Anda di halaman 1dari 29

Kebijakan Pengawasan Kesehatan Kerja Dalam Pengendalian Potensi Bahaya Kimia

Oleh:

Aswar Sugondo, SE. MM Kasubdit Pengendalian Lingkungan Kerja

2004

K3 dan Globalisasi
Daya Saing

HAM

K3

SA 8000

Global Compact Standar Internasional ISO 9000, ISO 14000,


SMK3

HUMAN DEVELOPMENT INDEX 2001 2002


Rank 2001

ASEAN Singapore Brunei Malaysia Thailand Philippines Vietnam INDONESIA Myanmar Cambodia Laos

Rank 2002

ASEAN Singapore Brunei Malaysia Thailand Philippines Vietnam INDONESIA Myanmar Cambodia Laos

25 32 59 70 77 109 110 127 130 143

28

58 74 85 110 112 -

Note : Total countries on the list : 173 countries (2001) Note : Total countries on the list : 175 countries (2002)

Faktor Yang Mempengaruhi Daya Saing


Hubungan Industrial Pendidikan, Ketrampilan dan Sikap Kualitas SDM (HDI) Keselamatan dan Kesehatan Kerja

TOLOK UKUR HDI


Tingkat buta huruf Tingkat kematian ibu, bayi & balita Pelayanan Kesehatan Tingkat kemiskinan Kesetaraan gender Pelestarian lingkungan dll

Country Competitiveness Vs Safety

Faktor-faktor yg mempengaruhi kesehatan tenaga kerja


Beban kerja
-Fisik -Mental -Sosial

Lingkungan kerja
-Fisik -Kimia -Biologi

Kapasitas kerja
- Ketrampilan

-Ergonomi -Psikologi

- Kesegaran jasmani & rohani


- Status kesehatan/gizi - usia - Jenis kelamin

- Ukuran tubuh

Tujuan K3
Mencegah Kecelakaan Kerja :

Peledakan Kebakaran Penyakit Akibat Kerja

Tujuan Kesehatan Kerja ILO/WHO 1995


1. Promosi dan pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan sosial dari pekerja. 2. Pencegahan gangguan kesehatan disebabkan oleh kondisi kerja. 3. Perlindungan pekerja dari resiko faktor-faktor yang mengganggu kesehatan. 4. Penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam lingkungan kerja yang sesuai kemampuan fisik dan psikologisnya.

5. Penyesuaian setiap orang kepada pekerjaannya.

Visi & Misi


Visi Direktorat Pengawasan Kesehatan Kerja adalah :

Mewujudkan Tenaga Kerja dan Lingkungan Kerja yang Sehat dan Produktif
Untuk mencapai Visi tersebut dirumuskan 3 (tiga) Misi :

Meningkatkan penerapan SMK3 Mendorong terciptanya lingkungan kerja aman, sehat dan produktif Bebas Penyakit Akibat Kerja (PAK)
Untuk mencapai Visi dan Misi , disusun 5 (lima) strategi : 1. Meningkatkan kualitas SDM bidang kesehatan kerja 2. Pemberdayaan lembaga, LSM dan masyarakat 3. Penetapan standar kesehatan kerja dan lingkungan kerja 4. Penegakkan kepastian hukum 5. Pembentukkan sistem informasi

FAKTA DAN MASALAH


Jumlah perusahaan = + 169.000 persh. Jumlah PKK = 1173 buah Jumlah dokter pemeriksa kesehatan kerja = 447 Dokter perusahaan = 2247 Ahli K3 Kimia = 54 Paramedis perusahaan = 2814 Petugas P3K = 106 PJK3 Bidang Pemeriksaan dan atau PKK = 41 Pengawasan kesehatan kerja lemah (Pengawas KTK + 1000, Pengawas Spesialis K3 + 336)

FAKTA DAN MASALAH


Laporan tahun 2002 : kecelakaan kerja 103.804 kasus Laporan Penyakit akibat Kerja sedikit (0,07%). Meninggal : 1903 orang Total kompensasi : Rp. 158,036,459,160

TANTANGAN
Globalisasi dan daya saing Produktivitas TK rendah Industrial Disaster Occupational Health hazard baru :

Narkoba di tempat kerja Violence dan stress di tempat kerja Hazardous forms of Child labour

STRATEGI DAN PROGRAM


1. Peningkatan SDM

Pengawas KTK, Dokter Kesehatan Kerja, Paramedis perusahaan, Ahli K3Kimia, Petugas K3 Kimia dll) (P2K3, PJK3, PKK, Assosiasi Profesi seperti IDKI, Assosiasi Hiperkes & KK, Asosiasi AK3 Kimia dll.) Kerjasama dengan ITS, UNS, Unair Ratifikasi Konvensi ILO No. 174 thn 1993 tentang Pencegahan Kecelakaan Industrial. PJK3, Kompetensi Ahli & Petugas K3 Kimia

2. Pemberdayaan Lembaga

3. Peraturan Perundangan

4. Standarisasi

Peraturan perundangan Yang Berkaitan Dengan Kesehatan Kerja


1. Konvensi ILO No. 120 (UU No. 3 Tahun 1969 ) tentang Higiene

dalam perniagaan dan kantor-kantor. 2. UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja 3. UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja 4. UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
5. PP No. No. 7 tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida. 6. PP No. 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja 7. Kepres R.I No. 22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul

8. PMP No. 7 Tahun 1964 tentang syarat kesehatan, kebersihan, serta penerangan dalam tempat kerja 9. Permenakertrans No. Per. 01/Men/1976 tentang kewajiban latihan Hyperkes bagi Dokter Perusahaan 10. Permenakertrans No. Per. 01/Men/1979 tentang kewajiban latihan Hyperkes bagi paramedis perusahaan

karena hubungan kerja

Peraturan perundangan Yang Berkaitan Dengan Kesehatan Kerja


11. 12. Permenaker No. Per. 03/Men/1985 tentang keselamatan

dan kesehatan kerja pemakaian Asbes

Permenakertrans No. Per. 02/Men/1980 tentang

13. 14. 15. 16.

pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dalam penyelenggaraan keselamatan kerja Permenakertrans No. Per. 01/Men/1981 tentang kewajiban melapor penyakit akibat kerja Permenakertrans No. Per. 03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan kerja Permenaker No. Per. 03/Men/1986 tentang keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja yang mengelola pestisida Permenaker No. Per. 01/Men/1998 tentang penyelenggaraan jaminan pemeliharaan kesehatan dengan manfaat lebih baik

Peraturan perundangan Yang Berkaitan Dengan Kesehatan Kerja


18. 19. 20. Kepmenaker No. Kep. 187/Men/1999 tentang Pengendalian

21. 22. 23.

24.

Bahan Kimia Berbahaya Di Tempat Kerja Kepmenaker No. Kep. 51/Men/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat Kerja Kepmenakertrans No. Kep. 79/Men/2003 tentang pedoman diagnosis dan penilaian cacat karena kecelakaan dan penyakit akibat kerja SE. Menakertrans No. SE. 01/Men/1979 tentang Pengadaan Kantin dan Ruang Makan SE. Menaker No. SE. 01/Men/1997 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Kimia Di Udara Lingkungan Kerja SE. Dirjen Binawas No. SE. 86/BW/1989 tentang perusahaan catering yang mengelola makanan bagi tenaga kerja Kepts. Dirjen Binawas No. Kepts. 157/BW/1989 tentang Tata Cara dan Bentuk Laporan Penyelenggaraan Pelayananan Kesehatan Kerja

UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan


a. Pasal 74 dikatakan bahwa dilarang mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral anak. b. Pasal 86 dikatakan bahwa pekerja / buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja. c. Pasal 87 menyebutkan bahwa setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.

K3 dan Otoda
Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 terlihat bahwa kewenangan Pemerintah di bidang Ketenagakerjaan adalah seperti pada : Pasal 2 ayat 3 yaitu : a. Penetapan kebijakan hubungan industrial, perlindungan pekerja dan jamsos pekerja. b.Penetapan standar keselamatan kerja, kesehatan kerja, hygiene perusahaan, lingkungan kerja dan ergonomi. c.Penetapan pedoman Penentuan kebutuhan fisik minimum.

Kepmendagri NO. 130-67 tahun 2002 tentang Pengakuan Kewenangan Kabupaten dan Kota
Kewenangan Bidang Ketenagakerjaan khususnya perlindungan tenaga kerja : Bimbingan pencegahan kecelakaan kerja Bimbingan kesehatan kerja Bimbingan pembentukan P2K3 Pengawasan Norma K3 Pemeriksaan Kecelakaan kerja Pemberdayaan pelaksanaan kegiatan Ahli K3 Pemberdayaan pelaksaan kegiatan PJK3

Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan


Bagian Keenam : Kesehatan Kerja, Pasal 23 : (1) Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujutkan produktivitas kerja yang optimal (2) Kesehatan Kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja (3) Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja (4) Ketentuan mengenai kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) diteteapkan dengan Peraturan Pemerintah

PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA Kep.Men. Tenaga Kerja No. KEP.187/MEN/1999)

Latar belakang:
Kegiatan industri yang mengolah, menyimpan, mengedarkan, mengangkut dan mempergunakan bahan-bahan kimia berbahaya akan terus meningkat sejalan dengan perkembangan pembangunan sehingga berpotensi untuk menimbulkan bahaya besar bagi industri, tenaga kerja, lingkungan maupun sumberdaya lainnya.

PENGUSAHA ATAU PENGURUS :


WAJIB MENGENDALIKAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA
DI TEMPAT KERJA UNTUK

MENCEGAH TERJADINYA KECELAKAAN KERJA & PENYAKIT AKIBAT KERJA

PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA (pasal 3)


Penyediaan Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) dan Label Penunjukan Petugas K3 Kimia dan Ahli K3 Kimia

SE No. 140 / DPKK/III/2004


PEMENUHAN KEWAJIBAN SYARAT-SYARAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI INDUSTRI KIMIA DENGAN POTENSI BAHAYA BESAR ( MAJOR HAZARD INSTALLATION )

Latar belakang bencana industri ( major accident) telah menimbulkan kerugian yang tidak sedikit baik tenaga kerja, moril dan material. Guna mengantisipasi terulangnya kembali bencana industri tersebut dipandang perlu mengambil langkahlangkah segera dan sistimatis untuk mengendalikan potensi bahaya industri kimia baik potensi bahaya berskala kecil, sedang maupun potensi bahaya besar ( major hazard installation ).

1.

Melaksanakan secara utuh ketentuan dalam Kepmenaker No. Kep. 186/Men/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja meliputi :

Pengendalian setiap bentuk energi; Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan sarana evakuasi; Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas; Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja; Menyelenggarakan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara berkala.; Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran; Memiliki Ahli K3 Kebakaran, koordinator unit penanggulangan kebakaran dan petugas peran kebakaran;

2.

Penyediaan Lembar Data Keselamatan Bahan dan label; Memiliki Ahli K3 Kimia dan Petugas K3 Kimia; Menyampaikan daftar nama dan sifat kimia serta kuantitas bahan kimia berbahaya (Formulir Lampiran II Kep. 187/Men/1999) Membuat Dokumen Pengendalian Instalasi Potensi Bahaya Besar / Menengah . Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko Kegiatan teknis, rancang bangun, konstruksi, pemilihan bahan kimia, serta pengoperasian dan pemeliharaan instalasi Kegiatan pembinaan tenaga kerja di tempat kerja; Rencana dan prosedur tanggap darurat Prosedur kerja aman Melakukan riksauji faktor kimia sekurang-kurangnya /6 bln Melakukan riksauji instalasi sekurang-kurangnya 2 tahun sekali; Melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja

Melaksanakan secara utuh ketentuan dalam Kepmenaker No. Kep. 187/Men/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja, meliputi :

3. Review sistem tanggap darurat ( emergency response ) bagi perusahaan yang sudah memiliki sistem tersebut. 4. Bagi perusahaan yang belum memiliki sistim tanggap darurat ( emergency response ) untuk segera membuat sistem tersebut.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai