Anda di halaman 1dari 11

ANCAMAN DERASNYA ALIRAN MODAL ASING TERHADAP VOLATILITAS NILAI TUKAR (EXCHANGE RATE) DI INDONESIA

Disusun dalam rangka memenuhi tugas akhir Ekonomi Internasional II Dosen Pengampu : Drs. Sutanto, M.Si

oleh :

ADHIB EKA PAMBUDI F0108027

EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

ANCAMAN DERASNYA ALIRAN MODAL ASING TERHADAP VOLATILITAS NILAI TUKAR (EXCHANGE RATE) DI INDONESIA Adhib Eka Pambudi F0108027 Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Pendahuluan Pada masa sekarang Indonesia mulai memetik hasil dari usaha-usaha yang dilakukan dalam memulihkan kondisi ekonomi setelah krisis keuangan yang terjadi pada tahun 2008. Salah satunya adalah membaiknya kinerja pasar keuangan domestik yang tercermin dari aliran modal asing yang masuk Indonesia mengalir begitu deras. Kementerian Keuangan Indonesia mencatat, telah terjadi capital inflow di pasar surat utang Negara (SUN) sebesar Rp9,85 triliun, pasar saham sebesar Rp17,5 triliun, dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) mencapai Rp9,71 triliun. Aliran modal asing dalam bentuk portofolio diperkirakan masih akan tetap besar pada tahun depan. Sedangkan menurut Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution menyatakan bahwa aliran modal yang masuk juga akan mendorong nilai cadangan devisa Indonesia, dimana hingga akhir April cadangan devisa tercatat sebessar USD 113,8 miliar atau setara dengan 6,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri. Derasnya aliran modal yang masuk ke Indonesia todak terlepas dari kuatnya ekspektasi terhadap berlanjutnya kebijakan suku bunga rendah yang diterapkan negaranegara maju dan pelonggaran moneter lanjutan yang dilakukan Amerika Serikat berdampak pada derasnya aliran modal asing yang masuk ke beberapa negara emerging markets salah satunya Indonesia. Seperti diketahui bahwa sebagai negara berkembang yang terbuka, kebijakan moneter Indonesia dalam hal ini suku bunga yang relatif tinggi dibandingkan negara maju dianggap menjanjikan imbal hasil (return) yang lebih besar bagi investor. Hal tersebut menyebabkan Indonesia memilikki ketergantungan yang cukup besar pada negara-negara maju sebagai investor utama. Bagi Indonesia, derasnya aliran modal yang masuk, terutama yang bersifat jangka panjang berguna bagi sumber pembiayaan sektor riil. Sebaliknya aliran modal asing yang
2

berbentuk portofolio dapat menimbulkan masalah dalam perekonomian. Sifat jangka pendek dari aliran modal portofolio membuatnya untuk mudah masuk dan keluar dengan cepat. Perlu dipertimbangkan juga bahwa pada dasarnya aliran modal tersebut berasal dari negara-negara maju sehingga konsekuensinya adalah rentanya perekonomian domestik terhadap gejolak yang terjadi di negara pemodal. Jika dilihat dari konteks pasar modal derasya aliran modal asing yang masuk juga rentan dengan risiko yang harus dihadapi yaitu tingginya volatilitas di pasar modal relatif tinggi. Volatilitas merupakan indikator dari resiko relatif harga saham, dimana semakin besar volatilitas maka semakin besar pula resikonya. Pada umumnya harga saham akan meningkat sejalan dengan meningkatnya volatilitas. Hal ini disebabkan pergerakan tajam pada harga akan memberikan manfaat return yang lebih besar bagi investor. Kecenderungan investor untuk mengandalkan pergerakan harga saham dan nilai tukar rupiah atau yang disebut juga dengan volatilitas sebagai dasar dari pengambilan keputusan mencerminkan aliran dana jangka pendek yang hanya berorientasi pada keuntungan margin perdagangan harga saham dan mata uang (forex). Hal inilah yang umunya terjadi di pasar bursa maupun pasar keuangan, sehingga manfaatnya pada perekonomian selalu dipertanyakan. Pada dasarnya dampak nyata derasnya aliran modal asing yang masuk ke Indonesia sendiri adalah menguatnya rupiah terhadap dollar. Menurut laporan Triwulan I tahun 2011 BI, tercatat nilai tukar rupiah bergerak menguat sepanjang triwulan I 2011. Selama triwulan I 2011, rata-rata nilai tukar rupiah terapresiasi sebesar 0,8% ke level Rp8.897 per dolar AS. Pada akhir triwulan I 2011, rupiah ditutup pada level Rp8.708 per dolar AS, menguat 3,5% (ptp) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Penguatan tersebut diikuti oleh meningkatnya volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di triwulan I 2011 menjadi 0,35%, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 0,2%. Yang menjadi pertanyaan adalah posisi sebenarnya aliran modal asing dalam perekonomian Indonesia?, ancaman apa saja yang akan terjadi jika aliran modal asing terus bertambah dan berdampak pada tingginya volatilitas nilai tukar rupiah ?. Oleh karena itu, makalah ini akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut melalui pendekatan studi deskriptif dari sumber-sumber yang ada.

Pembahasan Posisi Aliran Modal Asing Dalam Perekonomian Indonesia Di Indonesia, kondisi tingkat penanaman modal asing mengalami pasang surut. Awalnya aliran modal asing yang masuk ke Indonesia pada tahun 1960-1970 an masih sedikit. Hal ini karena pemerintah saat itu sangat membatasi hadirnya investor asing Indonesia. Selain itu reputasi Indonesia yang kurang baik di mata kalangan investor asing membuat mereka enggan untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Akan tetapi karena kehadiran investasi asing sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, pemerintah terus berupaya untuk menarik minat investor asing agar bersedia menanamkan modalnya ke Indonesia. Hal tersebut dilakukan dengan mengupayakan terciptanya iklim investasi yang kondusif melalui deregulasi dan debirokratisasi. Sejak pertengahan tahun 1997, investasi asing di Indonesia mengalami penurunan sangat drastis, yang sebagian besar disebabkan oleh tidak stabilnya kondisi politik, lemahnya mata uang rupiah, dan perekonomian yang tidak pasti. Para pengusaha merasa tidak pasti tentang situasi politik dan ekonomi Indonesia. Tentu, hal ini berakibat pada arus PMA di Indonesia. Buruknya daya saing Indonesia dalam menarik PMA lebih nyata lagi jika dibandingkan dengan perkembangan PMA di negara-negara lain. Misalnya dalam kelompok ASEAN, Indonesia adalah satu-satunya negara yang mengalami arus PMA negatif sejak krisis ekonomi tahun 1998; walaupun nilai negatifnya cenderung mengecil sejak tahun 2000. Hal ini berkaitan dengan iklim politik yang semakin baik dibandingkan pada periode 1998-1999, yang memperkecil keraguan calon-calon investor untuk menanam modalnya di Indonesia. Saat ini ketika kondisi Indonesia mulai stabil kembali, sangat diharapkan bagi masyarakat untuk menarik investor asing kembali meningkat. Kendati situasi politik di Indonesia akhir-akhir ini sempat memanas yang ditandai dengan berbagai kerusuhan di berbagai daerah dan kasus korupsi yang menimpa beberapa pejabat pemerintahan, investasi asing yang masuk masih tetap mengalir. Ini adalah bukti bahwa tingkat iklim investasi Indonesia masih menarik, sebagai bukti Indonesia masih tetap menjadi tujuan investasi yang menarik dan para pengusaha asing masih tetap menaruh kepercayaan yang tinggi untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Perkembangan aliran dana asing di Indonesia bisa dilihat pada gambar berikut ini.
4

Sumber : Bank Indonesia (2011)

Gambar 1. Struktur Aliran Modal Asing di Indonesia 1990-2010 Kondisi tersebut tidak terlepas dari pemulihan ekonomi global yang terus berlanjut. Karakteristk perekonomian Indonesia yang termasuk dalam kriteria small open economy menyebabkan dinamika yang terjadi dalam perekonomian global dapat memengaruhi perekonomian domestik. Terintegrasinya pasar keuangan domestk dengan pasar keuangan internasional, sebagaimana negara-negara emerging markets lainnya, memberi tantangan tersendiri bagi keseimbangan eksternal perekonomian Indonesia, dalam bentuk derasnya aliran masuk modal asing. Pascakrisis global tahun 2008, aliran modal ke negara-negara emerging markets meningkat pesat. Besarnya aliran masuk modal asing dipengaruhi oleh faktor pendorong (push factors) berupa ekses likuiditas global dan lambatnya pemulihan ekonomi negara maju serta faktor penarik (pull factors) berupa pertumbuhan ekonomi tnggi, perbedaan suku bunga yang besar, dan ekspektasi apresiasi nilai tukar di negara-negara emerging markets. Faktor-faktor yang mendorong derasnya aliran masuk modal asing ke negara-negara emerging markets adalah kuatnya ekspektasi terhadap berlanjutnya kebijakan suku bunga rendah yang diterapkan negara-negara maju dan pelonggaran moneter lanjutan yang dilakukan Amerika Serikat). Sementara itu, negara-negara emerging markets mulai

memperketat kebijakan moneternya. Perkembangan tersebut mendorong sentmen depresiasi dolar yang semakin meningkatkan aliran modal ke aset-aset yang memberikan imbal hasil lebih tnggi di negara-negara emerging markets, termasuk Indonesia. Ancaman Derasnya Aliran Modal Asing Terhadap Tingginya Volatilitas Nilai Tukar (Exchange Rate) di Indonesia Dampak negatif atau ancaman akibat derasnya aliran modal asing khususnya pada tingginya volatilitas nilai tukar rupiah Indonesia dapat dijelaskan oleh Magud (2007) dalam Syafrian (2011) tentang adanya empat mitos buruk dengan adanya capital inflows beserta respon kebijakan dari pemerintah khususnya otoritas moneter dalam menghadapi permasalahan tersebut yang akan dijelaskan sebagai berikut ini ; 1. Ancaman Apresiasi Ancaman yang satu ini benar-benar terjadi di Indonesia. Walaupun sempat terjadi depresiasi rupiah hingga melebihi 11.000 pada akhir hingga di awal tahun 2009, setelah itu rupiah terus mengalami apresiasi lantaran laju arus bertambah. Rupiah mulai terus mengalami apresiasi capital inflows yang terus ke level 8000 rupiah yang

sebelumnya hanya berkutat pada kisaran di atas 9000 rupiah. Derasnya capital inflows ke Indonesia adalah penyebab utamanya. Grafik 3.1 memperlihatkan bagaimana tren rupiah terus menguat sejak periode Juni 2010 hingga Maret 2011. Pada periode Mei 2010 hingga Juli 2010, rupiah sempat mengalami pelemahan (depresiasi) terhadap dollar. Hal ini tidak berlangsung lama karena sejak bulan Juli hingga detik ini rupiah terus mengalami apresiasi. Nilai tukar rupiah bergerak menguat sepanjang triwulan I 2011. Selama triwulan I 2011, rata-rata nilai tukar rupiah terapresiasi sebesar 0,8% ke level Rp8.897 per dolar AS (Grafik 3.1). Pada akhir triwulan I 2011, rupiah ditutup pada level Rp8.708 per dolar AS, menguat 3,5% (ptp) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Penguatan tersebut diikuti oleh meningkatnya volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di triwulan I 2011 menjadi 0,35%, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 0,2%. Perkembangan nilai tukar dan volatilitas nilai tukar rupiah di Indonesia dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Sumber : Reuter dalam Bank Indonesia (2011)

Gambar 2. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah 2008-2010

Sumber : Reuter dalam Bank Indonesia (2011)

Gambar 3. Perkembangan Volatilitas Nilai Tukar Rupiah 2008-2010 2. Ancaman Hot Money Masuknya capital inflows layaknya pedang bermata dua. Di satu sisi dinanti tetapi di sisi lain dibenci. Hal ini dikarenakan capital inflows jika dimanfaatkan dengan optimal dan terkendali dapat meningkatkan modal perekonomian di Indonesia sehingga dapat mendorong laju perekonomian itu sendiri, namun jika sebaliknya maka capital inflows dapat mengakibatkan ancaman bagi perekonomian Indonesia, khususnya sektor keuangan.

Pelajaran tahun 1997 adalah pengalaman berharga bagi Indonesia dalam menyikapi capital inflows. Pada saat itu, Indonesia menjadi salah satu tujuan para investor karena perekonomiannya yang terus berkembang di atas rata-rata sehingga Indonesia pada era tersebut dijuluki sebagai salah satu Asian Miracle. Derasnya arus masuk pada tahun 1997 tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi hampir di seluruh Asia Timur dan Asia Tenggara. Negara-negara seperti Thailand dan Malaysia juga menjadi serbuan capital inflows pada saat itu. Derasnya capital inflows pada tahun 1997 tersebut kemudian menimbulkan krisis di daerah Asia Timur dan Asia Tenggara. Kasus krisis finansial yang dialami oleh Thailand, Malaysia, dan Filipina adalah contohnya. Ketika itu, para investor tiba-tiba menarik dananya di negara-negara tersebut sehingga terjadi penarikan modal secara tiba-tiba dan masif (large sudden revearsal). Alhasil, negara-negara tersebut kolaps. Belajar dari pengalaman krisis 1997, sudah seharusnya Indonesia berhati-hati dalam mengelola capital inflows yang cukup deras masuk ke Indonesia akhir-akhir ini, khususnya ancaman dari capital inflows yang bersifat hot money. 3. Ancaman large inflows Ada beberapa dampak negatif dari derasnya aliran masuk modal asing (large inflows), diantaranya yaitu melemahkan daya saing ekspor (karena apresiasi nilai tukar yang melampaui kondisi fundamentalnya), menyebabkan asset price bubble, meningkatkan kerentanan di pasar keuangan, serta meningkatkan tekanan inflasi, dan komplikasi pengelolaan moneter. Untuk menekan atau mencegah berbagai dampak negatif tersebut pihak otoritas negara-negara emerging markets, termasuk Indonesia, mengambil berbagai kebijakan. Kebijakan yang umum dilakukan adalah melakukan intervensi di pasar valuta asing. Selain itu, beberapa negara juga mengimplementasikan ketentuan makroprudensial, capital control, dan meliberalisasi aliran modal keluar.

4. Ancaman Otonomi atau Indpendensi Otoritas Moneter

Ketertarikan investor global dan para pengambil kebijakan domestik membutuhkan terjadinya interaksi antar mereka. Sebenarnya memungkinkan untuk mewujudkan exhange rate, monetary policy autonomy, dan free capital markets secara bersama-sama. Namun, hal ini tidak akan terjadi ketika ada tendensi suatu kebijakan untuk mencapai salah satu dari trinity ini. Pastilah salah satu harus dikorbankan. Akhirakhir ini, para pengambil kebijakan moneter lebih memilih monetary policy autonomy daripada mengorbankan kebebasan mobilitas arus modal. Apapun alasannya, capital controls ditunjukkan untuk mengontrol tekanan terhadap nilai tukar, menahan derasnya laju modal asing, dan tentunya mencapai monetary policy autonomy. Sehingga dari penjelasan diatas kita menjadi lebih mengerti bahwa aliran modal asing yang masuk selain membawa dampak yang positif bagi perekonomian, ternyata juga bisa menimbulkan beberapa dampak negatif bagi perekonomian. Bagi Indonesia sendiri hal tersebut merupakan sebuah peluang sekaligus tantangan. Secara umum tantangan yang akan dihadapi oleh perekonomian Indonesia dengan adanya arus modal asing yang besar diantaranya akan berpotensi menggangu upaya pencapaian kestabilan makroekonomi dan sistem keuangan. Secara makro aliran dana asing yang deras mengakibatkan apresiasi nilai tukar dan tingginya volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika yang cukup besar sehingga akan memberikan tekanan pada neraca pembayaran. Resiko dari investasi portofolio terutama mengemuka pada saat terjadi arus modal asing yang mendorong peningkatan tekanan inflasi sejalan dengan meningkatnya depresiasi nilai tukar dan kondisi pasar keuangan domestik yang masih dangkal dengan pilihan instrumen keuangan yang tidak beragam menyebabkan pilihan penempatan arus masuk modal asing sendiri menjadi terbatas

Simpulan dan Saran


9

Derasnya aliran modal asing bagi perekonomian Indonesia merupakan sebuah peluang sekaligus tantangan. Dengan ditopang kondisi perekonomian yang semakin membaik hal ini merupakan sebuah kesempatan bagi Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui investasi di semua sektor yang ada. Namun juga perlu adanya kewaspadaan dampak negatif yang timbul akibat derasnya aliran modal asing yang masuk seperti gangguan terhadap upaya pencapaian kestabilan makroekonomi dan sistem keuangan. Ancaman yang muncul akibat derasnya aliran modal asing (capital inflows) ke Indonesia bisa di Identifikasikan menjadi empat permasalahan (Magud, 2007) : 1. Ancaman Apresiasi. Tekanan apresiasi terhadap mata uang domestik. Mata uang domestik akan terus menguat sehingga dapat mengurangi daya saing barang ekpor negara tersebut relatif terhadap negara lain. 2. Ancaman Hot Money. Derasnya modal masuk hanya bersifat jangka pendek (short term). Dana jangka pendek ini dapat menyebabkan instabilitas ekonomi karena selain dapat membuat nilai mata uang domestik menguat secara cepat, hot money juga dapat menimbulkan instabilitas bahkan krisis pasar keuangan seperti yang terjadi di Asia pada tahun 1997. 3. Ancaman Derasnya Modal Masuk (large inflows). Derasnya arus modal masuk menuju suatu negara layaknya dua mata pedang. Di satu sisi dinanti, di sisi lain dibenci. Modal masuk dapat menjadi tambahan modal sehingga dapat mendorong kinerja ekonomi lebih besar, namun di sisi lain derasnya modal masuk juga dapat membuat mata uang domestik terapresiasi secara signifikan sehingga dapat mengurangi daya saing ekpor produk domestik. 4. Ancaman Otonomi atau Independensi Otoritas Moneter. Ketika terjadi fenomena derasnya arus masuk, ada dua opsi yang dapat dilakukan Pemerintah. Pertama, mengorbankan free capital mobility guna mencapai kestabilan nilai mata uang domestik. Kedua, membiarkan mobilitas modal secara bebas, namun mengorbankan nilai mata uang domestik terus terapresiasi.

Daftar Pustaka
10

Murwani, Sri. (2007). Analisis Kebijakan Diponegoro, Semarang.

Moneter

Kaitannya

Dengan

Penanaman Modal Asing : Pendekatan Taylor Rule. Universiats

Nicolas E. Magud, et al. (2007). Capital Control: Myth and Rality a Protfolio Approach to Capital Controls. Syafrian, Dzulfian. (2011). Capital Flows dan Capitals Controls : Apa yang harus Indonesia lakukan?. Universitas Indonesia, Depok. Sholikhat, Cory. (2008). Analisis Simultan Pembiayaan Pada Bank Syariah Di Tingkat Nasional Periode 2002-2007. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Thomas, B Syah,. (2005). Analisis Penanaman Modal Asing Di Indonesia Tahun 1983-2003. Universiats Islam Indonesia, Yogyakarta. ..................., (2010). Laporan Tahunan Perekonomian Indonesia Tahun 2010. Bank Indonesia Jakarta. http://okezone.com/economy/Aliran Modal Tahun Depan Diperkirakan Melemah.html [16 Juni 2011]

11

Anda mungkin juga menyukai