Anda di halaman 1dari 28

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Secara literal istilah Negara merupakan terjemahan dari kata-kata asing, yakni state (bahasa Inggris), Staat (bahasa Belanda dan Jerman) dan etat (bahasa Perancis), kata state, staat, etat itu diambil dari kata bahasa latin status atau statum, yang berarti keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap. Secara terminology, Negara diartikan dengan organisasi tertinggi di antara satu kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup dalam daerah tertentu dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat. Pengertian ini mengandung nilai konstitutif dari sebuah Negara yang meniscayakan adanya unsur dalam sebuah Negara, yakni adanya masyarakat (rakyat), adanya wilayah (daerah) dan adanya pemerintah yang berdaulat. Sedangkan konstitusi merupakan seperangkat aturan main dalam kehidupan bernegara yang mengatur hak dan kewajiban warga negara dan negara. Konstitusi biasa disebut dengan Undang-Undang Dasar (UUD). Keberadaan konstitusi di suatu negara diharapkan dapat melahirkan sebuah negara yang demokratis. Namun hal itu tidak akan terwujud apabila terjadi penyelewengan atas konstitusi oleh penguasa yang otoriter. B. Tujuan Makalah ini dibuat dengan tujuan memberikan gambaran terhadap masyarakat luas khususnya mahasiswa agar mengetahui bagaimana sebenarnya negara dan konstitusi yang sebenarnya. C. Rumusan Masalah Dalam makalah ini akan dibahas tentang : NEGARA 1. Pengertian negara 2. Tujuan negara 3. Unsur unsur negara 4. Teori tentang terbentuknya negara 5. Bentuk bentuk Negara

Negara dan Konstitusi

KONSTITUSI 1. Pengertian konstitusi 2. Tujuan dan ruang lingkup konstitusi 3. Fungsi konstitusi 4. Sifat konstitusi 5. Klasifikasi konstitusi 6. Penilaian konstitusi Selain itu, dalam makalah ini juga membahas tentang : 1. Negara Indonesia 2. Kedaulatan Negara 3. Konstitusionalisme 4. Sejarah perkembangan konstitusi 5. Sejarah kelahiran dan perkembangan konstitusi di Indonesia 6. Perubahan konstitusi di Indonesia 7. Konstitusi di Indonesia 8. Keterkaitan dasar Negara dan konstitusi D. Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah metode kepustakaan yaitu mencari serta mengumpulkan data dan sumber sumber tertulis dari buku buku, serta bantuan internet yang dirangkum dalam bentuk makalah.

Negara dan Konstitusi

BAB II PEMBAHASAN

NEGARA
1. Pengertian Negara Secara historis pengertian negara senantiasa berkembang sesuai dengan kondisi masyarakat pada saat itu. Pada zaman yunani kuno para ahli filsafat negara merumuskan pengertian negara secara beragam. Aristoteles yang hidup pada tahun 384 322 SM, merumuskan negara dalam bukunya Politica, yang disebutnya sebagai negara polis, yang pada saat itu masih dipahami sebagai suatu wilayah yang kecil. Dalam pengertian itu negara disebut sebagai negara hukum, yang didalamnya terdapat sejumlah warga negara yang ikut dalam permusyawaratan (ecclesia). Oleh karena itu menurut Aristoteles keadilan merupakan syarat mutlak bagi terselenggaranya negara yang baik, demi terwujudnya cita cita seluruh warganya. Pengertian lain tentang negara dikembangkan oleh Agustinus, yang merupakan tokoh Katolik. Ia membagi negara dalam dua pengertian yaitu Civitas Dei yang artinya negara Tuhan, dan Civitas Terrena atau Civitas Diaboli yang artinya negara duniawi. Civitas Terrena ini ditolak oleh Agustinus, sedangkan yang dianggap baik adalah negara Tuhan atau Civitas Dei. Negara Tuhan bukanlah Negara dari dunia ini, melainkan jiwanya yang dimiliki oleh sebagian atau beberapa orang di dunia ini untuk mencapainya. Adapun yang melaksanakan negara adalah Gereja yang mewakili negara Tuhan. Meskipun demikian bukan berarti apa yang di luar Gereja itu terasing sama sekali dari Civitas Dei (Kusnardi, 1995). Berbeda dengan konsep pengertian negara menurut kedua tokoh pemikir negara tersebut, Nicollo Machiavelli (1469 1527), yang merumuskan negara sebagai negara kekuasaan, dalam bukunya ll Principle yang dahulu merupakan buku referensi pada raja. Machiavelli memandang negara dari sudut kenyataan bahwa dalam suatu negara harus ada suatu kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin negara atau raja. Raja sebagai pemegang kekuasaan negara tidak mungkin hanya mengandalkan kekuasaan hanya pada suatu moralitas atau keasusilaan. Kekacauan timbul dalam suatu negara karena lemahnya kekuasaan negara. Bahkan yang lebih terkenal lagi ajaran Machiavelli tentang tujuan yang dapat menghalalkan segala cara. Akibat ajaran ini muncullah berbagai praktik pelaksanaan kekuasaan negara yang otoriter, yang jauh dari nilai nilai moral. Teori negara menurut Machiavelli tersebut mendapat tantangan dan Rousseau (1712 1778). Mereka mengartikan negara sebagai suatu badan atau organisasi hasil dari perjanjian masyarakat secara bersama. Menurut mereka, manusia sejak dilahirkan telah membawahak hak asasinya seperti hak untuk hidup, hak milik serta hak kemerdekaan.
Negara dan Konstitusi 3

Dalam keadaan alamiah sebelum terbentuknya negara, hak hak tersebut belum ada yang menjamin perlindungannya, sehingga dalam status naturalis, yaitu sebelum terbentuknya negara, hak hak itu dapat dilanggar. Konsekuensinya dalam kehidupan alamiah tersebut terjadilah pembenturan kepentingan berkaitan dengan hak hak masyarakat tersebut. Dalam keadaan naturalis sebelum terbentuknya negara, menurut Hobbes akan terjadi homohomini lupus, yaitu manusia yang menjadi serigala bagi manusia lain, dan akan timbul suatu peang semesta yang disebut sebagai belum omnium contre omnes dan hukum yang berlaku adalah hukum rimba. Berikut ini konsep pengertian negara modern yangdikemukakan oleh para tokoh antara lain : Roger H. Soltau, yang mengemukakan bahwa megara sebagai alat agency atau wewenang/authority yang mengatur atau mengendalikan persoalan persoalan bersama atas nama masyarakat (Soltau, 1961). Sementara itu menurut Harold J. Lasky, bahwa negara merupakan suatu masyarakat yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara sah lebih agung dari pada individu atau kelompok, yang merupakan bagian dari masyarakat itu. Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup dan bekerjasama untuk tercapainya suatu tujuan bersama. Masyarakat merupakan suatu negara manakala cara hidup yang harus ditaati baik oleh individu maupun kelompok kelompok, ditentukan suatu wewenang yang bersifat memaksa dan mengikat (Lasky, 1947 : 8 9). Max Weber mengemukakan pemikirannya bahwa negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah (Weber, 1958: 78). Mc. Iver menjelaskan bahwa negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan penertiban di dalam suatu masyarakat dalam suatu wilayah yang berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang diberi kekuasaan memaksa.(Iver, 1995: 22). Sementara itu, Miriam Budiardjo Guru Besar Ilmu Politik Indonesia mengemukakan bahwa negara adalah suatu daerah territorial yang rakyatnya diperintah (governed) oleh sejumlah pejabat dan berhasil menuntut dari warga negaranya ketaatan pada peraturan perundang undangannya melalui penguasaan (control) monopolitis dari kekuasaan yang sah (Budiardjo, 1985 : 40 41). Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh berbagai filsuf serta para sarjana tentang negara, maka dapat disimpulkan bahwa semua negara memiliki unsur unsur yang harus mutlak ada. Unsur unsur negara meliputi : Wilayah atau daerah teritorial yang sah, Rakyat yaitu suatu bangsa sebagai pendukung pokok Negara dan tidak terbatas hanya pada salah satu etnis saja, serta Pemerintahan yang sah dan diakui serta berdaulat.

Negara dan Konstitusi

2. Tujuan Negara Tujuan sebuah Negara dapat bermacam-macam, antara lain: a. Memperluas kekuasaan b. Menyelenggarakan ketertiban hukum c. Mencapai kesejahteraan hukum. Menurut Plato tutjuan Negara adalah untuk memajukan kesusilaan manusia, sebagai perseorangan (individu) dan sebagai makhluk social. Sedangkan menurut Roger H. Soltau tujuan Negara adalah memungkinkan rakyatnya berkembang serta menyelenggarakan daya ciptanya sebebas mungkin (the freest possible development and creative self-expression of its members). Dalam ajaran dan konsep Teokratis (yang diwakili oleh Thomas dan Agustinus, tujuan Negara adalah untuk mencapai penghidupan dan kehidupan aman dan tentram dengan taat kepada dan dibawah pimpinan Tuhan. Dalam Islam, seperti yang dikemukakan oleh Ibnu Arabi, tujuan Negara adalah agar manusia bisa menjalankan kehidupannya dengan baik, jauh dari sengketa dan menjaga intervensi pihak-pihak asing. Dalam konteks Negara Indonesia, tujuan Negara adalah untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanaan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social. 3. Unsur Unsur Negara Secara global suatu Negara membutuhkan tiga (3) unsure pokok, yakni rakyat (masyarakat/warganegara), wilayah dan pemerintah. 1. Rakyat (masyarakat/warga Negara) Unsur rakyat ini sangat penting dalam sebuah Negara, karena secara kongkret rakyatlah yang memiliki kepentingan agar Negara itu dapat berjalan dengan baik. 2. Wilayah Pulau : 20.356.000 Secara mendasar wilayah dalam sebuah Negara biasanya mencakup 8.000.000 daratan (wilayah darat), 18.500.000 km2 (wilayah laut/perairan) dan udara (wilayah udara) 3. Pemerintah Pemerintah adalah alat kelengkapan Negara yang bertugas memimpin organisasi Negara untuk mencapai tujuan Negara oleh Karenanya. Pemerintah seringkali menjadi personifikasi sebuah Negara.

Negara dan Konstitusi

4. Teori Tentang Terbentuknya Negara 1. Teori kontrak social (social contract) Teori ini beranggapan bahwa Negara dibentuk berdasarkan perjanjianperjanjian masyarakat. Beberapa pakar penganut teori kontrak sosial yang menjelaskan teori asal-mula Negara, diantaranya: a. Thomas Hobbes (1588-1679) Menurutnya syarat membentuk Negara adalah dengan mengadakan perjanjian bersama individu-individu yang tadinya dalam keadaan alamiah berjanji akan menyerahkan semua hak-hak kodrat yang dimilikinya kepada seseorang atau sebuah badan. Tekhnik perjanjian masyarakat yang dibuat Hobbes sebagai berikut setiap individu mengatakan kepada individu lainnya bahwa Saya memberikan kekuasaan dan menyerahkan hak memerintah kepada orang ini atau kepada orang-orang yang ada di dalam dewan ini dengan syarat bahwa saya memberikan hak kepadanya dan memberikan keabsahan seluruh tindakan dalam suatu cara tertentu. b. John locke (1632-1704) Dasar kontraktual dan Negara dikemukakan Locke sebagai peringatan bahwa kekuasaan penguasa tidak pernah mutlak tetapi selalu terbatas, sebab dalam mengadakan perjanjian dengan seseorang atau sekelompok orang, individu-individu tidak menyerahkan seluruh hak-hak alamiah mereka. c. Jean Jacques Rousseau (1712-1778) Keadaan alamiah diumapamakannya sebagai keadaan alamiah, hidup individu bebas dan sederajat, semuanya dihasilkan sendiri oleh idividu dan individu itu puas. Menurut Negara atau badan korporatif dibentuk untuk menyatakan kemauan umumnya (general will) dan ditujukan pada kebahagiaan besama. Selain itu Negara juga memperhatikan kepentingan-kepentingan individual (particular interest). Kedaulatannya berada dalam tangan rakyat melalui kemauan umumnya. 2. Teori Ketuhanan Negara dibentuk oleh Tuhan dan pemimpin-pemimpin Negara ditunjuk oleh Tuhan Raja dan pemimpin-pemimpin Negara hanya bertanggung jawab pada Tuhan dan tidak pada siapapun. 3. Teori Kekuatan Negara yang pertama adalah hasil dominasi dari komunikasi yang kuat terhadap kelompok yang lemah, Negara terbentuk dengan penaklukan dan pendudukan. Dengan penaklukan dan pendudukan dari suatu kelompok etnis yang lebih kuat atas kelompok etnis yang lebih lemah, dimulailah proses pembentukan Negara.

Negara dan Konstitusi

4. Teori Organis Negara dianggap atau disamakan dengan makhluk hidup, manusia atau binatang individu yang merupakan komponen-komponen Negara dianggap sebagai sel-sel dari makhluk hidup itu. Kehidupan corporal dari Negara dapat disamakan sebagai tulang belulang manusia, undang-undang sebagai urat syaraf, raja (kaisar) sebagai kepala dan para individu sebagai daging makhluk itu. 5. Toeri Historis Teori ini menyatakan bahwa lembaga-lambaga sosial tidak dibuat, tetapi tumbuh secara evolusioner sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan manusia. 5. Bentuk-Bentuk Negara Bentuk Negara dalam konsep dan teori modern saat ini terbagi dalam kedua bentuk Negara, yakni Negara kesatuan (unitarisme) dan Negara serikat (federasi) 1. Negara kesatuan Negara kesatuan merupakan bentuk suatu Negara yang merdeka dan berdaulat. Dengan satu pemerintah yang mengatur seluruh daerah. Negara kesatuan ini terbagi 2 macam, yaitu: a. Negara kesatuan dengan system sentralisasi yaitu urusan Negara langsung diatur oleh pemerintah pusat b. Negara kesatuan dengan system desentralisasi yakni kepala daerah sebagai pemerintah daerah. 2. Negara serikat Kekuasaan asli dalam Negara federasi merupakan tugas Negara bagian, karena ia berhubungan dengan rakyatnya, semetara Negara federasi bertugas untuk menjalankan hubungan luar negeri. Pertahanan Negara. Keuangan dan urusan pos. Selain kedua bentuk Negara tersebut. Bentuk Negara ke dalam tiga kelompok yaitu: a. Monarki Negara monarki adalah bentuk Negara yang dalam pemerintahannya hanya dikuasai dan diperintah (yang berhak memerintah) oleh satu orang saja. b. Oligarki Oligarki ini biasanya diperintah dari kelompok orang yang berasal dari kalangan feudal.
Negara dan Konstitusi 7

c. Demokrasi Rakyat memiliki kekuasaan penuh dalam menjalankan pemerintahan.

Konstitusi
1. Pengertian Konstitusi Konstitusi berasal dari bahasa Perancis Constituer yang berarti membentuk. Maksud dari istilah tersebut adalah pembentukan, penyusunan atau pernyataan akan suatu negara. Dalam bahasa Latin, konstitusi merupakan gabungan dua kata Cume berarti bersama dengan . dan Statuere berarti: membuat sesuatu agar berdiri atau mendirikan, menetapkan sesuatu. Sedangkan Undang-Undang Dasar merupakan terjemahan dari istilah Belanda Grondwet. Grond berarti tanah atau dasar, dan Wet berarti Undang-Undang. Menurut istilah, konstitusi adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cart-cara bagaimana suatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat. Menurut F. Lasele konstitusi dibagi menjadi 2 pengertian, yakni: 1. Sosiologis dan politis. Secara sosiologis dan politis, konstitusi adalah sintesa faktor-faktor kekuatan yang nyata dalam masyarakat. 2. Yuridis. Secara yuridis konstitusi adalah suatu naskah yang memuat semua bangunan negara dan sendi-sendi pemerintahan. 2. Tujuan dan Ruang Lingkup Konstitusi Secara garis besar, tujuan konstitusi adalah membatasi tindakan sewenangwenang pemerintah, menjamin hak-hak rakyat yang diperintah dan menetapkan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Menurut A. A. H. Struycken ruang lingkup konstitusi meliputi: a. Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang lampau b. Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa c. Pandangan tokoh bangsa yang hendak diwajibkan, baik waktu sekarang maupun untuk masa yang akan datang. d. Suatu keinginan dengan perkembangan kehidupan ketatanegaraan bangsa hendak dipimpin.

Negara dan Konstitusi

3. Fungsi Konstitusi Menentukan pembatasan terhadap kekuasaan sebagai suatu fungsi konstitusionalisme Memberikan legitimasi terhadap kekuasaan pemerintah Sebagai instrumnen untuk mengalihkan kewenangan dari pemegang kekuasaan asal (baik rakyat dalam sistem demokrasi atau raja dalam sistem monarki) kepada organ-organ kekuasaan negara. 4. Sifat Konstitusi 1. Formil dan materiil; Formil berarti tertulis. Materiil dilihat dari segi isinya berisikan hal-hal bersifat dasar pokok bagi rakyat dan negara. (sama dengan konstitusi dalam arti relatif). 2. Flexibel dan rigid, Kalau rigid berarti kaku sulit untuk mengadakan perubahan sebagaimana disebutkan oleh KC Wheare Menurut James Bryce, ciri flexibel a. Elastis. b. Diumumkan dan diubah sama dengan undang-undang. 3. Tertulis dan tidak tertulis 5. Klasifikasi Konstitusi K. C. Weare mengklasifikasikan konstitusi menjadi 5, yaitu: a. Konstitusi tertulis dan tidak tertulis Konstitusi tertulis adalah konstitusi dalam bentuk dokumen yang memiliki kesakralan khusus dalam proses perumusannya. Sedangkan konstitusi tidak tertulis adalah konstitusi yang lebih berkembang atas dasar adat-istiadat dari pada hukum tertulis. b. Konstitusi fleksibel dan konstitusi kaku Konstitusi yang dapat diubah atau diamandemen tanpa adanya prosedur khusus disebut dengan konstitusi fleksibel. Sebaliknya, konstitusi yang mempersyaratkan prosedur khusus untuk perubahan atau amandemennya adalah konstitusi kaku.

Negara dan Konstitusi

c. Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi tidak derajat tinggi Konstitusi derajat tinggi ialah konstitusi yang mempunyai kedudukan tertinggi dalam negara. Sedangkan konstitusi tidak derajat tinggi ialah konstitusi yang tidak mempunyai kedudukan serta derajat seperti konstitusi derajat tinggi. d. Konstitusi serikat dan konstitusi kesatuan Bentuk ini berkaitan dengan bentuk negara; jika negara itu serikat, maka akan didapatkan sistem pembagian kekuasaan antara pemerintah negara serikat dengan pemerintah negara bagian e. Konstitusi sistem pemerintahan presidensial dan konstitusi sistem pemerintahan parlementer Ciri-ciri sistem pemerintahan presidensial : - Presiden dipilih langsung oleh rakyat atau dewan pemilih - Presiden bukan pemegang kekuasaan legislatif - Presiden tidak dapat membubarkan pemegang kekuasaan legislatif dan tidak dapat memerintahkan diadakan pemilihan. Ciri-ciri sistem pemerintahan presidensial - Kabinet yang dipilih PM dibentuk atau berdasarkan ketentuan yang menguasai parlemen - Para anggota kabinet sebagian atau seluruhnya adalah anggota parlemen - Kepala negara dengan saran PM dapat membubarkan parlemen dan memerintahkan diadakannya pemilu. 6. Penilaian Konstitusi 1. Konstitusi bernilai normatif, berarti secara hukum dia-kui dan dilaksanakan secara murni dan konsekwen ; 2. Konstitusi bernilai nominal, secara hukum konstitusi diakui kedudukannya sebagai konstitusi negara; 3. Konstitusi bernilai simpati, secara yuridis diakui dan tidak operasional. Konstitusi ini dikesampingkan oleh kebijakan lain.

Negara dan Konstitusi

10

Negara Indonesia Meskipun ditinjau berdasarkan unsur unsur yang membentuk negara, hampir semua negara memiliki kesamaan, namun ditinjau dari segi tumbuh dan terbentuknya negara serta susunan negara, setiap negara di dunia ini memiliki spesifikasi serta ciri khas masing masing. Negara Inggris tumbuh dan berkembang berdaarkan ciri khas bangsa serta wilayah bangsa Inggris. Mereka tumbuh dan berkembang dengan dilatarbelakangi oleh megahnya kekuasaan kerajaan, sehingga negara Inggris tumbuh dan berkembang senantiasa terkait dengan eksistensi kerajaan. Amerika tumbuh dan berkembang dari penduduk imigran yang bertualang menjelajahi benua, meskipun bangsa yang dimaksud adalah bangsa Inggris, yang kemudian disusul oleh berbagai etnis di dunia seperti dari Cina dan bangsa Asia lainnya, Perancis, Spanyol, Amerika Latin dan lain sebagainya. Oleh karena itu negara Amerika terbentuk melalui integrasi antar etnis di dunia. Demikian pula negara negara lain di dunia tumbuh dan berkembang dengan ciri khas dan sejarahnya masing masing. Demikian pula bangsa dan negara Indonesia tumbuh dan berkembang dengan latar belakang kekuasaan dan penindasan bangsa asing seperti penjajahan Belanda serta Jepang. Oleh karena itu bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dengan latar belakang kesatuan nasib, yaitu bersama sama dalam penderitaan dibawah penjajahan bangsa asing serta berjuang merebut kemerdekaan. Selain itu yang sangat khas bagi bangsa Indonesia adalah unsur unsur etnis yang membentuk bangsa itu sangat beraneka ragam, baik latar belakang budaya seperti bahasa, adat kebiasaan serta nilai nilai yang di milikinya. Oleh karena itu terbentuknya suatu bangsa dan negara Indonesia melalui suatu proses yang cukup panjang. Sejak masa sebelum bangsa asing menjajah Indonesia, seperti masa kejayaan kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit dan kerajaan kerajaan lainnya. Kemudian datanglah bangsa asing ke Indonesia maka bangsa Indonesia saat itu bertekad untuk membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut bangsa, sebagai unsur pokok negara melalui Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Isi sumpah itu merupakan suatu tekad untuk mewujudkan unsur unsur negara yaitu satu nusa (wilayah) Negara, satu bangsa (rakyat), dan satu bahasa, sebagai bahasa pengikat dan komunikasi antar warga negara, dan dengan sendirinya setelah kemedekaan kemudian dibentuklah suatu pemerintahan negara. Prinsip prinsip Negara Indonesia dapat dikaji melalui makna yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945 Alenia I, menjelaskan tentang latar belakang terbentuknya negara dan bangsa Indonesia, yaitu tentang kemerdekaan adalah hak kodrat segala bangsa di dunia, dan penjajahan itu tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan oleh karena itu harus dihapuskan. Alenia II menjelaskan tentang perjalanan perjuangan bangsa Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan.

Negara dan Konstitusi

11

Alenia III menjelaskan tentang kedudukan kodrat manusia Indonesia sebagai bangsa yang religius yang kemudian pernyataan kemerdekaan. Alenia IV menjelaskan tentang terbentuknya bangsa dan negara Indonesia, yaitu adanya rakyat Indonesia, pemerintahan negara Indonesia yang disusun berdasarkan Undang Undang Dasar negara, Wilayah negara serta dasar filosofis negara yaitu Pancasila (Notonagoro, 1975). Kedaulatan Negara Negara, untuk dapat menjalankan pemerintahannya harus mempunyai kedaulatan atau kekuasaan. Kedauatan adalah kekuasaan penuh untuk mengatur rakyat tanpa dicampuri/ pengaruh dari bangsa asing/pemerintah negara lain. Kedaulatan Negara merupakan Kekuasaan tertinggi yang ada pada negara. Kedaulatan negara ini diperoleh dari teori kedaulatan ketuhanan, kedaulatan rakyat, kedaulatan negara dan kedaulatan hukum. Kedaulatan Ketuhanan yaitu Kekuasaan tertinggi ada pada Tuhan (Theokrasi). Kedaulatan Rakyat yaitu Kekuasaan berada pada rakyat. Kedaulatan hukum yaitu kekuasaan tertinggi ada pada hukum. Negara pada pokoknya mempunyai tujuan yaitu : a. Memperluas kekuasaan b. Menyelenggarakan ketertiban umum dan c. Mencapai kesejahtreraan umum. Konstitusionalisme Seperti negara modern dewasa ini senantiasa memerlukan suatu sistem pengaturan yang dijabarkan dalam suatu konstitusi. Oleh karena itu konstitusionalisme mengacu kepada pengertian sistem institusionalisasi secara efektif dan teratur terhadap suatu pelaksanaan pemerintahan. Dengan kata lain, untuk menciptakan suatu tertib pemerintahan diperlukan pengaturan sedemikian rupa, sehingga dinamika kekuasaan dalam proses pemerintahan dapat dibatasi dan dikendalikan (Hamilton, 1931 : 255). Gagasan mengatur dan membatasi kekuasaan ini secara alamiah muncul karena adanya kebutuhan untuk merespon perkembangan peran relatif kekuasaan umum dalam suatu kehidupan umat manusia. Ketika negara negara bangsa (nation states) mendapatkan bentuknya yang sangat kuat, sendralistis dan sangat berkuasa selama abad ke-16 dan ke-17, berbagai teori politik berkembang untuk memberikan penjelasan mengenai perkembangan sistem yang kuat tersebut. Basis pokok konstitusionalisme adalah kesepakatan umum atau persetujuan (consensus) diantara mayoritas rakyat mengenai bangunan yang diidealkan berkaitan dengan negara. Organisasi negara itu diperlukan oleh warga masyarakat politik agar kepentingan mereka bersama dapat dilindungi atau dipromosikan melalui pembentukan dan penggunaan mekanisme yang disebut negara (Andrews, 1968 : 9).
Negara dan Konstitusi 12

Oleh karena itu kata kuncinya adalah consensus general agreement . Jika kesepakatan itu runtuh, maka runtuh pula legitimasi kekuasaan negara yang bersangkutan, dan pada gilirannya dapat terjadi civil war atau perang sipil, atau dapat pula suatu revolusi. Dalam sejarah perkembangan negara di dunia peristiwa terjadi di Prancis tahun 1789, di Amerika tahun 1776, di Rusia tahun 1917 bahkan di Indonesia terjadi pada tahun 1945, 1965, dan 1998. Konsensus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme di zaman modern dewasa ini pada umumnya dipahami berdasarkan pada 3 elemen kesepakatan atau konsensus, sebagai berikut : 1. Kesepakatan tentang tujuan atau cita cita bersama ( the general goals of society or general acceptance of the same philosophy of government ) 2. Kesepakatan tentang the rule of law sebagai landasan pemerintahan atau penyelenggraan Negara (the basis of government ). 3. Kesepakatan tentang bentuk institusi institusi dan prosedur prosedur ketatanegaraan (the form of institutions and procedures). (Andrew 1968 : 12) Kesepakatan Pertama yaitu berkenaan dengan cita - cita bersama yg sangat menentukan tegaknya konstitusionalisme dan konstitusi dalam suatu Negara. Karena cita cita bersama itulah yang pada puncak abstraksinya paling mungkin mencerminkan bahkan melahirkan kesamaan kesamaan kepentingan di antara sesama warga masyarakat yang dalam kenyataannya harus hidup di tengah tengah pluralism atau kemajemukan. Oleh karena itu, pada suatu masyarakat untuk menjamin kebersamaan dalam kernagka kehidupan bernegara, diperlukan perumusan tentang tujuan tujuan atau cita cita bersama yang biasa juga disebut falsafah kenegaraan atau staatsidee (cita Negara) yang berfungsi sebagai philosofhiscegronslaag dan platforms, diantara sesama warga masyarakat dalam konteks kehidupan bernegara. Bagi bangsa Indonesia dasar filosofis yang dimaksud adalah dasar filsafat Negara Pancasila. Lima prinsip dasar yang merupakan dasar filosofis bangsa Indonesia tersebut adalah : 1. 2. 3. 4. Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat permusyawaratan / perwakilan, 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

kebijaksanaan

dalam

Negara dan Konstitusi

13

Kelima prinsip dasar filsafat Negara tersebut merupakan dasardasar filosofis-ideologis untuk mewujudkan cita cita ideal dalam bernegara yaitu : 1. 2. 3. 4. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, Meningkatkan (memajukan) kesejahteraan umum, Mencerdaskan kehidupan bangsa, Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Kesepakatan Kedua adalah kesepakatan bahwa basis pemerintahan didasarkan atas aturan hukum dan konstitusi.kesepakatan kedua ini juga sangat prinsipal, karena dalam setiap Negara harus ada keyakinan bersama bahwa dalam segala hal dalam penyelenggaraannegara harus didasarkan atas rule of law. Bahkan di Amerika dikenal istilah The rule of law, not rule of man untuk menggambarkan pengertian bahwa hukumlah yang sesungguhnya memerintah atau memimpin dalam suatu Negara, bukan manusia. Istilah The rule of law harus dibedakan dengan istilah The rule by law. Dalam istilah terakhir ini, kedudukan hukum (law) digambarkan hanya bersifat instrumentalis atau hanya sebagai alat, sedangkan kepemimpinan tetap berada di tangan ornag atau manusia, yaitu The rule of man by law. Dalam pengertian yang demikian, hukum dapat dipandang sebagai suatu kesatuan system yang puncaknya terdapat pengertian mengenai hukum dasar yang disebut konstitusi, baik dalam arti naskah yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Dari pengertian ini kita kenal istilah Constitutional State yang merupakan salah satu ciri penting Negara demokrasi modern. Oleh karena itu, kesepakatan tentang system aturan sangat penting sehingga konstitusi sendiri dapat dijadikan pegangan tertinggi dalam memutuskan segala sesuatu yang didasarkan atas hukum. Tanpa ada konsensus semacam itu, konstitusi tidak berguna, karena ia sekedar berfungsi sebagai kertas dokumen yang mati, hnaya bernilai semantic dan tidak berfungsi atau tidak dapat difungsikan sebagaimana mestinya. Kesepakatan Ketiga adalah berkenaan dengan : a) Bangunan organ Negara dan prosedur prosedur yang mengatur kekuasaan, b) Hubungan hubungan antar organ Negara itu satu sama lain, c) Hubungan antara organ organ Negara itu dengan warga Negara. Dengan adanya kesepakatan tersebut, maka isi konstitusi dapat dengan mudah dirumuskan karena benar benar mencerminkan keinginan bersama, berkenaan dengan institusi kenegaraan dan mekanisme ketatanegaraan yang hendak dikembangkan dalam kerangka kehidupan negara berkonstitusi (constitutional state).

Negara dan Konstitusi

14

Kesepakatan itulah yang dirumuskan dalam dokumen konstitusi yang diharapkan dijadikan pegangan bersama untuk kurun waktu yang cukup lama. Para perancang dan perumus konstitusi tidak seharusnya membayangkan bahwa konstitusi akan diubah dalam waktu dekat. Konstitusi tidak sama dengan undang undang yang dapat dengan mudah diubah. Karena itulah mekanisme Perubahan Undang Undang Dasar memang sudah seharusnya tidak diubah semudah mengubah undang undang. Meskipun demikian, seharusnya konstitusi tidak disakralkan dari kemungkinan perubahan seperti yang terjadi tatkala Orde Baru. Keseluruhan kesepakatan itu pada intinya menyangkut prinsip pengaturan dan pembatasan kekuasaan. Atas dasar pengertian tersebut maka sebenarnya prinsip konstitusionalisme modern adalah menyangkut prinsip pembatasan kekuasaan yang lazim disebut sebagai prinsip limited government. Dalam pengertian inilah maka konstitusionalisme mengatur 2 hubungan yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya, yaitu : Pertama, hubungan antara pemerintahan dengan warga Negara, Kedua, hubungan antara lembaga pemerintahan yang satu dengan yang lainnya. Sejarah Perkembangan Konstitusi Konstitusi telah lama dikenal sejak jaman bangsa Yunani. Pada masa itu pemahaman tentang konstitusi hanyalah merupakan suatu kumpulan dari peraturan serta adat kebiasaan semata-mata. Sejalan dengan perjalanan itu, pada masa kekaisaran Roma konstitusi berubah makna, yakni; suatu kumpulan ketentuan serta peraturan yang dibuat oleh para kaisar, pernyataan dan pendapat ahli hukum, negarawan, serta adat kebiasaan setempat selain undang-undang. Selanjutnya pada abad VII lahirlah piagam Madinah atau konstitusi Madinah yang merupakan satu bentuk konstitusi pertama di dunia yang telah memuat materi sebagaimana layaknya konstitusi modern dan telah mendahului konstitusi-konstitusi lainnya di dalam meletakkan dasar pengakuan terhadap hak asasi manusia. Pada tahun 1789 meletus revolusi di Perancis, ditandai oleh keteganganketegangan di masyarakat dan terganggunya stabilitas keamanan negara. Maka pada tanggal 14 September 1791 tercatat diterimanya konstitusi Eropa pertama oleh Louis XVI. Sejak peristiwa inilah, sebagian besar negara-negara di dunia sama-sama mendasarkan prinsip ketatanegaraannya pada sandaran konstitusi. Dan akhirnya, muncullah konstitusi dalam bentuk tertulis yang dipelopori oleh Amerika. Namun, konstitusi pada waktu itu belum menjadi hukum dasar yang penting. Konstitusi sebagai UUD, atau Konstitusi Modern baru muncul bersamaan dengan perkembangan sistem demokrasi perwakilan.

Negara dan Konstitusi

15

Sejarah Kelahiran dan Perkembangan Konstitusi di Indonesia Undang-Undang Dasar atau konstitusi negara republik Indonesia disahkan dan ditetapkan oleh panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 agustus 1945 diketuai oleh Ir. Soekarno. Dalam perjalanan sejarah, konstitusi Indonesia telah beberapa kali mengalami pergantian baik nama maupun substansi materi yang dikandungnya. Berikut perjalanan sejarahnya ; 1. Undang-Undang Dasar 1945 yang masa berlakunya sejak 18 Agustus 1945 27 Desember 1949. 2. Konstitusi RIS dengan masa berlakunya sejak 27 Desember 1949 17 Agustus 1950. 3. Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) Republik Indonesia 1950 yang masa berlakunya sejak 17 Agustus 1950 5 Juli 1959. 4. Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan pemberlakuan kembali konstitusi pertama Indonesia dengan masa berlakunya sejak Dekrit Presiden 5 Juli 1959 sekarang. Perubahan Konstitusi di Indonesia Berdasarkan pasal 37 UUD 1945, tata cara perubahan Undang-Undang di Indonesia adalah : 1. Usul perubahan pasal-pasal UUD dapat diagendakan dalam sidang MPR apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota MPR. 2. Setiap usul perubahan pasal-[asal UUD diajukan secara tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya. 3. Untuk mengubah pasal-pasal UUD, sidang MPR dihadiri oleh sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR. 4. Putusan untuk mengubah pasal-pasal UUD dilakukan dengan persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari seluruh anggota MPR.

Negara dan Konstitusi

16

Konstitusi di Indonesia 1. Pengantar Dalam proses reformasi hukum dewasa ini berbagai kajian ilmiah tentang UUD 1945, banyak yang melontarkan ide untuk melakukan amandemen terhadap UUD 1945. Memang amandemen tidak dimaksudkan untuk mengganti sama sekali UUD 1945, akan tetapi merupakan prosedur penyempurnaan terhadap UUD 1945 tanpa harus langsung mengubah UUD-nya itu sendiri, amandemen lebih merupakan perlengkapan dan rincian yang dijadikan lampiran otentik bagi UUD tersebut (mahfud, 1999:64). Dengan sendirinya amandemen dilakukan dengan melakukan berbagai perubahan pada pasal pasal maupun memberikan tambahan tambahan. Ide tentang amandemen terhadap UUD 1945 tersebut didasarkan pada suatu kenyataan sejarah selama masa Orde Lama dan Orde Baru, bahwa penerapan terhadap pasal pasal UUD memiliki sifat multi interpretable yang mengakibatkan adanya sentralisasi kekuasaan terutama kepada presiden. Karena latar belakang politik inilah maka pada masa Orde Baru berupaya untuk melestarikan UUD 1945 bahkan UUD 1945 seakan akan bersifat keramat yang tidak dapat diganggu gugat. Suatu hal yang sangat mendasar bagi pentingnya amandemen UUD 1945 adalah tidak adanya system kekuasaan dengan checks and balances terutama terhadap kekuasaan eksekutif. Oleh karena itu bagi bangsa Indonesia proses reformasi terhadap UUD 1945 adalah merupakan suatu keharusan, karena hal itu akan mengantarkan bangsa indonesia ke arah tahapan baru melakukan penataan terhadap ketatanegaraan. Amandemen terhadap UUD 1945 dilakukan oleh bangsa Indonesia sejak tahun 1999, di mana amandemen pertama dilakukan dengan memberikan tambahandan perubahan terhadap pasal 9 UUD 1945. Kemudian amandemen kedua dilakukan pada tahun 2000, amandemen ketiga dilakukan pada tahun 2001, dan amandemen terakhir dilakukan pada tahun 2002 dan disahkan pada tanggal 10 agustus 2002. Demikianlah bangsa Indonesia memasuki suatu babakan baru dalam kehidupan ketatanegaraan yang diharapkan membawa ke arah perbaikan tingkat kehidupan rakyat. UUD 1945 hasil amandemen 2002 dirumuskan dengan melibatkan sebanyak banyaknya partisipasi rakyat dalam mengambil keputusan politik, sehingga diharapkan struktur kelembagaan Negara yang lebih demokratis ini akan meningkatkan kesejahteraan rakyat. 2. Hukum Dasar Tertulis (Undang Undang Dasar) Sebagaimana disebutkan diatas bahwa pengertian hukum dasar meliputi 2 macam yaitu, hukum dasar tertusi (Undang- Undang Dasar) dan hukum tidak tertulis (Konvensi). Oleh karena sifatnya yang tertulis, maka Undang Undang Dasar itu rumusan tertulis dan tidak mudah berubah. Secara umum menurut E.C.S. Wade dalam
Negara dan Konstitusi 17

bukunya Constitutional Law, Undang Undang Dasar menurut sifat dan fungsinya adalah suatu naskah yang memaparkan kerangka dan tugas tugas pokok dari badan badan pemerintahan suatu Negara dan menentukan pokok pokok cara kerja badan badan tersebut. Jadi pada prinsipnya mekanisme dan dasar dari setiap sistem pemerintahan diatur dalam Undang Undang Dasar. Bagi mereka yang memandang Negara dari sudut kekuasaan dan menganggapnya sebagai suatu organisasi kekuasaan, maka Undang Undang Dasar dapat dipandnag sebagai lembaga atau sekumpulan asas yang menetapkan bagaimana kekuasaan tersebut dibagi antara Badan Legislatif dan Badan Eksekutif dan Badan Yudikatif. Undang Undang Dasar menentukan cara cara bagaimana pusat pusat kekuasaan ini bekerjasama dan menyesuaikan diri satu sama lain. Undang Undang Dasar merekam hubungan hubungan kekuasaan dalam suatu Negara (Budiardjo, 1981 : 95,96). Dalam penjelasan Undang Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Undang Undang Dasar 1945 bersifat singkat dan supel. Undang Undang Dasar 1945 hanya memiliki 37 pasal, adapun pasal pasal lain yang hanya memuat aturan peralihan dan aturan tambahan. Hal ini mengandung makna : 1. Telah cukup apabila Undang Undang Dasar hanya memuat aturan aturan pokok, hanya memuat garis garis besar instruksi kepada pemerintah pusat dan lain lain penyelenggara Negara untuk menyelenggarakan Negara, untuk menyelenggarakan kehidupan Negara dan kesejahteraan sosial. 2. Sifatnya yang supel (elastic) dimaksudkan bahwa kita senantiasa harus ingat bahwa masyarakat itu harus terus berkembang dinamis. Negara Indonesia akan terus tumbuh dan berkembang seiring dengan perubahan zaman. Berhubung dengan itu janganlah tergesagesa memberikan kristalisasi, memberikan bentuk kepada pikiranpikiran yang masih berubah. Memang aturan yang tertulis itu bersifat mengikat, oleh karena itu makin supel sifatnya aturan itu makin baik. Jadi kita harus menjaga agar supaya system dalam Undang Undang Dasar itu jangan ketinggalan zaman. Menurut Padmowahyono, seluruh kegiatan Negara dapat dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu : 1. Penyelenggaraan kehidupan Negara 2. Penyelenggaraan kehidupan social

Negara dan Konstitusi

18

Berdasarkan pengertian pengertian tersebut diatas, maka sifat sifat Undang Undang Dasar 1945 adalah sebagai berikut : 1. Oleh karena sifatnya tertulis maka rumusannya jelas, merupakan suatu hukum positif yang mengikat pemerintah sebagai penyelenggara Negara, maupun mengikat bagi setiap warga Negara. 2. Sebagaimana tersebut dalam penjelasan Undang Undang Dasar 1945 bahwa UUD 1945 bersifat singkat dan supel, memuat aturan aturan yaitu memuat aturan aturan pokok yang setiap kali harus dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman, serta memuat hak hak asasi manusia. 3. Memuat norma norma, aturan aturan serta ketentuan ketentuan yang dapat dan harus dilaksanakan secara konstitusional. 4. Undang Undang Dasar 1945 dalam tertib hukum Indonesia merupakan peraturan hukum positif yang tertinggi, disamping itu sebagai alat kontrol terhadap norma norma hukum positif yang lebih rendah dalam hierarki tertib hukum Indonesia. 3. Hukum Dasar yang tidak Tertulis (Convensi) Konvensi adalah hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu aturan aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan Negara meskipun sifatnya tidak tertulis. Konvensi ini mempunyai sifat sifat sebagai berikut : 1. Merupakan kebiasaan yang berulang kali dan terpelihara dalam praktek penyelenggraan Negara. 2. Tidak bertentangan dengan Undang Undang Dasar dan berjalan sejajar. 3. Diterima oleh seluruh rakyat. 4. Bersifat sebagai pelengkap, sehingga memungkinkan sebagai aturan aturan dasar yang tidak terdapat dalam Undang Undang Dasar. Contoh contoh konvensi antara lain : 1. Pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah mufakat. Menurut pasal 37 ayat 1 dan 4 Undang Undang Dasar 1945, segala keputusan MPR diambil berdasarkan suara terbanyak. Akan tetapi system ini dirasa kurang memiliki jiwa kekeluargaan sebagai kepribadian bangsa, karena itu dalam praktek praktek penyelenggaraan Negara selalu diusahakan untuk mengambil keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat, dan ternyata hampir selalu berhasil. Pungutan suara baru ditempuh, jikalau usaha musyawarah untuk mufakat sudah tidak dapat dilaksanakan. Hal yang demikian ini merupakan perwujudan dari cita cita yang terkandung dalam Pokok Pikiran Kerakyatan dan Permusyawaratan/ Perwakilan. 2. Praktek praktek penyelenggaraan Negara yang sudah menjadi hukum dasar tidak tertulis antara lain :

Negara dan Konstitusi

19

a. Pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia setiap tanggal 16 agustus didalam sidang Dewan Perwakilan Rakyat. b. Pidato Presiden yang diucapkan sebagai keterangan pemerintah tentang Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara pada minggu pertama bulan Januari setiap tahunnya. Hal hal tersebut dalam batinnya secara tidak langsung adalah merupakan realisasi dari Undang Undang Dasar (merupakan pelengkap). Namun perlu digaris bawahi bilamana konvensi ingin dijadikan menjadi rumusan yang bersifat tertulis, maka yang berwenang adalah MPR, dan rumusannya bukanlah merupakan suatu hukum dasar melainkan tertuang dalam ketetapan MPR. Jadi konvensi jika dikehendaki untuk menjadi suatu aturan dasar yang tertulis, tidak secara otomatis setingkat dengan UUD, melainkan sebagai suatu ketetapan MPR. 4. Konstitusi Disamping pengertian Undang Undang Dasar dipergunakan juga istilah lain yaitu Konstitusi. Istilah berasal dari bahasa Inggris Constitution atau dari bahasa Belanda Constitutie. Terjemahan dari istilah tersebut adalah Undang Undang Dasar, dan hal ini memang sesuai dengan kebiasaan orang Belanda dan Jerman, yang dalam percakapan sehari hari memakai kata Grondwet (Grond = Dasar, wet = undang undang) yang keduanya menunjukkan naskah tertulis. Namun pengertian konstitusi dalam praktek ketatanegaraan umumnya dapat mempunyai arti yaitu : 1. Lebih luas daripada Undang Undang Dasar atau 2. Sama dengan pengertian Undang Undang Dasar. Kata konstitusi dapat mempunyai arti lebih luas dari pada pengertian Undang Undang Dasar, karena pengertian Undang Undang Dasar hanya meliputi konstitusi tertulis saja, dan selain itu masih terdapat konstitusi tidak tertulis yang tercakup dalam Undang Undang Dasar. Dalam praktek ketatanegaraan Negara Republik Indonesia pengertian konstitusi adalah sama dengan pengertian Undang Undang Dasar. Hal ini terbukti dengan disebutnya istilah Konstitusi Republik Indonesia Serikat bagi Undang Undang Dasar Republik Indonesia Serikat (Totopandoyo, 1981 : 25,26). 5. Sistem Pemerintah Negara Menurut UUD 1945 Hasil Amandemen 2002 System pemerintahan Negara Indonesia sebelum dilakukan amandemen dijelaskan secara terinci dan sistematis dalam penjelasan Undang Undang Dasar 1945. System pemerintahan Negara Indonesia ini dibagi atas 7 yang secara sistematis merupakan kedaulatan rakyat, oleh karena itu sistem pemerintahan Negara ini dikenal dengan 7 kunci pokok system pemerintahan Negara. Walaupun 7 kunci pokok system
Negara dan Konstitusi 20

pemerintahan Negara menurut penjelasan tidak lagi merupakan dasar yuridis, namun 7 kunci pokok tersebut mengalami perubahan. Oleh karena itu sebagai studi komparatif, system pemerintahan Negara menurut UUD 1945 setelah amandemen, dijelaskan sebagai berikut : a. Indonesia ialah Negara yang berdasarkan atas Hukum (Rechtstaat) Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (Rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (Machtsttaat). Hal ini mengandung arti bahwa Negara, termasuk di dalamnya pemerintahan dan lembaga lembaga Negara lainnya dalam melaksanakan tindakantindakan apapun, harus dilandasi oleh peraturan hukum atau harus dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Tekanan pada hukum (Recht)disini dihadapkan pada kekuasaan (Macht). Prinsip dari system ini disamping akan tampak dalam rumusannya dalam pasal pasalnya, juga akan sejalan dan merupakan pelaksaan dari pokok pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 yang diwujudkan oleh cita cita hukum (Rechtside) yang menjiwai UUD 1945 dan hukum dasar yang tidak tertulis. Sesuai dengan semangat danketegasan Pembukaan UUD 1945, jelas bahwa negara hukum yang dimaksud berarti Negara bukan hanya sebagai polisi lalu lintas atu penjaga malam saja, yang mmenjaga jangan sampai terjadi pelanggaran dan menindak pada pelanggar hukum. Pengertian Negara hukum baik dalam arti formal yang melindungi seluruh warga dan seluruh tumpah darah, juga dalam pengertian Negara hukum material yaitu Negara harus bertanggungjawab terhadap kesejahteraan dan kecerdasan seluruh warganya. Dengan landasan dan semangat Negara hukum dalam arti material itu, setiap tindakan Negara haruslah mempertimbangkan 2 kepentingn atau landasan, ialah kegunaannya (doelmatigheid) dan landasan hukumnya (rechtmatigheid). Dalam segala hal harus senantiasa diusahakan agar setiap tindakan Negara (pemerintah) itu selalu memenuhi 2 kepentingan atau landasan tersebut. Adalah suatu seni tersendiri untuk mengambil keputusan yang tepat apabila ada pertentangan kepentingan atau salah satu kepentingan tidak terpenuhi, sehingga harus dilakukan secara bijaksana yang dengan sendirinya harus senantiasa berlandaskan atas peraturan hukum yang berlaku. b. Sistem Konstitusional Pemerintah berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolut (kekuasaan yang tidak terbatas). System ini memberikan penegasan bahwa cara pengendalian pemerintahan dibatasi oleh ketentuan - ketentuan konstitusi, yang dengan sendirinya juga oleh ketentuan ketentuan hukum lain merupakan produk konstitusional, Ketetapan MPR, UndangUndang dan sebagainya. Dengan demikian system ini memperkuat dan menegaskan lagi system Negara hokum seperti dikemukakan diatas.
Negara dan Konstitusi 21

Dengan landasan kedua system Negara hukum dan system konstitusional diciptakan system mekanisme hubungan dan hokum antar lembaga Negara, yang sekiranya dapat menjamin terlaksananya system itu sendiri dan dengan sendirinya juga dapat memperlancar pelaksana pencapaian cita cita nasional. c. Kekuasaan Negara yang Tertinggi di Tangan Rakyat Sistem kekuasaan tertinggi sebelum dilakukan amandemen dinyatakan dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945 sebagai berikut : Kedaulatan rakyat dipegang oleh suatu badan, bernama MPR, sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia (Vertretungorgata deswillens des Statsvolkes). Majelis ini menetapkan Undang Undang Dasar dan menetapkan Garis Garis Besar Haluan Negara. Majelis ini mengangkat Kepala Negara (Presiden) dan Wakil Kepala Negara (Wakil Presiden). Majelis inilah yang memegang kekuasaan Negara yang tertinggi, sedangkan Presiden harus menjalankan haluan Negara menurut garis garis besar yang telah ditetapkan oleh Majelis. Presiden yang diangkat oleh Majelis tunduk dan bertanggungjawab kepada Majelis (Mandataris) dari Majelis. Presiden juga wajib menjalankan putusan putusan Majelis. Namun menurut UUD 1945 hasil amandemen 2002 kekuasaan tertinggi di tangan rakyat, dan dilaksanakan menurut UUD (pasal 1 ayat 2). Hal ini berartiterjadi suatu reformasi kekuasaan tertinggi dalam Negara secara kelembagaan tinggi Negara, walaupun esensinya tetap rakyat yang memiliki kekuasaan. MPR menurut UUD 1945 hasil amandemen 2002, hanya memiliki kekuasaan melakukan perubahan UUD, melantik Presiden dan Wakil Presiden, serta memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden sesuai masa jabatan, atau jikalau melanggar suatu konstitusi. Oleh karena itu sekarang Presiden bersifat neben bukan Untergeordnet, karena Presiden dipilih langsung oleh rakyat, UUD 1945 hasil amandemen 2002, pasal 6A ayat 1. d. Presiden ialah Penyelenggara Pemerintahan Negara yang Tertinggi di Samping MPR dan DPR Kekuasaan Presiden menurut UUd 1945 sebelum dilakukan amandemen, dinyatakan dalam penjelasan Undang Undang Dasar 1945 sebagai berikut : Di bawah Majelis Permusyawaratan Rakyat, Presiden ialah penyelenggara pemerintahan Negara yang tertinggi. Dalam menjalankan pemerintahan Negara, kekuasaan dan tanggungjawab adalah ditangan Presiden (Concentration of power responsibility upon the president). Berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen 2002, presiden merupakan penyelenggara pemerintahan tertinggi disampingMPR dan DPR, karena Presiden dipilih langsung oleh rakyat UUD 1945 pasal 6A ayat 1. Jadi menurut UUD 1945 ini tidak lagi merupakan mandataris MPR, melainkan dipilih langsung oleh rakyat.
Negara dan Konstitusi 22

e. Presiden Tidak Bertanggungjawab Kepada DPR Sistem ini menurut UUD 1945 sebelum amandemen dijelaskan dalam Penjelasan UUD 1945, namun dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002 juga memiliki isi yang sama sebagai berikut : Disamping presiden adalah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Presiden harus mendapat persetujuan DPR untuk membentuk Undang Undang (Gezetzgebung) pasal 5 ayat 1 dan untuk menetapkan anggaran pendapatan dan belanja Negara (Staatsbergrooting) sesuai dengan pasal 23. Oleh karena itu Presiden harus bekerja sama dengan Dewan, akan tetapi Presiden tidak bertanggungjawab kepada Dewan, artinya kedudukan Presiden tidak tergantung Dewan. f. Menteri Negara ialah Pembantu Presiden, Menteri Bertanggungjawab Kepada Dewan Perwakilan rakyat Negaratidak

Sistem ini dijelaskan dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002 maupun dalam penjelasan UUd 1945, sebagai berikut : Presiden dalam melaksanakan tugas pemerintahannya dibantu oleh menteri menteri Negara (pasal 17 ayat 2 UUD 1945 hasil amandemen 2002). Menteri menteri Negara itu tidak bertanggungjawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat. g. Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak-Terbatas Sistem ini dinyatakan secara tidak eksplisit dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002 dan masih sesuai dengan penjelasan UUD 1945 yang dijelaskan sebagai berikut : Menurut UUD 1945 hasil amandemen 2002, Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh rakyat secara langsung (UUD 1945 Hasil amandemen 2002 pasal 6A ayat 1). Dengan demikian dalam sistem kekuasaan kelembagaan Negara Presiden tidak lagi merupakan Mandataris MPR bahkan sejajar dengan DPR dan MPR. Hanya jikalau Presiden melanggar Undang Undang maupun Undang Undang Dasar, maka MPR dapat melakukan Impeachment. Meskipun kepala Negara tidak bertanggungjawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat, ia bukan Diktator, artinya kekuasaan tidak tak-terbatas. Diatas telah ditegaskan bahwa ia bukan mandataris Permusyawaratan Rakyat, namun demikian ia tidak dapat membubarkan DPR atau MPR kecuali itu ia harus memperhatikan sungguh sungguh suara Dewan Perwakilan Rakyat.

Negara dan Konstitusi

23

6. Negara Indonesia adalah Negara Hukum Menurut penjelasan UUD 1945, Negara Indonesia adalah Negara hukum. Negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan bukan berdasarkan atas kekuasaan. Sifat Negara hukum hanya dapat ditunjukkan jikalau alat alat perlengkapannya bertindak menurut dan terikat kepada aturan aturan yang ditentukan lebih dahulu oleh alat alat perlengkapan yang dikuasai untuk mengadakan aturan aturan itu. Ciri ciri suatu negara hukum adalah : a. Pengakuan dan perlindungan hak hak asasi yang mengandung persamaan dalam bidang politik, hukum, sosial, ekonomi, dan kebudayaan. b. Peradilan yang bebas dari suatu pengaruh kekuasaan atau kekuatan lain dan tidak memihak. c. Jaminan kepastian hokum, yaitu jaminan bahwa ketentuan hukumnya dapat dipahami dan dilaksanakan serta aman dalam pelaksanaannya. Pancasila sebagai dasar Negara yang mencerminkan jiwa bangsa Indonesia harus menjiwai semua peraturan hukum dan pelaksanaannya, ketentuan ini menunjukkan bahwa di Negara Indonesia dijamin adanya perlindungan hak hak asasi manusia berdasarkan ketentuan hukum, bukan kemauan seseorang yang menjadi dasar kekuasaan. Menjadi suatu kewajiban bagi setiap penyelenggaraan Negara untuk menegakkan keadilan dan kebenara berdasarkan Pancasila yang selanjutnya melakukan pedoman peraturan peraturan pelaksanaan. Disamping itu, sifat hukum yang berdasarkan pancasila, hukum mempunyai fungsi pengayoman agar cita cita luhur bangsa Indonesia tercapai dan terpelihara. Namun demikian untuk menegakkan hukum demi keadilan dan kebenaran perlu adanya Badan Badan Kehakiman yang kokoh, kuat dan tidak mudah dipengaruhi oleh lembaga lembaga lainnya. Pemimpin eksekutif (Presiden) wajib bekerjasama dengan Badan Badan Kehakiman untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan sehat. Dalam era reformasi dewasa ini bangsa Indonesia benar benar akan mengembalikan peranan hukum, aparat penegak hukum beserta seluruh sistem peraturan perundang undangan akan dikembalikan pada dasar dasar Negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 hasil amandemen 2002 yang mengemban amanat demokrasi dan perlindungan hak hak asasi manusia. Adapun pembangunan hukum di Indonesia sesuai dengan tujuan Negara hukum, diarahkan pada terwujudnya sistem hukum yang mengabdi pada kepentingan nasional terutama rakyat, melalui penyusunan materi hukum yang bersumberkan pada Pancasila sebagai sumber filosofinya dan UUD 1945 sebagai dasar konstitusionalnya serta aspirasi rakyat sebagai sumber materialnya.

Negara dan Konstitusi

24

Keterkaitan Dasar Negara dengan Konstitusi. Pancasila secara resmi menjadi dasar Negara Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945. secara rinci, rumusan Pancasila tercantum di dalam Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi negara Indonesia. Pancasila dan UUD 1945 mempunyai keterkaitan sangat erat yang dapat dideskripsikan antara lain melalui proses penyusunan dan tekstualnya. 1. Ditinjau dari Proses Penyusunan dan Penetapan. a. Tahap Pembentukan Badan Penyelidik Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Usaha-usaha Persiapan

Pada tanggal 29 April 1945 dibentuk bPUPKI dan dilantik pada tanggal 28 Mei 1945. dengan terbentuknya badan ini, bangsa Indonesia mendapat kesempatan secara legal untuk membicarakan dan mempersiapkan keperluan kemerdekaan Indonesia, anta lain mempersiapkan Undang-Undang Dasar yang berisi antara lain dasar negara, tujuan negara, bentuk negara, dan sistem pemerintahan. b. Penyusunan konsep rancangan dasar negara dan Rancangan UndangUndang Dasar sebagai konstitusi negara Indonesia merdeka. 1) Pada tanggal 29 Mei s/d 1 Juni 1945 diselenggarakan sidang BPUPKI yang pertama. Dalam sidang ini, Ketua BPUPKI dr. K.R.T Radjiman Wedyodiningrat menyatakan kepada peserta sidang mengenai dasar falsafah apa yang akan dibentuk bagi negara Indonesia merdeka. a.) Mr.Muhammad Yamin. 29 Mei 1945 ~ Usulan rumusan dasar negara secara lisan: 1. Peri kebangsaan 2. Peri kemanusiaan 3. Peri Ketuhanan 4. Peri kerakyatan 5. Kesejahteraan rakyat ~ Usulan rumusan dasar negara secara tertulis : 1. Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Kebangsaan Persatuan Indonesia 3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan 5. keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Negara dan Konstitusi 25

b.) Prof.Dr.Mr.R.Soepomo. 31 Mei 1945 ~ Usulan konsep dasar negara Indonesia : 1. Paham negara persatuan 2. Hubungan negara dan agama 3. Sistem badan permusyawaratan 4. Sosialisme negara 5. Hubungan antarbangsa c.) Ir. Soekarno. 1 Juni 1945 Ir. Soekarno mengusulkan dasar negara Indonesia merdeka adalah Pancasila. Rumusan dasar negara Indonesia : 1) Kebangsaan Indonesia 2) Internasionalisme atau peri kemanusiaan 3) Mufakat atau demokrasi 4) Kesejahteraan sosial 5) Ketuhanan yang berkebudayaan Rumusan Dasar Negara menurut Jakarta Charter (22 Juni 1945) : 1) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya. 2) Kemanusiaan yang adil dan beradab. 3) Persatuan Indonesia. 4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. 5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. c. Sidang BPUPKI yang kedua tanggal 10 s/d 16 Juli 1945. Pada sidang pleno kedua BPUPKI membicarakan tentang rancangan undangundang dasar Negara Indonesia merdeka dan berhasil membentuk panitia kecil. Panitia Kecil yang dipimpin oleh Ir. Soekarno, bertugas merumuskan rancangan Pembukaan undang-undang dasar yang berisi tujuan dan asas Negara Indonesia merdeka. Panitia Kecil yang dipimpin oleh Prof.Dr.Mr.R.Soepomo, bertugas merumuskan rancangan batang tubuh undang-undang dasar dan rancangan naskah proklamasi.Pada hari kelima sidang ini, yakni tanggal 14 Juli 1945 telah diterima rancangan dasar Negara sebagaimana tersebut dalam Piagam Jakarta yang dicantumkan dalam Pembukaan dari rencana UUD yang sedang disiapkan.

Negara dan Konstitusi

26

d. Penetapan UUD 1945. Pada tanggal 18 Agustus 1945, anggota PPKI bersidang menetapkan : 1. Mengesahkan pembukaan dan batang tubuh UUD 1945. 2. Memilih Ir. Soekarno sebagai Presiden RI dan Drs.Moh.Hatta sebagai Wakil Presiden RI yang pertama. 3. Untuk sementara waktu, pekerjaan presiden sehari-hari dibantu oleh Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat ( BP-KNIP ). Rumusan dasar Negara yang disahkan dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, berbunyi sebagai berikut : a. Ketuhanan Yang Maha Esa. b. Kemanusiaan yang adil dan beradab. c. Persatuan Indonesia. d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 2. Ditinjau dari Tekstualnya. Ditinjau dari tekstualnya, bahwa Pancasila sebagai dasar negara kesatuan Republik Indonesia tercantum di dalam konstitusi negara, yakni dalam UUD 1945 yang disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Sebagai dasar negara, Pancasila tercantum di dalam Alinea IV Pembukaan UUD 1945 yang merupakan landasan konstitusional dan ideologi negara. Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara hukum sehingga semua peraturan hukum yang bertentangan dengan Pancasila harus dicabut. Secara tekstual rumusan Pancasila tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea keempat.

Negara dan Konstitusi

27

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Setelah membahas tentang negara dan konstitusi, dapat disimpulkan bahwa negara memiliki perbedaan pengertian menurut beberapa ahli namuun pengertian itu mempunyai arti atau makna yang hampir sama. Begitu juga dengan konstitusi, mempunyai arti yang luas dan juga mempunyai arti sempit. Selain pengertian juga telah divas tentang teori terjadinya negara, oleh John Lock (sebagai bapak Hak Asasi dengan bukunya Two Traties Civil Government). John Lock mengenal pula Homohominilopus. Oleh karena didorong keinginan untuk merdeka, maka diadakan statu perjanjian Faktum Subjektionis dan Faktum Uniones. Rakyat memberikan kekuasaannya kepada pejabat akan tetapi tidak boleh melanggar hak asasi. Karena manusia merupakan makhluk berakal dan mempunyai hak asasi yang terdiri dari : 1) 2) 3) 4) 5) B. Saran Makalah ini kami buat untuk menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah KWN. Oleh karena itu, kritikdan saran yang membangun sangat kami harapkan sekali untuk perbaikan makalah ini kedepannya. Hak asasi terhadap badan Hak asasi terhadap nyawa Hak asasi terhadap kehormatan Hak asasi terhadap harta benda Hak asasi terhadap kemerdekaan

Negara dan Konstitusi

28

Anda mungkin juga menyukai