Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

Halaman Judul........................ Daftar Isi... BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah... 2. Rumusan Masalah.. 3. Tujuan... BAB III BAB IV PEMBAHASAN.. KESIMPULAN.

DAFTAR PUSTAKA..

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

2. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah sesungguhnya wujud kecintaan (mahabbah) kita dalam

memuliakan rasul? 2. Manfaat apa yang kita peroleh sesudah kita mewujudkan akhlaq kita teradap rasul?

3. Tujuan Penulisan a. Mewujudkan akhlaq kita sesuai dengan ajaran rasul dan para sahabat. b. Bisa Menjalankan dan memanfaatkan dengan baek segala sesuatu yang diajaran oleh rasul dan para sahabat.

BAB II PEMBAHASAN Salah satu rukun iman yang harus diyakini oleh setiap muslim adalah iman kepada para rasul, terutama Rasulullah saw. Bukti utama beriman kepada Rasulullah saw. adalah Mencintai dan memuliakan rosul,ittiba (mengikuti Rasulullah saw.),serta mengucapkan shalawat dan salam. Orang-orang yang menjalankan akhlaq kepada Rasulullah saw. akan meraih banyak nata-ij (manfaat dan buah positif).

Mencintai dan memuliakan rasul


Setiap orang yang mengaku beriman kepada Allah swt tentulah harus beriman bahwa Muhammad saw adalah nabi dan Rasulullah yang terakhir, penutup sekalian nabi dan rasul, tidak ada lagi nabi, apalagi rasul sesudah beliau (QS. Al-Ahzab, 33-40). Beliau diutus oleh Allah swt untuk seluruh umat manusia sampai hari kiamat nanti (QS. Saba 34:28). Kedatangan beliau sebagai utusan Allah merupakan rahmat bagi alam semesta (QS. Al-Anbiya 21:107). Nabi Muhammad saw telah berjuang selama kurang lebih 23 tauhn membawa umat manusia keluar dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Beliaulah yang berjasa besar membebaskan manusia dari belenggu kemusyrikan, kekufuran dan kebodohan, berbagai penderitaan beliau alami dalam perjuangan itu.Dihina, dikatakan gila, tukang sihir, tukang tenung, penyair, disakiti, diusir dan hendak dibunuh, tapi semuanya itu tidak sedikitpun menyurutkan hati beliau, beliau tetap berjuang membebaskan umat manusia. Surah at-Taubah 9:128

Artinya: Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mumin. Sebagai seorang mukmin sudah seharusnya sepantasnya kita mencintai beliau melebihi cinta kita kepada siapapun selain Allah swt.bila iman kita tulus, lahir dari lubuk hati yang paling dalam tentulah kita akan mencintai beliau, karena cintanya itulah yang membuktikan kita betul-betul beriman atau tidak kepada beliau. Rasulullah saw bersabda yang artinya tidak beriman salah seorang diantara kalian sebelum aku lebih dicintainya daripada dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan semua manusia (HR. Bukhari, Muslim dan Nasai).

Sebagai konsekuensi dari menempatkan cinta kepada Allah dan rasul-Nya sebagai cinta yang pertama dan utama, maka tentu saja cinta kepada orang tua, anak-anak, suami, atau istri, sanak saudara, harta benda dan sebagainya harus ditempatkan dibawah kedua cinta tersebut (termasuk dibawah cinta kepada jihad pada jalan Allah). Bentuk lain dari menghormati dan memuliakan Rasulullah saw adalah tidak berbicara dihadapan beliau Allah swt berfirman: Surah al-

Hujurat 49:2

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari.

Mengikuti dan menaati rasul


Firman Allah swt : Surah Ali-Imran 3:31

Artinya: Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Apa saja yang datang dari rasul harus diterima, apa yang diperintahkannya diikuti, dan apa yang dilarangnya ditinggalkan. Keteten kepada Rasulullah saw bersifat mutlak, karena taat kepada beliau merupakan bagian dari taat kepada Allah. Ittiba adalah bukti keimanan Bukti keimanan kepada Rasulullah saw. Wujud kecintaan kepada rassadalah mengikuti beliau dalam segala sisi kehidupannya, selalu mentaati beliau dalam setiap perintah dan larangan yang beliau sampaikan. Sebab, mengikuti dan mentaati Rasulullah saw. adalah

bukti ketaatan kita kepada Allah swt., dan mengikuti sunnah Rasulullah saw. adalah bukti kongkret mengikuti Al-Quran.

Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah.Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka. (An-Nisa: 80) Barangsiapa mengaku mentaati Allah swt.namun tidak mau ittiba Rasulullah saw., maka ketaatannya itu tidak sah menurut Al-Quran; dan Rasulullah saw. berlepas diri dari orang tersebut. Dan siapapun yang mengaku melaksanakan Al-Quran namun tidak ittiba dengan sunnah Rasulullah saw., maka pengakuannya hanyalah pengakuan palsu belaka. Sebagai contoh, untuk dapat melaksanakan shalat dengan sempurna kita memerlukan hadits Rasulullah saw. karena Al-Quran hanya memerintahkan kita mendirikan shalat tanpa menjelaskan rincian tata cara shalat. Bahwa shalat diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam merupakan penjelasan yang kita temukan dalam hadits Rasulullah saw., tidak dalam Al-Quran. Begitu pula dengan rincian pelaksanaan zakat, shaum (puasa), haji, dan ibadah-ibadah lain. Intinya, fungsi hadits Rasulullah saw. adalah menjelaskan ayat-ayat Al-Quran atau dengan bahasa lain kita tidak akan bisa mengamalkan Al-Quran tanpa mengikuti sunnah Rasulullah saw.

Dan Kami turunkan kepadamu Al-Quran agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan. (An-Nahl: 44) Salah seorang ulama besar, Fudhail bin Iyadh, ketika menjelaskan makna Ahsanu amala dalam surat Al-Mulk ayat 2 berkata, Yang dimaksud dengan ahsanu amala (amal yang terbaik) adalah yang paling ikhlas dan paling benar.Karena sebuah amal jika dilakukan dengan ikhlas tapi tidak benar, maka amal itu tidak diterima oleh Allah.Begitu pula sebaliknya, jika amal itu benar tapi tidak ikhlas, juga ditolak oleh Allah swt.Baru diterima jika memenuhi kedua syarat tersebut (ikhlas dan benar). Yang dimaksud dengan ikhlas adalah semata karena Allah, sedangkan yang dimaksud dengan benar adalah mengikuti sunnah Rasulullah. (Dikutip oleh Ibnu Taimiyah dalam Majmu Fatawa vol 18/hlm 250).

Dari Abu Musa r.a. berkata, Rasulullah saw telah bersabda, Perumpamaanku dan perumpamaan risalah yang diberikan Allah kepadaku seperti seorang laki-laki yang mendatangi suatu kaum lalu ia berkata, Aku telah melihat pasukan tentara dengan kedua mataku, kuperingatkan kalian dengan sungguh-sungguh! Segeralah cari selamat (dari keganasan mereka)! Lalu sebagian mereka mentaatinya sehingga mereka segera menghindar dari pasukan kejam itu hingga selamat, sedangkan yang lain mendustakannya hingga pasukan itu menemui mereka dan meluluhlantakkan mereka. (Bukhari) Kita dapat merasakan dari hadits shahih di atas betapa Rasulullah saw. amat ingin menyelamatkan kita dari bencana dunia dan akhirat dengan syariat dan dakwah yang ia bawa, karena syariat Islam adalah penyelamat bagi kita dari kehinaan dunia dan penderitaan di akhirat. Buah Ittiba Berikut ini adalah buah ittiba kepada Rasulullah saw.: 1. Mahabbatullah Natijah (buah) dari ittiba kita kepada Rasulullah saw. jika kita lakukan dengan benar adalah mahabbatullah (cinta dari Allah swt) sekaligus maghfirah (ampunan)Nya. Katakanlah (hai Muhammad), Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. (Ali Imran: 31) Cinta kepada Allah swt.yang dibuktikan dengan ittiba kepada Rasulullah saw. akan melahirkan buah manis berupa cinta Allah swt. Allah swt.memerintahkan kita mengikuti Rasulullah saw., dan setiap perintah Allah swt. apabila kita laksanakan dengan ikhlas dan benar pasti akan mendatangkan cinta dari-Nya. Ketika Allah telah mencintai hamba-Nya, maka segala kekurangan dan dosa yang terjadi akan mudah diampuni oleh Allah swt. 2. Rahmatullah Orang-orang yang mentaati Rasulullah saw. dengan mengikuti sunnah beliau akan memperolah rahmat dari Allah swt. Karena orang-orang yang mencontoh Rasulullah saw. pastilah orang-orang yang berbuat baik atau ihsan (ingat makna ahsanu amala menurut Fudhail bin Iyadh di atas), dan orang-orang yang berbuat ihsan amat dekat dengan rahmat Allah swt. Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain, mereka menyuruh (mengerjakan) yang maruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya.Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (At-Taubah: 71)

Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (AlAraf: 56). 3. Hidayatullah Rasulullah saw. bersabda, Sesungguhnya setiap amal itu mempunyai puncak semangat, dan setiap semangat memiliki titik jemu (lesu). Maka barangsiapa kelesuannya tetap dalam sunnahku berarti ia telah mendapat petunjuk (dari Allah), dan barangsiapa kelesuannya tidak dalam sunnahku berarti ia celaka. (HR. Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya, Ahmad dalam Musnadnya, Al-Baihaqi dalam Syuabul Iman, At-Thabarani dan Abu Nuaim). Hadits di atas menegaskan bahwa tetap berada dalam sunnah Rasulullah saw. dalam segala keadaan akan mendatangkan tambahan petunjuk dari Allah swt. Oleh karenanya, orang-orang yang beriman selalu berusaha mengikuti sunnah Rasulullah saw. ketika sedang bersemangat atau sedang lesu (kurang semangat). Ia tidak membiarkan dirinya hanyut dan terbawa bisikan setan sehingga membuatnya jauh dari hidayah Allah swt. 4. Mushahabatul Akhyar fil Jannah

Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya. (An-Nisa: 69). Orang yang ittiba kepada Rasulullah saw. akan dikumpulkan bersama orang-orang pilihan di surga nanti, yaitu para nabi, orang-orang yang shiddiq, syuhada, dan shalihin. Rasulullah saw. bersabda, Barangsiapa berdoa ketika mendengar panggilan adzan: Ya Allah Rabb seruan yang sempurna ini, dan shalat yang ditegakkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan keutamaan, bangkitkan dia dengan kedudukan mulia yang telah Engkau janjikan kepadanya, maka akan mendapat syafaatku di hari kiamat. (Bukhari). Hadits di atas menunjukkan keutamaan doa setelah adzan. Ia juga mengisyaratkan bahwa mengikuti perintah dan arahan Rasulullah saw. adalah sesuatu yang membuat kita berhak mendapatkan syafaat dari beliau. Logikanya, jika mentaati satu perintah Rasulullah saw. saja yakni membaca doa setelah adzan, akan membuat pembacanya

berhak mendapatkan syafaat beliau, apalagi dengan mengikuti dan mentaati sunnah beliau secara keseluruhan, maka orang itu lebih berhak untuk mendapatkan syafaat beliau. 5. Nadharatul Wajhi Salah satu bentuk ittiba Rasulullah saw. adalah mendengarkan, mempelajari, menghafal, dan memahami hadits Rasulullah saw., kemudian menyampaikannya kepada orang lain. Orang yang mempelajari hadits Rasulullah saw., menghafal kemudian menyampaikannya apa adanya tanpa menambah atau mengurangi, maka Allah akan membuat wajahnya berseri dan bersinar. Rasulullah saw. bersabda, Semoga Allah menyinari (wajah) seseorang yang mendengar hadits dari kami, lalu ia hafal sehingga ia menyampaikannya kepada orang lain. Boleh jadi seorang pembawa fiqih menyampaikan (ilmunya) kepada orang yang lebih paham.Dan boleh jadi pembawa fiqih bukanlah seorang yang faqih.(Tirmidzi). Hadits di atas mendorong kita untuk selalu bersemangat mempelajari, memahami, dan menghapal hadits Rasulullah saw, kemudian menyampaikan teks hadits itu apa adanya dengan penuh amanah tanpa menambah atau mengurangi sedikitpun. Jika kita itu kita lakukan kita berhak mendapatkan wajah yang bersinar di hari kiamat nanti. Hadits di atas juga menyatakan bahwa mungkin saja orang yang disampaikan kepadanya suatu ilmu kemudian ia lebih paham daripada yang menyampaikan. Atau bahkan bisa jadi yang menyampaikan sebuah riwayat tidak memahami riwayat tersebut, sedangkan yang disampaikan justru memahaminya dengan baik. 6. Mujawaratur Rasul Orang yang mencintai Rasulullah saw., maka ia akan berusaha sekuat tenaga untuk ittiba kepada Rasulullah saw. dengan mengikuti sunnah beliau. Maka orang ini akan bersama Rasulullah saw di surga, seperti sabda beliau: Barangsiapa menghidupkan sunnahku, berarti ia mencintaiku; dan barangsiapa mencintaiku, maka ia bersamaku di surga.(Tirmidzi dan Thabarani di Al-Mujam AlAwsath). 7. Izzatun Nafsi Orang yang mengikuti Rasulullah saw. dengan ikhlas semata-mata karena mencintai Allah dan Rasul-Nya, akan meraih kemuliaan dan kekuatan jiwa dihadapan Allah swt. Betapa tidak?Ia telah mendapatkan kecintaan, ampunan, rahmat, hidayah, dan berbagai anugrah lain dari Allah swt. Dengan itu semua terangkatlah dirinya menuju tempat yang tinggi dan mulia, ia tidak lagi peduli dengan kemuliaan di mata manusia selama ia mulia di sisi Allah. Ingatlah, kemuliaan itu terletak pada mengikuti Allah Al-Aziz (yang memiliki Izzah atau keperkasaan) dan mengikuti Rasul-Nya.Padahal izzah itu hanyalah bagi Allah, bagi

Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui. (Al-Munafiqun: 8). 8. Al-Falah Maka orang-orang yang beriman kepadanya (Muhammad saw), memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (AlQuran), mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Al-Araf: 157) Keberuntungan pasti akan diperoleh oleh mereka yang selalu ittiba kepada Rasulullah saw. dengan beriman kepadanya, memuliakannya, menolong (ajaran)nya, dan selalu mengikuti cahaya Al-Quran. 9. Kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat Tak dapat diragukan lagi bahwa orang yang mendapatkan semua nataij dari mengikuti Rasulullah saw. di atas adalah orang-orang yang pasti berbahagia hidupnya dengan kebahagiaan hakiki di dunia maupun di akhirat. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (An-Nahl: 97)

Mengucapkan shalawat dan salam


Dalam ibadah sehari-hari, sebenarnya ada sebuah perbuatan ringan yang apabila kita lakukan mendatangkan akibat yang maha dahsyat, dan apabila kita tinggalkan maka kita termasuk golongan orang yang tidak berbalas budi. Pada saat kita telah diberi bantuan oleh orang lain, sudahlah pasti akan mengucapkan terima kasih yang tak terhingga, atau mungkin mengucapkan doa untuk kebaikannya. Begitu pula dengan Rasulullah Saw yang telah mengeluarkan kita dari lembah kegelapan menuju alam terang benderang, maka sudahlah pantas bagi kita untuk selalu mengucapkan sholawat dan salam atas beliau, sebagai ungkapan rasa terima kasih dan kecintaan kita atas segala jasa dan perjuangan yang tak tertandingi di alam jagad ini. Dalam ibadah-ibadah lain, Allah Swt memerintahkan kepada hamba-hambaNya untuk mengerjakannya, namun khusus dalam perintah membaca shalawat, Allah Swt menyebutkan bahwa Allah sendiri bershalawat atasnya, kemudian memerintahkan kepada malaikatNya, baru kemudian pada orang-orang yang beriman untuk bershalawat atasnya. Dengan hal ini semakin menunjukkan bahwasanya melakukan shalawat atas Nabi muhammad saw, tidak cuma sekedar ungkapan terima kasih, tetapi ia juga menjadi ibadah yang utama.

Bila kita ingin mengetahui bahwa shalawat termasuk ibadah yang utama, maka perhatikan dan renungkan firman Allah Swt dalam al-Quran:

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya, bershalawat atas Nabi, wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkan salam penghormatan kepadanya. (QS. Al-Ahzab 56). Dari ayat tersebut kita mengetahui, Allah Swt saja sang Pencipta jagad raya dan mahkluk seluruh dunia termasuk diri kita yang kecil ini, mau bershalawat terhadap Nabi Muhammad Saw, dan juga para malaikat yang telah dijamin tak akan berbuat kesalahan turut bershalawat terhadap nabi, mengapa diri kita yang telah diselamatkan beliau masih melupakan ibadah yang teramat mulia ini. Sesungguhnya perbuatan seseorang menunjukkan pada perangai dirinya.

Shalawat

adalah sebuah ibadah yang tidak berbatas alam, jarak ataupun waktu. Artinya bila diucapkan maka akan menembus alam langit yang sangat jauh, didengar para malaikat, lalu turut menyampaikan doa bagi manusia yang mengucapkannya, dan menembus Alam kubur menyampaikan salam yang diucapkan manusia kepada Nabi Muhammad Saw. Nabi Saw bersabda: Tidak ada salah seorang di antara kamu yang mengucapkan salam kepadaku sesudah aku mati melainkan malaikat jibril datang kepadaku seraya mengucapkan: wahai Muhammad, ini Fulan bin Fulan mengucapkan salam untukmu, maka aku menjawab: dan atasnya salam dan rahmat serta berkah dari Allah. (HR. Abu Daud) Teks shalawat ketika sholat:

Teks shalawat untuk nabi

Lalu apa fadhilah mengucapkan shalawat dan salam atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw? Ada beberapa riwayat dari hadist Rasulullah Saw, Atsar sahabat

Radiallahu anhum dan pengalaman beberapa ulama yang mengisyaratkan imbalan bagi mereka yang mau bershalawat. 1. Shalawat membersihkan dosa. Sabda Nabi Saw: bacalah shalawat atasku karena sesungguhnya shalawat atasku membersihkan dosa-dosamu, dan mintalah kepada Allah untukku wasilah. Para sahabat bertanya: apakah wasilah itu? beliau menjawab: derajat yang paling tinggi di sorga yang hanya seorang saja yang akan memperolehnya dan aku berharap semoga akulah orang yang memperolehnya. 2. Shalawat berpahala sepuluh rahmat Allah dan menghapus sepuluh kesalahan. Sabda Nabi Saw: barangsiapa yang membaca shalawat atasku satu shalawat maka Allah akan menurunkan sepuluh rahmat kepadanya dan menghapus sepuluh kesalahannya (HR. Nasai) 3. Dikabulkan hajat di dunia dan akhirat. Sabda beliau Saw: barangsiapa yang membacakan shalawat untukku pada suatu hari seratus kali, maka Allah akan memenuhi seratus hajatnya, 70 di antaranya nanti di akhirat dan 30 di dunia. (Kitab Jamul Jawami, Hal: 796) 4. Terangkatnya derajat manusia. Sabda beliau Saw: barangsiapa di antara umatku yang membacakan shalawat atasku satu kali dengan ikhlas dari lubuk hatinya, maka Allah menurunkan sepuluh rahmat kepadanya, mengangkat sepuluh derajat kepadanya, dan menghapus sepuluh kesalahan. (HR. Nasai) 5. Menjadikan doa cepat terkabul. Bahwasanya Umar bin Khattab Ra berkata: Saya mendengar bahwa doa itu ditahan diantara langit dan bumi, tidak akan dapat naik, sehingga dibacakan shalawat atas nabi Muhammad Saw. (Atsar Hasan, Riwayat Tirmidzi)

Salam

adalah ungkapan pengharapan dan doa seseorang akan keselamatan, kedamaian, rahmat, dan berkah dari Allah taala kepada saudara-saudari rahim akumullah. Dengan menyebarkan salam, akan terpancar keindahan dan perdamaian dalam Islam. Allah Taalaberfirman:

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memasuki rumah-rumah yang bukan rumah kalian sebelum kalian meminta izindan member salam kepada penghuninya. (QS. An-Nur: 27)

Dari Al-Barra` bin Azib -radhiallahu anhu- diaberkata: Nabishallallahu alaihi wasallam memerintahkan kami dengan tujuh perkara dan melarang kami dari tujuh perkara: (1) Beliau memerintahkan untuk menjenguk orang sakit, (2)mengiringi jenazah, (3)mendoakan orang yang bersin, (4)memenuhi undangan, (5) menyebarkan salam, (6)menolong orang yang terzhalimi, serta (7)melaksanakan sumpah. Dan beliau melarang kami (1)memakai cincin dari emas, (2)minum dari bejana yang terbuat dari perak, (3)mayasir, (4)qassiy, (5)harir, (6)dibaj, dan (7)istabraq (semua jenis pakaian yang terbuat dari sutera atau campuran sutera). (HR. Al-Bukhari no. 2265,5204,5414,5754,5766dan Muslim no. 2066) Dari Abu Hurairah -radhiallahu anhu- diaberkata: Rasulullahshallallahu alaihiwasallambersabda: Kalian tidak akan masuk surge hingga kalian beriman, dan tidaklah kalian beriman hingga kalian saling menyayangi.Maukan kalian aku tunjukkan atas sesuatu yang manaapabila kalian mengerjakannya niscaya kalian akan saling menyayangi. Sebarkanlah salam di antara kalian. (HR. Muslim no. 54)

Ucapan salam termasuk dari salah satu syiar Islam yang paling nampak, Allah menjadikannya sebagai ucapan selamat di antara kaum muslimin dan Dia menjadikannya sebagai salah satu dari hak-hak seorang muslim dari saudaranya. RasulNya -alaihishshalatuwassalam- juga telah memerintahkan untuk menyebarkan syiarini dan beliau mengabarkan bahwa menyebarkan salam termasuk dari sebab-sebab tersebarnya rasa cinta dan kasih sayang di tengah-tengah kaum muslimin, yang mana tersebarya cinta dan kasih sayang di antara mereka merupakan salah satu sebab untuk masuk kedalam surga. Ucapan salam termasuk ucapan yang berberkah, dan di antara keberkahannya adalah jika dia didengar maka hati orang yang mendengarnya akan dengan ikhlas segera menjawab dan mendatangi orang yang mengucapkannya. (Al-Fath: 11/18) Karenanya tidak sepantasnya seorang muslim membatasi ucapan salam hanya untuk sebagian orang (yakni yang diakenal) dan tidak kepada yang lainnya (yang dia tidak kenal). Bahkan di antara tanda baiknya keislaman seseorang adalah dia mengucapkan salam kepada orang yang tidak diakenal sebagaimana kepada orang yang dia kenal. Para ulama menyatakan bahwa hukum memulai mengucapkan salam kepada orang lain adalah sunnah sementara menjawabnya adalah fardhu kifayah. Maksudnya jika dia berada dalam sekelompok orang lantas ada seseoranga tau lebih yang mengucapkan salam kepada mereka lalu sebagian di antara kelompok orang itu ada yang menjawab maka sudah gugur kewajiban dari yang lainnya. Adapun jika dia sendirian maka tentunya diwajibkan atas dirinya untuk menjawabnya.

Karenanya, di antara musibah di zaman ini adalah digantinya ucapan salam ini dengan ucapan yang diimpor dari negeri kafir semacam selamatpagi dan semacamnya, padahal ucapan salam ini adalah sebuah ucapan tahiyah (penghormatan) dari sisi Allah yang berberkah lagi baik. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam Al-Fath (11/14), Para ulama sepakat bahwa barang siapa yang mengucapkan salam maka tidak syah menjawabnya kecuali juga dengan ucapan salam, dan tidak syah (yakni tidak menggugurkan kewajibannya, pent.) menjawabnya dengan selamat pagi atau kebahagiaan untukmu di waktu pagi dan semacamnya. Teks Salam

Semoga diberikan keselamatan atasmu, dan rahmat Allah serta berkah-Nya juga kepadamu. Wajibnya Menjawab Salam Jika ada yang mengucapkan salam kepada kita sedang kita dalam kondisi sendiri, maka kita wajib menjawabnya karena menjawab salam dalam kondisi tersebut hukumnya adalah fardu ain. Sedang jika salam diucapkan pada suatu rombongan atau kelompok, maka hukum menjawabnya adalah fardu kifayah. Jika salah satu dari kelompok tersebut telah menjawab salam yang diucapkan kepada mereka, maka sudah cukup. Sedang hukum memulai salam adalah sunnah (dianjurkan) namun untuk kelompok hukumnya sunnah kifayah, jika sudah ada yang mengucapkan maka sudah cukup. Dari Ali bin Abi Thalib, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Sudah mencukupi untuk suatu rombongan jika melewati seseorang, salah satu darinya mengucapkan salam. (HR. Ahmad dan Baihaqi) Adab Mengucapkan Salam 1. Mengucapkannya Dengan Sempurna Sangat dianjurkan bagi kita untuk mengucapkan salam dengan sempurna, yaitu dengan mengucapkan, Assalaamualaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu. Hal ini berdasarkan hadits dari Imran bin Hushain radiallau anhu, ia berkata: Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan mengucapkan , Assalaamualaikum. Maka dijawab oleh Nabi shalallahu alaihi wa sallam kemudian ia duduk, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sepuluh. Kemudian datang lagi orang yang kedua, memberi salam, Assalaamualaikum wa Rahmatullaah. Setelah dijawab oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam ia pun duduk, Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda, Dua puluh. Kemudian datang orang ketiga dan mengucapkan salam: Assalaamualaikum wa rahmatullaahi wa

baraakaatuh. Maka dijawab oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam kemudian ia pun duduk dan Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Tiga puluh. (Hadits Riwayat Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 986, Abu Dawud no. 5195, dan At-Tirmidzi no. 2689 dan beliau meng-hasankannya). 2. Memulai Salam Terlebih Dahulu Memulai mengucapkan salam kepada orang lain adalah sangat dianjurkan. Hendaknya yang lebih muda mengucapkan salam kepada yang lebih tua, yang lewat memberi salam kepada yang sedang duduk, dan yang sedikit mengucapkan salam kepada yang banyak, serta yang berkendaraan mengucapkan salam kepada yang berjalan. Hal tersebut sejalan dengan hadist dari Abu Hurairah. Pengucapan salam yang berkendaraan kepada yang berjalan adalah sebagai bentuk syukur dan salah satu keutamaannya adalah agar menghilangkan kesombongan. Dalam hadits tersebut, bukan berarti bahwa apabila orang-orang yang diutamakan untuk memulai salam tidak melakukannya, kemudian gugurlah ucapan salam atas orang yang lebih kecil, atau yang tidak berkendaraan, dan semisalnya. Akan tetapi Islam tetap menganjurkan kaum muslimin mengucapkan salam kepada yang lainnya walaupun orang yang lebih dewasa kepada yang lebih muda atau pejalan kaki kepada orang yang berkendaraan, sebagaiman sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam: Yang lebih baik dari keduanya adalah yang memulai salam. (HR. Bukhori: 6065, Muslim: 2559) Salah satu upaya menyebarkan salam diantar kaum muslimin adalah mengucapkan salam kepada setiap muslim, walaupun kita tidak mengenalnya. Hal ini didasari sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam: Dari Abdullah bin Amr bin Ash radiallahu anhuma, ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam: Islam bagaimana yang bagus? Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab: Engkau memberi makan ( kepada orang yang membutuhkan), mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenal dan yang tidak engkau kenal. (HR. Bukhori: 2636, Muslim: 39) 3. Mengulangi Salam Tatkala Berjumpa Lagi Walaupun Berselang Sesaat Bagi seseorang yang telah mengucapkan salam kepada saudaranya, kemudian berpisah, lalu bertemu lagi walaupun perpisahan itu hanya sesaat, maka dianjurkan mengulang salamnya. Bahkan seandainya terpisah oleh suatu pohon lalu berjumpa lagi, maka dianjurkan mengucapkan salam, sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam: Apabila di antara kalian berjumpa dengan saudaranya, maka hendaklah mengucapkan salam kepadanya. Apabila terhalang oleh pohon, dinding, atau batu (besar), kemudian dia berjumpa lagi, maka hendaklah dia mengucapkan salam

(lagi). (HR. Abu Dawud: 4200, dishohihkan oleh Al-Albani dalam Misykat alMashobih: 4650, dan lihat Silsilah Shohihah: 186) 4. Tidak Mengganggu Orang yang Tidur Dengan Salamnya Dari Miqdad bin Aswad radiallahu anhu, beliau berkata: Kami mengangkat jatah minuman Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam (karena beliau belum datang), kemudian beliau shalallahu alaihi wa sallam datang di malam hari, maka beliau mengucapkan salam dengan ucapan yang tidak sampai mengganggu/ membangunkan orang tidur dan dapat didengar orang yang tidak tidur, kemudian beliau masuk masjid dan sholat lalu datang (kepada kami) lalu beliau minum (minuman kami). (HR. Timidzi: 2719 dan dishohihkan oleh Al-Albani dalam Adab AzZifaf hal. 167-196 cet. terbaru) 5. Tidak Memulai Ucapan Salam Kepada Orang Yahudi dan Nasrani Dari Ali bin Abi Thalib radiallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Janganlah kalian mengucapkan salam lebih dahulu kepada Yahudi dan Nashrani, dan bila kalian bertemu mereka pada suatu jalan maka desaklah mereka ke sisi jalan yang sempit. Hadits ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang mulia dan unggul dari yang lainnya. Jika mereka mengucapkan salam kepada kita, maka balaslah salamnya dengan ucapan Wa alaikum. 6. Berusaha Membalas Salam Dengan yang Lebih Baik atau Semisalnya Maksudnya, tidak layak kita membalas salam orang lain dengan salam yang lebih sedikit. Sebagaimana Allah berfirman yang artinya: Apabila kalian diberi salam/penghormatan, maka balaslah dengan yang lebih baik atau balaslah dengan yang serupa. (QS. An-Nisa: 86)

Anda mungkin juga menyukai