Anda di halaman 1dari 11

Potensi Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia untuk Pemantauan Tujuan Pembangunan Milenium

(Dr. Wendy Hartanto) 1. Pendahuluan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dilaksanakan setiap tiga sampai lima tahun sekali. SDKI yang terakhir dilaksanakan adalah SDKI 2002-2003. Sebelumnya telah dilaksanakan Survei Prevalensi Indonesia 1987 (SPI 1987), SDKI 1991, SDKI 1994, SDKI 1997. Adapun tujuan dari SDKI adalah: - Menyediakan data mengenai perilaku fertilitas, keluarga berencana (KB), kesehatan ibu dan anak, kematian ibu, dan pengetahuan tentang AIDS dan Penyakit Menular Seksual (PMS) yang dapat digunakan oleh pengelola program, pengambil kebijakan dan peneliti dalam menilai dan menyempurnakan program yang ada; - Mengukur perubahan yang terjadi pada angka kelahiran dan pemakaian alat kontrasepsi KB, serta mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti pola dan status perkawinan, daerah tempat tinggal, pendidikan, kebiasaan menyusui dan pengetahuan tentang penggunaan, serta penyediaan alat-alat kontrasepsi; - Mengukur pencapaian sasaran dari program kesehatan nasional, khususnya yang berkaitan dengan program pembangunan kesehatan ibu dan anak; - Menilai partisipasi dan penggunaan pelayanan kesehatan oleh pria bagi seluruh keluarganya; dan - Menyediakan data dasar yang dapat dibandingkan dengan data sejenis dari negara-negara lain dan dapat digunakan oleh para pengelola program, pengambil kebijakan dan peneliti dalam bidang KB dan kesehatan. SDKI mengumpulkan data dari sampel wanita pernah kawin berumur 15-49 tahun dan pria berstatus kawin berumur 15-54 tahun untuk: - Mengestimasi parameter demografi khususnya fertilitas, kematian bayi dan kematian anak di bawah lima tahun; - Mengukur pengetahuan dan penggunaan alat kontrasepsi; - Mendapatkan indikator kunci kesehatan anak termasuk tingkat immunisasi, prevalensi dan pengobatan diare dan penyakit lainnya dan pemberian makanan kepada anak; - Menilai cakupan pelayanan perawatan ibu; - Menggali keterlibatan pria dalam kesehatan reproduksi; dan

149

- Meneliti variabel langsung dan tidak langsung yang mempengaruhi situasi kesehatan ibu dan anak. Survei memberikan perkiraan di tingkat nasional dan propinsi untuk seluruh indikator tersebut di atas. SDKI 2002-2003 dilaksanakan di 26 propinsi di Indonesia. Karena alasan keamanan empat propinsi tidak dicakup yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Maluku, Maluku Utara dan Papua, namun dari sisi cakupan ketidakhadiran tersebut tidak banyak berpengaruh karena keempat propinsi tersebut hanya dihuni oleh empat persen penduduk Indonesia. Dalam Tabel 1 disajikan alokasi blok sensus yang dicakup dalam sampel SDKI 2002-2003 menurut propinsi. Terlihat bahwa sekitar sepertiga alokasi sampel blok sensus terpilih terletak di pulau Jawa yaitu 446 blok sensus. Tabel 1. Alokasi Blok Sensus SDKI 2002-2003 menurut Propinsi
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. Propinsi Sumatera Utara Riau Sumatera Barat Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka-Belitung DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa enggara timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Jumlah Jumlah Blok Sensus 60 50 50 40 50 40 50 40 82 84 74 66 74 66 66 50 40 50 40 50 40 50 40 60 40 40 1392

150

Kerangka sampel yang digunakan untuk SDKI 2002-2003 adalah daftar sampel Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2002. Pendaftaran rumah tangga telah dilakukan di seluruh Blok Sensus (BS) yang tercakup dalam Susenas 2002. Dalam rancangan SDKI 2002-2003 ditentukan paling sedikit 40 BS untuk setiap propinsi. Sampel dirancang untuk menghasilkan indikator yang terpercaya di setiap propinsi. Jumlah BS disetiap propinsi tidak dialokasikan secara proporsional terhadap jumlah penduduk propinsi juga tidak proporsional menurut klasifikasi daerah perkotaan dan perdesaan. Sampel SDKI 2002-2003 dipilih melalui stratifikasi dua tahap dari 1392 BS. Setelah jumlah rumah tangga dialokasikan untuk setiap propinsi menurut daerah perkotaan dan perdesaan, jumlah BS ditentukan berdasarkan rata-rata sampel 25 rumah tangga di setiap BS. Seluruh wanita pernah kawin umur 15-49 tahun dalam rumah tangga memenuhi syarat untuk diwawancarai secara individu. Delapan rumah tangga dari setiap BS yang terpilih untuk sampel wanita dipilih untuk sampel pria. Seluruh pria yang berstatus kawin umur 15-54 tahun dalam rumah tangga terpilih diwawancarai. Sampel ini dirancang dapat memberikan asumsi yang mencakup Indonesia, perkotaan dan perdesaan serta propinsi untuk indikator kunci. Di setiap propinsi, pemilihan BS di wilayah perkotaan dan perdesaan dilakukan dengan menggunakan sampling beberapa tahap (multi stage stratified sampling). Di daerah perkotaan, tahap pertama BS dipilih secara sistematik sampling. Disetiap BS terpilih dipilih 25 rumah tangga secara acak. Di daerah perdesaan pemilihan rumah tangga dilakukan dengan tiga tahap. Pada tahap pertama, dipilih sejumlah kecamatan. Peluang terpilihnya masing-masing kecamatan proporsional dengan banyaknya rumah tangga dalam kecamatan tersebut. Di tahap ke-dua, dari setiap kecamatan terpilih, dipilih BS dengan sampling sistematik. Di tahap ke-tiga di setiap BS terpilih dipilih 25 rumah tangga secara acak. SDKI 2002-2003 menggunakan petugas lapangan sebanyak 530 orang, 362 wanita dan 168 pria. Petugas lapangan dibagi dalam 94 tim, setiap tim terdiri dari satu orang pengawas, satu orang editor, tiga pewawancara wanita dan satu pewawancara pria. Petugas lapangan dilatih di setiap propinsi. Pelatihan yang dilaksanakan termasuk presentasi di kelas, latihan wawancara dan ujian.

151

Pelaksanaan lapangan diselenggarakan lebih dari 51/2 bulan dari akhir Oktober sampai dengan Mei 2003. Di hampir seluruh lokasi survei, pelaksanaan lapangan berhenti paling sedikit 1 bulan selama bulan puasa bagi orang Muslim yang jatuh awal bulan November sampai dengan bulan Desember 2002. Di Propinsi Riau pelaksanaan lapangan baru dimulai pada bulan Desember 2002. Di tiga propinsi baru: Bangka Belitung, Banten dan Gorontalo pelatihan dilaksanakan pada bulan Maret 2003 dan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan April dan Mei 2003. 2. Estimasi Kesalahan Sampling Metode yang digunakan untuk mengukur kesalahan sampling SDKI 2002-2003 adalah metode Tailor Linearization sedangkan untuk perkiraan variansi (variance) dari beberapa variabel penting digunakan metode pengulangan dan penggandaan jacknife. Metode Tailor Linearization memperlakukan setiap persentase dan rata-rata sebagai estimasi rasio, r = y/x, di mana y menunjukkan nilai total sampel untuk variabel y, dan x menunjukkan jumlah kasus dalam kelompok atau sub-kelompok yang menjadi penelitian. Variansi dari r dihitung menggunakan rumus seperti dibawah ini, dengan galat baku (standard error) akar dari variansi:

SE 2 (r ) = var(r ) =

1 f x2

2 mh mh 2 zh zhi m i =1 mh h =1 h 1 H

zhi = yhi rxhi , and zh = yh rxh


di mana: h adalah stratum yang mempunyai nilai antara 1 dan H

mh yhi

adalah jumlah blok sensus terpilih dalam stratum ke-h adalah jumlah tertimbang nilai dari variabel y dalam blok sensus ke-i dan stratum ke-h

xhi adalah jumlah kasus (wanita) dalam blok sensus ke-i dan stratum ke
h,

adalah

fraksi

sampling

yang

karena

nilainya

kecil

tidak

diperhitungkan

152

Metode pengulangan jacknife memperoleh estimasi dari statistik yang rumit dari setiap sampel induk, dan menghitung galat baku dari statistikstatistik tersebut dengan menggunakan formula sederhana. Dalam setiap perhitungan estimasi dipertimbangkan semua blok sensus kecuali satu yang digunakan untuk menghitung estimasi. Pseudo-independent akan muncul. Pada SDKI 2002-2003 ada 1392 blok sensus yang berisi. Karena itu muncul 1391. 3. Kuesioner SDKI 2002-2003 menggunakan 3 daftar pertanyaan, yaitu Daftar Rumah Tangga (SDKI02-RT), Daftar Pertanyaan Wanita Kawin (SDKI02-WK), dan Daftar Pertanyaan Pria Kawin (SDKI02-PK). Daftar rumah tangga dan perseorangan didasarkan pada daftar pertanyaan Demographic and Health Survey (DHS) model A yang dirancang untuk negara-negara yang prevalensi KB-nya tinggi. Daftar rumah tangga digunakan untuk mendaftar semua anggota rumah tangga yang biasa tinggal dan tamu yang menginap dalam rumah tangga terpilih. Informasi dasar ini ditanyakan kepada semua orang yang didaftar antara lain: jenis kelamin, pendidikan, dan hubungan dengan kepala rumah tangga. Tujuan utama dari daftar rumah tangga adalah untuk mengidentifikasi wanita dan pria yang memenuhi syarat untuk wawancara perseorangan. Daftar rumah tangga ini juga digunakan untuk mengidentifikasi wanita dan pria belum kawin berumur 15-24 tahun yang memenuhi syarat untuk wawancara perorangan dalam survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI). Informasi tentang karakteristik bangunan rumah tangga, seperti sumber air minum, jenis kakus, bahan bangunan yang digunakan untuk lantai dan dinding rumah, kepemilikan beberapa barang juga ditanyakan dalam daftar rumah tangga. Informasi tersebut mencerminkan status sosial-ekonomi rumah tangga. Daftar perseorangan Wanita digunakan untuk mengumpulkan informasi dari semua wanita pernah kawin berusia 15-49 tahun. Mereka ditanya tentang beberapa topik, antara lain: - Karakteristik latar belakang, seperti umur, status perkawinan, pendidikan, dan akses terhadap media massa; - Pengetahuan dan praktek keluarga berencana; - Preferensi fertilitas; - Kehamilan, persalinan, dan pemeriksaan masa nifas; - Pemberian air susu ibu dan pola pemberian makanan balita; - Immunisasi dan penyakit balita;

153

Perkawinan dan kegiatan sosial; Karakteristik latar belakang suami dan pekerjaan responden; Kematian balita; Kesadaran dan perilaku terhadap AIDs dan penyakit menular seksual lainnya; dan - Kematian saudara kandung, termasuk kematian ibu. Daftar pertanyaan Pria ditanyakan kepada semua pria kawin berumur 15-54 tahun dalam setiap rumah tangga terpilih dalam sampel SDKI. Informasi yang dikumpulkan dalam Daftar Pertanyaan Pria kurang lebih sama dengan Daftar pertanyaan Wanita, hanya lebih pendek sebab tidak mencakup riwayat kelahiran, kematian dan kesehatan anak, gizi dan kematian ibu. Sebaliknya ditanya tentang pengetahuan dan partisipasinya dalam pemeliharaan kesehatan anak. SDKI 2002-2003 dirancang untuk memperoleh angka estimasi tingkat nasional, perkotaan, dan perdesaan, dan propinsi. Sampel yang terpilih dalam survei ini adalah 34 738 rumah tangga, 29 996 wanita kawin dan 8 740 pria kawin. 4. Pemantauan dan Evaluasi Pembangunan Milenium melalui SDKI 2002-2003 Tujuan pembangunan milenium (MDGs) yang secara global telah disepakati, dikelompokkan menjadi 8 tujuan dan 18 target. Guna memantau dan mengevaluasi MDGs telah dikembangkan berbagai indikator yang dapat merujuk pada tujuan dan target tersebut. Jumlah indikator yang dikembangkan di Indonesia makin lama makin banyak sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan data. Berbagai survei telah diidentifikasi sebagai sumber data yang mampu menyajikan berbagai indikator, di antaranya SDKI 2002-2003. Salah satu tujuan dilaksanakannya SDKI adalah mengukur pencapaian sasaran program kesehatan nasional khususnya yang berkaitan dengan program pembangunan kesehatan ibu dan anak. Sasaran program kesehatan nasional untuk ibu dan anak ini sejalan dengan kesepakatan global tersebut di atas. Pengukuran pencapaian sasaran MDGs dimungkinkan karena adanya tujuan SDKI lainnya, yaitu untuk menyediakan data antara lain tentang kesehatan ibu dan anak serta penyakit menular. Seperti telah diterangkan di muka, responden dalam SDKI adalah rumah tangga, dan anggota rumah tangga wanita yang pernah kawin pada usia subur atau berumur 15-49 tahun atau pria pernah kawin berusia 15-54

154

tahun. Oleh karena itu walaupun dalam SDKI telah dikumpulkan keterangan tentang pendidikan dan pekerjaan responden, data tersebut tidak dapat digunakan untuk memantau dan mengevaluasi Tujuan 2 yang terkait dengan pendidikan dan Tujuan 3 yang terkait dengan kesetaraan gender, karena indikator yang diperoleh tidak valid untuk mewakili seluruh populasi di Indonesia. Keterangan yang bermanfaat untuk pemantauan dan evaluasi MDGs adalah yang menyangkut Tujuan 4 tentang kematian anak, Tujuan 5 tentang kesehatan ibu, dan Tujuan 6 tentang penyakit menular. Di samping itu keterangan tentang aset rumah tangga, fasilitas air dan sanitasi dari rumah tangga terpilih dapat digunakan untuk menyusun indikator proxy yang terkait dengan Target 1 dan Target 10. Berikut adalah indikator yang dapat diturunkan dari SDKI 2002-2003 untuk mengukur pencapaian target MDGs. Target 1: Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah $1 per hari menjadi setengahnya antara 1990-2015 Variabel yang ada dalam kuesioner SDKI 2002-2003 tidak dapat digunakan secara langsung untuk mengukur pencapaian target 1 MDGs. Dari hasil survei ini dapat dihasilkan indeks kekayaan (wealth index) dari kondisi bangunan yang ditempati atau aset yang dimiliki oleh rumah tangga. Indeks kekayaan ini dapat digunakan sebagai proxy penghitungan orang miskin. Target 5: Menurunkan angka kematian balita sebesar dua per tiganya antara tahun 1990-2015. Ada tiga indikator yang digunakan untuk mengukur target 5 MDGs dan seluruhnya dapat dihitung dari hasil SDKI 2002-2003. Angka kematian bayi dan balita dapat dihitung dengan metode langsung (direct estimate) dari riwayat kelahiran (birth history) yang dikumpulkan oleh survei ini. Indikator ketiga yaitu proporsi anak berusia 12-23 bulan yang telah diimunisasi campak juga dapat dihasilkan dari SDKI 2002-2003. Target 6: Menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga per empatnya antara tahun 1990-2015. Ada dua indikator yang dapat digunakan untuk mengukur target 6 MDGs dan kedua indikator tersebut dapat dihitung dari hasil SDKI 2002-2003. Angka kematian ibu dapat dihitung dengan menggunakan metode langsung saudara kandung perempuan (direct estimate sisterhood method). Indikator proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga medis dapat juga dihasilkan oleh survei ini.

155

Target 7: Mengendalikan penyebaran HIV/AIDS dan mulai menurunnya jumlah kasus baru pada tahun 2015. Dari tiga indikator yang digunakan untuk mengukur target 7 MDGs hanya indikator angka pemakaian kontrasepsi kondom pada perempuan menikah yang dapat diukur secara langsung, sedangkan dua indikator lainnya hanya dapat diukur melalui proxy, yiatu proporsi penduduk usia 15-24 tahun dan ibu hamil yang memiliki pengetahuan komprehensif mengenai HIV/AIDS. Target 8: Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunkan jumlah kasus malaria dan penyakit lainnya. Indikator untuk mengukur target ini belum dapat dihasilkan dari SDKI 20022003. Namun untuk SDKI mendatang indikator proporsi penduduk yang berisiko malaria yang menggunakan cara pencegahan dan penanganan efektif untuk memerangi malaria serta indikator proporsi anak balita tidur menggunakan kelambu yang direndam insektisida akan dimasukkan dalam kuesioner. Target 10: Penurunan sebesar separuh proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan. Indikator untuk mengukur pencapaian target ini dapat dihasilkan dari SDKI 2002-2003. Dalam survei ini kepada setiap rumah tangga ditanya mengenai sumber air untuk minum dan sanitasi sehingga pencapaian target ini dapat diukur. Target 11: Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di pemukiman kumuh. Target ini diukur dengan indikator yang terkait dengan sanitasi yang layak yang datanya tersedia di SDKI 2002-2003. 5. Indikator Kesehatan dari SDKI 2002-2003 SDKI menghasilkan berbagai indikator yang dapat mengukur secara kuantitatif keberhasilan program kesehatan nasional. Indikator-indikator ini berpotensi dimanfaatkan untuk mengukur dan mengevaluasi MDGs, namun pada saat ini baru sebagian saja yang telah dimanfaatkan. Tabel 2 berikut adalah daftar indikator tersebut.

156

Tabe 2: Daftar Indikator dari SDKI tahun 2002/2003 yang telah dipakai untuk memantau dan mengevaluasi MDGs
Tujuan/ target dalam MDGs 4/5 4/5 5/6

Indikator

Ukuran

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

8. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Angka kematian perinatal (0-7 hari) Angka kematian neonatal (0-29 hari) Angka kematian post neonatal (1-11 bulan) Angka kematian bayi (0-11 bulan) Angka kematian anak (12-59 bulan) Angka kematian balita (0-59 bulan) Angka kematian ibu (15-49 tahun selama kehamilan, melahirkan atau selama masa nifas) Angka kematian dewasa (15-49 tahun) Angka fertilitas menurut kelompok umur (ASFR) Angka fertilitas total (TFR) Angka fertilitas umum (GFR) Angka kelahiran kasar (CBR) Rata-rata anak lahir hidup wanita 40-49 tahun Rata-rata umur wanita pada kelahiran anak pertama Persentase kelahiran yang ditolong oleh tenaga medis Persentase kehamilan yang diperiksa oleh tenaga medis Persentase ibu yang memeriksakan 4 kali selama kehamilan kepada tenaga medis Persentase wanita hamil yang mendapat imunisasi tetanus toksoid Persentase ibu yang mengalami komplikasi saat melahirkan Persentase persalinan dengan bedah caesar Persentase bayi dengan berat lahir rendah Persentase bayi dengan ukura kurang dari rata-rata

20 per 1000 kelahiran 15 per 1000 kelahiran 35 per 1000 kelahiran 11 per 1000 kelahiran 46 per 1000 kelahiran 307 per 100000 kelahiran

2 per 1000 penduduk Disajikan dalam publikasi 2.6 per wanita 89 per 1000 wanita 21.9 per 1000 penduduk 4.0 anak 21.9 tahun

1. 2. 3.

5/6 -

66.3 persen 91.5 persen 81 persen

4. 5. 6. 7. 8.

72.2 persen 7.1 persen 4.1 persen 5,6 persen 13.7 persen

157

Indikator

Tujuan/ target dalam MDGs 4/5

Ukuran

1. 2. 3. 4. 5.

Persentase anak yang mendapat imunisasi BCG Persentase anak yang mendapat imunisasi DPT lengkap Persentase anak yang mendapat imunisasi Polio lengkap Persentase anak yang mendapat imunisasi Campak Persentase anak yang mendapat imunisasi lengkap Pengetahuan tentang HIV/AIDS Persentase wanita kawin yang pernah mendengar HIV/AIDS Persentase laki-laki kawin yang pernah mendengar HIV/AIDS Persentase wanita kawin yang percaya ada cara untuk mengindari HIV/AIDS Persentase laki-laki kawin yang percaya ada cara untuk menghindari HIV/AIDS Pengetahuan tentang gejala PMS

93.1 persen 80.6 persen 70.4 persen 78.6 persen 70.9 persen

1. 2. 3. 4. 5. 6. 1.

Disajikan dalam publikasi Tabel 15.2 hal 175 58.8 persen 72.8 persen 33.6 persen 53.7 persen Disajikan dalam publikasi Tabel 15.7.1-2 hal 183,184 13.2 persen 6.2 persen 27.8 persen 4.3 persen 0.9 persen 3.7 persen 0.4 persen 56.7 persen 3.6 persen

6/7 -

Persentase wanita yang menggunakan Pil sebagai cara ber KB 2. Persentase wanita yang menggunakan IUD sebagai cara ber KB 3. Persentase wanita yang menggunakan Suntik sebagai cara ber KB 4. Persentase wanita yang menggunakan Susuk sebagai cara ber KB 5. Persentase wanita yang menggunakan Kondom sebagai cara ber KB 6. Persentase wanita yang menggunakan Sterilisasi wanita sebagai cara ber KB 7. Persentase wanita yang menggunakan Sterilisasi pria sebagai cara ber KB 8. Persentase wanita yang menggunakan Cara Modern sebagai cara ber KB Persentase wanita yang menggunakan Cara Tradisional sebagai cara ber KB
File: Final 15-0207

158

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Departemen Kesehatan dan ORC Macro. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2002-2003, Desember 2003. Direktorat Statistik Kependudukan, Badan Pusat Statistik. United Nations, The Millenium Development Goals: The Way Ahead, A PAN-European Perspective. United Nation, New York and Geneva, 2006. Republics of Indonesia. Indonesia Country Report. National Progress in Implementary the ICPD Programme of Action 1994-2004, Jakarta 2004.

159

Anda mungkin juga menyukai