Anda di halaman 1dari 14

d. Empati Empati adalah konsep dasar yang paling penting dalam pendekatan berpusat pada pribadi.

Rogers(1961) mengartikan empati sebagai kemampuan untuk melihat dunia orang lain dengan menggunakan kerangka rujukan internal dari orang yang bersangkutan. Rogers menandaskan bahwa empati adalah kemamuan seseorang untuk merasakan dunia pribadi orang lain (konseli) seakan- akan dunia orang lain itu adalah dunianya sendiri tanpa menanggalkan cirri seakan- akan itu. Rangkuman tentang hasil studi dari rogers adalah sebagai berikut : 1. Konselor dan terapis dariberbagai pendekatan sependapat bahwa upaya untuk memahami seseorang secara peka dan teliti dengan meninjaunya dari pandangan orang yang bersangkutan merupakan suatu unsure yang paling penting bagi seorang konselor atau terapis yang efektif. 2. Salah satu fungsi utama dari empati adalah memperlancar penjajakan diri. Klien akan memperoleh pemahaman diri yang lebih mendalam melalui hubungan dimana mereka merasa bahwa mereka difahami oleh orang lain. Konseli yang merasa difahami oleh konselornya cenderung untuk membagi pemahaman dirinya itu dengan konselor. 3. Empati membebaskan konseli dari pemencilan diri, karena seseorang yang menerima empeti merasa dihubungkan dengan orang lain. Empati memberikan konfirmasi yang diperlukan seserang bahwa dia benar benar berada sebagai suatu pribadi yang terswndiri dan dihargai dan memiliki identitas. 4. Kemampuan untuk memperlihatkan empati bergantung kepada perkembangan pribadi konselor sendiri. Rogers menyimpulkan bahwa semakin dewasa dan terpadu pribadi konselor sebagai seorang pribadi, makin baiklah hubungan yang diberikan oleh konselor itu. 5. Kemampuan mendiagnosis dan menafsirkan tidak berkaitan dengan empati. Empati yang sesungguhnya didasarkan atas penerimaan dan sikap tidak menilai (nonjudgmental). Kadang kadang empati disalah tafsirkan sebagai semata - mata menerima dan memantukan kebali pandangan subyektif konseli mengenai dunia. Konselor yang berfungsi sebagai cermin dan tidak melibatkan diri dalam kehidupan subyekytif konseli tidak akan efektif

sebagaimana mengharapkannya ( Egan, 1982 dan Carkhuff (1969). Carkhuff menganjurkan dengan langkah lebih lanju yang berupa dimensi tambahan (additive dimension) dan Egan menganjurkan tahap lanjut empati yang teliti (advanced accurate empathy). Dalam langkah lanjut tersebut konselor menjadi aktif melibatkan diri dalam hubungan terapeuitik dengan jalan mengungkapkan reaksi mereka sendiri pada waktu mereka mengaitkan dirinya dengan hubungan konseli konselor pada saat ini dan disini. Kemampuan untuk menyatakan untuk menyatakan emati secara efektif tergantung kepada adanya sikap perlakuan yang asli dan keinginan yang sungguh sungguh untuk memahami dunia pribadi orang lain. Ada pendapat yang keliru dari sementara konselor kelompok, bahwa empati hanya dapat dilakukan apabila konselor pernah mengalami sendiri peristiwa peristiwa yang dikemukakan oleh konseli. Seorang konselor tidak perlu mengalami sendiri peristiwa yang mengerikan untuk dapat berempati dengan konseli yang mempunyai pengalaman semacam itu. Yang penting bukan pengalaman khusus yang harus dialami konselor. Yang penting adalah kesediaan konselor kelompok untuk menghadapi masalah hidupnya sendiri yang unik. Yang diperhatikan bahwa seseorang telah dapat menangani masalahnya, tidak berarti bahwa yang bersangkutan telah mampu memecahkan masalahnya secara tuntas. Bahkan seandaina konselor sendiri telah menangani masalah yang identik dengan masalah yang diderita seorang peserta kelompoknya, pemecahan yang dilakukan oleh konselor itu belum tentu dapat digunakan oleh konseli itu. e. Penghargaan positif tanpa syarat dan kehangatan Penghargaan positif itu menyangkut upaya untuk mengkomunikasikan perhatian dan perasaan kasih saying tanpa syarat dan tidak disertai dengan penilaian terhadap perasaan dan pemikiran konseli. Dengan kata lain konselor menghargai dan menerima para anggota kelompok tanpa memberikan persyaratan atau harapan berkenaan dengan penerimaan itu. Dalam hal ini konselor seyogyanya mengatakan Saya menerima anda sebagaimana adanya dan bukan Saya akan menerima anda kalau. . . Penerimaan jangan dikacaukan dengan persetujuan. Konselor dapat menerima dan menghargai konseli sebagai pribadi tersendiri, dengan mengakui hak kemandiriannya itu, akan tetapi konselor tidak perlu menyetujui perbuatan konseli itu. Berkaitan dengan sikap penghargaan positif tanpa syarat ini adalah sikap perhatian dan kehangatan yang bersifat tidak memiliki (nonpossessive caring and warmth), yaitu suatu sikap

yang tidak bergantung pada kebutuhan konselor untuk persetujuan dan penerimaan yang dapat dinyatakan dengan cara yang sangat halus, seperti mimik, kontak pandangan, nada suara, dan ekspresi wajah. Pernyataan perhatian yang asli dapat dirasakan oleh para konseli dan akan mendorong perkembangan dirinya. Kehangatan yang dibuat buat dapat seger ditanggapi oleh konseli dan langsung menghambat perubahan dan pertumbuhan konseli. Rojers mempercayai dan menghargai kemampuan individu untuk menemukan arahnya sendiri, diapun percaya akan kemampuan kelompok untuk mengarahkan diri, tanpa konselor menentukan arah pada kelompok itu. Walaupun demikian, dia pun mengakui bahwa kecemasan dan kebsanan dapat timbul dari tiadanya struktur kegiatan yang ditentukan dari luar kelompok. Orang akan menilai pendekatan berpusat pada pribadi dalam proses lelompok itu sebagai suatu pendekatan yang tidak toleran terhadap pendapat bahwa pendekatan itu tidak produktif. Untuk menjadi konselor kelompok seseorang dituntut untuk mampu mendorong anggota kelompok memussatkan perhatia kepada apa yang mereka lakukan dan apa yang mereka tidak lakukan; sedang untuk menjadi konselor yang bersungguh sungguh, seseorang dituntut pula untuk mampu menyatakan reaksinya terhada apa yang terjadi dalam kelompok. Koselor kelompok dapat bertindak sebagai katalisator perubahan didalam kelompok, tanpa melanggar prinsip dan semangat pendekatan berpusat pada pribadi. Pemaksaan pernyataan sikap sikap manghargai, hangat, memperhatikan dengan sangat sungguh sungguh dan emati terhadap konseli bararti bahwa konselor tidak lagi asli. Sesungguhnya mereka harus belajar menerima dirinya sendiri secara realistik, di antaranya mereka harus meenerima kenyataan bahwa pada waktu waktu tertentu mereka tidak dapat bersikap hangat,terbuka, ramah, dan sebagainya. Untuk menjadi konselor yang baik kita tidak perlu menyatakan sikap sikap positif itu. Untuk menjadi konselor kelompok yang efektif, kita harus mulai dari penerimaan terhadap diri kita sendiri dan selanjutnya kita menyadari bahwa makin tinggi kadar penghargaan, perhatian dan penerimaan kita terhadap konseli, akan makin besar pula kesempatan untuk member kemudahan kepada konseli untuk tumbuh dan berubah. Banyak pula konselor kelompok yang sedang berlatih yang merasa dirinya harus bertindak secara aktif dan direktif, dan oleh karena itu mereka mendapat kesulitan untuk menerapkan gagasan gagasan Rogers mengenai penerimaan kelompok sebagaimana adanaya.

f. Ketulusan dan Pengakuan Diri menurut Rogers ciri ciri terapeutik yang palng penting adalah kongruensi, yang memiliki akna bahwa konselor adalah sungguh sungguh atau asli. Ketulusan berarti bahwa apa yang dinyatakan konselor adalah kongruen atau selaras dengan apa yang dihayatinya, sekurang kurangnya pada proses konseling. Dengan kata lain, ketulusan itu berarti bahwa konselor tidak berpura pura berminat ada sesuatu apabila dia tidak berminat padanya, jadi terdapat keselarasan antara apa yang dipikirkan dengan apa yang diperbuat, keselarasan antara perkataan dan perbuatan. Konselor yang asli sesungguhnya jujur dengan dirinya sendiri pada waktu melakukan berbagai interaksi. Banyak mkonselor keompok yang mengalami kesulitan dalam upayanya menjadi diri sendiri. Kesuitan lainnya tampak pada konselor, karena mau bersikap otentik, menempilkan diriny sebagai pusat perhatian dalam kelompok denagn mediskripsikan pribadinya secara menjlimet. Dia hendaknya bertanya pada diri sendiri, apakah pengungkapan masalah dirinya itu dilakukan untuk kepentingan konseli itu atau hanya untuk kepentingan dirinya sendiri. Apabila konselor memiliki pengalaman yang sama dengan pengalaman konseli, maka bagi perasaan tentang pengalaman itu akan memiliki nilai terapeutik yang tinggi. Akan tetapi, pusat perhatian kelompok harus tetap pada diri konseli dan jangan sampai perhatian itu bergeser konselor. Mengenai pengungkapan diri konselor itu, Egan (1982) mengemukakan bahwa pengungkapan diri itu adalah tepat, apabila hal itu dapat membantu konseli mencapai tujuan perawatan seperti dikemukakan dalam proses bantuan itu, yaitu apabila hal itu membantu konseli berbicara mengenai dirinya, berbicara tentang situasi permasalahan lebih kongrit, mengembangkan persepektif dalam rangka rujuksn baru, dan menentuka tujuan realistic bagi diri sendiri. Manfaat pengungkapan diri konselor antara lain untuk memberika contoh atau model kepada konseli tentang bagaimana mengungkapkan diri, memberikan pegaruh sosial yang positif, mengurangi jarak antara peranan konseli yang diharapkan dengan peranan yang dilakukannya, meningkatkan kemampuan konselor untuk bekerja lebih baik bersama konseli, dan menciptakan hubungan yang lebih otentik. Mutu dan ketepatan waktu dari pengungkapan diri konselor itu harus sangat penting artinya bagi roses konseling. Pengungkapan diri yang terlalu dini dapat ke diri

merusak proses konseling,sedangkan apabila engungkapan diri dilakukan tepat pada waktunya, maka halt u akan sangat konstruktif. g. Rasa Hormat Egan (1982) menambahkan unsur rasa hormat sebagai cirri dari kondisi yang memperlancar proses bantuan kepada konseli. Rasa hormat (respect) dapa diartikan sebagai sikap mengahargai orang lain sebagai mana adanya. Sikapa mengahormati ini mengisyaratkan pandangan bahwa konseli dan konselor mempunyai kedudukan yang sama dalam hubungan terapeutik, bahwa konseli merupakan pribadi tersendiri yang unik yang memiliki hak untuk memandang segala sesuatu dari sisi yang menguntungkan dirinya. Contoh perilaku yang mengandung peernyataan rasa hormat adalah sebagai berikut: 1) Bertindak demi konseli 2) Memperlihatkan kesendirian untuk bekerja bersama konseli 3) Mengangga dan memperlakukan konseli sebagai pribadi yang unik 4) Mendukung keinginan konseli untuk berdiri sendiri 5) Menerima maksud baik ihak konseli 6) Memperhatikan konseli secara penuh dengan jalan mendengarkan konseli secara aktif dan berusaha memahaminya. 7) Menahan diri untuk membuat penilaian tentang konseli dan nerusaha keras untuk mengembangkan empati 8) Menguatkan tindakan konstruktif konseli 9) Bersungguh sungguh dan memperlihatkan ketulusan kepada konseli Sikap yang menandakan rasa hormat dari pihak konselor dapat menjadi suatu factor yang berarti dalam membantu konseli belajar menghormati dirinya sendiri. Apabila merreka melihat adanya rasa hormat yang diberikan oleh konselor maka, mereka dapat mulai menghargai kekuatan yang ada didalam dirinya. Pernyataan yang menyatakan rasa hormat. Perlu dicatat bahwa pernyataan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk pernyataan yang sangat halus atau bahkan dalam bentuk non verbal.

1) Saya berharap bahwa kita dapat bekerja sama dalam kelompok ini dan menjadikannya sebagai tempat yang memberikan kebebasan bagi anda untuk menyatakan perasaan anda masing masing. 2) Apabila anda percaya bahwa kelompok ini akan dapat membantu anda, maka saya pun percaya bahwa anda bersedi melakukan perubahan yang konstruktif dalam gaya hidup anda masing masing. 3) Mungkin saya sulit untuk setuju dengan beberapa dari nilai nilai yang anda anut, tetapi saya benar benar mendukung hak anda untuk berpikir secara berbeda dengan jalan pikiran saya. Pernyataan yang mengandung rasa tiak hormat. 1) Anda seuanya sama saja. Anda dating kemari hanya untuk mengambil keuntungan dari orang lain 2) Saya tidak terlalu tertarik dengan apa yang anda pikirkan. Saya hanya ingin tau kapan anda akan merubah perilaku anda. 3) Saya pikir, kebanyakan diri anda sangat putus asa; saya rasa anda sulit untuk mengubah diri anda dan anada tidak mungkin dapat melakukannya. h. Kesegeraan (immediacy) untuk mengatasi kesulitan dalam memperlihatkan ketulusannya, tidak sedikit konselor yang lari kepada pengungkapan diri yng berlebihan, dengan harapan supaya mereka dapat dianggap terbuka dan bersikap otentik oleh para konseli. Seringkali mereka jadi terlena dengan keadaan itu sehingga konseli mengalami kebosanan. Konselor gagal dalam pengungkapan diri itu sebagai alat untuk mendorong konseli mengungkapkan dirinya sendiri. Terlebih kelompok itu gagal dalam membentuk hubungan antara konseli dengan konseli. Keseluruhannya menimbulkan kegagalan dalam membangun hubungan yang bersifat terapeutik dalam kelompok itu. Yang pentng dalam hal ini yaitu bahwa konselor perlu mampu membedakan pengungkapan diri dalam rangka roses terapeutik dengan pengungkapan diri dalam kehidupannya sehari hari. Yang lebih penting lagi konselor harus lebih menghayati, dimana dan bagaimana menyatakan reaksinya terhadap konseli dalam kaitannya dengan perjumpaan pribadi- dengan pribadi dalam

suasana kelompok.bentuk hubungan seperti itu disebut kesegeraan dan berarti memperlihatkan ketulusan diri dalam hubungannya dengan orang lain. Egan (1982) menjelaskan kesegeraan ini sebagai percakapn anda- aku(you-me talk) dan dia melihat bahwa konselor perlu mempelajari keterampilan keterampilan untuk mampu menjajaki secara terbuka dan langsung apa yang menjadi disini dan saat ini dalm rangka hubungan antar pribadi. i. Konfrontasi Konfrontasi dalam arti terapeutik adalah usaha untuk menunjukkan perbedaan atau kesenjangan antara berbagai sikap, pemikiran atau perilaku. Egan (1982) mengartikan konfrontasi sebagai undangan kepada seseorang untuk menguji perilakunya secara lebih jujur. Kemudian Egan menandaskan bahwa itu harus dilakukan dengan menggunakan empati yang teliti dan hati hati. Supaya konfrontasi itu mebcapai sasaran dan tujuannya, yaitu supaya konseli memahami kekuatan dan kelemahannya sendiri, maka konfrontasi itu yang dilakukan sebagai suatu serangan terhadap pertahanan diri konseli dan jangan pula tampak sebagai suatu penilaian. Corey (1985) mengemukakan beberapa saran untuk menggunakan konfrontasi sebaik baiknya, yaitu : 1) Perlu diingat bahwa konfrontasi itu harus didasarkan atas rasa hormat terhadap orang lain dan bahwa hal itu ditujukan untuk menantang konseli mengenal aspek aspek dalam dirinya yang selama ini todak dikenal dan tidak pernah dijajakinya. 2) Konfrontasi digunakan apabila konselor ingin lebih ddekat kepada konseli dan apabila konselor ingin tetap bersama dengan konseli yang bersangkutan didalam kelompoknya. 3) Koselor harus dapat membedakan antara serangan yang bersifat menilai dengan tantangan yang bersifat mencurahkan perhatian konselor kepada konseli. Misalnya, pernyatan dibawah ini tidak tepat dan mengandung unsure serangan dan penilaian :yang anda lakukan hanya mengambil keuntungan dri kelompok, anda tidak pernah memberikan urusan apapun kepada teman teman anda. Sebaiknya pernyataaan itu di ubah dan ditata menjadi Saya rasa anda sedikit sekali berbicara dalam kelompok ini, saya ingin sekali mendengar pendapat anda. Saya khawatir apkh anda mendapat kesulitan sehingga anda diam saja, tau mungkin sebenarnya anda ingin lebih banyak berbicara.

Apakah anda sadar akan hal hal yang mencegah anda untuk menyatakan perasaan dan pemikiran anda ? 4) Kalau konselor mengkonfortasikan sesuatu kepada konseli, kemukakanlah perilaku khususnya secara khusus yang dapat mempengaruhi konseli lain dalam kelompok itu, dan jelaskan apa pengaruhnya itu. 5) Konselor hendaknya sadar bahwa dia harus mengambil tanggung jawab atas tindakannya dan jangan sampai orang lain menanggung akibat dari apa yang diperbuatnya dalam kelompok. Jadi, konfrontasi sebaiknya dilakukan sedemikian rupa supaya tetap menghormati hargadiri orang yang bersangkutan, tanpa ada prasangka terhadapnya, dan dengan maksut untuk membantu orang tersebut menemukan dan melihat akibat akibat atas perilakunya. Yang paling penting konfrontasi itu seyogyanya diarahkan untuk membuka saluran komunikasi dan bukan menutupnya. k. Hambatan hambatan terhadap Suasana Terapeutik yang Efektif Corey (1985) melihat adanya ketidakpuasan antara para peserta pada waktu merekamelaksanakan konseling kelompok dengan para konseli konselinya. Mereka sering mengeluh bahwa pekerjaannya itu menimbulkan frustasi. Banyak konseli yang tidak menaruh perhatian terhadap kegiatan elompok yang dipimpinnya. Hal seperti itu sebenarnya tidak semuanya disebabkan oleh seorang konseli, terkadang hal tersebut disebabkan karena kurang mampunya sang konselor dalam menghadapi para konselinya.dibawah inidikemukakan beberapa masalah khusus yang menghambat perkembangan hubungan terapuetik dalam kelompok konseling (Corey, 1985): 1) Tiadanya perhatian. Seringkali, konselor tidak dengan sesungguh hatinya mendengarkan pernyataan konseli. Mereka terlalu dikuasai oleh keinginan untuk menyampaikan pesan mereka sendiri yang diduganya akan berguna bagi para konselinya. Konselor terlalu banyak berbicara dan terlalu sediki mendengarkan. 2) Tiadanya empati. Dalam hal ini konselor bertindak terlalu kritis dan terlalu banyak menilai dan mereka menciptakan suatu pilihan antara kami(para koselor) dan mereka(para konseli). Mereka biasanya memandang konseli sebagai musuh konselor tidakberhasil melihat dirinya diantara konseli.

3) Tiadanya pengungkapan diri dari pihak konselor. Banya konselor kelompok berpendapa bahwa seyogyanya konselor tidak terlalu terlibat dengan masalah konseli, menghindari hubungan pribadi, dan menghindari pengungkapan pribadi pada konseli. Dalam hal ini, konselor diharapkan mengubah perilaku anggota kelompok, tetapi mereka harus menjaga jarak antara anggota kelompok. Konselor dianjurkan untuk mengungkapkan dirinya sendiri secara tepat isi dan tepat waktu. 4) Tiadanya penghargaan yang positif. Banyak konselor kelompok yang tidak toleran kepada orang yang seharusnya dia bantu dan tetap menganggap konseli sebagai orang yang menderita yang tidak mampu memecahkan masalahnya sendiri. Prasangka demikian dari pihak konselor akan mengakibatkan lambatnya, atau bahkan tiada perubahan pada diri konseli.penghargaan positif diperlukan untuk membangun relasi terapeutik dalam kelompok. 5) Tiadanya kehangatan dan penerimaan. Berkaitan dengan sikap tidak menghargai konseli ada juga sikap tertentu yang dilakukan oleh konselor dalam kegiatan kelompok, yaitutidak sabar, sikap dingin, kekasaran memandang rendah, sarkasme, permusuhan, justru tehadap mereka yangakan dibantunya. Ddengan sikap yang demikian konselor tidak dapat mengharapkan adanya perubahan positif terhadap konselinya kecuali mereka menyadri akan kesalahannya. 6) Tiadanya kepercayaan terhaap proses teraeutik. Konsep penghargaan yang positif dan penerimaan dilandaasi oleh kepercayaan bahwa orangdapat mengubah dan memperbaiki kondisi pribadi dan perbuatannya. Apabila seseorang ingin menjadi orang yang mampu membantu, maka dia harus percaya bahwa orang tersebut dapat dibantu. 2. Peranan dan Fungsi Konselor Rogers memandang teknik teknik konseling sebagai hal yang tidak penting. Rogers mengingatkan pada konselor untuk tidak komentar yang bersifat menafsirkan pada ucapan atau perbuatan konseli. Konselor hendaknya member kesempatan kepada para anggota kelompok untuk menentukan arah dan kecepatan klompok itu. Rogers lebih banyak menggunakan istilah fasilitator alih alih terapis kelompok atau konselor kelompok. Penafsiran fasilitator adalah mengeerjakan hal hal yang diperlukan untuk menciptakan iklim didalam kelompok suaya kecenderungan perwujudan diri dari dalam individu individu peserta dapat dilepaskan. Dengan diberi pendekatan yang tidak berstruktur, dengan adanya fasilitator yag tidak ingin menggurui,

pra anggota kelompok yang bias menrut kepada suatu kekuasaan itu pada akhirnya menyadarkan diri pada mereka sendiri untuk menentukan arah dan tujuan kegiatan. Meskipun para anggota kelabakan dalam usahanya menyenangkan orang lain, pada akhirnya mereka akan menyatakan kebosanan dan frustasinya karena fasilitator sama sekali tidak berbuat apa pun untuk memperbaiki situasi. Dengan demikian, para anggota kelompok dibantu untuk mulai mendenarkan dirinya sendiri dan orang lain oleh fasilitator yang tidak mau bertindak sebagai ahli yang tiak mau menolong mereka. Beberapa ciri Peranan fasilitator dalam pendekatan Rogers : a. Fasilitator bersedia berpartisipasi sebagai seorang anggota kelompoknya b. Fasilitator memperlihatkan kesediaanya untuk berusaha memahami dan menerima setiap anggota dalamkelompok c. Fasilitator bersedia berbagi perjuangan dengan para anggota kelompok, apabila hal itu diperlukan dengan cara dan waktu yang tepat d. Fasilitator bersedia melepaskan kendali kekuasaannya dan citranya sebagai ahli, sebaiknya dia akan mencari cara untuk memberikan pengaruh pribadinya. e. Fasilitator percaya akan kemampuan anggota kelompok untuk bergerak maju kearah yang positif dan sehat tanpa mendapat nasihat dari fasiliator. Beberapa hal yang tidak termasuk cirri pendekatan berpusat pada pribadi dengan model terapuetik dilihat dari fungsi fasilitator: a. Memberikan nasihat b. Katalisator dan teknik untuk memulai tindakan c. Diagnosis dan penilaian d. Intervensi yang testruktur dan bersifat direktif e. Pembrian tugas pada anggota kelompok diluar pertemuan kelompok Sebaliknya, pendekatan berpusat pada pribadi menekankan sikap dan keterampilan tertentu sebagai bagian yang perlu dilakukan oleh fasilitator yaitu : a. Mendengarkan secara aktif dan sensitive b. Memantulkan pendapat konseli c. Menjelaskan d. Merangkumkan

e. Berbagi pengalaman pribadi f. Menghadapi dan mengikut sertakan orang orang lain dalam kelompok g. Memperlihatkan sikap memperhatikan tanpa penilaian kepada para anggota kelompok dan memperlihatkan rasa hormat kepada mereka h. Mendukung dan menantang para anggota kelompok i. Bertindak mengikuti arus kelompok dan tidak mencoba mengarahkan kegiatan kelompok j. Menguatkan kemampuan konseli untuk menentukan dirisendiri Fasilitator dapat mengerjakan apa saja yang ingin dilakukan sepanjang dia tetap berhubungan dengan data tentang pengalaman kongrit yang dirasakan konseli secara langsung, dan membantu konseli tetap berhubungan pula dengan data itu dan memahaminya. Yang menjadi dasar dalam pendekatan ini dalam kelompok adalah bahwa para anggota harus menjadi pusat itu dan bukan fasilitor. Rogers (1970) menganggap bahwa fungsi utama dari fasilitator adalah membangun iklim yang memberikan keamanan psikologis bagi para anggota kelompoknya. 3. Proses Konseling Kelompok a. Karakteristik Kelompok Ukuran kelompok konseling dengan pendekata berpusat pada pribadi adalah 8 sampai 12 orang. Pada umumnya kelompok bertemu seminggu sekali swlama tiga jam. Kelompok pertemuan (encounter group), misalnya, biasabya mengambil waktu diakhir pecan, dari Jumat sore sampai Minggu sore. Karena hakekat kelompo itu sangat pribadi, maka setiap orang dapat menjdi anggota kelompok, asalkan kedua belah pihak setuju bahwa setiap anggota akan mendapatkan manfaat dari pengalaman dalam kelompok dan setiap anggoa kelompok akan memberikan sumbangannya epada kelompok sebagai keseluruhan dan kepada para anggotanya. Padda mumnya peraturan yang dibuat oleh kelompok itu mencakup pencegahan adanya gangguan fisik, menentukn waktu pertemuan, menngatur penerimaan anggota baru, prosedur untuk mengakhiri peertemuan. b. Tahap tahap Kegiatan Kelompok Sesungguhnya tidak terdapat pola umum mengenai tahap- tahap kegiatandalam koseling kelompok berdasar pendekatan berpusat pada pribadi ini. Pola itupun bukanlah

merupakan urutan urutan kejadian pada setiap kegiatan kelompok itu, dan dapat berbed beda dari kelompok yang satu dengan yang lainnya. 1. Mencari arah. Tiadanya arah yang diberikan kepada fasilitator menyebabkan kekacauan, frustasi dan semua anggota berputar putar mencari arah kegiatan yang akan mereka lakukan. Pertanyaan pertanyaan khas yang muncul pada tahap ini antara lain Siapa yang bertanggung jawab disisni? Untuk apa kita berada disini? atau Apa yang harus kita lakukan? itu menandakan bahwa mereka telah menaruh perhatian pada kegiatan yang akan dilakukan. 2. Penolakan terhadap pernyataan dan penjajakan pribadi Mulanya para anggota memperlihatkan anggota pada umumnya, karena mereka mengharap bahwa apa yang akan dikemukakannya didalam kelompok itu akan diterima oleh elompoknya.mereka takut dan menolak menampilkan dirinya secara pribadi 3. Deskripsi tentang perasaan perasaan masa lampau. Pada umummnya, pengungkapan diri ini berkenaan dengan hal hal yang terjadi diluar kelompok 4. Pernyataan persaan perasaan negatif. Seringkali pernytaan itu berupa serangan kepada konselor, biasanya karena konselor tidak memberikan arah kegiatan kepada kelompok. Hal ini mungkin sekali dilandasi oleh keinginan untuk mencoba suasana kelompok, untuk mengetahui suasana kelompok itu merupakan tempat yang ama untuk mencurahkan segala macam perasaan. 5. Pernyataan dan penjajahan materi yng sangat pribadi sangt bermakna. Karena perasaan percaya, maka para anggota bertekat untuk mengambil resiko untuk mengungkapkan materi yang bersifat pribadi kepada kepada kelompok. Pada saat ini, para peserta mulai menyadari bahwa kelompoknya itu adalah milik mereka dan dibentuk oleh mereka sendiri, dan mereka mulai merasakan kebebasan. Persepsi semacam itu menyebabkan para anggota kelompok bersedia untuk membukakan rahasianya dan membiarkan rekan sekelompoknya mengetahui keadaan dirinya secara lebih mendalam. 6. Pernyataan perasaan perasaan antar pribadi yang muncul dengan tiba tiba dalam kelompok. Para anggota kelompok cendderung menyatakan perasaan negatif dan positif kepada rekan rekan sekelompoknya.

7. Pengembangan kemampuan menyembuhkan di dalam kelompok. Pada tahap ini para anngota mulai menghubungi rekan rekannya secara spontan, menyatakan perhatiaannya, dukungannya, pengertiannya dan kepeduliannya. Dengan demikian, setiap anggota menjdi berfungsi terapeutik bagi rekan rekannya. 8. Penerimaan diri dan permulaan dari perubahan. Pada tahap ini, para peserta mulai menerima unsure unsure dalam dirinya yang selama ini disangkal atau di ubahnya; mereka makin mendekati keadaan dirinya yan sebenarnya dan oleh karena itu menjadi tidak kaku dan lebih terbuka untuk perubahan. Pada saat para anggota menerima kekuatan dan kelemahannya, mereka menanggalkan pertahanan dirinya dan menerima perubahan. Ini merupakan suatu prses yang memungkinkan perubahan lebih lanjut. 9. Memecahkan tirai pelindung. Pada tahap ini, individu anggota kelompok mulai merespon kepada tuntutan kelompok sehingga topeng dan kepura puraannya ditinggalkan pada tahap ini, kelompok berusaha untuk mencapai komunikasi yang lebih mendalam. Ini merupakan proses yang terjadi apabila individu anggota kelompok meningkatkan penampilan perasaan perasaannya yang muncul seketika kepada kelompoknya. 10. Umpan balik. Dalam proses menerima umpan balik, bai yang positif maupun yang negatif, para anggota kelompok memperoleh banyak data mengenai bagaimana orang lain memandangnya, dan mengenai dampak terhadap dirinya terhadap orang lain. 11. Konfrontasi.pada tahap ini para anggota saling brkonfrontasi dengan rekan sekelompoknya mengenai hal hal yang sangat emosional, termasuk umpan balik yang positif maupun yang negatif. Dapat menandakan peningkatan interaksi diantara para anggota kelompok yang bersangkutan. 12. Hubungan yang membantu diluar ertemuan kelompok. Ini merupakan perluasan dari tahap pengembangan kemampuan menyembuhkan dalam kelompok. 13. Perjumpaan dasar. Dalam konseling kelompok muncul hubungen pribadi dengan pribadi yang asli. Hal ini disebabkan oleh adanya hubungan yang erat dan lebih angsung antara para anggota apabila dibandingkan dengan hubungan dengan orang lain yang terjadi pada suasana kehidupan sehari hari.

14. Pernyataan perasaan perasaan positif dan keakraban. Apabila pertemuan pertemuan itu berkembang dan mendapat kemajuan, maka didalam kelompok berkembang kehangatan dan keakraban. Ini merupakan proes yang timbul karena adanya kesungguhan yang timbul dari kesungguhan dalam pernyataan para peserta mengenai perasaan perasaan tentang dirinya dan tentang orang lain. 15. Perubahan perilaku dalam kelompok. Pada saat para anggota menghayati kemudahan yang meningkat untuk menyatakan perasaan, maka perilaku, tatkrama, dan bahkan penampilannya mulai berubah. Yang penting diingat yaitu bahwa setiap tahap menjelaskan suatu proses dan bahwa setiap prose situ cenderung menghasilkan perubahan didalam kelompok sebagai keseluruhan maupun pada diri individu anggota anggota kelompok yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai