Anda di halaman 1dari 4

Berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko

bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4000 tahun yang lalu. Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satusatunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 varietas jagung, baik ras lokal maupun kultivar. Orang-orang Eropa yang datang ke Amerika membawa benih jagung tersebut ke negaranya. Melalui Eropa tanaman jagung terus menyebar ke Asia dan Afrika. Baru sekitar abad ke-16 tanaman jagung ini oleh orang Portugis dibawa ke Pakistan, Tiongkok dan daerah-daerah lainnya di Asia termasuk Indonesia (Wirawan dan wahab, 2007). Di Indonesia daerah-daerah penghasil tanaman jagung adalah Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, Daerah Istimewa Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Maluku. Khusus daerah Jawa Timur dan Madura, tanaman jagung dibudidayakan cukup intensif karena selain tanah dan iklimnya sangat mendukung untuk pertumbuhan tanaman jagung, di daerah tersebut khususnya Madura jagung banyak dimanfaatkan sebagai makanan pokok (Warisno, 2007). Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini. Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau

seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis tidak mampu memproduksi pati sehingga bijinya terasa lebih manis ketika masih muda. Adapun klasifikasi dari tanaman jagung tersebut adalah sebagai berikut : Kerajaan: Plantae Ordo: Famili: Genus: Spesies: Poales Poaceae Zea Z. mays

Jagung adalah salah satu komoditas yang penting di Indonesia dalam mendukung perekonomian nasional. Jagung di Indonesia selain di manfaatkan sebagai makanan pokok di sebagian daerah di Indonesia tanaman jagung juga di manfaatkan sebagai bahan industry obat obatan, makanan ringan, gula jagung, tepung jagung serta banyak lagi manfaat jagung yang lain. Selain itu Jagung juga dapat dimanftaatkan sebagai pakan beberapa jenis ternak. Jagung merupakan salah satu komponen pakan ternak yang paling banyak dibutuhkan. Menurut Tangenjaya et.al (2002), sesuai dengan standar Januhari 2001, komposisi pakan yang berasal dari jagung, adalah untuk ayam pedaging 54 persen, ayam petelur 47,14 persen dan untuk ternak babi grower sebesar 49,34 persen. Dengan demikian fungsi jagung khususnya untuk pakan menjadi sangat penting. Karena pentingnya fungsi komoditas jagung ini, PT Benih Inti Suburintani (2002), , meramalkan bahwa dalam 10 tahun kedepan kebutuhan akan jagung baik untuk pakan maupun untuk bahan baku industry lainnya akan meningkat dari 9 juta ton saat ini menjadi sekitar 19 juta ton. Untuk memenuhi permintaan tersebut disamping dipenuhi dari produksi domistik juga berasal dari import. Melihat kenyataan bahwa dalam 5 tahun terakhir perkembangan peningkatan luas tanam jagung hanya tumbuh sekitar 1,26 persen per tahun. Jagung termasuk komoditas strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia, mengingat komoditas ini mempunyai fungsi multiguna, baik untuk pangan maupun pakan. Penggunaan jagung untuk pakan telah mencapai 50% dari total kebutuhan. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2000-2004), kebutuhan jagung untuk bahan

baku industri pakan, makanan, dan minuman meningkat 10-15%/tahun. masyarakat.

Dengan

demikian,

produksi jagung mempengaruhi kinerja industri peternakan yang merupakan sumber utama protein

Dalam perekonomian nasional, jagung adalah kontributor terbesar kedua setelah padi dalam subsektor tanaman pangan. Sumbangan jagung terhadap PDB terus meningkat setiap tahun, sekalipun pada saat krisis ekonomi. Pada tahun 2000, kontribusi jagung dalam perekonomian Indonesia Rp 9,4 trilyun dan pada tahun 2003 meningkat tajam menjadi Rp 18,2 trilyun. Kondisi ini mengindikasikan besarnya peranan jagung dalam memacu pertumbuhan subsektor tanaman pangan dan perekonomian nasional pada umumnya.

Kerja keras untuk meningkatkan produksi jagung, baik melalui perluasan areal tanam maupun penggunaan benih hibrida dan komposit, telah meningkatkan produksi jagung nasional dari 6,26 juta ton pada tahun 1991 menjadi 10,91 juta ton pada tahun 2003, walaupun hingga kini belum mampu mencukupi kebutuhan, sehingga masih diperlukan impor. Peluang peningkatan produksi jagung dalam negeri masih terbuka luas melalui peningkatan produktivitas yang sekarang masih rendah (3,3 t/ha) dan pemanfaatan potensi lahan yang masih luas, terutama di luar Jawa..

Anda mungkin juga menyukai