Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN

Glaukoma adalah suatu kelainan pada mata yang ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi papil saraf optik, dan menciutnya lapang pandang. Pada glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan terjadinya cacat lapang pandang dan kerusakan anatomi berupa ekstravasasi (penggaungan) serta degenerasi papil saraf optik, yang dapat berakhir pada kebutaan (1). Berdasarkan survei WHO pada tahun 2000, dari sekitar 45 juta penderita kebutaan, 16% diantaranya disebabkan karena glaukoma, dan sekitar 0,2 % kebutaan di Indonesia disebabkan oleh penyakit ini. Sedangkan survei Departemen Kesehatan RI 1982-1996 melaporkan bahwa glaukoma menyumbang 0,4 5% atau sekitar 840.000 orang dari 210 juta penduduk penyebab kebutaan. (2,3) Berikut ini dilaporkan sebuah kasus glaukoma akut pada seorang perempuan berumur 41 tahun yang dirawat di ruang Seroja (Mata) RSUD Ulin Banjarmasin sejak tanggal 24 Januari 2012 hingga sekarang.

BAB II LAPORAN KASUS

A.

IDENTITAS Nama Jenis Kelamin Usia Alamat : Ny. R : Perempuan : 41 tahun : Jalan Padat Karya Kompleks Herlina RT.53, Bajarmasin Tanggal Masuk RMK : 24 Januari 2011 : 97.48.43

B.

ANAMNESIS Hari/tanggal Keluhan Utama : 24 Januari 2011 : Nyeri pada mata

Sejak satu minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh nyeri hebat pada mata sebelah kanan yang timbul mendadak dan dirasakannya terus-menerus. Nyeri dirasakan menghilang sesaat setelah tidur sebentar. Selain nyeri, pasien juga mengeluh mata kanannya merah, sedikit berair, dan tidak gatal. Penglihatan pasien menjadi kabur terutama pada mata kanan. Keluhan sebagian penglihatan gelap dan melihat bayang-bayng gelap tidak ada. Pasien juga mengeluh sakit

kepala sebelah kanan terus-menerus. Keluhan mual-muntah tidak ada.

Tidak ada keluhan pandangan kabur, nyeri dan merah pada mata sebelah kiri. Riwayat trauma sebelumnya disangkal. Pasien ada memeriksakan dirinya ke mantri di desanya dan diberikan obat tetes mata Gentamsin, Amoksisilin tablet dan Asam mefenamat tablet. Setelah mengonsumsi obat, selama 3 hari keluhan tidak berkurang. Riwayat penyakit dahulu : Pasien tidak pernah menderita tekanan darah tinggi, kencing manis, dan radang pada mata. Riwayat penyakit keluarga : Pada keluarga pasien tidak ada menderita tekanan darah tinggi, kencing manis, dan glaukoma.

C.

PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum Kesadaran GCS Tanda vital : : : : Baik Komposmentis 4-5-6 TD : 110/80 mmHg

Nadi : 78 x/menit RR T : 20 x/menit : 36,3 0C

OD 1/60 TIO teraba , mata agak keras (-) Hiperemi (-), edema (-) Hiperemi (-), edema (-) Hiperemi (+), sekret (-) Hiperemi (+), injeksi siliar, sekret (-) Hiperemi (+),sekret (-) Putih Keruh Dangkal Kripte (+) Reflek cahaya (-), midriasis, 8 mm Keruh Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Pemeriksaan Mata Visus Bulbus Oculi Paresis / Paralisis Palpebra superior Palpebra inferior Konj. Palpebralis Konj. Bulbi Konj. Fornices Sklera Kornea Camera Oculi anterior Iris Pupil Lensa Fundus Refleksi Corpus Vitreum Nasal Superonasal Inferonasal Temporal Inferotemporal

OS 5/7.6 Mata teraba kenyal (-) Hiperemi (-),edema (-) Hiperemi (-),edema (-) Hiperemi (-),sekret (-) Hiperemi (-),sekret (-) Hiperemi (-),sekret (-) Putih Jernih Dalam Kripte (-) Reflek cahaya (+), 2 mm Jernih Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Dalam batas normal

Lapangan Pandang

Dalam batas normal

Superotemporal Superior Inferior

D. D.1.

PEMERIKSAAN PENUNJANG Tonometri Oculus Dextra (OD) = 25.8 mmHg Oculus Sinistra (OS) = 17.3 mmHg

D.2.

Laboratorium Darah Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

HEMATOLOGI Hemoglobin Leukosit Eritrosit Hematokrit Trombosit RDW-CV MCV, MCH, MCHC MCV MCH MCHC HITUNG JENIS Neutrofil % 69.5 50,0 70,0 % 63.0 18.8 29.8 80,0 97,0 27,0 32,0 32,0 38,0 Fl Pg % 12.4 11.3 6.59 41.3 573 16.4 12,0 16,0 4.000-10.500 3,90 5,50 35 45 150.000 450.000 11,5 14,7 g/dL /uL Juta/uL Vol % /uL %

Limfosit % MID% KIMIA DARAH GDS SGOT SGPT Ureum Creatinin

21.0 9.5

25,0 40,0 4,0 - 11,0

% Ribu/uL

104 16 9 29 0.7

<200 0-46 0-49 10-50 0,4-1,4

mg/dL U/I U/I mg/dL mg/dL

E.

DIAGNOSIS OD Glaukoma akut

F.

PENATALAKSANAAN Glaucon tablet 3 x 250 mg Aspar-K tablet Timolol tetes mata 0.5% e.d 2x1 tetes (OD) C.Carpine tetes mata 2x1 tetes (OD) Pro trabekulektomi (30/1/2012)

BAB III PEMBAHASAN

Pada kasus ini, pasien didiagnosis glaukoma akut pada mata kanan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Hasil anamnesis yang mendukung glaukoma akut pada mata kanan yaitu : Nyeri hebat pada mata kanan timbul mendadak sejak 1 minggu yang lalu Mata kanan merah disertai penglihatan kabur Nyeri kepala sebelah kanan

Sedangkan dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada mata kanan didapatkan : Pada palpasi, teraba agak keras. Konjungtiva bulbi : hiperemis dengan injeksi silier Konjugtiva palbepera : hiperemis Kornea : keruh Kamera okuli : dangkal Pada pupil tampak terlihat kripte, midriasis dengan ukuran 8 mm, dan refleks cahaya (-) Visus mata kanan menurun (1/60) Pemeriksaan TIO dengan tonometri = 25.8 mmHg. Berdasarkan etiologinya glaukoma terdiri dari glaukoma primer, sekunder, glaukoma kongenital. Glaukoma primer adalah glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang disebabkan

oleh kelainan penyakit di dalam mata tersebut seperti kelainan pada kornea (seperti lekoma adherens), COA (seperti hifema, hipopion), iris/pupil (sinekia posterior, tumor iris), dan lain-lain. Glaukoma kongenital adalah glaukoma yang dibawa sejak lahir. Sedangkan berdasarkan mekanisme peningkatan tekanan intraokular, glaukoma terbagi dalam glaukoma sudut terbuka) dan glaukoma sudut tertutup. Pasien dalam kasus ini tergolong dalam glaukoma primer sudut tertutup (4). Gejala dan tanda pada pasien ini sesuai dengan teori dimana pada glaukoma akut tertutup, ditemukan mata merah dengan penglihatan turun mendadak, tekanan intraokuler meningkat mendadak, nyeri yang hebat, melihat halo di sekitar lampu yang dilihat, terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah. Mata menunjukkan tanda-tanda peradangan dengan kelopak mata bengkak, kornea suram dan edem, iris sembab meradang, pupil melebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat, papil saraf optik hiperemis (4).

Gambar. . Gambaran klinis pada glaukoma akut (kornea yang edem, middilatasi pupil, dan kongesti iris) (5)

Ketika terjadi serangan glaukoma akut primer, terjadi sumbatan sudut kamera anterior oleh iris perifer. Hal ini menyumbat aliran humor akuos dan
8

tekanan intraokular meningkat dengan cepat, menimbulkan nyeri hebat, kemerahan, dan kekaburan penglihatan. Serangan akut biasanya terjadi pada pasien berusia tua seiring dengan pembesaran lensa kristalina yang berkaitan dengan penuaan. Pada glaukoma akut, pupil berdilatasi sedang, disertai sumbatan pupil. Hal ini biasanya terjadi pada malam hari saat tingkat pencahayaan berkurang (6). Rasa nyeri hebat pada mata yang menjalar sampai kepala merupakan tanda khas glaukoma akut. Hal ini terjadi karena meningkatknya tekanan intraokular sehingga menekan simpul-simpul saraf di daerah kornea yang merupakan cabang dari nervus trigeminus. Sehingga daerah sekitar mata yang juga dipersarafi oleh nervus trigeminus ikut terasa nyeri. Pada Glaukoma akut, tekanan okular sangat meningkat, sehingga terjadi kerusakan iskemik pada iris yang disertai edem kornea, hal ini menyebabkan penghilatan pasien sangat kabur secara tiba-tiba dan visus menjadi menurun (3,7). Pada pasien ini ditemukan adanya penurunan visus pada mata kanan yaitu OD = 1/60. Hal ini terjadi karena atrofi sel ganglion difus, yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian dalam retina dan berkurangnya akson di saraf optikus. Diskus optikus menjadi atrofik, disertai pembesaran cekungan optikus. Iris dan korpus siliare juga menjadi atrofik, dan prosesus siliaris memperlihatkan degenerasi hialin (1). Camera occuli anterior (COA) yang dangkal terjadi karena sudut kamera anterior yang sempit, sehingga ketika dilakukan penyinaran pada sisi temporal, iris pada bagian nasal tidak tersinari sepenuhnya seperti pada mata normal (8).

Pemeriksaan lapangan pandang pada pasien ini belum menunjukkan terjadinya penyempitan lapangan pandang karena TIO meningkat tidak terlalu tinggi yaitu maksimak 25.8 mmHg. Kelainan lapangan pandang pada glaukoma disebabkan karena adanya gangguan peredaran darah pada papil nervus optikus. Pembuluh darah retina mempunyai tekanan sistolik 80 mmHg dan diastolik 40 mmHg, yang akan kolaps apabila tekanan intraokuler 40 mmHg. Akibatnya pembuluh darah papil akan menciut dan vaskularisasi akan terganggu. Gejala yang paling dini berupa skotoma relatif atau absolut pada daerah 30 derajat sentral. Pada glaukoma lanjut, timbul kelainan lapangan pandang perifer di bagian nasal superior. Kelainan ini dapat meluas ke tengah dan bergabung dengan kelainan lapangan pandang yang di tengah sehingga menderita seolah melihat dalam teropong (tunnel vision) (9). Pupil midriasis pada mata kanan pasien disebabkan oleh atrofi dari iris dan pupil telah terfiksasi. Persepsi terhadap cahaya telah menghilang sehingga refleks terhadap cahaya menjadi negatif. Peningkatan tekanan intraokular yang tidak terlalu tinggi menyebabkan bola mata teraba sedikit keras. Hasil tonometri menunjukkan nilai TIO yang meningkat pada mata kanan. Nilai tekanan intraokular normal berkisar antara 10-21 mmHg (1). TIO pada kasus ini yaitu 25,8 mmHg pada mata kanan . Glaukoma akut merupakan salah satus kasus kegawatdaruratan pada penyakit mata sehingga penatalaksanaan harus dilakukan segera di rumah sakit. Tujuan pengobatan pada glaukoma akut adalah untuk menurunkan tekanan bola mata secepatnya kemudian apabila tekanan bola mata normal dan mata tenang

10

maka dapat dilakukan pembedahan. Pengobatan pada glaukoma akut harus segera berupa kombinasi pengobatan sistemik dan topikal (1,4). Pada kasus ini, pasien diberikan obat topikal tetes mata Timolol 0.5% 2x1 tetes (OD) dan Pilocarpine 4x1 tetes (OD) sedangkan untuk pengobatan sistemik diberikan Glaucon (asetazolamid) tablet 3x250 mg dan K- Aspartate tablet 1x300 mg. Glaucon mengandung asetazolamid yang termasuk dalam golongan karbonik anhidrase inhibitor. Efeknya dapat menurunkan tekanan dengan menghambat produksi humor akuos sehingga sangat berguna untuk menurunkan tekanan intraokular secara cepat. Obat ini dapat diberikan secara oral dengan dosis 250-1000 mg per hari. Pada kasus ini dosis glaucon sudah diberikan secara tepat yaitu 3x250 mg per hari. Pada pasien dengan glaukoma akut yang disertai mual muntah dapat diberikan Asetazolamid 500 mg IV, yang disusul dengan 250 mg tablet setiap 4 jam sesudah keluhan mual hilang. Pemberian obat ini memberikan efek samping hilangnya kalium tubuh, parastesi, anoreksia, diarea, hipokalemia, batu ginjal dan miopia sementara. Untuk mencegah efek samping tersebut, pada pasien ini diberikan pemberian Aspar-K yang berisi kalium S-aspartat tablet 1 x300 mg (4). Pilokarpin merupakan suatu miotika kuat yang bekerja dengan meningkatkan fasilitas pengeluaran cairan mata dengan membuka sudut bilik mata dengan miosis. Pemberian pilokarpin 2% atau 4% setiap 15 menit sampai 4 kali pemberian sebagai inisial terapi, diindikasikan untuk mencoba menghambat

11

serangan awal glaukoma akut. Pilokarpin memberikan efek 4-6 jam sehingga pemberian pilokarpin 4x1 tetes pada kasus ini sudah tepat (1,4). Timolol merupakan beta bloker non selektif dengan aktivitas dan konsentrasi tertinggi pada camera occuli posterior (COP) yang dicapai dalam waktu 30-60 menit setelah pemberian topikal. Beta bloker dapat menurunkan tekanan intraokular dengan cara mengurangi produksi humor aquos. Penggunan beta bloker non selektif sebagai inisiasi terapi dapat diberikan 2 kali dengan interval setiap 20 menit dan dapat diulang dalam 4, 8, dan 12 jam kemudian. Pemberian Timolol 0.5% 2x1 tetes (OD) sudah tepat. Timolol termasuk beta bloker non selektif sehingga perlu diperhatikan pemberiannya pada pasien dengan asma, PPOK, dan penyakit jantung (4). Dengan pengobatan medikamentosa selama 4 hari, TIO pada mata kanan dapat diturunkan yaitu 21.6 mmHg (29 Januari 2012). Pada saat ini, masih terdapat keluhan nyeri pada mata dan kepala dan mata merah. Visus masih buruk, kornea edem, pupil dilatasi (midriasis) dengan kamera oculi anterior dangkal. Hal ini menunjukkan masih terdapat hambatan dalam sekresi humor aquos. Pada pasien ini akan direncakan operasi trabekulektomi.

12

BAB III PENUTUP

Telah dilaporkan sebuah kasus pada seorang pasien Ny.R, umur 41 tahun yang dirawat inap di ruang Seroja (Mata) RSUD Ulin Banjarmasin sejak tanggal 24 Januari 2011. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosis menderita glaukoma akut pada mata kanan. Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah Timolol 0.5% tetes mata 2x1 tetes (OD), Pilokarpin tetes mata 4x1 tetes, Glaucon tablet 3x250 mg, Aspar-K tablet 1x300 mg, dan direncakan operasi trabekulektomi.

13

Anda mungkin juga menyukai