Anda di halaman 1dari 6

Klarifikasi SCTV Soal Tayangan Berita Pelaku Bom Bunuh Diri Solo Rabu, 28 September 2011 19:09

alt

Jakarta - Perwakilan SCTV menghadiri permintaan klarifikasi dari KPI Pusat terkait siaran berita yang memuat visualisasi pelaku bom bunuh diri di Solo secara jelas pada tanggal 25 September 2011. KPI menilai visualisasi pelaku bom secara jelas tersebut berpotensi melanggar P3 dan SPS. Diawal pertemuan, Wakil Ketua KPI Pusat, Nina Mutmainnah menyatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dewan Pers terkait tayangan berita tersebut. Dewan Pers dalam suratnya kepada KPI Pusat hari ini, 28 September 2011, menilai tayangan berita tersebut melanggar Pasal 2 dan Pasal 25 Kode Etik Jurnalistik (KEJ) karena menayangkan gambar kondisi tubuh pelaku bom bunuh diri yang bermuatan sadisme dan dapat menimbulkan traumatik serta rasa ngeri. Anggota KPI Pusat, Mochamad Riyanto, menyesalkan adanya visualisasi seperti itu muncul di layar kaca. Mestinya, kata dia, SCTV harus melakukan proses edit dan kontrol dengan baik. Korban pelaku yang diblur saja sebenarnya sudah bisa menunjukan kekejamannya, lanjutnya. Riyanto berharap, untuk kasus-kasus seperti itu, sebaiknya setiap lembaga penyiaran harus memperhatikan impact sosial dan juga psikologis yang terjadi di masyarakat akibat penayangan gambar mengerikan seperti itu. Penyesalan senada juga ditegaskan Anggota KPI Pusat, Azimah Soebagyo. Menurutnya, informasi tersebut memang patut disampaikan, tapi tidak semuanya layak untuk diberikan. Sebenarnya cukup pembawa berita menyampaikan informasi tanpa penayangan gambar seperti itu, pesan yang disampaikan sudah sampai. Kalau memang gambar itu tidak layak ditayangkan, mendingan tidak usah diambil, jelasnya. Anggota KPI Pusat, Ezki Suyanto, menyampaikan bahwa penayangan berita soal bom bunuh di SCTV banyak dikeluhkan publik melalui twiternya. Bahkan, diantara mereka menilai itu sadis. Sementara itu, pihak SCTV yang diwakili Wapemred Liputan 6, Putut Trihusodo dan Corporate Secretary, Hardijanto, menyampaikan permintaan maaf atas tayangan berita visualisasi pelaku bom bunuh diri tersebut. Pihaknya, kata Putut, tidak memiliki maksud tujuan tertentu dengan menayangkan gambar tersebut.

Menurut Putut, setelah penayangan gambar (visualisasi) tersebut langsung mengelar pertemuan dan membuat standar operasional prosedur bila terjadi hal yang sama dikemudian hari. Kalau memang ada keraguan untuk menurunkan, sebaiknya tidak usah diturunkan. Jika ada gambar-gambar yang sadistis, kami tidak akan masukan, jelasnya. Terkait kasus penayangan gambar tersebut, sampai saat ini, KPI Pusat belum memberikan bentuk sanksi apapun kepada SCTV. Rencananya, dalam waktu dekat, KPI Pusat akan menggelar rapat pleno untuk menentukan bentuk sanksi yang akan dijatuhkan. (Red/RG)

http://www.kpi.go.id/index.php? option=com_content&view=article&id=30162%3Aklarifikasi-sctv-soal-tayangan-beritapelaku-bom-bunuh-diri-solo&catid=14%3Adalam-negeri-umum&lang=id

Rekaman Percakapan AdamAir

TV Langgar Kode Etik, Dilarang Siarkan Suara Terakhir Pilot


Laurencius Simanjuntak - detikNews Kamis, 07/08/2008 15:07 WIB Browser anda tidak mendukung iFrame

(Foto: KNKT) Jakarta - Saat-saat terakhir suara rekaman percakapan pilot-kopilot AdamAir KI 574 yang disiarkan sejumlah stasiun televisi dinilai melangar kode etik jurnalistik. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Dewan Pers juga menilai gambar yang ditayangkan tidak mencantumkan 'ilustrasi'. Kan palsu? "KPI Pusat dan Dewan Pers menyayangkan bahwa dalam upaya media penyiaran melaksanakan kewajiban kontrol sosial mereka, sejumlah stasiun televisi secara sadar atau tidak telah melakukan pelanggaran terhadap kode etik jurnalistik, pedoman, dan standar program penyiaran," ujar Ketua KPI Pusat Sasa Djuarsa Sendjaja. Sasa menyampaikan hal itu dalam jumpa pers di Kantor KPI di Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat, Kamis (7/8/2008). Pelanggaran itu, imbuh Sasa, terjadi terutama pada bagian rekaman suara (sound bite) yang menunjukkan saat-saat terakhir kematian pilot-kopilot dan penumpang pesawat AdamAir. Karena, hal itu bisa menimbulkan trauma dan luka yang dalam bagi kerabat awak pesawat naas tersebut. "KPI Pusat dan Dewan Pers meminta secara tegas, agar seluruh stasiun TV tidak lagi menayangkan saat-saat terakhir kematian penumpang dan pilot-kopilot pesawat yang naas tersebut, dalam format yang telah disiarkan," kata dia. Pelanggaran juga terjadi karena saat menayangkan rekaman percakapan tersebut, stasiun televisi tidak mencantumkan kata 'ilustrasi' pada tayangan visualnya. "Ilustrasi penggambaran maupun animasi kecelakaan, yang disiarkan berbagai media televisi, tidak mencantumkan keterangan secara lisan atau tertulis, bahwa visualisasi yang ditampilkan merupakan rekayasa atas kecelakaan pesawat, dan bukan merupakan gambar asli atau faktual

kecelakaan," kata dia. Ketiadaan informasi seperti itu, lanjut dia, bisa menimbulkan kesalahpahaman kepada masyarakat. Masyarakat bisa mengira bahwa yang mereka lihat dan tonton, adalah kejadian sebenarnya. Sementara Wakil Ketua Dewan Pers Leo Batubara mengatakan, bagi media yang hanya menuliskan transkrip percakapan, tidak melanggar kode etik jurnalistik. "Karena hanya teks, maka menurut kami, ia menjalankan fungsi menyampaikan informasi khalayak umum dan fungsi korntol. Itu sesuai dengan kode etik jurnalistik," ujar Leo. (nwk/iy)

http://www.detiknews.com/read/2008/08/07/150741/984650/10/tv-langgar-kodeetik-dilarang-siarkan-suara-terakhir-pilot

Tayangan Black Box Langgar Kode Etik


Oleh: M Husni Nanang Kamis, 7 Agustus 2008 | 15:07 WIB INILAH.COM, Jakarta Gencarnya sejumlah stasiun televisi memperdengarkan isi percakapan pilot dan kopilot AdamAir dari blackbox pesawat yang mengalami kecelakaan di perairan Majene, Sulawesi Barat, dapat menimbulkan trauma pada masyarakat. Baik KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) maupun Dewan Pers, menilai, penayangan suara di saat-sat terakhir kecelakaan pesawat bernomor penerbangan KI-572 jurusan JakartaManado, sebagai pelanggaran terhadap kode etik jurnalistik, pedoman perilaku penyiaran, dan standar program siaran. Sejumlah tayangan program berita yang dianggap melakukan pelanggaran itu, menurut KPI adalah Buletin Siang (RCTI), Berita Global (Global TV), Kabar Siang (tvOne), Topik Siang (Antv), dan Liputan 6 (SCTV). "Pelanggaran tersebut pada bagian rekaman suara (soundbite) yang menunjukkan saat-saat terakhir pilot dan kopilot dan pesawat AdamAir. Dapat menimbulkan trauma sangat mendalam. Terutama pada keluarga, sahabat korban, dan masyarakat umum," jelas Ketua KPI Sasa Djuarsa Sendjaja, di gedung KPI, Jakarta, Kamis (7/8). KPI juga menyesalkan ditayangkannya ilustrasi animasi kecelakaan yang tidak mencantumkan keterangan secara lisan bahwa visualisasi yang ditampilkan merupakan rekayasa. "Ketiadaan informasi seperti itu, bisa menimbulkan kesalahpahaman pada masyarakat bahwa yang mereka lihat adalah kejadian aktual," kata Sasa. Sementara Sabam Leo Batubara, Wakil Ketua Dewan Pers, menyatakan, berdasarkan pasal 30 ayat b UU No 40/1999 tentang pers, tidak boleh menggambarkan saat-saat terakhir kematian. "Berdasarkan UU penyiaran, dapat didenda, teguran, dipaksa tidak siaran, dan kalau masih dilanggar akan ada peringatan tertulis yang bisa mempersulit memperpanjang izin," tegas Leo. [R2]

http://www.inilah.com/read/detail/42538/tayangan-black-box-langgar-kode-etik

Para Pemburu berita Ariel melakukan pelanggara " Kode Etik Jurnalistik " Insiden peliputan Luna Maya dan Ariel Peterpan beberapa waktu lalu di Mabes Polri ditanggapi juga oleh Dewan Pers. Menurut Dewan Pers, dalam liputan yang menyebabkan rusaknya kamera salah satu kontributor stasiun televisi swasta tersebut, justru ada pelanggaran Kode Etik Jurnalistik (KEJ) yang dilakukan para pemburu berita. "Dari tayangan beberapa stasiun televisi dapat dilihat bahwa dalam proses peliputan itu, terjadi pelanggaran kode etik dan prinsip perlindungan privasi," kata Ketua Komisi Pengaduan Masyarakat dan Penegakan Etika Dewan Pers, Agus Sudibyo, di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Jumat (25/6). Proses peliputan yang dimaksud adalah saat terjadinya insiden ketika jurnalis dari berbagai media meliput proses pemeriksaan Ariel dan Luna Maya di Mabes Polri. Agus memaparkan, dalam proses peliputan itu tampak jurnalis dan beberapa media melakukan tindakan mendorong dan memegang bagian tubuh sumber berita. Selain itu, lanjutnya, terdapat pula tampak jurnalis yang membenturkan kamera ke bagian tubuh dan menghalangi narasumber untuk masuk ke mobil pribadi. "Bahkan terjadi tindakan memaksa sumber berita untuk berbicara dan mengeluarkan kata makian ketika sumber berita tetap tidak mau berbicara," kata Agus. Dewan Pers menegaskan, jurnalis Indonesia harus secara konsisten menegakkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik dalam segala situasi dan semua kasus, termasuk dalam memberitakan dan melakukan peliputan kasus video cabul yang dimaksud. Selain itu, pemberitaan dan proses peliputan mutlak dilakukan dengan menghormati hak privasi dan pengalaman traumatik narasumber dengan cara bersikap menahan diri dan berhati-hati (Pasal 2 dan Pasal 9 KEJ). "Semua pihak boleh berharap ketiga artis (Ariel, Luna Maya, Cut Tari) itu berbicara. Tetapi semua pihak tidak mempunyai hak untuk memaksa mereka berbicara atau mengakui sesuatu yang bersifat privat, apalagi jika hal itu diharapkan dilakukan di ruang publik media," terangnya. Dewan Pers juga menyatakan, para pemimpin redaksi media massa harus memeriksa dan memastikan bahwa reporter dan kameramen di lapangan secara komprehensif memahami KEJ dan sanggup menerapkannya dalam proses-proses peliputan.(kapanlagi)

http://old.infospesial.net/celebrity/pemburu-berita-ariel-melanggar-kodeetik.html

Anda mungkin juga menyukai