Anda di halaman 1dari 8

BIOBRIKET DARI SAMPAH PLASTIK

Dosen : Ir. Sri Murwanti, MT. NIP. 19530226 198502 2 001

Nama Kelompok : Dian Agustin Putri Utami Mohammad Riza Nugroho Lilik Ismaliyah Fahima T Inneke Mayang Sari 2309 030 034 2309 030 039 2309 030 053 2309 030 081 2309 030 089

D3 TEKNIK KIMIA FTI-ITS INSTITUT TEKNOLOGI 10 NOPEMBER SURABAYA 2012

BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar minyak, atau energi fosil umumnya, telah menghadapi tantangan paling berat saat ini. Sekitar 65 persen kebutuhan energi final Indonesia masih tergantung pada BBM, yang sebagian besar digunakan di sektor transportasi. Di lain pihak, cadangan minyak bumi Indonesia hanya sembilan miliar barel (DESDM, 2005) yang diperkirakan habis selama 18 tahun dengan laju produksi rata-rata 500 juta barel per tahun. Hal ini menyebabkan Indonesia harus beralih dari Negara pengekspor minyak menjadi pengimpor netto (net importer) sejak beberapa tahun terakhir. Tantangan yang dihadapi Indonesia sangat berat karena masih tingginya harga minyak bumi dunia pada tahun ini. Oleh karena itu dibutuhkan suatu bahan bakar alternatif sebagai bahan bakar pengganti bahan bakar fosil. Bahan bakar alternatif tersebut harus mudah didapat, karakteristiknya tidak jauh berbeda dengan bahan bakar fosil, harganya terjangkau, serta ramah terhadap lingkungan. Sampah telah menjadi bagian dari keseharian manusia. Semakin tingginya produksi sampah kota yang dihasilkan dan semakin terbatasnya lahan untuk pembuangan sampah menjadikan sampah kota sebagai permasalahan yang banyak dihadapi di berbagai kota besar. Dari sekian banyak sampah kota yang dihasilkan, sampah plastik mempunyai sumbangan sebesar 2% dari keseluruhan sampah kota (Himawanto, 2005). Di Indonesia, terdapat 100.000 ton sampah plastik per hari. Sampah plastik tersebut diperkirakan membutuhkan waktu 100 hingga 500 tahun hingga dapat terdBiomposisi (terurai) dengan sempurna. Selain itu, sampah plastik juga dapat mencemari tanah, air, laut, bahkan udara. Kantong plastik terbuat dari penyulingan gas dan minyak yang disebut ethylene. Minyak, gas, dan batu bara mentah adalah sumber daya alam yang tak dapat diperbarui. Semakin banyak penggunaan plastik, berarti semakin cepat menghabiskan sumber daya alam tersebut. Saat ini sampah plastik sudah sangat banyak jumlahnya Gambar 1. Tumpukan Sampah

(Sumber : http://narasibumi.blog.uns.ac.id/2009/04/17/kondisi-persampahan-kota-di-indonesia/)

Data menunjukkan sebanyak 70-80% dari sampah kota tersebut merupakan bahan organik yang memiliki nilai kalor cukup tinggi. Sampah organik dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif yaitu menjadikannya sebagai briket. Nilai kalor yang dihasilkan briket sampah organik sebesar 3981,44 kal/gr. Namun nilai kalor tersebut masih di bawah standar

bio-batubara berdasarkan Peraturan Pemerintah ESDM no 047 Tahun 2006 yaitu sebesar 4400 kal/gr (Apriati, 2008). Salah satu jenis sampah plastik adalah HDPE. High density polyethylene (HDPE) merupakan jenis plastik yang paling banyak digunakan sebagai pengemas oleh banyak masyarakat. Untuk sampah plastik sendiri memiliki nilai kalor yang tinggi yaitu sebesar 46.400 KJ/kg. Dari permasalahan diatas, maka dapat dibuat suatu bahan bakar alternatif yang berasal dari sampah plastik dan arang sampah organik. Bahan bakar alternatif tersebut berupa Bio-briket yang telah dikarbonisasi untuk menaikkan nilai kalornya. Bio-briket ini dibuat dengan menggunakan teknik karbonisasi. Teknik ini dipilih karena proses pembakaran dengan menggunakan bahan organik yang sudah menjadi arang akan mengeluarkan sedikit asap jika dibandingkan dengan pembakaran langsung menjadi abu (Kurniawan dan Marsono, 2008). I.2 Rumusan Masalah 1. Apa solusi yang bisa digunakan dalam kelangkaan bahan bakar saat ini? 2. Mengapa sampah plastik menjadi bahan baku yang digunakan untuk membuat biobriket? 3. Bagaimana cara membuat biobriket dari sampah plastik ?

I.2 Tujuan 1. Untuk memanfaatkan sampah plastik sebagai bahan baku biobriket. 2. Untuk menentukan Biobriket dari komposit sampah plastik dan arang sampah organik yang mempunyai kualitas terbaik sebagai bahan bakar alternatf masa depan. 3. Untuk mewujudkan konsep menghijaukan paru-paru dunia melalui Biobriket dari sampah plastik dan arang sampah organik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori Menurut artikel di salah satu media cetak, mengatakan bahwa saat ini bahan bakar minyak (BBM) mengalami kenaikan yang sangat tajam, sehingga rakyat pun menjerit akan berita itu. Para pengendara bermotor terutama masyarakat menengah kebawah akan merasa keberatan apabila harga BBM dinaikkan, mengingat keterbatasan Bionomi mereka serta kebutuhan yang tidak pula sedikit. Isu naiknya harga BBM merupakan isu yang hangat diperbincangkan, namun masih banyak lagi permasalahan lampau yang tak kunjung terselesaikan. Polusi udara merupakan masalah yang menggembol hampir di setiap belahan bumi, termasuk bumi pertiwi yang hijau nan subur ini. Seperti yang telah kita ketahui polusi udara berdampak negatif dan mengancam kehidupan makhluk hidup di bumi. Substansi pencemaran yang ada di udara dapat menimbulkan gangguan pernapasan pada manusia. Polusi udara memicu terjadinya kebakaran hutan yang akan mangancam kehidupan flora dan fauna. Dan yang tidak kalah berbahaya adalah terjadinya hujan asam, efek rumah kaca dan rusaknya lapisan ozon (Kompas, 2000) Kondisi Persampahan Kota di Indonesia Kota adalah daerah yang menjadi pusat kegiatan pemerintahan, Bionomi, dan kebudayaan. Pada umumnya kota mempunyai ciri-ciri banyaknya fasilitas umum yang tersedia (seperti pertokoan, rumah sakit dan sBiolah). Pada tahun 1990, pertumbuhan rata-rata populasi penduduk Indonesia per tahun sekitar 1,7 persen, sementara itu populasi penduduk kota tumbuh tiga kali lebih cepat sekitar 4,4 persen. hal ini memperkirakan akan ada 167 juta penghuni kota pada tahun 2025, diproyeksikan dari 275,6 juta total populasi penduduk Indonesia. Dari 8 kota utama 5 berada di pulau Jawa masing-masing menampung lebih dari sejuta orang, sekitar 12 persen dari jumlah total populasi negara. Jakarta, ibukota negara ini merupakan pusat megalopolis (Jabotabek) dan dihuni sekitar 9,2 juta orang. Pertambahan jumlah penduduk yang tinggi di kota menimbulkan berbagai masalah sosial. Persoalan yang sering muncul adalah banyaknya perkampungan kumuh dan perumahan liar dipinggir-pinggir kota., dan masalah sampah. Berdasarkan statistik tahun 2001 komposisi terbesar sampah di Indonesia adalah sampah organik yang layak kompos sebesar 65 %, kertas 13 %, dan plastik 11 %. Tabel 1. Volume Rata-Rata Timbunan Sampah Harian Kota Metropolitan di Indonesia Tahun 2007 Rata Rata Timbunan Jumlah Penduduk (jiwa) Kota Sampah (m3/hari) 2005 2006 2007 2005 2006 2007 Jakarta 1.565.406 1.573.619 1.565.947 5.500,00 5.500,00 5.500,00 Barat Jakarta 2.385.121 2.434.163 2.413.875 5.442,00 5.272,80 6.592,70 Timur Tanggerang 1.700.000 1.914.316 1.537.558 4.225,00 5.000,00 3.367,00 Surabaya 2.599.796 2.740.490 2.809.679 6.700,00 6.234,00 9.560,00 Semarang 1.424.000 1.406.999 1.445.334 4.274,00 3.805,00 4.500,00
(Sumber : Diolah dari data Non Fisik Adipura, 2007)

Jumlah penduduk di kota-kota metropolitan ataupun di kota besar di Indonesia menunjukkan gejala semakin meningkat, hal ini menyebabkan volume timbunan sampah semakin meningkat, sementara kemampuan mengangkut sampah tidak berubah. Dari 170 kota yang ada di Indonesia ada beberapa kota yang mampu mengelola sampahnya secara keseluruhan. Kota-kota tersebut meliputi : Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Jakarta Selatan. Di kota-kota tersebut timbunan sampah yang terjadi setiap hari hampir seluruhnya dapat diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sebaliknya, beberapa kota di Indonesia belum mampu menangani timbulnya sampah dengan cdara mengangkut ke TPA; kota yang mampu mengangkut timbunan sampah kurang dari 65 % dari kota yang ada di Indonesia. Berdasarkan data dari BPS tahun 2004, dari total timbunan sampah yang terangkut dan di buang di Tempat Pembuangan akhir (TPA) berjumlah sekitar 41,28 %, di bakar 35,59 %, dikubur 7,97 %, di buang sembarangan (ke sungai, saluran, jalan, dsb) 14,01 % dan yang terolah (di kompos dan didaur ulang) hanya 1,15 %. (Wibowo Agung, 2009) Penggunaan Bahan Plastik Saat ini, penggunaan plastik sangat luas karena plastik merupakan bahan yang praktis, kuat, tahan lama, ringan dan dapat dibentuk apa saja. Plastik merupakan polimer, namun masyarakat umum lebih mengenal polimer dengan nama plastik. Polimer adalah molekul raksasa yang biasanya memiliki bobot molekul tinggi, dibangun dari pengulangan unit-unit. Molekul sederhana yang membentuk unit-unit ulangan ini dinamakan monomer. Sedangkan reaksi pembentukan polimer dikenal dengan istilah polimerisasi (Hart, 1983). Zat yang terkandung didalam plastik salah satumya adalah vinilklorida dan krilonitril. Zat ini dapat menyebabkan kanker tiroid, uterus dan lever pada hewan. Juga dapat menimbulkan cacat lahir pada tikus yang memakannya. Monomer lain pada plastik seperti akrilat,stirena dan metakrilat dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan. Plastik merupakan bahan anorganik buatan yang tersusun dari bahan bahan kimia yang cukup berbahaya bagi lingkungan. Untuk menguraikan sampah plastik itu sendiri membutuhkan kurang lebih 100 hingga 500 tahun agar dapat terdegradasi dengan sempurna (I Made Arcana, 2009). Di dalam kehidupan sehari hari, khususnya di Indonesia penggunaan bahan plastik dapat ditemukan di hampir seluruh aktivitas kehidupan. Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa atau peringkat keempat di dunia, boleh jadi Indonesia merupakan salah satu penyumbang sampah plastik terbesar di dunia. Apalagi pembatasan penggunaan kantong plastik belum digarap secara baik oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Padahal data KLH menunjukkan dari total volume timbunan sampah di seluruh kabupaten dan kota di Indonesia yang mencapai 666 juta liter per tahun, sekitar 14 persen merupakan sampah plastik atau sebesar 93,24 juta liter per tahun (Kompas, 2009). Berikut adalah komposisi sampah plastik di kota besar seperti Jakarta dan Surabaya dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Dari data di atas, jenis plastik yang ditemui dalam sampah perkotaan antara lain Low Density Poly Ethylene (LDPE), Poly Propylene (PP), High Density Poly Ethylene (HDPE), Poly Vinyl Chloride (PVC), dll. Sampah plastik jenis PP dan HDPE paling banyak ditemui. HDPE banyak digunakan untuk produk plastik yang memerlukan kekuatan dan tahan bahan kimia seperti ember, botol plastik, sedangkan PP digunakan untuk produk plastik yang mempunyai daya renggang yang tinggi seperti kantung plastik dan bungkus snack. Solusi Yang Mendukung

Terdapat beberapa solusi yang pernah ditawarkan oleh para masyarakat saat meningkatnya harga BBM serta gerakan penghjauan dunia yakni, dengan memanfaatkan suatu limbah sebagai sebagai bahan bakar alternatif yaitu biobriket yang berasal limbah serbuk gergaji, alang-alang, cangkang kelapa sawit, ampas tebu dan dedak padi. Penanggulangan sampah plastik oleh beberapa pihak mencoba untuk membakarnya. Tetapi proses pembakaran yang kurang sempurna dan tidak mengurai partikel-partikel plastik dengan sempurna maka akan menjadi dioksin di udara. Bila manusia menghirup dioksin ini manusia akan rentan terhadap berbagai penyakit di antaranya kanker, gangguan sistem syaraf, hepatitis, pembengkakan hati, dan gejala depresi (Alamendah, 2009). Selain itu, sampah plastik oleh industri rumah tangga juga dijadikan sebagai kerajinan tangan seperti tas, aksesoris, pigora dan mainan anak-anak. Namun tidak semua jenis plastik yang dapat dolah menjadi kerajinan tangan tersebut. Gagasan Baru yang Ditawarkan Melihat data-data diatas, pemanfaatan sampah plastik dan sampah organik sangatlah kurang maksimal, sehingga menumpuk tidak teratasi. Gagasan baru yang ditawarkan adalah membuat Bio-briket dari sampah plastik terintegrasi untuk mewujudkan penghijauan paruparu dunia. Produk Bio-briket dari sampah plastik terintegrasi ini dapat menjadi solusi cerdas karena mempunyai banyak keuntungan dibandingkan dengan penggunaan bahan biobriket yang lain, seperti sampah plastik didapatkan dari pemulung harganya murah. Selain itu, kurang termanfaatkannya sampah plastik tersebut membuat pencemaran terhadap lingkungan. Inilah solusi yang cocok untuk mengatasi permasalahan yang ada agar tercipta kebersihan di lingkungan dan pemanfaatan secara maksimal bahan baku yang ada. Dalam hal biaya dapat diperkirakan pembuatan briket ini tidak memakan begitu banyak biaya karena, bahan baku utamanya bisa didapatkan dengan membeli secara langsung ke pemulung tanpa menggunakan perentara tengkulak kemungkinan harga maksimalnya sekitar Rp 1.000,-/kg. Diharapkan pengolahan sampah ini dapat memberikan kontribusi yang baik untuk mengurangi pencemaran lingkungan.

BAB III METODOLOGI

Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam penelitian adalah sampah plastik dan arang sampah organik kota. Sampah plastik dibersihkan terlebih dahulu lalu dipotong kecil-kecil untuk mempermudah pencampuran dengan bahan perekat. Sampah organik kota yang digunakan merupakan sampah pasar, antara lain terdiri dari sisa sayur-sayuran, buah-buahan, tempurung kelapa, daun, bonggol jagung, dan sampah organik lainnya selain sampah makanan. Untuk mempercepat proses pengarangan, sampah dicacah menggunakan pisau, gunting, atau mesin pencacah sampai ukurannya menjadi lebih kecil. Selain itu, sampah juga harus dijemur untuk menguapkan kandungan air berlebih. Sampah organik kota lalu dimasukkan dalam wadah tertutup dan dipanaskan sampai sampah tersebut berubah menjadi arang. Agar bentuk dan ukuran arang seragam, dilakukan penumbukan dan pengayakan arang menggunakan ayakan 40 mesh. Karkteristik bahan baku dapat dilihat pada Tabel 1. Digunakan perekat berupa kanji. Perekat kanji berasal dari tepung kanji yang ada di pasaran.. Dihasilkan komposisi tepung kanji dan air dengan perbandingan 1:15. Dilarutkan 40 gr tepung kanji dengan 600 ml air. Tabel 1.Karakteristik Bahan Baku dan Bahan Perekat Jenis Bahan Baku Nilai Kalor Titik Kadar Air Kadar Kadar Fixed (kal/gr) Nyala (%) Volatile Carbon (0C) Solid (%) (%) Arang Sampah 7452,24 75 4,91 82,37 1,00 Organik Plastik 11089,87 150 0,44 98,10 0,72 Perekat Kanji 93,77 0,002 6,12
(Sumber : Sorum, Gronli, Hustad, 2001)

Kadar Abu (%) 11,72 0,74 0,11

Bahan baku dan bahan perekat yang telah tercampur rata lalu dimasukkan ke dalam cetakan briket dan dimampatkan menggunakan alat pencetak briket secara manual. Setelah briket dikeluarkan dari cetakan, briket dijemur dibawah sinar matahari untuk mengurangi kandungan air yang terdapat pada briket. Bio-briket yang menggunakan perekat kanji rentan ditumbuhi oleh jamur karena kandungan bahan organik yang terdapat pada perekat kanji. Jamur tumbuh pada Bio-briket yang menggunakan perekat kanji apabila Bio-briket disimpan selama + 1-2 minggu. Agar briket tidak mudah busuk karena pengaruh fermentasi maka perlu ditambahkan bahan kimia NaOH dalam perekat kanji (Duljapar dalam Anggrainy, 2005).

DAFTAR PUSTAKA

Agro.2007.File Under Agro TechnoPark, Tek. Pengelolaan Limbah. diakses 01 Februari 2012 Alamendah. 2009. Dampak Plastik Terhadap Lingkungan. http://www.alamendah.wordpress.com/2009/07/23/dampak-plastik terhadaplingkungan diakses 01 Februari 2012 Arcana, I.M. 2009. Perang Melawan Sampah Plastik.http://www.kompas.com diakses 01 Februari 2012. Badan Pusat Statistik (BPS). 1999. Volume perdagangan plastik impor di Indonesia . BPS. Jakarta. Ditjen Migas.2009. Penjelasan Pemerintah Tentang Pengurangan Subsidi BBM dan Kebijakan Lain Yang Menyertainya.http://www.migas.esdm.go.id/ diakses 01 Februari 2012. Himawanto, D. A. 2005. Pengaruh Temperatur Karbonasi terhadap Karakteristik Pembakaran Briket Sampah Kota. Media Mesin, Vol. 6, No. 2 : 84-91. Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral nomor 047 tahun 2006. Pedoman Pembuatan dan Pemanfaatan Briket Batubara dan Bahan Bakar Padat Berbasis Batubara. Radita, Deqi Rizkivia. 2010. Tugas Akhir : Bio-Briket dari Komposit Sampah Plastik High Density Polyethylene (HDPE) dan Arang Sampah Organik Kota. Surabaya : Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP-ITS. Sorum, L., Gronli M. G., Hustad J. E. 2001. Pyrolisis Characteristics and Kinetics of Municipal Solid Waste. Fuel, 80 (2009) : 1217-1227. Sahwan Firman L, Sistem Pengolahan Limbah Plastik di Indonesia. Wibowo, Agung. 2009. Kondisi Persampahan Kota di Indonesia. http://narasibumi.blog.uns.ac.id/2009/04/17/kondisi-persampahan-kota-diindonesia/. diakses 01 Februari 2012.

Anda mungkin juga menyukai