Anda di halaman 1dari 15

LEMBAGA KE-KHALIFHA-AN SEBAGAI SATU INSTITUSI POLITIK Achmad Room Fitrianto*) Abstrak Isue peralihan kepemimpinan akan menjadi

isu menarik sepanjang jaman. Selain masalah suksesi dan perebutan kekuasaan yang muncul, masalah pemberdayaan umat dan keberlangsungan peradaban juga menjadi kunci peralihan kekuasaan. Peristiwa Wafatnya Rosullullah disikapi banyak pihak secara beragam pada saat itu. Namun terdapat satu kesadaran dari Abu Bakar, dengan wafatnya Muhammad SAW bukanlah akhir dari segalanya. Ada tanggung jawab besar yang ditinggalkan untuk tetap melanjutkan peradaban yang telah dibangun oleh rosullullah. Untuk itu maka sistem kekhalifahan disusun dan dibentuk. Lebih lanjut pada masa Umar, sistem kekhalifahan ini disempurnakan dengan dibentuknya Majlish Syuro. Dinamisme pembangunan sistem kekhalifahan ini menjadi suatu kajian menarik disini. Bagaimana sistem yang dibangun atas sistem nubuwah ketuhanan, diadopsi menjadi sistem yang mengedepankan kepentingan umat dan kemudian terabrasi oleh kepentingan sesaat keluarga Umayyah yang akhirnya kembali ke sistem turun temurun. Perkembangan ini akan menjadi cermin bagi kehidupan dimasa modern. Bagaimana perubahan sistem ini selalu melalui pertumbahan darah dan air mata serta penderitaan umat.

Kata Kunci: Khalifha, Politik, suksesi, kebijakan

*) Staf Pengajar pada Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel , Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga (2002), Alumni Program Pasca Sarjana IAIN Sunan Ampel (2006), Alumni school of Social Science and Humanities Murdoch University (2009) 1

PENDAHULUAN Dakwah Muhammad SAW saat pertama kali dikumandangkan, tidak terlepas dari konstelasi politik pada saat itu, baik regional maupun internasional. Kekuatan Binzantium (Romawi) maupun Sasanid (Persia) pada saat itu merupakan dua super power yang sangat berkuasa dijamannya. Pada tahun 603-628 terjadi perseteruan besar besaran dua kekaisaran ini dimana kekuatan diantara keduannya ini sungguh sungguh terkuras habis1, namun demikian mereka masih bisa melangsungkan pemerintahannya dan tetap saling bermusuhan dengan menggandeng para suku badui Arab sebagai sekutunya hingga tegaknya pemerintahan kaum muslimin. Sampai sampai perseteruan ini direkam dalam alQuran, kekalahan dan kemenangan kedua kekaisaran ini. Pada tahun 622 Heraklius menyerang kekaisaran Sasanid melalui dataran dataran tinggi Armenia; menjelang tahun 625 yaitu tahun terjadinya perang Uhud, Ia siap untuk membuat serbuan penuh ke jantung kekaisaran Sasanid. Pada tahun 828 Heraklius benar benar berhasil mengalahkan kekaisaran Persia tersebut. Ia memaksa orang orang Sasanid untuk kembali pada Status quo sebelumnya(Hodgson, 2002; 180), (Spluer,1995;5). Posisioning Makkah yang berada tepat pada jantung Arab, pertengahan antara Syiria dan Yaman menjadikannya sebagai tempat yang strategis, Semenanjung arab oleh beberapa sejarawan dibagi menjadi tiga bagian yaitu Arabia Felix, Arabia Patraea dan Arabia Deserta yang mengubungkan tripartid kekuasaaan pada awal abad Kristen daerah Arabia Felix adalah daerah yang merdeka, Arabia Patraea di bawah kekuasaan Roma dan Arabia Deserta di bawah kekuasaan Parthia (Hitti, 1970; 44). Mekkah terletak antara Arabia Deserta dan Arabia Felix, dimana daerah Arabia Felix, yang menghubungkan daerah subur di Arabia Felix dan daerah padang pasir di sekitar Mesopotamia. Sehingga acapkali menjadi rebutan pengaruh antar dua kekaisaran tersebut di tanah Arab. Akan tetapi, para suku badui Arab sekitarnya menghendaki daerah ini sebagai daerah yang netral. Sikap para suku suku yang berdiam di Arab ini terekam dalam bukunya Hodgson The Venture Of Islam:223 Tugas utama orang orang Quraisy-atas nama dirinnya sendiri atau juga atas nama suku suku sekutunya
1

adalah mempertahankan kemerdekaan wilayah mereka. Baik orang orang Romawi maupun Abisinia telah melakukan ekspedisi ekspedisi ke wilayah itu, melerai mereka dari kekuasaan Abisina atau Sasani atau juga Binzantium dan menyekutukan mereka dengan kota kota perdagangan Hijaz Pada saat itu Muhammad SAW mendakwahkan ajaran al-Quran dan berhasil mendirikan Negara kota Madina dengan menghimpun dan menyatukan beberapa suku dalam satu system administrasi pemerintahan. Pasca pemerintahan Nubuwah, system ini dilanjutkan dengan system kekhalifahan. Akan tetapi tulisan ini membatasi observasi hanya sampai pemerintahan Yazid Bin Muawiyah. Terdapat tiga alasan mengapa tulisan memandang kelembagaan kekhalifahan hanya bisa dinilai sebelum zaman Muawiyah, diantaranya: 1. Muawiyah dan keluarganya pada awal dakwah Muhammad adalah penentang Utama dan baru beriman ketika Penaklukkan Makkah2 2. Muawiyah dalam memperoleh kekuasaannya dengan cara menjual Al-Quran pada perang Siffin, dimana dengan mengacung ngacungkan Mushaf pada ujung Tombak ( Audah, 2003; 226). 3. Muawiyah mengingkari kesepakatan dengan Hasan setelah massanya akan dikembalikan ke Majelis syuraa untuk pemilihan Khalifah ( Audah, 2003; 226) RUANG LINGKUP TULISAN Masa Peralihan pasca wafatnya Rosulullah banyak sekali diwarnai oleh gejolak dan terobosan kebijakan. Tulisan ini bertujuan untuk mengupas secara sederhana peta politik pemerintahan Islam pasca Rosulullah, bagaimana para khalifa berupaya untuk merumuskan mekanisme pergantian kekuasaan agar bisa mengakomodir seluruh kepentingan dan bagaimana akhir kekuatan kesukuan yang menang dalam mekanisme peralihan kekuasaan tersebut. PEMBAHASAN MASA ABU@ BAKR

Istilah Khalifah ini muncul ketika masa Abu@ Bakr dibaiat oleh Umar ketika para sahabat saling debat siapa yang paling berhak menggantikan Rosulullah yang wafat. Pembaiatan tersebut diikuti oleh kaum muslimin (Hodgson,2002; 289) pada saat itu dimana maknanya adalah mutawaakilun posisi Rosul. Pe-mutawaakilan, ini bisa dimaknai dengan melembagakan pola kepemimpinan Rosulullah dan diteruskan di bawah pengayoman orang orang terdekat dengannya yaitu kaum muslimin awal. Langka ini diambil karena sesaat setelah wafatnya Muhammad pada 8 Juni 632, terdapat kegundahan dari kalangan sahabat, sampai sampai Umar R.A menghunus pedang dan berkata barang siapa yang mengatakan Muhammad mati, dia akan mati dengan pedang ini, namun Umar langsung melunak setelah Abu@ Bakr membacakan surat Ali Imron 144 yang bunyinya: Kegundahan masyarakat saat itu suatu yang wajar, karena Muhammad saat itu berhasil membangun pola pikir yang terarah sehingga menjadi arus utama system religius, artistik, intelektual dan komersial di ranah Arab. Hal ini dikarenakan telah terjadi peningkatan kesetiaan cultural yang melebihi kesetiaan cultural dari daerah Nil ke daerah Oksus. Peningkatan kesetiaan cultural ini salah satunya adalah karena dakwah Muhammad yang menyentuh seluruh aspek kehidupan ranah Arab. Dengan katalain dapat disimpulkan Muhammad menjadi patron utama tatanan masyarakat pada saat itu yang melebihi ikatan kultural sebelumnya. Proses pemilihan pimpinan pasca wafatnya Rosul muncul dua kubu besar untuk memimpin masyarakat Islam. Pertama, dari golongan Muhajirin dengan latar belakang kultural lebih condong Masyarakat Arab. Kelompok ini mencalonkan Abu@ Bakr. Kedua, masyarakat Anshor yang secara kultural lebih dekat dengan Masyarakat Yaman. Kelompok ini memunculkan calon yaitu Sad Bin Ubadah dari suku Khazraj. Pembaiatan Abu@ Bakr ini tidak ada yang mempertentangkan karena pembaiatan ini mengedepankan senioritas, keloyalan dan prestasi kerja diantara para sahabat. Beberapa hal yang menjadi kritical point yang bisa diambil pelajaran adalah: 4

1. 2. 3.

Abu@ Bakr terpilih secara demokratis dari semua perwakilan kelompok masyarakat yang ada. Terbukanya ruang publik untuk berpartisipasi dalam pemilihan. Adanya kontrak sosial dengan masyarakat (dalam bentuk Baiat) sehingga bisa menunjukkan kesiapan untuk memimpin dan kesiapan untuk dikontrol.

Langkah pertama khalifah Abu@ Bakr adalah meneruskan pesan Nabi kepada Usamah bin Zaid untuk memimpin pasukan ke Mutah. Tujuan pengiriman pasukan ini adalah untuk menghadang pasukan Rumawi yang selalu mengancam Muslimin dan kewibawaan Medinah (Audah, 2003; 171). Pemerintahan Khalifa Abu@ Bakr yang hanya dua tahun memerintah memiliki misi untuk memantapkan pemerintahan dengan memerangi suku suku badui Arab yang tidak mengakui pemerintahan Madina pasca meninggalnya Rosulullah. Contoh peperangan tersebut diantaranya, perang melawan Musailamah Al Kadzazab yang menghimpun beberapa suku di Yaman, Yamamah dan Oman. Awal provokasi yang dilancarkan oleh Musailamah Al Kadzazab adalah dengan tidak mau membayar zakat ke Madinah (Hitti, 1970;141). Lebih lanjut, Musailamah Al Kadzazab memproklamirkan diri sebagai Nabi, dia bisa membuat persekutuan antara paham yang dikembangkannya dengan beberapa komunitas yang menentang Islam seperti Saja>h seorang penganut Kristen dan telah menjadi Nabi dan ahli ahli spriritual dari banu Tami>n. Persekutuan ini terlihat semakin kental semenjak Musailamah menikahi Saja>h. Dari sini Musailamah dan sekutunya memegang kendali 40.000 orang (Hitti, 1970;141). Perang pada jaman Abu@ Bakr ini di sebut perang riddah (perang melawan kemurtadan). Khalid ibn Al Walid sebagai jenderal utama perang ini (Yatim,2004; 35). Pada era ini sebagai tahapan stabilisasi umat Islam pasca meninggalnya Rosulullah guna memantapkan kepemimpinan Madinah dalam sebuah masyarakat tunggal, dimana seluruh Arab dipersatukan (The Witness-Pioneer International, 2002; Online). Perbandingan wilayah pemerintahan Islam ketika Rosulullah wafat dan ketika Abu@ Bakr Wafat 5

Sumber: Disarikan dari berbagai sumber (Spuler,1995; Hitti,1970)

MASA UMAR IBNUL KHATHTHAB Pada tanggal 22 Agustus 634 Abu@ Bakr meninggal, sebelum meninggal sudah mewasiatkan agar Umar Ibnul Khaththab yang menggantikan dengan beberapa alasan seperti yang terekam dalam bukunya Ali Audah yang menyebutkan sebelum menunjuk umar sebagai penggantinya Abu@ Bakr sambil berbaring di tempat tidurnya dalam sakitnya yang terakhir memanggil Abdur-Rahman bin Auf untuk dimintai pendapatnya, yang inti pembicaraannya menyangkut: 1. 2. Membahas sifatnya yang keras, namum lembah lembut dalam menghormati orang Umar adalah sosok penasehat dan penggontrol dari Abu@ Bakr, ketika Abu@ Bakr bersikat terlalu keras, Umar yang menasehati agar melunak, begitu juga sebaliknya jika terlalu lembut Umar menasehati agar lebih keras menghadapinya 3. Umar dikenal memiliki pikiran yang cerdas, tegas, berpegang teguh pada kebenaran dan keadilan. (Audah, 2003; 186-188) Alasan ini ada yang pro dan ada yang kontra, namun dengan kearifan Abu@ Bakr yang didukung Abdur-Rahman Bin Auf meyakinkan atas penunjukkan Umar. Proses penunjukan ini merupakan paket yang sangat adil pada saat itu diantaranya dengan pertimbangan: 1. Peranan penting Umar di saat-saat genting, dimana Umar bisa memberi solusi yang terbaik 6

2.

Umar dalam track recordnya menunjukkan mampu memberikan pertimbangan pertimbangan Cerdas baik selama masa Muhammad SAW maupun semasa Abu@ Bakr

3.

Umar merupakan orang yang mampu memberikan pertimbangan rasional apabila ada 2 pendapat yang berbeda, disini di karenakan umar adalah Variabel yang Independent ( tidak tergantung pada apapun)

Masa pemerintahan Umar berbeda dengan masa Abu@ Bakr yang disibukkan untuk rekonsiliasi kembali pasca meninggalnya Rosulullah. Image Abu@ Bakr sebagai khalifah dikenal sebagai wakil atau pengganti Muhammad SAW. Sedangkan Umar tergambarkan sebagai penerus system kekhalifahan. Pada masa Umar selain khalifah dikenal istilah lain kepala negara yaitu Amir Al-mumin. Dari Istilah inilah memunculkan satu komando system pemerintahan. Kewenangannya sama dengan struktur wewenang komando militer. Pada masa Umar, struktur pemerintahan dibangun lebih terstruktur dan terperinci, dengan tetap berpedoman kepada al-Quran dan apa saja yang ditunjukkan oleh Muhammad, sebagai Rosul. Meskipun pola pemerintahan Umar yang terstruktur dengan garis komando yang jelas dan cenderung militeristik namun hubungan garis komando didasarkan pada posisi Umar sebagai pemimpin religius maupun milter. Pendekatan ini didasarkan pada hubungan hubungan pribadi per pribadi, seperti yang dilakukkan oleh Muhammad SAW. Gebrakan yang dibuat Umar dalam system pemerintahan adalah terbentuknya Majlis Syuro. Majlis ini dibentuk guna mempersiapkan proses suksesi kepemimpinan. Menariknya pembentukkan Majelis ini diawali peristiwa penikaman Umar ketika akan memimpin sholat Subuh. Penikaman ini dilakukan oleh Abu Luluah Fairuz yang tidak puas atas pengaduan dirinya atas perlakuan majikaanya yang diajukan kepada Umar. Peristiwa penikaman ini terjadi pada tanggal 2 November 644 dan pada keesokan harinya Umar Wafat (Audah, 2003;191-192). Majlis Syura, ini beranggotakan enam orang yaitu Uthman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zubair bin Awwan, Thalha bin Ubaidillah, Abdur Rahman bin Auf dan Saad bin Abi Waqos tanpa menyebutkan nama calon Khalifah. Dari Majlis Syura ini

bermusyawarah dengan hikmat menghasilkan khalifah pengganti Amir Al-mumin Umar yaitu Uthman bin Affan. Selain pembentukan majlis syura, ada 45 inovasi yang dibuat Umar yang terekam oleh Abu Hilal al-`Askaris dalam Kitab al-Awail ("Buku pertama") dan Tabaris Tarikh3. Dalam tulisan ini hanya mencantumkan 16 inovasi yang berkaitan dengan restrukturisasi institusi kekhalifaan sebagai institusi politik.

Askaris dalam Haddad, G.F. 2007. Zaman Selepas Nabi Khalifah Rashidun (Online)

Table 1. 15 Inovasi Umar Ibn Khattab menurut Abu Hilal al-`Askaris 1. 3. 5. 7. Mendirikan Bayt al-ml sebagai Kas Negara Menggunakan Gelar Kenegaraan Amr al-Muminn Menggaji para Tentara Membagai bagian negara ke dalam beberapa Propinsi Membangun struktur Penjara 2. 4. 6. 8. Mendirikan Lembaga Peradilan dan menggangkat Hakim Mengkoordinir angkatan Perang dalam satu Struktur Komando Mendirikan lembaga pemungut pajak atas tanah Pajak atas hasil Laut dan insentip bagi petugasnya

9.

Membudayakan Turba (turun 10. kebawah) untuk mengetahui kondisi rakyat 12. Membangun Struktur Barrak tentara 14. Memfomulasikan Hukum qiys 16. Membangun Sekolah dan memberikan Tunjangan biaya bagi pengajarnya.

11. Membangun Struktur Kepolisian 13. Melarang perbudakan di dunia Arab 15. Memperjelas Hukum Waris dan pembagiannya

Sumber: Abu Hilal al-`Askaris, al-Awail dan Tabaris Tarikh

MASA UTHMAN BIN AFFAN Pada masa pemilihan Khalifah ketiga ini semangat kesukuan mulai menyeruak muncul. Dengan terbentuknya majlis syuro, memotivasi beberapa golongan untuk menguasai majlis. Banyak kekuatan non majlis (kalau sekarang kekuatan non parlementer) yang saling berebut pengaruh. Diantaranta yaitu Abbas bin Abdul Munthalib dari bani Hasyim dan Abu Sufyan bin Harb dari Bani Umayyah. Namun demikian keanggotaan Ali dan Uthman dalam Majelis bukan untuk mengkompromikan friksi ini. Keanggotaan kedua sahabat tersebut didasarkan pada pemahaman Khalifah kedua bahwa keenam orang ini adalah orang orang yang dididik oleh Rosululla SAW secara langsung dari awal dakwah Islam. Banyak pertentangan yang muncul dalam penentuan Khalifah ketiga, namun Abdurahman bin Auf dapat menengahi pertentangan yang muncul dengan bijaksana. 9

Dengan mengerucutnya kandidat khalifah kepada Ali dan Uthman, Abdurrahman bin Auf melakukan interview secara mendalam kepada keduanya. Lebih lanjut, anggota majlis yang lain juga melakukan hearing publik (Audah, 2003; 201). Dari mekanisme yang dilakukan Majlis Syuro dan atas kebesaran hati Ali bin Abi Thalib maka terpilihlah Uthman sebagai Khalifah ketiga. Pada masa pemerintahan Uthman terlihat hanya melanjutkan struktur yang telah dibangun oleh pendahulunya. Hal ini dikarenakan Uthman bukan seorang pemimpin yang kuat dan terlalu banyak dikontrol oleh keluarganya (Spuler, 1995; 30). Kebijakan politik yang diambil akhirnya membawanya menjadi terbunuh. Meskipun pemerintahannya lemah, Uthman adalah tokoh penting dalam masa awal Islam dan Uthman memiliki peranan dalam cerita perpecahan Islam, dan perpecahan itu terasa sampai saat ini (Spuler, 1995; 30). Perpecahan itu diawali Tahun 650, dimana pemerintahan Uthman mengalami pembangkangan di Iraq dan Mesir karena ketidakpuasan pembagian harta dan tanah hasil pampasan perang. Tahun 656 Uthman dikepung dikediamannya oleh penduduk Mesir dan mereka percaya bila Aisha juga menentang kebijakan Uthman (Spuler, 1995; 31). Ditambah lagi, Pada masa Uthman inilah tersusupi seorang spionase hebat yahudi Abdulla bin Saba yang menjadi provokator sehingga menimbulkan banyak fitnah di kemudian hari hingga terbunuhnya Uthman pada 17 juni 656. Pada saat terbunuhnya umar tepat 12 tahun masa pemerintahan. Setelah kematian Uthman, ketegangan masyarakat muslim lebih ruwet dari pada masa masa pemerintahannya. Namun demikian, meskipun masa pemerintahan Uthman banyak terjadi kejolak yang mengakibatkan instabilitas politik saat, Pemerintahan Uthman memberikan kontribusi terhadap system kenegaraan modern dan system pendidikan. Dimana pada masa Uthman di susunlah adanya Polisi keamanan dan memusatkan kegiatan kemahkamahan dan pengadilan dalam satu bangunan khusu. Selama ini , khususnya pada jaman Abu Bakar dan Umar bin Khatab biasanya mengadili suatu perkara di masjid. Kebijakan strategis dalam pengembangan sumber daya manusia yang dilakukan Uthman adalah memperbaiki sistem baku Al-quran. Pembakuan alQuran ini menjadi pedoman utama sistematika pendidikan berbangsa dan bernegara tatanan yang diwarisi dari Rosulullah SAW. 10

MASA ALI BIN ABI THALIB Proses Terpilihnya Ali diawali dari bergolaknya periode Uthman yang memunculkan banyak ketidak puasan. Namun pasca terbunuhnya Uthman tidak ada nama lain yang populer selain Ali termasuk Muawiyah sekalipun (Audah, 2003;218). Pada saat Ali di baiat oleh sahabat sahabat, banyak dari keluarga Ummayyah yang tidak mau membaiat Ali dan sebagian pergi ke Syriah. Pada masa pemerintahannya, Ali mengambil kebijakan politik sebagai berikut: 1. Meresufle banyak pejabat setingkat gubernur diantaranya Yala bin Ummayah dengan Abaidullah bin Abbas di Yaman, Abdullah bin Amir Al Hadrami digantikan oleh Utman bin Hunaif untuk daerah basrah dan beberapa daerah lainnya termasuk Kuffa, dan Syam 2. Mengambil tanah yang telah di bagikan Uthman kepada keluarganya dan kerabatnya tanpa alasan yang benar 3. Memberikan kepada kaum muslimin tunjangan yang diambil dari baitulmal, seperti yang dilakukan Abu@ Bakr 4. Mengatur tata laksana pemerintahan untuk mengembalikan kepentingan umat 5. Meninggalkan Madina dan menjadikan Kufa sebagai pusat pemerintahan (Azra, 200;112). Namun kebijakan yang diambil tersebut menimbulkan ketidak senangan khususnya dari keluarga Bani Ummayah keluarga Uthman diantaranya Gubernur Syam yaitu Muawiyah bin Abu Sofyan. Ketidaksenangan ini menimbulkan subordinasi dan berkembang menjadi perseteruan secara terang teranggan antara bani Hasyim dan bani Ummayah. Perseteruan ini pada akhirnya berujung perang Siffin. Perang saudara ini secara politik dimenangkan oleh Muawiyah dengan muslihat Amr bin Ash. Kemenangan ini terasa lengkap dengan terbunuhnya Ali oleh kelompok Khawarij pada tanggal 24 januari 661 atau tepat pada 17 ramadhan 40 H.

11

PERALIHAN MASA PEMERINTAHAN ALI KE MUAWIYAH Dengan adanya perang dingin yang dimenangkan oleh Muawiyah Ibn Sufyan, walaupun dengan cara yang tidak adil dan bijaksana. Namun dengan terbunuhnya Ali, menjadikan Muawiyah tokoh sentral pada saat itu. Bila menengok kebelakang, Subordinasi yang dilakukan oleh Muawiyah ini adalah akibat ketidakpuasan terhadap kebijakan Ali yang mengganti gubernur gubernur yang diangkat oleh Ustman. Pengantian ini termasuk pengantian Muawiyah dari gubernur Syam menjadi gubernur Damaskus. Subordinasi ini berujung bentrokan antara pasukan yang setia kepada Ali dan Muawiyah. Bentrokan itu dinamakan perang Sifin. Dalam perang sifin kelompok Muawiyah hampir kalah, tapi dengan kecerdikannya, Muawiyah menyuruh anak buahnya untuk mengangkat mushaf diatas pucuk lembing (Shidiqie, 1992; 138). dan meminta agar peperangan dihentikan dan diadakan arbitrasi (tahkim). Awalnya Ali tidak menyetujui adanya tahkim, tapi dari pasukan Ali ada yang meminta untuk menyetujui. Akhirnya dengan berat hati tahkim itu diterima. Pada peristiwa tahkim tersebut Ali mengutus Abu musa Al-Asari dan Muawiyah mengutus Amr bin Ash sebagai delegasi. Dalam perjalanan tahkim tersebut Abu Musa memutuskan bahwa antara Ali dan Muawiyah sama-sama tidak pantas sebagai kholifah, tapi ketika Amr bin Ash berbicara yang pantas menjadi kholifah adalah Muawiyah. Dengan adanya tahkim ini, Islam mulai pecah mennjadi tiga golongan, yaitu Syiah, Muawiyah dan Khowarij.

12

MASSA AWAL PEMERINTAHAN DINASTI UMMAYYAH Pasca tebunuhnya Ali dan menjadikan Muawiyah sentral tokoh politik saat itu merupakan titik awal perubahan system pemerintahan. Dari pemerintahan yang bersifat demokratis yang dibangun sejak jaman Abu@ Bakr sepeninggal Rosul, berubah menjadi monarchiheridetis. Suksesi kepeimipinan secara turun temurun di mulai ketika Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, Yazid. Kritikan dilakukan banyak kalangan ketika Yazid ditunjuk oleh Muawiwah sebagai pengantinya. Muawiyah dinilai tidak menaati isi perjanjiannya dengan Hasan Ibn Ali ketika naik tahta, yang menyebutkan bahwa persoalan penggantian pemimpin setelah Muawiyah di serahkan kepada pemilihan umat Islam (Yatim, 1993; 45). Penunjukan Yazid sebagai putra mahkota menyebabkan munculnya gerakan gerakan yang menentangnya. Sebagai akibat dari pertentangan ini memunculkan perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan. Perlawanan ini diawali tahun 680 yang di pimpin oleh Husein Ibn Ali, yang akhirnya terbunuh di Karbela. KESIMPULAN Politikisasi kelembagaan kekhalifahan memang tidak terlebas dari sejarah masa lalu bangsa arah umumnya dan Qurais khususnya. Dimana masa lalu pemeritahan Qurais tidak terlepas dari persaingan antara Banu Hasyim dan Banu Umayyah. Akan tetapi perseteruan ini bisa diminimalisir dan disatukan oleh Muhammad SAW dengan Al-qurannya. Al Quran dijadikan dasar untuk membangun satu kekuatan yang sedemikian dasyat dalam kurun kurun berikutnya. Hal ini terbuktikan pada masa pertengahan tiada pasukan invanteri darat yang bisa menghadang lacu pasukanpadang pasir dalam menguasai dunia. Namun dibalik itu semua, hal ini tidak terlepas dari beberapa peran Khulafaur Rasyidin, dari masa Abu Bakr yang memiliki fungsi rekonsiliasi, Umar Restrukturisasi, Uthman pemantaban/standarisasi pedoman pendidikan Universal Umat( Al-Quran-red), Ali satu proses pergeseran arus politik yang besar, hingga Muawiyah yang mentradisikan kekhalifahan secara turun menurun.

13

Namun dibalik tulisan ini ada baiknya menjadi kaca benggala bagi kita dimasa sekarang ini, agar kita bisa bijak dalam menentukan suksesi kepemimpinan di masa modern ini.

14

DAFTAR PUSTAKA Ali, K. 2000. Sejarah Islam, Jakarta: Rajawali Pers. Askaris-al, Abu Hilal. al-Awail dan Tabaris Tarikh dalam Haddad, G.F. 2007. Zaman Selepas Nabi Khalifah Rashidun (Online), ( http://alhakimbestari.org/pdf/31%20-%20KHALIFAH %20RASHIDUN.pdf, diakses 24 Juni 2008). Audah, Ali. 2003. Ali bin Abi Talib, sampai kepada Hasan dan Husain Jakarta: Pustaka Litera AntarNusa. Azra , Azyu Mardi (Pimred). 2000. Ensiklopedi Islam Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve. Kennedy, Hugh. 2001. The Armies Of The Caliphs, London: Routledge. Murodi. 1997. Sejarah Kebudayaan Islam, Semarang : Toha Putera. Hitti, Philip K. 1970. History of The Arabs Tenth Edition, New York: Macmillan and Co. Hodgson, Marshall G.S. 2002. The Venture Of Islam, Terjemahan oleh Mulyadhi Kartanegara Jakarta: Paramadina Shidiqie-Ash, Hasbi. 1992. Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid/Kalam, Jakarta:Bulan Bintang. Spuler, Bertold. 1995. Publicerrs. The Age of the Caliphs, Princeton: Markus Wienner

The Witness-Pioneer International . 2002. Abu Bakr in History. (online), (http://www.witnesspioneer.org/vil/Articles/companion/20_abu_bakr.htm, diakses 24 Juni 2009). Yatim, Badri. 1993. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Rajawali Pers.

15

Anda mungkin juga menyukai