Anda di halaman 1dari 2

RINGKASAN NURUL ISTIAMUJI.

Optimalisasi Produksi pada Peternakan Puyuh Bintang Tiga Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan RATNA WINANDI). Pertanian masih menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi terhadap pendapatan nasional Indonesia. Peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian pemenuhan konsumsi gizi masyarakat dan PDB pertanian. Kontribusinya dalam PDB pertanian menempati peringkat keempat dengan nilai 36.743,6 miliar rupiah atau 1,69 persen dari PDB keseluruhan. Persentase subsektor peternakan dalam PDB masih lebih rendah dibandingkan subsektor lainnya disebabkan oleh konsumsi masyarakat terhadap produk peternakan yang masih rendah. Rata-rata konsumsi protein hewani asal daging serta telur dan susu masyarakat Indonesia pada tahun 2009 adalah 2,22 dan 2,96 gram/kapita/hari. Angka-angka tersebut masih kurang dari nilai konsumsi protein hewani standar yang ditetapkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998 yaitu 6 gram/kapita/hari. Oleh karena itu, keberadaan sektor peternakan sebagai penghasil sumber protein bagi masyarakat masih mempunyai peranan penting. Burung puyuh adalah salah satu jenis unggas yang cukup umum diternakkan. Populasi burung puyuh di Indonesia pada tahun 2009 adalah 7.618.151 ekor. Peningkatan jumlah populasi setiap tahun menunjukkan potensi peternakan puyuh yang dapat dikembangkan. Salah satu hasil utama ternak puyuh adalah telur. Rata-rata konsumsi telur puyuh per kapita per minggu di Indonesia pada tahun 2007 meningkat sebesar 25,71 persen dari tahun sebelumnya. Peningkatan konsumsi merupakan suatu peluang pasar bagi komoditi telur puyuh. Potensi lain ditunjukkan oleh harga telur puyuh yang cenderung stabil bahkan meningkat. Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) adalah peternakan yang berlokasi di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Peternakan ini mengusahakan puyuh petelur dan bibit puyuh sebagai produk utamanya. Namun, PPBT belum mampu memuhi semua permintaan telur maupun bibit yang ada. PPBT sebagai sebuah perusahaan mempunyai tujuan untuk memperoleh keuntungan maksimum. Karakteristik kedua jenis puyuh sedikit berbeda. Untuk itu, diperlukan perencanaan yang baik pada awal periode produksi dalam usahaternak di PPBT. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah menganalisis kombinasi jumlah setiap jenis puyuh yang optimal, menganalisis alokasi sumberdaya yang optimal untuk memperoleh keuntungan optimal, dan menganalisis perubahan yang terjadi pada kondisi optimal jika terjadi perubahan harga pakan yang merupakan komponen biaya produksi paling besar. Waktu penelitian adalah pada bulan Pebruari-Mei 2009. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwa PPBT merupakan peternakan berskala besar di Kota Bogor dengan jumlah puyuh produktif sebanyak 8.000 ekor. Pengolahan data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif mengenai gambaran dan kondisi umum perusahaan dijabarkan secara deskriptif. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan mengelompokkan data yang diperoleh secara manual berdasarkan aktivitas-aktivitas untuk kemudian diproses

menggunakan program Microsoft Excel. Hasilnya digunakan untuk menyusun fungsi tujuan dan fungsi kendala. Pengolahan data kemudian dilakukan dengan program linear. Hasil yang diperoleh dari pengolahan dan analisis data menggunakan program linear adalah kombinasi jumlah aktivitas usahaternak puyuh yang menghasilkan keuntungan maksimum untuk jenis puyuh petelur setiap bulan selama setahun adalah sebanyak 8.874 ekor. Jumlah ini meningkat 10,9 persen dari kondisi aktual sebanyak 8.000 ekor. Sedangkan jumlah aktivitas bibit puyuh bervariasi pada bulan 1 sampai 12 yaitu, 551, 570, 509, 1756, 1681, 1756, 1681, 1756, 1681, 2500, 1681, dan 1746 ekor. Aktivitas puyuh petelur yang sama setiap bulannya disebabkan periode pemeliharaan selama satu tahun, sedangkan periode pemeliharaan bibit puyuh hanya selama satu bulan. Berdasarkan analisis dual sumberdaya yang digunakan PPBT, sumberdaya yang habis terpakai adalah pakan pada bulan 1; modal bulan 1 sampai 9, bulan 10, dan bulan 11; serta permintaan maksimum pada bulan 10. Sumberdaya tersebut menjadi kendala aktif yang bila ditingkatkan ketersediaannya akan menambah keuntungan sebesar nilai dual price. Sumberdaya yang tidak habis terpakai adalah kapasitas kandang, DOQ, pakan bulan 2 sampai 10, tenaga kerja, modal pada bulan 10, serta kendala permintaan maksimum bulan 1 sampai 9, bulan 11, dan bulan 12. Analisis sensitivitas koefisien fungsi tujuan menunjukkan aktivitas puyuh petelur memiliki selang kepekaan yang pendek atau sensitif terhadap perubahan. Penurunan dan kenaikan nilai koefisien fungsi tujuan aktivitas ini akan sangat peka untuk mengubah hasil optimal. Pakan pada bulan 1 memiliki selang kepekaan terpendek di antara sumberdaya lain. Perubahan jumlah ketersediaan pakan pada bulan 1 sangat peka untuk mengubah solusi optimal dan mengubah nilai dual price. Pada analisis post optimal dengan skenario peningkatan harga pakan sebesar 5,5 persen per kilogram mengubah jumlah aktivitas optimal serta keuntungan optimal. Skenario ini membuat jumlah aktivitas puyuh petelur lebih rendah dari sebelumnya sedangkan jumlah aktivitas bibit puyuh mengalami peningkatan. Keuntungan optimal yang diperoleh menurun sebesar Rp 10.625.400 atau sebesar 7,31 persen.

Anda mungkin juga menyukai