala yang bermerk dan mahal-mahal ada di sini. Ingin berfoto dengan patung lilin orang-orang terkenal di seluruh dunia juga bisa (sayang waktu itu belum buka). Setelah muter-muter di seluruh lantai Siam Discovery Center, kami kembali ke MBK Mall untuk meneruskan belanja yang di hari sebelumnya belum sempat terbeli. Disinilan bedanya dengan Siam Discovery Center, kalau di MBK Mall di setiap lantai ada space yang sangat luas yang didesain khusus untuk pedagang yang menggelar segala macam souvenir dan oleh-oleh, dari pakaian, kerajinan tangan, pernakpernik sampai segala makanan khas Thailand ada di sana. Dan di tempat inilah pusat kunjungan para turis yang ingin berbelanja apa saja yang khas Thailand. Sangat ramai sehingga membuat Mall ini menjadi sangat diminati sebagai salah satu tujuan pokok tour kalau berada di Bangkok (khususnya turis bule). Sebelum mulai penjelajahan kami di Mall tersebut, kami nongkrong dulu di foodcourt yang berada di lantai lima untuk brunch (makan siang yang masih terlalu pagi) agar tubuh tetap kuat.

Singkat cerita siang itu kami habiskan waktu berada di satu lokasi saja untuk jalanjalan dan berbelanja yaitu di Mahboonkrong (MBK) Super Mall. Untuk menghindari macet, sekitar jam 4 sore kami sudah keluar dari Mall dan mencari taksi dari sisi yang lain sehingga tidak ikut terjebak macet seperti hari sebelumnya. Sesampainya di hotel kami mandi dan beristirahat sebentar karena malamnya kami berencana untuk jalan di sepanjang Ram Butri menuju Tani dan Soi Rambutri yang tidak kalah menarik dibanding dengan Khao San road, tetapi terkesan lebih sopan dan teratur. Sedangkan di Khao San road sangat hingar bingar, penuh pejalan kaki dengan pakaian seadanya atau bahkan dengan dandanan yang sangat over, tetapi sangat cocok untuk wisata kuliner karena banyak makanan aneh dijajakan di sana. Sepanjang malam itu kami biarkan terlarut dalam suasana heart of Bangkok diwaktu malam sampai klenger kecapean karena saat itu adalah malam terakhir kami berada di Bangkok, dan esok harinya sudah harus terbang kembali ke Indonesia.

Day 4 Bangkok 22 April 2011

Anda mungkin juga menyukai