Anda di halaman 1dari 8

Mata Kuliah Hari/Tanggal

: Kebakaran Hutan : Kamis, 23 Februari 2012

Kelas Praktikum : Supporting Course

PENGUKURAN KADAR AIR BAHAN BAKAR

Kelompok: 1. Fenny Hindom 2. Moh. Firman M. 3. Hutomo Triasmoro 4. Sri Rahayu 5. Mitha Rachmawati 6. Praditya Pamungkas 7. Fulsi Wiyata E24080111 G64080009 G64080046 G64080059 G64080072 G64080078 G64080089

Dosen Praktikum: ...............

Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor 2012

1. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Kebakaran hutan adalah fenomena alam (kejadian yang ada di alam dan akan terulang) yang merupakan peristiwa perubahan fisika dan kimia dari bahan bakar hutan akibat pemanasan (peristiwa oksidasi) yang menghasilkan energi panas yang mempunyai sifat tidak tertekan dan bebas dalam gerakannya (free burning). Kebakaran hutan juga didefinisikan sebagai suatu proses pembakaran yang menyebar secara bebas dengan mengkonsumsi bahan bakar alam hutan misalnya serasah, humus, rumput, ranting-ranting, tiang, gulma, semak, dedaunan, serta pohon-pohon segar (Brown dan Davis 1973). Kadar air bahan bakar berpengaruh terhadap perilaku kebakaran terutama dalam hal kemudahan dari bahan bakar tersebut untuk menyala, kecepatan proses pembakaran, kecepatan penjalaran api, dan kemudahan usaha pemadaman kebakaran (Ismail, 2005). Bahan bakar yang lembab (kadar air tinggi) akan membutuhkan energi panas yang lebih banyak untuk melakukan pembakaran, karena energi panas tersebut digunakan untuk menguapkan uap air yang terkandung dalam bahan bakar tersebut (Aryanti, 2002). Panas yang diserap oleh bahan bakar yang lembab mengurangi jumlah panas yang tersedia dari pembakaran dan mempercepat proses padamnya api (Ismail, 2005). Kadar air dalam bahan bakar diketahui sebagai faktor penting yang membatasi pembakaran membara (smoldering combustion) (Asril, 2002). Kadar air bahan bakar yang menunjukan jumlah air yang dikandung oleh partikel bahan bakar merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap perilaku api, terutama dalam kecepatan pembakaran dan kemampuan terbakar dari bahan bakar. Dalam hal ini, semakin tinggi kadar air bahan bakar semakin banyak panas yang diperlukan untuk mengeluarkan air dari bahan bakar. Hasilnya, terjadi penurunan kecepatan pembakaran dan flamabilitas dari bahan bakar tersebut. Oleh kerena itu, kadar air sering digunakan dalam prediksi perilaku api (Syaufina, 2008).

b. Tujuan Praktikum Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui cara pengukuran kadar air bahan bakar dan pengaruhnya terhadap proses pembakaran.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Kebakaran Hutan Brown dan Davis (1973) menyebutkan bahwa kebakaran hutan adalah fenomena alam (kejadian yang ada di alam dan akan terulang) yang merupakan peristiwa perubahan fisika dan kimia dari bahan bakar hutan akibat pemanasan (peristiwa oksidasi) yang menghasilkan energi panas yang mempunyai sifat tidak tertekan dan bebas dalam gerakannya (free burning). Kebakaran hutan juga didefinisikan sebagai suatu proses pembakaran yang menyebar secara bebas dengan mengkonsumsi bahan bakar alam hutan misalnya serasah, humus, rumput, ranting-ranting, tiang, gulma, semak, dedaunan, serta pohon-pohon segar. Tiga unsur yang mempengaruhi terjadinya kebakaran yaitu bahan bakar, oksigen, dan sumber panas (temperatur yang tinggi). Kombinasi ketiga elemen tersebut sering disebut dengan segitiga api. Konsep segitiga api dijelaskan oleh Brown dan Davis (1973), yaitu dimana apabila satu atau lebih dari sisi segitiga tersebut tidak ada maka kebakaran tidak dapat terjadi atau jika kondisi sisi-sisi segitiga api dalam keadaan lemah maka kecepatan pembakaran semakin menurun, demikian juga dengan intensitas api atau kecepatan terlepasnya energi panas. 2.2. Karakteristik Bahan Bakar Bahan bakar merupakan salah satu faktor utama yang

mempengaruhi terjadinya kebakaran hutan. Beberapa karakteristik bahan bakar yang berpengaruh terhadap perilaku api adalah (Suratmo, 1970): - Ukuran bahan bakar Ukuran bahan bakar dibagi menjadi tiga bagian yaitu bahan bakar halus, bahan bakar sedang dan bahan bakar kasar. Bahan bakar halus mudah dipengaruhi lingkungan sekitarnya, mudah mengering, tetapi mudah pula menyerap air. Karena cepat kering, apabila terbakar cepat

meluas namun cepat pula padam. Bahan bakar halus ini terdiri dari ranting, daun, serasah, rumput dan cabang-cabang kecil. Pada bahan bakar kasar kadar air yang terkandung lebih stabil, tidak cepat mengering sehingga sulit terbakar. Apabila terbakar memberikan penyalaan yang lebih lama. Bahan bakar kasar ini meliputi pohon, dolok kayu dan pohon-pohon mati yang masih berdiri. - Susunan bahan bakar Terbagi atas dua yaitu susunan vertikal dan susunan secara horizontal. Secara vertikal, merupakan bahan bakar yang bertingkat atau berkesinambungan ke arah atas atau tajuk. Keadaan ini memungkinkan api mencapai tajuk dalam waktu singkat. Secara horizontal, merupakan bahan bakar yang menyebar dan

berkesinambungan secara mendatar di lantai hutan dan akan mempengaruhi penjalaran kebakaran. - Jumlah bahan bakar Jumlah bahan bakar menunjukkan banyaknya bahan bakar yang tersedia dalam hutan. Jumlah bahan bakar ini dapat berupa luasan hamparan bahan bakar, volume bahan bakar, dan berat/bobot dari bahan bakar. - Jenis bahan bakar Jenis bahan bakar terdiri dari pohon-pohon hutan yang masih hidup, tanaman bawah/semak-semak, tanaman penutup tanah, serasah, cabang-cabang mati pada pohon hidup, pohon mati yang masih berdiri dan sisa-sisa penebangan. - Kondisi bahan bakar Kondisi bahan bakar mempengaruhi mudah tidaknya bahan bakar terbakar. Salah satu kondisi bahan bakar yang penting adalah kadar air bahan bakar. Besar kecilnya nyala api tergantung pada banyaknya bahan bakar, sedangkan lajunya proses pembakaran tergantung pada kadar air bahan bakar. Kadar air bahan bakar adalah jumlah kandungan air dalam bahan bakar yang dinyatakan dalam presentase berat air terhadap berat kotor bahan bakar yang dikeringkan pada suhu 100C.

Pengaruh kadar air bahan bakar terhadap perilaku api dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini. Tabel 1. Pengaruh kadar air bahan bakar terhadap perilaku api
Kadar Air (%) Serasah >25 >20 15-19 11-14 8-10 Ranting >15 12-15 10-12 7-10 Perilaku Api Sedikit/tidak ada penyalaan. Sedikit penyalaan; membara, penjalaran api lambat. Penyalaan rendah, penjalaran api lambat tapi mudah menjalar. Kebakaran mungkin terjadi. Penyalaan sedang. Kebakaran mudah terjadi. Penyalaan tinggi. Penjalaran api ke tajuk dan api loncat dapat terjadi. Proses pembakaran cepat, api cepat besar. Bahaya kebakaran tinggi. Kebakaran bersifat agresif. Titik kritis bahaya kebakaran.

5-7

5-7

<5

<5

Sumber: Young da Giese (1990) - Kerapatan bahan bakar Kerapatan bahan bakar berhubungan dengan jarak antar partikel dalam bahan bakar. Kerapatan berpengaruh kepada persediaan udara dan pemindahan panas.

3. BAHAN DAN METODE a. Bahan dan Alat - Serasah daun - Serasah ranting - Kertas koran - Kantong plastik - Oven b. Metode Praktikum Serasah daun dan ranting yang telah dikumpulkan kemudian ditimbang untuk mengetahui berat basah serasah daun dan ranting, berat masing-masing percobaan 20 gram. Serasah daun dan ranting yang telah ditimbang, dibungkus dengan menggunakan kertas koran, lalu dimasukkan

ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 105C. Setelah 24 jam dimasukkan dalam oven, kemudian serasah daun dan ranting tersebut ditimbang kembali untuk mengetahui berat keringnya. Perlakuan tersebut dilakukan dengan 3 kali ulangan, kemudian dilakukan perhitungan kadar air untuk tiap ulangan.

4. HASIL PEMBAHASAN a. Hasil Pengamatan


Jenis Bahan Bakar Ulangan 1 2 Serasah daun 3 1 Serasah ranting 2 3 Berat Basah (BB) (gram) 19,93 20,96 20,60 61,49 20,00 20,72 20,22 60,94 Berat Kering (BK) (gram) 17,43 17,96 17,30 52,69 15,16 16,37 15,59 47,12 Kadar Air (%) 14,34 16,70 19,08 16,70 31,93 26,57 29,70 29,33

b. Pembahasan Bahan bakar, oksigen dan panas merupakan faktor utama yang mempengaruhi terjadinya kebakaran hutan. Ketiga elemen tersebut sering disebut dengan segitiga api. Konsep segitiga api dijelaskan oleh Brown dan Davis (1973), yaitu dimana apabila satu atau lebih dari sisi-sisi segitiga api dalam keadaan lemah maka kecepatan pembakaran semakin kecil, demikian juga dengan intensitas api atau kecepatan terlepasnya energi panas. Dari ketiga unsur segitiga api, bahan bakar merupakan salah satu unsur yang dapat dimanipulasi. Caranya dengan memperkecil jumlah bahan bakar, pada umumnya cara yang digunakan adalah dengan melakukan pembakaran terkendali pada beberapa areal selama musim kering. Bahan bakar yang digunakan dalam uji coba kali ini adalah bahan bakar berukuran halus yaitu serasah daun dan ranting. Bahan bakar halus mudah dipengaruhi lingkungan sekitarnya, mudah mengering, tetapi

mudah pula menyerap air. Serasah yang mudah dikeringkan oleh udara hingga sangat mudah terbakar. Sehingga percobaan kali ini kita mencoba mengetahui kadar air dalam bahan bakar halus serasah daun dan ranting. Kadar air bahan bakar merupakan faktor yang mempengaruhi mudah tidaknya bahan bakar terbakar. Pada kadar air serasah daun 17 persen memungkinkan terjadinya kebakaran, sedangkan pada kadar air serasah ranting 29 persen tidak dapat terbakar. Lebih sedikit bahan bakar mengandung air, maka lebih mudah bahan bakar tersebut terbakar.

5. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari uji coba ini adalah: Bahan bakar merupakan salah satu unsur segitiga api yang dapat dimanipulasi, yaitu dengan cara mengurangi jumlah bahan bakar. Serasah termasuk dalam bahan bakar berukuran halus yang mudah dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya dan mudah mengering sehingga sangat mudah terbakar. Bahan bakar dengan kadar air di atas 25 persen tidak terbakar saat disulut dengan api, sedangkan yang berkadar air di bawah 25 persen mudah terbakar dan menyala.

6. DAFTAR PUSTAKA Brown AA, Davis KP. 1973. Forest Fire Control and Use. USA: Mc. Grow Hill Books Company. Aryanti E. 2002. Karakteristik Kebakaran Limbah Vegetasi Hutan Rawa Gambut di Desa Pelalawan Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Asril. 2002. Potensi Kebakaran Hutan Berdasarkan Indeks Kekeringan, Bahan Bakar dan Praktek Pembakaran oleh Masyarakat [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Ismail AY. 2005. Dampak Kebakaran Hutan Terhadap Potensi Kandungan Karbon pada Tanaman Acacia mangium Willd di Hutan Tanaman Industri [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Suratmo FG. 1970. Kebakaran Hutan. Jakarta: Direktorat Jendral Kehutanan, Departemen Pertanian Republik Indonesia. Syaufina Lailan. 2008. Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia. Malang: Bayumedia Publishing. Young RA, Giese RL. 1990. Introduction to Forest Science. New York: John Wiley and Sons.

Anda mungkin juga menyukai