Anda di halaman 1dari 5

Menjaga Anak dari Bahaya Ain

399Share
Penulis: Ummu Ziyad Murojaah: Ust. Subhan Khadafi, Lc. Kenikmatan adalah hal yang didambakan setiap orang. Dan setiap kenikmatan juga dapat sekaligus menjadi ujian bagi seseorang. Salah satu kenikmatan yang dikaruniakan oleh Allah bagi sepasang insan adalah hadirnya sang buah hati dalam kehidupan. Ketika telah lahir, maka fisiknya yang lucu mengundang orang untuk memandang, memanjakan, menyentuhnya. Dan ketika tumbuh beranjak menjadi sosok kanak-kanak, tetap tingkah lakunya banyak mengundang perhatian orang. Dengan sebab ini, maka perlulah kita ketahui sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam,Setiap yang memiliki kenikmatan pasti ada yang iri (dengki). (Shahihul Jami 223. Lihat majalah Al Furqon). Perlu menjadi perhatian bagi orang tua bahwa dalam syariat Islam telah dijelaskan adanya bahaya ain (pandangan mata) terutama bagi anak-anak. Pandangan mata yang berbahaya ini dapat muncul dengan sebab kedengkian orang yang memandang atau karena kekaguman. Bahaya Ain Ibnu Qoyyim rohimahullah dalam kitab Tafsir Surat Muawwadzatain berkata, Bahaya dari pandangan mata dapat terjadi ketika seseorang yang berhadapan langsung dengan sasarannya. Sasaran tukang pandang terkadang bisa mengenai sesuatu yang tidak patut didengki, seperti benda, hewan, tanaman, dan harta. Dan terkadang pandangan matanya dapat mengenai sasaran hanya dengan pandangan yang tajam dan pandangan kekaguman. Pengaruh dari bahaya pandangan mata pun hampir mengenai Rasulullahshollallahu alaihi wa sallam sebagaimana firman-Nya,

Sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar al Quran dan mereka mengatakan Sesungguhnya dia (Muhammad) benar-benar gila. (Al Qalam [68]: 51) Terdapat pula hadits dari Ibnu Abbas bahwasanya Rasulullah shollallahu alaihi wa sallambersabda,

Pengaruh ain itu benar-benar ada, seandainya ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, ainlah yang dapat melakukannya. (HR. Muslim) Subhanallah, lihatlah bagaimana bahaya ain telah dijelaskan dalam Al-Quran dan As Sunnah. Dan terdapat pula contoh-contoh pengaruh buruk ain yang terjadi pada masa sahabat. Salah satunya adalah yang terjadi ada Sahl bin Hunaif yang terkena ain bukan karena rasa dengki namun karena rasa takjub. Sebagaimana dalam hadits, Dari Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif menyebutkan bahwa Amir bin Rabiah pernah melihat Sahl bin Hunaif mandi lalu berkatalah Amir, Demi Allah, Aku tidak pernah melihat (pemandangan) seperti hari ini, dan tidak pernah kulihat kulit yang tersimpan sebagus ini. Berkata Abu Umamamh, Maka terpelantinglah Sahl. Kemudian Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam mendatangi Amir. Dengan marah beliau berkata, Atas dasar apa kalian mau membunuh saudaranya? Mengapa engkau tidak memohonkan keberkahan (kepada yang kau lihat)? Mandilah untuknya! Maksudnya Nabi menyuruh Amir berwudhu kemudian diambil bekas air wudhunya untuk disiramkan kepada Sahl dan ini adalah salah satu cara pengobatan orang yang tertimpa ain bila diketahui pelaku ain tersebut (*). Maka Amir mandi dengan menggunakan satu wadah air. Dia mencuci wajah, kedua tangan, kedua siku, kedua lutut, ujung-ujung kakinya dan bagian dalam sarungnya. Kemudian air bekas mandinya itu dituangkan kepada Sahl, lantas dia sadar dan berlalulah bersama manusia. (HR. Malik dalam al Muwaththa 2/938, Ibnu Majah 3509, dishahihkan oleh Ibnu Hibban 1424. sanadnya shahih, para perawinya terpercaya, lihat Zaadul Maadtahqiq Syuaib al Arnauth dan Abdul Qadir al Arnauth 4/150 cet tahun 1424 H. Lihat majalah Al Furqon). (*) Kata mandi yang ada di sini maksudnya adalah berwudhu sebagaimana disebutkan Imam Malik dalam kitab Al Muwattho. Wallahu alam. Tanda-Tanda Terkena Ain Tanda-tanda anak yang terkena ain di antaranya adalah menangis secara tidak wajar (bukan karena lapar, sakit atau mengompol), kejang-kejang tanpa sebab yang jelas, tidak mau menyusu pada ibunya tanpa sebab, atau kondisi tubuh sang anak kurus kering dan tanda-tanda yang tidak wajar lainnya. Sebagaimana dalam hadits dari Amrah dari Aisyah radhiallahuanha, ia berkata, Pada suatu ketika Nabi shallallahu alaihi wa sallam masuk rumah. Tiba-tiba beliau mendengar anak kecil menangis, lalu Beliau berkata,

Kenapa anak kecilmu ini menangis? Tidakkah kamu mencari orang yang bisa mengobati dia dari penyakit ain? (HR. Ahmad, Baqi Musnadil Anshar. 33304). Begitu pula hadits Jabir radhiallahuanhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallamberkata kepada Asma binti Umais, Mengapa aku lihat badan anak-anak saudaraku ini kurus kering? Apakah mereka kelaparan? Asma menjawab, Tidak, akan tetapi mereka tertimpa ain. Beliau berkata, Kalau begitu bacakan ruqyah bagi mereka! (HR. Muslim, Ahmad dan Baihaqi) Berlindung dari Bahaya Ain Sesungguhnya syariat Islam adalah sempurna. Setiap hal yang mendatangkan bahaya bagi umatnya, maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tentu telah menjelaskan tentang perkara tersebut dan cara-cara mengantisipasinya. Begitu pula dengan bahaya ain ini. 1. Bagi Seseorang yang Memungkinkan Memberi Pengaruh Ain Berdasarkan hadits Abu Umamah di atas maka hendaknya seseorang yang mengagumi sesuatu dari saudaranya maka yang baik adalah mendoakan keberkahan baginya. Dan berdasarkan surat Al Kahfi ayat 39, maka ketika takjub akan sesuatu kita juga dapat mengucapkan doa: Artinya: Sungguh atas kehendak Allah-lah semua ini terwujud. 2. Bagi yang Memungkinkan Terkena Ain Sesungguhnya ain terjadi karena ada pandangan. Maka hendaknya orang tua tidak berlebihan dalam membanggakan anaknya karena dapat menimbulkan dengki ataupun kekaguman pada yang mendengar dan kemudian memandang sang anak. Adapun jika memang kenikmatan itu adalah sesuatu yang memang telah nampak baik dari kepintaran sang anak, fisiknya yang masya Allah, maka hendaknya orang tua mendoakan dengan doa-doa, dzikir dan taawudz yang telah diajarkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam, diantaranya adalah surat muawadzatain (surat Annas dan al-Falaq). Ada pula doa yang biasa diucapkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam untuk meminta perlindungan untuk Hasan dan Husain, yaitu:

Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang telah sempurna dari godaan setan, binatang beracung dan dari pengaruh ain yang buruk. (HR. Bukhari dalam kitabAhaditsul Anbiya: 3120) Atau dengan doa,

Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang telah sempurna dari kejahatan makhluk-Nya. (HR. Muslim 6818). Kemudian, terdapat pula doa yang dibacakan oleh malaikat Jibril alaihissalam ketika Nabishallallahu alaihi wa sallam mendapat gangguan setan, yaitu:

Dengan menyebut nama Allah, aku membacakan ruqyah untukmu dari segala sesuatu yang menganggumu dari kejahatan setiap jiwa dan pengaruh ain. Semoga Allah menyembuhkanmu. Dan terdapat doa-doa lain yang dapat dibacakan kepada sang anak untuk menjaganya dari bahaya ain ataupun menyembuhkannya ketika telah terkena ain. (lihat Hisnul Muslimoleh DR. Said bin Ali bin Wahf Al Qahthani atau Ad Dua min Al Kitab wa As Sunnah yang telah diterjemahkan dengan judul Doa-doa Dan Ruqyah dari Al-Quran dan Sunnah oleh DR. Said bin Ali bin Wahf Al Qahthani) Kesalahan-Kesalahan Dalam Penjagaan dari Bahaya Ain atau Sejenisnya Memang bayi sangat rentan baik dari bahaya ain ataupun gangguan setan lainnya. Terdapat beberapa kesalahan yang biasa terjadi dalam menjaga anak dari gangguan tersebut karena tidak berdasarkan pada nash syariat. Diantara kesalahan-kesalahan tersebut adalah: 1. Menaruh gunting di bawah bantal sang bayi dengan keyakinan itu akan menjaganya. Sungguh ini termasuk kesyirikan karena menggantungkan sesuatu pada yang tidak dapat memberi manfaat atau menolak bahaya.

2.

Mengalungkan anak dengan ajimat, mantra dan sebagainya. Ini juga termasuk perbuatan syirik dan hanya akan melemahkan sang anak dan orang tua karena berlindung pada sesuatu selain Allah Subhanahu wa Taala.

Perlulah kita selalu mengingat, bahwa sekalipun kita mengetahui bahaya ain memiliki pengaruh sangat besar dan berbahaya, namun tidaklah semua dapat terjadi kecuali dengan izin Allah Subhanahu wa Taala. Dan kita sebagai orang Islam tidaklah berlebihan dalam segala sesuatu. Termasuk dalam masalah ain ini, maka seseorang tidak boleh berlebihan dengan menganggap semua kejadian buruk berasal dari ain, dan juga tidak boleh seseorang menganggap remeh dengan tidak mempercayai adanya pengaruh ain sama sekali dengan menganggapnya tidak masuk akal. Ini termasuk pengingkaran terhadap hadits-hadits shahih Nabi shalallahu alaihi wasallam. Sikap yang terbaik bagi seorang muslim adalah berada di pertengahan, yaitu mempercayai pengaruh buruk ain dengan tidak berlebihan sesuai dengan apa yang dikhabarkan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Wallahu alam. Update per tanggal 22 Januari 2012, Penulis mendapatkan faedah baru tentang mendoakan keberkahan agar orang lain tidak terkena ain. Silakan baca selengkapnya disini. Maraji: 1. 2. Majalah Al Furqon edisi 4 Tahun V/Dzulqodah 1426. Doa-Doa dan Ruqyah dari Al Quran dan Sunnah. Said bin Ali bin Wahf Al Qahthani. Media Hidayah. 2004.

Anda mungkin juga menyukai