Anda di halaman 1dari 9

Penyakit/gangguan-gangguan pada kulit yang sering terjadi pada anak : 1.

Dermatitis Atopik

Dermatitis atopik (DA) adalah penyakit kulit reaksi inflamasi yang didasari oleh faktor herediter dan faktor lingkungan, bersifat kronik residif dengan gejala eritema, papula, vesikel, kusta, skuama dan pruritus yang hebat. Bila residif biasanya disertai infeksi, atau alergi, faktor psikologik, atau akibat bahan kimia atau iritan. Dermatitis atopik atau eksema adalah peradangan kronik kulit yang kering dan gatal yang umumnya dimulai pada awal masa kanak-kanak. Eksema dapat menyebabkan gatal yang tidak tertahankan, peradangan, dan gangguan tidur. Penyakit ini dialami sekitar 10-20% anak. Umumnya episode pertama terjadi sebelum usia 12 bulan dan episode-episode selanjutnya akan hilang timbul hingga anak melewati masa tertentu. Sebagian besar anak akan sembuh dari eksema sebelum usia 5 tahun. Sebagian kecil anak akan terus mengalami eksema hingga dewasa. Penyakit ini dinamakan dermatitis atopik oleh karena kebanyakan penderitanya memberikan reaksi kulit yang didasari oleh IgE dan mempunyai kecenderungan untuk menderita asma, rinitis atau keduanya di kemudian hari yang dikenal sebagai allergic march. Walaupun demikian, istilah dermatitis atopik tidak selalu memberikan arti bahwa penyakit ini didasari oleh interaksi antigen dengan antibodi. Nama lain untuk dermatitis atopik adalah eksema atopik, eksema dermatitis, prurigo Besnier, dan neurodermatitis. Faktor-faktor pencetus :
-

Makanan Alergi hirup Infeksi kulit

Manifestasi klinik :

Umumnya gejala DA timbul sebelum bayi berumur 6 bulan, dan jarang terjadi di bawah

usia 8 minggu. Dermatitis atopik dapat menyembuh dengan bertambahnya usia, tetapi dapat pula menetap bahkan meluas dan memberat sampai usia dewasa. Terdapat kesan bahwa makin lama dan makin berat dermatitis yang diderita semasa bayi makin besar kemungkinan dermatitis tersebut menetap sampai dewasa, sehingga perjalanan penyakit dermatitis atopik sukar diramalkan.

Terdapat tiga bentuk klinis dermatitis atopik, yaitu bentuk infantil, bentuk anak, dan

bentuk dewasa.

Bentuk infantil Secara klinis berbentuk dermatitis akut eksudatif dengan predileksi

daerah muka terutama pipi dan daerah ekstensor ekstremitas. Bentuk ini berlangsung sampai usia 2 tahun. Predileksi pada muka lebih sering pada bayi yang masih muda, sedangkan kelainan pada ekstensor timbul pada bayi sel sudah merangkak. Lesi yang paling menonjol pada tipe ini adalah vesikel dan papula, serta garukan yang menyebabkan krusta dan terkadang infeksi sekunder. Gatal merupakan gejala yang mencolok sel bayi gelisah dan rewel dengan tidur yang terganggu. Pada sebagian penderita dapat disertai infeksi bakteri maupun jamur.

Bentuk anak Seringkali bentuk anak merupakan lanjutan dari bentuk infantil, walaupun

diantaranya terdapat suatu periode remisi. Gejala klinis ditandai oleh kulit kering (xerosis) yang lebih bersifat kronik dengan predileksi daerah fleksura antekubiti, poplitea, tangan, kaki dan periorbita.

Bentuk dewasa DA bentuk dewasa terjadi pada usia sekitar 20 tahun. Umumnya

berlokasi di daerah lipatan, muka, leher, badan bagian atas dan ekstremitas. Lesi berbentuk dermatitis kronik dengan gejala utama likenifikasi dan skuamasi.

Stigmata pada dermatitis atopik Terdapat beberapa gambaran klinis dan stigmata yang White dermatographism Goresan pada kulit penderita DA akan menyebabkan

terjadi pada DA, yaitu:

kemerahan dalam waktu 10-15 detik diikuti dengan vasokonstriksi yang menyebabkan garis berwarna putih dalam waktu 10-15 menit berikutnya.

Reaksi vaskular paradoksal Merupakan adaptasi terhadap perubahan suhu pada

penderita DA. Apabila ekstremitas penderita DA mendapat pajanan hawa dingin, akan terjadi percepatan pendinginan dan perlambatan pemanasan dibandingkan dengan orang normal.

Lipatan telapak tangan Terdapat pertambahan mencolok lipatan pada telapak tangan

meskipun hal tersebut bukan merupakan tanda khas untuk DA.


Garis Morgan atau Dennie Terdapat lipatan ekstra di kulit bawah mata. Sindrom buffed-nail Kuku terlihat mengkilat karena selalu menggaruk akibat rasa Allergic shiner Sering dijumpai pada penderita penyakit alergi karena gosokan dan

sangal gatal.

garukan berulang jaringan di bawah mata dengan akibat perangsangan melanosit dan peningkatan timbunan melanin.

Hiperpigmentasi Terdapat daerah hiperpigmentasi akibat garukan terus menerus.

Kulit kering Kulit penderita DA umumnya kering, bersisik, pecah-pecah, dan berpapul

folikular hiperkeratotik yang disebut keratosis pilaris. Jumlah kelenjar sebasea berkurang sehingga terjadi pengurangan pembentukan sebum, sel pengeluaran air dan xerosis, terutama pada musim panas.

Delayed blanch Penyuntikan asetilkolin pada kulit normal menghasilkan keluarnya

keringat dan eritema. Pada penderita atopi akan terjadi eritema ringan dengan delayed blanch. Hal ini disebabkan oleh vasokonstriksi atau peningkatan permeabilitas kapiler.

Keringat berlebihan Penderita DA cenderung berkeringat banyak sehingga pruritus

bertambah.

Gatal dan garukan berlebihan Penyuntikan bahan pemacu rasa gatal (tripsin) pada

orang normal menimbulkan gatal selama 5-10 menit, sedangkan pada penderita DA gatal dapat bertahan selama 45 menit. Komplikasi

Pada anak penderita DA, 75% akan disertai penyakit alergi lain di kemudian hari.

Penderita DA mempunyai kecenderungan untuk mudah mendapat infeksi virus maupun bakteri (impetigo, folikulitis, abses, vaksinia. Molluscum contagiosum dan herpes).

Infeksi virus umumnya disebabkan oleh Herpes simplex atau vaksinia dan disebut

eksema herpetikum atau eksema vaksinatum. Eksema vaksinatum ini sudah jarang dijumpai, biasanya terjadi pada pemberian vaksin varisela, baik pada keluarga maupun penderita. lnfeksi Herpes simplex terjadi akibat tertular oleh salah seorang anggota keluarga. Terjadi vesikel pada daerah dermatitis, mudah pecah dan membentuk krusta, kemudian terjadi penyebaran ke daerah kulit normal.

Penderita DA, mempunyai kecenderungan meningkatnya jumlah koloni Staphylococcus

aureus.

2.

Dermatitis Seboroik

Dermatitis Seboroik ( Seborrhoeic Dermatitis, Seborrheic Dermatitis ) merupakan peradangan permukaan kulit berbentuk lesi squamosa (bercak disertai semacam sisik), bersifat kronis, yang sering terjadi di area kulit berambut dan area kulit yang banyak mengandung kelenjar sebasea ( kelenjar minyak, lemak ), seperti kulit kepala, wajah, tubuh bagian atas dan area pelipatan tubuh (ketiak, selangkangan, pantat).

Etiologi Etiologi dermatitis seboroik masih belum jelas, meskipun demikian berbagai macam faktor seperti faktor hormonal, infeksi jamur, kekurangan nutrisi, faktor neurogenik diduga berhubungan dengan kondisi ini. Menurut Djuanda (1999) faktor predisposisinya adalah kelainan konstitusi berupa status seboroik. Keterlibatan faktor hormonal dapat menjelaskan kenapa kondisi ini dapat mengenai bayi, menghilang secara spontan dan kemudian muncul kembali setelah pubertas. Pada bayi dijumpai kadar hormon transplansenta meninggi beberapa bulan setelah lahir dan penyakitnya akan membaik bila kadar hormon ini menurun. Faktor lain yang berperan adalah terjadinya dermatitis seboroik berkaitan dengan proliferasi spesies Malassezia yang ditemukan di kulit sebagai flora normal3. Ragi genus ini dominan dan ditemukan pada daerah seboroik tubuh yang mengandung banyak lipid sebasea (misalnya kepala, tubuh, punggung). Selden (2005) menyatakan bahwa Malassezia tidak menyebabkan dermatitis seboroik tetapi merupakan suatu kofaktor yang berkaitan dengan depresi sel T, meningkatkan kadar sebum dan aktivasi komplemen. Dermatitis seboroik juga dicurigai berhubungan dengan kekurangan nutrisi tetapi belum ada yang menyatakan alasan kenapa hal ini bias terjadi. Pada penderita gangguan sistem syaraf pusat (Parkinson, cranial nerve palsies, major truncal paralyses) juga cenderung berkembang dermatitis seboroik luas dan sukar disembuhkan. Menurut Johnson (2000) terjadinya dermatitis seboroik pada penderita tersebut sebagai akibat peningkatan timbunan sebum yang disebabkan kurang pergerakan. Peningkatan sebum dapat menjadi tempat berkembangnya P. ovale sehingga menginduksi dermatitis seboroik. Faktor genetik dan lingkungan dapat merupakan predisposisi pada populasi tertentu, seperti penyakit komorbid, untuk berkembangnya dermatitis seboroik. Meskipun dermatitis seboroik hanya terdapat pada 3% populasi, tetapi insidensi pada penderita AIDS dapat mencapai 85%. Mekanisme pasti infeksi virus AIDS memacu onset dermatitis seboroik (ataupun penyakit inflamasi kronik pada kulit lainnya) belum diketahui. Berbagai macam pengobatan dapat menginduksi dermatitis seborok. Obat-obat tersebut adalah auranofin, aurothioglucose, buspirone, chlorpromazine, cimetidin, ethionamide, griseofulvin, haloperidol, interferon alfa, lithium, methoxsalen, methyldopa, phenothiazines, psoralens, stanozolol, thiothixene, and trioxsalen.

C. Klasifikasi dan Manifestasi Klinik Dermatitis seboroik umumnya berpengaruh pada daerah kulit yang mengandung kelenjar sebasea dalam frekuensi tinggi dan aktif. Distribusinya simetris dan biasanya melibatkan daerah berambut pada kepala meliputi kulit kepala, alis mata, kumis dan jenggot. Adapun lokasi lainnya bisa terdapat pada dahi, lipatan nasolabial, kanalis auditoris external dan daerah belakang telinga. Sedangkan pada tubuh dermatitis seboroik dapat mengenai daerah presternal dan lipatan-lipatan kulit seperti aksila, pusar, inguinal, infra mamae, dan anogenital. Menurut usia dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Pada remaja dan dewasa Dermatitis seboroik pada remaja dan dewasa dimulai sebagai skuama berminyak ringan pada kulit kepala dengan eritema dan skuama pada lipatan nasolabial atau pada belakang telinga. Skuama muncul pada kulit yang berminyak di daerah dengan peningkatan kelenjar sebasea (misalnya aurikula, jenggot, alis mata, tubuh (lipatan dan daerah infra mamae), kadang-kadang bagian sentral wajah dapat terlibat. Dua tipe dermatitis seboroik dapat ditemukan di dada yaitu tipe petaloid (lebih umum ) dan tipe pityriasiform (jarang). Bentuknya awalnya kecil, papulpapul follikular dan perifollikular coklat kemerah-merahan dengan skuama berminyak. Papul tersebut menjadi patch yang menyerupai bentuk daun bunga atau seperti medali (medallion seborrheic dermatitis). Tipe pityriasiform umumnya berbentuk makula dan patch yang menyerupai pityriasis rosea. Patch-patch tersebut jarang menjadi erupsi. Pada masa remaja dan dewasa manifestasi kliniknya biasanya sebagai scalp scaling (ketombe) atau eritema ringan pada lipatan nasolabial pada saat stres atau kekurangan tidur. 2. Pada bayi Pada bayi, dermatitis seboroik dengan skuama yang tebal, berminyak pada verteks kulit kepala (cradle cap). Kondisi ini tidak menyebabkan gatal pada bayi sebagaimana pada anak-anak atau dewasa. Pada umumnya tidak terdapat dermatitis akut (dengan dicirikan oleh oozing dan weeping). Skuama dapat bervariasi warnanya, putih atau kuning. Gejala klinik pada bayi dan berkembang pada minggu ke tiga atau ke empat setelah kelahiran. Dermatitis dapat menjadi general. Lipatan-lipatan dapat sering terlibat disertai dengan eksudat seperti keju yang bermanifestasi sebagai diaper dermatitis yang dapat menjadi general. Dermatitis seboroik general pada bayi dan anak-anak tidak umum terjadi, dan biasanya berhubungan dengan defisiensi sistem

imun. Anak dengan defisiensi sistem imun yang menderita dermatitis seboroik general sering disertai dengan diare dan failure to thrive (Leiners disese). Sehingga apabila bayi menunjukkan gejala tersebut harus dievaluasi sistem imunnya.

3.

Diaper Rash

Diaper rash adalah istilah umum pada beberapa iritasi kulit yang berkembang pada daerah yang tertutup popok. Sinonim termasuk diaper dermatitis, napkin (atau nappy) dermatitis dan dermatitis ammonia. Selain itu ada kategori luas yang berat yang menyebabkan diaper rash, iritasi kontak adalah yang paling banyak terjadi. Penyakit-penyakit ini dapat dibagi secara konseptual ke dalam: 1-4 1. Ruam yang secara langsung atau tidak langsung disebabkan oleh penggunaan popok. Kategori ini termasuk dermatosis, seperti dermatitis kontak iritan, miliaria, intertrigo, dermatitis diaper kandida dan granuloma gluteal infantum 2. Ruam yang muncul ditempat lain tetapi dapat menyebar ke daerah paha yang teriritasi selama memakai popok. Kategori ini termasuk dermatitis atopik, dermatitis seboroik dan psoriasis 3. Ruam yang muncul pada daerah popok yang tidak disebabkan oleh penggunaan popok. Kategori ini terdiri dari ruam yang berhubungan dari impetigo bullosa, sel histiosit Langerhans, acrodermatitis enteropathica (defisiensi zinc), sifilis kongenital, scabies dan HIV. PATOGENESIS Iritan utama dari situasi ini adalah enzim protease dan lipase pada feses yang aktivitasnya meningkat secara tajam oleh peningkatan pH. Keasaman permukaan kulit juga penting untuk mempertahankan mikroflora normal yang memberi proteksi antimicroba pertama dalam melawan invasi oleh bakteri dan jamur patogen. Aktivitas protease dan lipase feses juga meningkat oleh percepatan melintasi gastrointestinal, ini alasan untuk tingginya insiden dermatitis diaper iritan pada bayi yang diare kurang dari 48 jam. Penggunaan popok menyebabkan peningkatan yang jelas pada kelembaban kulit dan pH kulit. Kelembaban yang lama dapat menyebabkan maserasi stratum korneum, lapisan luar, lapisan proteksi kulit, yang berhubungan dengan kerusakan yang luas pada lapisan lipid intraseluler. Kelemahan integritas fisik membuat stratum korneum lebih mudah terkena kerusakan oleh (1) gesekan permukaan popok dan (2) iritasi lokal. Kulit bayi merupakan barier efektif penyakit dan sama halnya pada kulit dewasa dengan memperhatikan permeabilitas kulit. Tetapi, kelembaban,

kekurangan paparan udara, keasaman atau paparan iritan, dan meningkatnya gesekan kulit merusak barrier kulit. Kulit mempunyai pH normal antara 4,5 sampai 5,5. Ketika urea dari urin dan feses bercampur, urease mengurai urin, menurunkan konsentrasi ion hidrogen (meningkatkan pH). Peningkatan nilai pH meningkatkan hidrasi kulit dan membuat kulit lebih permeabel. Sebelumnya, ammonia dipercaya sebagai penyebab primer diaper dermatitis. Penelitian baru-baru ini menyangkal hal ini, menunjukkan bahwa ketika ammonia atau urin ditempatkan pada kulit selama 24-48 jam, kerusakan kulit tidak terjadi.

V. GAMBARAN KLINIS Iritasi primer dari dermatitis popok tidak selalu terlihat pada 3 minggu pertama kelahiran. Onsetnya paling sering terjadi pada minggu ketiga sampai minggu keduabelas, dan puncak prevalensinya terlihat antara bulan ketujuh dan keduabelas. Bentuk yang paling sering dijumpai pada dermatitis popok iritan primer terdiri dari erytem yang menyatu dengan permukaan cembung pada daerah yang tertutup popok, yaitu pantat, genitalia, lower abdomen dan daerah pubis, dan paha atas. Bagian yang lebih dalam pada lipatan paha umumnya tidak terkena. KOMPLIKASI Adanya maserasi dan abrasi kulit yang tertutup popok, menyebabkan ulserasi kulit dan infeksi sekunder oleh Candida albicans dapat terjadi. Reaksi psoriasis mengarah ke suatu psoriaticlike erupsi papul dan plak setelah terapi awal infeksi kandida yang mengenai anggota tubuh dan biasanya ekstremitas, terjadi beberapa hari setelah terapi antifungi dimulai. Jacquet dermatitis adalah komplikasi dari irritan berupa gesekan. Granuloma gluteal infantum yang timbul pada regio anogenital bayi merupakan komplikasi diaper dermatitis. 4. Impetigo

Impetigo adalah infeksi pada kulit yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri penyebabnya dapat satu atau kedua dari Stafilokokus aureus dan Streptokokus hemolitikus B grup A. Impetigo mengenai kulit bagian atas (epidermis superfisial). Impetigo adalah infeksi kulit yang sering terjadi pada anak-anak. Impetigo umumnya mengenai anak usia 2-5 tahun. Impetigo terdiri dari dua jenis, yaitu impetigo krustosa (tanpa gelembung cairan, dengan krusta/keropeng/koreng) dan impetigo bulosa (dengan gelembung berisi cairan). Impetigo adalah infeksi kulit yang mudah sekali menyebar, baik dalam keluarga, tempat penitipan atau sekolah.

Impetigo dapat timbul sendiri (primer) atau komplikasi dari kelainan lain (sekunder) baik penyakit kulit (gigitan binatang, varizela, infeksi herpes simpleks, dermatitis atopi) atau penyakit sistemik yang menurunkan kekebalan tubuh (diabetes melitus, HIV) Klasifikasi berdasarkan gejala klinis :
-

Impetigo Bulosa Impetigo krustosa

5.

Rubella

Rubella Kongenitalis adalah suatu infeksi oleh virus penyebab rubella (campak Jerman) yang terjadi ketika bayi berada dalam kandungan dan bisa menyebabkan cacat bawaan. Istilah Jerman tidak ada hubungannya dengan negara Jerman, tetapi kemungkinan berasal dari bahasa Perancis kuno "germain" dan bahasa Latin "germanus", yang artinya adalah mirip atau serupa. Sebelum ditemukan vaksin rubella pada tahun 1969, wabah rubella terjadi setiap 6-9 tahun. Wabah terutama menyerang anak-anak yang berusia 5-9 tahun dan dewasa, tetapi ada juga kasus yang menyebabkan rubella kongenitalis. Saat ini, setelah pemakaian vaksin rubella, kasus rubella kongenitalis telah menurun secara dramatis dan hampir jarang terjadi. Penyebab Penyebabnya adalah virus rubella, yang bisa ditemukan di tenggorokan, darah dan tinja penderita.

Penularan virus terjadi melalui percikan ludah dan cairan dari hidung dan tenggorokan. Tetapi penularan juga bisa terjadi melalui darah dari ibu hamil kepada janin yang dikandungnya. Seorang penderita bisa menularkan virus ini 1 minggu sebelum timbulnya ruam kulit sampai 1 minggu setelah ruam kulit menghilang.

Pada anak-anak biasanya penyakit ini bersifat ringan, tetapi pada wanita hamil bisa menyebabkan rubella kongenitalis pada janin yang berada dalam kandungannya. Rubella kongenitalis terjadi akibat perusakan oleh virus pada saat janin sedang berkembang. Saat yang paling kritis adalah trimester pertama. Setelah usia kehamilan mencapai lebih dari 4 bulan,

infeksi rubella pada ibu tampaknya tidak membahayakan janin yang sedang berkembang.

Seorang ibu hamil yang tidak mendapatkan imunisasi rubella memiliki resiko menderita nfeksi rubella dan menularkannya kepada janinnya.

GEJALA Gejalanya berupa: - ruam kulit (purpura atau peteki) - berat badan lahir yang rendah - mikrosefalus (kepala yang kecil) - ubun-ubun menonjol - lemas - rewel - gangguan pendengaran - tuli - kejang - ketegangan otot abnormal - kornea keruh atau pupilnya putih (leukokoria) - keterbelakangan motorik - keterbelakangan mental - kelainan pada garis telapak tangan (simian crease)

Anda mungkin juga menyukai