Anda di halaman 1dari 4

Judul Buku Penulis Penerbit Tahun

: A World Without Islam : Graham E. Fuller : Little, Brown and Company (New York) : 2010

Buku A World Without Islam yang ditulis oleh Fuller ini menurut saya adalah buku yang bagus, yang saya lihat setelah membaca resensi bukunya, Fuller membuat buku ini dengan tujuan agar tidak ada lagi peperangan antar umat beragama. Sebuah tujuan yang baik sebetulnya namun sayang dalam kenyataannya mungkin hanya sedikit orang yang bisa memahami isi sebenarnya dari buku ini. Dalam pemahaman saya, ada 2 ajakan Fuller kepada para pembaca, yaitu : 1. Umat Islam perlu terus merenungi dan belajar memahami kenyataan bahwa terdapat keragaman dalam dirinya (islam). 2. Mendorong kerukunan beragama, khususnya antara para penganut ajaran Ibrahim. Dan berikut ini adalah tanggapan saya mengenai kedua ajakan Fuller tersebut : 1. Umat Islam perlu terus merenungi dan belajar memahami kenyataan bahwa terdapat keragaman dalam dirinya (islam). Saya setuju dengan pendapat dan ajakan Fuller tentang umat islam yang perlu terus merenungi dan belajar memahami bahwa di dalam agama islam terdapat keragaman. Karena sesungguhnya memang umat islam itu sangatlah beragam, dimulai dari tata cara ibadahnya, hadist yang mereka percaya, sampai kepada hal-hal apa saja yang benar dan hal-hal apa saja yang salah. Sehingga terkadang perbedaan inilah yang membuat umat islam menjadi terpecah belah sendiri, walaupun seharusnya dengan keragaman yang kita miliki bisa membuat kita sebagai umat muslim lebih solid dalam menghadapi pelbagai masalah. Terkait dengan pembahasan Fuller dalam bukunya tentang citra umat islam dimata dunia yang buruk karena telah dicap sebagai agama teroris sekaligus agama yang menghalalkan untuk menyakiti bahkan membunuh orang lain yang berbeda keyakinan, menurut saya kesalahan sebenarnya memang ada di umat islam itu sendiri. Ketidakpahaman umat islam tentang keragaman yang berada pada tubuh islam itu sendiri membuat sebagian orang merasa dirinyalah yang paling benar. Sebagai contoh teroris (yang sesungguhnya) mengakui bahwa tindakan mereka yang membunuh

orang-orang yang berbeda keyakinan (kafir) adalah sepenuhnya benar, karena mereka beralasan bahwa Rasul pun dulu memerangi orang kafir, namun mereka tidak melihat dan tidak memahami bahwa Rasul memerangi orang kafir itu dikarenakan mereka terlebih dahulu mengajak perang. Dan kini teroris pun beralasan bahwa orang kafir zaman sekarang juga sebenarnya telah mengajak perang kepada umat islam. Kenyataan itu memang tidak bisa dipungkiri, namun Rasul pun sebagai makhluk yang paling mulia didunia ini selalu mengedepankan kedamaian, beliau selalu mengajak orang non muslim untuk masuk ke dalam islam secara baik-baik, tidak dengan paksaan apalagi membunuh. Teladan Rasul yang seperti inilah yang sebenarnya harus dipahami oleh seluruh umat islam didunia karena Rasul pun tidak pernah menyatakan perang kepada orang-orang non muslim. Dan seharusnya bagi sebagian muslim lainnya yang mengetahui ajaran mana yang lebih baik tentang islam seharusnya dapat mengingatkan kepada muslim lainnya bahwa apa yang sesungguhnya salah dan harusnya seperti apa. 2. Mendorong kerukunan beragama, khususnya antara para penganut ajaran Ibrahim. Kembali saya setuju dengan ajakan Fuller, tapi kenapa dia lebih mengkhususkan kerukunan beragama antara para penganut ajaran Ibrahim?. Islam, kristen dan yahudi adalah ajaran-ajaran yang menganut pada ajaran Nabi Ibrahim, dan pada kenyataannya memang ketiga ajaran inilah yang lebih sering terjadi konflik. Kerukunan antar umat beragama apapun agamanya adalah surga dunia dibanding dengan kenikmatan dunia lainnya, karena dengan adanya kerukunan hidup akan terasa lebih nyaman dan kepedulian terhadap sesama pun semakin terasa. Menurut saya jika memang dapat diwujudkan, kerukunan antar umat beragama ini maka tidak akan ada lagi manusia yang hanya memikirkan dirinya sendiri, segala apapun yang dilakukannya pasti untuk kebaikan bersama.

Peran Umat Beragama Dalam Membangun Masyarakat Pluralis Yang Harmonis Di Maluku Utara Dalam Perspektif Kristiani* Oleh : Prof.Dr.Olaf H. Schumann Setelah membaca artikel tersebut saya baru tahu alasan sebenarnya kenapa masyarakat dayak dan madura terlibat perselisihan. Sungguh sangat ironis ternyata, penyebab perpecahan di Indonesia adalah akibat ulah dari pemimpinnya sendiri, sangat disayangkan. Yang seharusnya didefinisikan sebagai ketunggalan adalah rasa memiliki terhadap bangsa Indonesia, dan kebhinekaan itu sendiri adalah beragam suku, budaya, bahasa, dan agama yang ada di Indonesia. Seharusnya kebhinekaan dapat menjadi senjata utama demi tercapainya ketunggalan. Perbedaan harusnya dijadikan sebagai pelengkap kekurangan sesama, bukan sebagai sumber perpecahan. Masyarakat harusnya lebih sadar diri mengenai perbedaan yang ada supaya dapat membuat Indonesia menjadi satu, kokoh, dan kuat.

TUGAS MATA KULIAH KOMUNIKASI SOSIAL

Disusun Oleh : Nama NIM : Adhitya Tri Diwa : 11428

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2011

Anda mungkin juga menyukai