Anda di halaman 1dari 5

2

2. 1. Kerangka Analisis

METODE STUDI

Untuk mengevaluasi keragaan koperasi digunakan berbagai tolok ukur objektif yang dapat diukur dan dibandingkan. Pengujian tolok ukur tersebut dilakukan dengan menggunakan data sekunder. Validasi data diuji dengan menggunakan analisis statistika deskriptif. Validasi data tersebut sekaligus merupakan proses pemilihan data yang layak untuk dianalisis. Hasil validasi data dan keragaan awal data sekunder digunakan sebagai bahan penyusunan hipotesis serta pengelompokan tingkat perkembangan koperasi. Hasil validasi merupakan data yang siap untuk dianalisis. Analisis yang dilakukan adalah teknik analisis gerombol dan analisis komponen utama untuk mendapatkan tipologi secara empiric. Penjabaran singkat dari teknik analisis yang digunakan disampaikan dalam sub bab selanjutnya. Gerombol alamiah akan diidentifikasi dan selanjutnya diuji factor penciri dari setiap tipologi koperasi. Berdasarkan tolok ukur dasar secara hipotetik di munculkan berbagai ukuran ukuran operasional yaitu ukuran ukuran yang dapat diidentifikasikan di lapangan atau dapat disediakan datanya di lapangan. Melalui uji statistic sederhana, dilakukan uji konsistensi terhadap tolok ukur hipotesis yang ada sehingga terpilih ukuran ukuran yang terbaik. Dengan menggunakan analisis korelasi berganda dilakukan penghitungan keterikatan antara tolak ukur perkembangan koperasi dengan factor factor yang dihipotesiskan menjadi factor factor yang mempengaruhi perkembangan koperasi. Hasil dari korelasi ini adalah diperolehnya factor factor yang berpeluang dalam mempengaruhi perkembangan koperasi. Pada saat yang bersamaan dilakukan studi literature untuk melakukan eksplorasi terhadap Undang Undang No. 22 dan 25 tahun 1999 dalam kaitannya dengan pembangunan koperasi dan studi kasus di beberapa daerah mengenai penerapan otonomi daerah, seperti peraturan daerah, struktur organisasi di daerah dan kiat kiat pelaksanaan otonomi daerah. Ini penting untuk dilakukan agar strategi pembangunan koperasi yang akan disusun sesuai dengan kerangka perundang undangan yang ada. Data berupa kebijakan yang diturunkan semasa kemerdekaan hingga era reformasi digunakan sebagai bahan untuk mengidentifikasi potensi pengembangan, bentuk kelembagaan dan kebijakan yang ada serta kendala pengembangan koperasi.

Laporan Akhir Kajian Implikasi Strategi Koperasi dalam Rangka Otonomi Daerah

II-1

Kompilasi data akan dilakukan melalui pendekatan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) bagi stakeholder terbatas. Kompilasi tersebut diharapkan akan menghasilkan konsep pengembangan koperasi secara utuh. 2. 2. Metode Pendekatan dan Analisis 2.2.1. Pengumpulan Data Pemilihan koperasi sebagai studi kasus dilakukan secara purposif dengan asumsi bahwa koperasi tersebut mewakili keragaman kondisi perkoperasian di Indonesia. Lokasi studi tidak dipilih secara spesifik. Pengumpulan data dalam studi adalah pengumpulan data sekunder. Stakeholder koperasi yang teridentifikasi akan dijadikan sebagai narasumber tentang kebijakan dan keragaan koperasi secara umum dalam studi ini antara lain : pejabat di kementerian Negara koperasi, pejabat DEKOPIN, pengurus koperasi baik yang ada di provinsi serta kabupaten / kotamadya, anggota koperasi, dan pegawai dinas koperasi. Data sekunder akan dikumpulkan di tingkat pusat. Pusat data yang dihubungi untuk mendapatkan berbagai informasi tentang koperasi antara lain : Badan Pusat Statistik, Kantor Kementerian Koperasi, DEKOPIN serta kantor dinas koperasi di propinsi dan kabupaten. Buku buku data yang dapat diidentifikasi akan dikumpulkan antara lain : 1. Laporan Tahunan Koperasi serta Statistik Koperasi 2. Potensi Sumberdaya Alam, Sumberdaya Manusia 3. Perekonomian Propinsi / Kabupaten 4. Tabel input output propinsi 5. Buku buku Statistik Kabupaten dan propinsi dalam Angka 2.2.2. Teknik Analisis 1. Analisis Komponen Utama Untuk menampilkan data pada objek objek yang mempunyai beberapa peubah (dimensi) maka perlu dilakukan transformasi agar peubah tersebut dapat diwakilkan pada peubah baru yang mampu menerangkan keragaman data terbesar. Peubah peubah baru tersebut merupakan kombinasi linier dengan peubah lama sehingga dapat dicari tingkat korelasi peubah baru dengan peubah lama. Peubah baru tersebut tidak mempunyai korelasi antar peubah baru lain. Peubah baru Y 1 dimana Y1 =a 1 x yang mempunyai ragam Y1, Y2 dimana Y2 = a2 X yang mempunyai ragam Y2, demikian seterusnya sampai dengan Y1 dimana Yp

Laporan Akhir Kajian Implikasi Strategi Koperasi dalam Rangka Otonomi Daerah

II-2

= ap X

yang mempunyai ragam YP. Y1 Y2 .YP-1 YP Y1 = a 1 a 1 Sasaran adalah max a1 x a1 dengan kendala | a1 | = 1

F (a1) = a1 a1 A (a1 1) D f (a1)/d a1 = a1 a1 2 A a1 = 0 ( A 1) a1 = 0 Jika | A 1 | = 0 maka Ai dapat ditentukan. Selanjutnya akan dapat ditentukan a1, demikian juga Y1. Untuk menentukan Y2 maka fungsi f (a1) diberi kendala antara lain Y1Y2 = 0, | a2 | = 1, a1 a2 = 0, sehingga D f (a2) / d (a2) = 2 a1 a1 B a1 = 0 Maka akan dapat ditentukan ( B 1) a2 = 0 dan | B 1 | = 0, sehingga B dapat ditentukan. Nilai nilai a2 dan Y2 dapat ditentukan pula. Dengan melakukan plot dua peubah baru yang mampu menerangkan variasi data yang terbesar maka akan didapatkan posisi dan penggerombolkan koperasi koperasi yang diamati. Koperasi koperasi yang menggerombol diharapkan mempunyai tingkat kemiripan peubah peubahnya. Selanjutnya peubah yang paling menentukan penggerombolan tersebut akan dapat dijawab melalui penghitungan korelasi peubah lama dengan peubah hasil transformasi komponen utama. 2. Analisis Gerombol Analisis gerombol secara konsep bertujuan mengelompokan objek (koperasi) ke dalam koperasi yang lebih homogen bedasarkan suatu ukuran kedekatan tertentu. Ukuran kedekatan tersebut sangat tergantung pada sifat peubah (diskret, kontinu, biner) atau skala pengukuran (nominal, ordinal, interval, rasio) dan pengetahuan bidang yang akan diteliti (subject matter). Ukuran kedekatan tersebut adalah ukuran jarak. Pada penelitian ini metode penggerombolan yang digunakan terbagi dua, yakni : 1. Metode tak berhierarki ( Nonhierarchical Clustering Methods) 2. Metode berhierarki ( Hierarchical Clustering Methods ) a. Methode tak berhierarki Pertama tama memisahkan sejumlah koperasi dengan p peubah ke dalam K gerombol yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Kemudian dipilih sejumlah K data sebagai pusat gerombol dengan satu anggota, lalu menggerombolkan N K data yang lain

Laporan Akhir Kajian Implikasi Strategi Koperasi dalam Rangka Otonomi Daerah

II-3

ke dalam gerombol dengan pusat yang terdekat. Setelah terbentuk pusat gerombol yang baru, selanjutnya menukar keanggotaan masing masing gerombol sedemikian rupa, sehingga terbentuk suatu kelompok dengan anggota koperasi yang tetap. Kelompok hasil penggerombolan metode tak berhierarki tersebut dianggap sebagai contoh untuk setiap kelas koperasi dalam rangka menyusun fungsi klasifikasi. Ukuran jarak yang digunakan dalam penggerombolan ini adalah jarak Mahalanobis, yang didefinisikan sebagai berikut : d rs = (Xr Xs) S (Xr Xs), dengan S = matrik peragam total Jarak Mahalanobis digunakan bila dikhawatirkan peubah yang diamati saling berkorelasi. b. Metode berhierarki Metode penggerombolan berhierarki digunakan pada analisis keterpisahan antar koperasi. Ukuran keterpisahan dapat diwujudkan melalui gram batang dan ranting (dendogram ). Dengan analisis ini ukuran keterpisahan dan kedekatan antar gerombol dapar dihitung. Selanjutnya, metode berhierarki sebenarnya mempunya dua pendekatan yakni : metode berhierarki agglomerativedan metode hierarki Divisive. Metode berhierarki Divisive mula mula memandang data (koperasi koperasi) sebagai satu kelompok dan kemudian dibagi menjadi sub kelompok yang berjauhan. Tiap sub kelompok dibagi lagi menurut ukuran tak keserupaan menjadi sub sub kelompok, dan seterusnya sehingga menjadi banyak kelompok yang sebanyak objeknya. Sedangkan metode berhierarki Agglomerative dimulai dengan satu koperasi, sehingga pada awalnya akan terbentuk N gerombol koperasi. Penggerombolan dilakukan menurut ukuran kedekatan atau keserupaan, hingga akhirnya membentuk satu gerombol. Dalam penelitian ini digunakan metode berhierarki agglomerative. Metode agglomerative dibedakan sebagai berikut : a. Metode pautan a.1. pautan tunggal a.2. pautan lengkap a.3. pautan rataan b. Metode Ward 3. Fungsi Diskriminan Tujuan dilakukan analisis diskriminan pada penelitian koperasi ini adalah mampu disusun fungsi pembatas antar gerombol koperasi. Dengan adanya fungsi pembatas antar gerombol koperasi tersebut maka akan dapat diukur perubahan nilai nilai peubah yang

Laporan Akhir Kajian Implikasi Strategi Koperasi dalam Rangka Otonomi Daerah

II-4

digunakan dalam menyusun fungsi tersebut suatu koperasi dari gerombol tertentu akan berubah menjadi koperasi gerombol yang lain. Diasumsikan bahwa S = {fj , j = 1,2,, M). S adalah gugus koperasi dengan jumlah gerombol yang belum diketahui. Hasil klasifikasi sebelumnya akan diketahui jumlah gerombol serta anggota koperasi dalam gerombol tersebut. Sehingga gugus S dapat dituliskan kembali S = (fjk , j = 1,2,Mk), k = 1,,K. (Dengan asumsi jumlah gerombol adalah K). Fungsi klasifikasi diwujudkan sebagai fungsi kepekatan peluang f(z) : F(z) = 1 1 exp ( -1/2 (z-m) C-1 (z-m)) (2 ) |C|1/2 Dengan z adalah vector berdimensi N, m = E(z) adalah vector rataan berdimensi N, C = E ((z m)(z m)) adalah matriks ragam peragam berukuran Nx N, |C| adalah determinan matriks ragam peragam. Didalam pendekatan statistika vector z dianggap sebagai peubah acak. Jika z hendak diklasifikasikan ke dalam Sk, maka perlu adanya fungsi kepekatan peluang bersyarat f(z|Sk) dan peluang apriori P(Sk). Asumsi | selanjutnya adalah selebaran fungsi kepekatan peluang f diketahui dan parameter f hanya diidentifikasikan dari anggota gerombol. Dalam analisis fungsi determinan juga akan dianalisis kerugian melalui perhitungan kesalahan klasifikasi.

Laporan Akhir Kajian Implikasi Strategi Koperasi dalam Rangka Otonomi Daerah

II-5

Anda mungkin juga menyukai