Anda di halaman 1dari 29

PERENCANAAN JEMBATAN

KENDENG LEMBU RUAS GLENMORE MALANGSARI STA 5 + 750 DENGAN METODE RANGKA
BAJA DI KABUPATEN BANYUWANGI

Nama mahasiswa : Mohammad Muchlisin Mahzum.
NRP : 3107.100.555
Jurusan : Teknik Sipil
Dosen Pembimbing : Ir. Ketut Dunia, PD. Eng. D

Abstrak
Jembatan Kendenglembu Ruas Glenmore - Malangsari merupakan jembatan penghubung ruas jalan
Glenmore menuju Malangsari Kabupaten Banyuwangi. Saat ini desain jembatan adalah baja yang tidak permanen
(Bailey) dimana jembatan ini memerlukan biaya perbaikan yang cukup mahal. Dari segi alinyemen horizontal
jembatan yang lama kurang baik dikarenakan lokasi jembatan tersebut berada pada ruas lintas selatan sehingga
perlu diadakan peningkatan dari 1 lajur menjadi 2 lajur.
Perencanaan ini dimulai dengan penjelasan mengenai latar belakang pemilihan tipe jembatan, perumusan
tujuan perencanaan hingga lingkup pembahasan, dan diikuti dengan dasar dasar perencanaan dimana analisa
didasarkan pada peraturan BMS dan AISC LRFD. Dari data awal yang ada, jembatan didesain dengan
mengambil bentang 60 m untuk Rangka Batang. Setelah itu dilakukan preliminary desain dengan menentukan
dimensi dimensi jembatan menggunakan bahan baja. Tahap awal perencanaan adalah perhitungan lantai
kendaraan dan trotoar. Kemudian dilakukan perencanaan gelagar memanjang dan melintang, sekaligus perhitungan
shear connector. Memasuki tahap konstruksi pemikul utama, dilakukan perhitungan beban beban yang bekerja,
kemudian dianalisa dengan menggunakan program SAP 2000. Setelah didapatkan gaya gaya dalam yang bekerja
dilakukan perhitungan kontrol tegangan dan perhitungan sambungan. Bersamaan dilakukan perhitungan konstruksi
pemikul utama juga dilakukan perhitungan konstruksi sekunder yang meliputi ikatan angin atas, bawah, dan portal
akhir. Kemudian memasuki tahap akhir dari perencanaan struktur atas dilakukan perhitungan dimensi perletakan.
Setelah selesai analisa dari struktur atas jembatan, dilakukan analisa perencanaan struktur bawah jembatan
(abutment). Dari data tanah yang ada, substructure jembatan tersebut menggunakan pondasi tiang pancang, Dari
analisa data tanah yang ada, maka dipilih pondasi dalam karena lapisan tanah yang kompeten untuk menerima
beban adalah di atas 10 m.
Kata kunci : Jembatan Rangka, Baja , Abutment























1






BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Jembatan Kendenglembu Ruas Glenmore - Malangsari
merupakan jembatan penghubung ruas jalan Glenmore
menuju Malangsari Kabupaten Banyuwangi. Jembatan ini
terletak pada STA 5+750 dan mempunyai panjang bentang 40
m dan lebar 5 m. Peranan jembatan ini sangat vital sekali
mengingat jembatan inilah sebagai satu-satunya penghubung
antara Desa Malangsari dengan Glenmore. Sebelum ada
jembatan ini penduduk Desa Malangsari mengalami kesulitan
jika akan menuju Glenmore maupun pusat kota Banyuwangi
karena harus berputar melalui desa lain yang jaraknya cukup
jauh sehingga memerlukan biaya, begitu pun sebaliknya.
Saat ini desain jembatan adalah baja yang tidak
permanen (Bailey) dimana jembatan ini memerlukan biaya
perbaikan yang cukup mahal. Dari segi alinyemen horizontal
jembatan yang lama kurang baik dikarenakan lokasi jembatan
tersebut berada pada ruas lintas selatan, dimana frekuensi
kendaraan mulai dari kelas I s/d IV akan melintasi jalur
tersebut, sehingga perlu diadakan peningkatan dari 1 lajur
menjadi 2 lajur.
Berdasarkan situasi dan kondisi tanah (soil) di daerah
tersebut sangat dimungkinkan untuk direncanakan jembatan
baru sebagai pengganti jembatan lama. Dimana penempatanya
dipindahkan atau digeser, sehingga trase jalan lama juga
dialihkan.
Perencanaan jembatan baru tersebut menggunakan
rangka baja dengan 1 bentang atau segmen yang terdiri dari 2
lajur dengan perkiraan panjang bentang 60 m. Penggunaan
rangka baja dikarena strukturnya memiliki kekuatan atau usia
yang tahan lama serta mudah pada pengerjaan di lapangan.
Sehingga diharapkan jembatan baru ini mampu menampung
volume lalu lintas kendaraan yang cukup padat.

1.2 RUMUSAN MASALAH
1) Bagaimana menghitung dan merencanakan bangunan
atas jembatan meliputi :
a. Merencanakan gelagar-gelagar induk
b. Perhitungan lantai kendaraan
c. Ikatan angin
d. Merencanakan sambungan pada profil rangka
baja
2) Bagaimana menghitung dan merencanakan bangunan
bawah jembatan meliputi :
a. Merencanakan abutment.
b. Merencanakan pondasi yang sesuai dengan
tanah setempat.
3) Bagaimana mengontrol kekuatan dan kestabilan struktur?
4) Bagaimana menuangkan hasil bentuk desain dan
analisa ke dalam bentuk gambar teknik ?
1.3 TUJUAN
Dari permasalahan yang ada di atas, adapun tujuan
yang akan dicapai dalam penyusunan tugas akhir ini
adalah :





1) Menghitung dan merencanakan bangunan
atas jembatan,meliputi :
- Merencanakan gelagar-gelagar induk
- Perhitungan lantai kendaraan
- Ikatan angin
- Merencanakan sambungan pada profil rangka
baja
2) Menghitung dan merencanakan bangunan bawah
jembatan meliputi :
a. Merencanakan abutment.
b. Merencanakan pondasi yang sesuai
dengan tanah setempat.
2) Dapat mengontrol kekuatan dan kestabilan
struktur
3) Dapat memvisualisasikan hasil desain dan analisa
yang telah dibuat ke dalam bentuk gambar
teknik.
1.4 BATASAN MASALAH
Batasan masalah pada penulisan tugas akhir ini,
antara lain :
1. Tidak merencanakan bangunan pelengkap
jembatan
2. Tidak merencanakan tebal perkerasan dan
desain jalan
3. Tidak menghitung aspek ekonomis dari biaya
konstruksi jembatan
4. Analisa struktur manual dan program bantu
SAP 2000
5. Penggambaran mengunakan program bantu
Auto Cad

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI JEMBATAN
Jembatan merupakan bagian dari jalan raya dan
merupakan konstruksi bangunan yang bertujuan untuk
menghubungkan antara jalan yang satu dengan yang lain
melalui suatu rintangan yang lebih rendah dari
permukaan jembatan tersebut baik itu sungai, danau,
lembah ataupun jurang. Gelagar merupakan bagian dari
konstruksi yang mempunyai fungsi menahan beban
beban diatasnya.
konsep perencanaan struktur jembatan adalah
berdasarkan atas seni ( estetika ) dari perencanaan
jembatan dan konstruksi jembatan itu sendiri.
Berdasarkan dari fungsi komperehensif, maka nilai
maksimum dari suatau jembatan akan ditentukan oleh :
Biaya konstruksi
Kemudahan pelaksanaan
Estetika dan pertimbangan lingkungan
Biaya pemeliharaan
Jembatan rangka baja adalah suatu struktur
jembatan yang bahan dasarnya menggunakan profil dari
baja, dimana pada arah melintang diperoleh bentuk
segitiga diatas pemikul-pemikul lintangnya.
2





Pada prinsipnya pada gelagar rangka terjadi gaya tarik
dan tekan yang bekerja pada titik simpul yang disambung
berengsel atau dianggap seperti dihubungkan secara demikian,
dalam keadaan-keadaan dimana gaya-gaya luar hanya bekerja
pada titik-titik simpul. (struyk dan van der veen 1984).
2.2 OPTIMASI STRUKTUR JEMBATAN RANGKA
BAJA DENGAN TEORI MAXWELL DAN
MITCHELL
Syarat-syarat kekuatan, kekakuan, dan stabilitas dari
suatu struktur harus dipenuhi dalam perencanaan struktur.
Namun syarat-syarat lain seperti estetika, arsitektur, dan
keekonomisan terkadang juga menjadi pertimbangan penting.
Syarat kekuatan, kekakuan, dan stabilitas bisa diperoleh dari
perhitungan konvensional, sementara syarat estetika,
arsitektur, dan keekonomisan suatu struktur bisa ditinjau dari
berbagai aspek. Dalam hal syarat keekonomisan, untuk






A

Kontrol terhadap
kekuatan dan
kestabilan

Perencanaan dan analisa struktur bawah, meliputi :
1. Perencanaan perletakan.
2. Perencanaan kepala jembatan dan
penulangannya.
3. Perencanaan pondasi dan penulangannya.

Menuangkan bentuk dan analisa struktur dalam gambar teknik.

Finish






B


Not OK
struktur baja dapat diidentikan dengan volume minimum
struktur. Untuk itu perlu dilakukan optimasi pada struktur,
agar diperoleh struktur dengan volume material minimum.
Materi ini bertujuan untuk menentukan tinggi optimum suatu
jembatan rangka baja akibat beban gravitasi, sehingga
menghasilkan volume profil baja yang minimum. Menurut
Teori Maxwell dan Mitchell, volume minimum dapat dicapai
dengan meminimumkan batang tarik atau batang tekan pada
struktur rangka, yang diaplikasikan dalam analisa ini, di mana
volume minimum diperoleh dengan cara mendiferensialkan
volume total terhadap tinggi jembatan tersebut.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Jembatan )

BAB III
METODOLOGI
3.1 Diagram Alir Metodologi
Start

Pengumpulan data dan literature :
1. Data umum jembatan, data eksisting,
data tanah.
2. Buku-buku yang berkaitan.
3 Peraturan peraturan yang berkaitan
Mendesain lay out awal jembatan

Merencanakan dimensi profil jembatan
:
1. Penentuan tinggi penampang.

Menentukan jenis pembebanan
jembatan :
1. Beban mati struktur utama.
2. Beban hidup struktur utama.
3. Beban angin struktur utama.
4 B b t kt t

Analisa struktur utama jembatan :
1. Analisa tegangan terhadap berat sendiri,
beban mati tambahan, dan beban hidup.
2. Perhitungan gaya-gaya yang bekerja.
3. Permodelan struktur dengan program SAP
Gambar 3.1 Metodologi Pengerjaan Tugas Akhir
3.1 Pengumpulan Data
3.1.1 Data Data Teknis Jembatan
Adapun data-data yang digunakan dalam
perencanaan adalah sebagai berikut:
1.Panjang jembatan : 40 m
2.Lebar jembatan : 7 m
3.Rencana panjang jembatan : 60 m
4.Rencana lebar jembatan : 9 m
3.1.2 Data Tanah
Dari hasil penyelidikan tanah di lokasi
pembangunan jembatan diperoleh pekerjaan Boring
dilakukan pada 2 titik (BH 1 dan BH 2) namun terdapat
beda tinggi 1,50 m dimana BH 1 lebih tinggi daripada
BH 2. sedangkan untuk pekerjaan Sondir dilakukan pada
2 titik pula.
Dari titik sondir 1 diperoleh hasil bahwa pada
kedalaman -2,20 m dari muka tanah setempat nilai konus
sudah mencapai 250 kg/cm
2
dengan jumlah hambatan
pelekat 234 kg/cm
2
, dasar sungai dari lantai jembatan
lama -7,60 m.
Sedangkan pada titik sondir 2 diperoleh hasil bahwa pada
kedalaman -2,40 m dari muka tanah setempat nilai konus
sudah mencapai 250 kg/cm
2
dengan jumlah hambatan
pelekat 260 kg/cm
2
, dasar sungai dari lantai jembatan
lama -7,60 m.
3.1.3 Data Topografi
Data topografi sangat diperlukan dalam
menentukan hal-hal dibawah ini :
Bentang jembatan
Perencanaan jalan pendekat (Approach Road)
3.1.4 Data Hidrologi
Data ini diperlukan untuk menentukan tinggi
muka air banjir (MAB) maksimum yang terjadi
selain itu juga dipakai untuk menentukan elevasi
muka jembatan.
A B
3
L > 30m, q = 8 0.5 + kPa
25kN
100kN






3.2 Preliminary Desain
Bahan yang akan digunakan dalam perencanaan
jembatan:
1. Beton
Kekuatan tekan beton (fc) = 35 MPa
Tegangan leleh (fy) = 360 Mpa
2. Baja
Mutu profil baja BJ 50 dengan :
Tegangan leleh (fy) = 290 MPa
Tegangan putus (fu) = 500 MPa
3. Direncanakan bangunan atas jembatan
menggunakan Rangka Baja Type B standart
fabrikasi.
4. Penentuan dimensi tebal minimum plat dengan
beton bertulang berdasar BMS 1992 pasal 5.3.2
hlm 5.4
200 D 100 + 0,04 L ( D dan L dalam mm )





1. Beban terbagi rata (UDL) dengan intensitas q
kPa, dengan q tergantung pada Beban panjang
yang dibebani total (L) sebagai berikut:
L o 30m, q = 8 kPa
15
L
2. Beban garis (KEL) sebesar p kN/m, ditempatkan
dalam kedudukan sembarang sepanjang jembatan
dan tegak lurus pada arah lalu lintas.
P = 44 KN P = 44 KN/m
Adapun pembebanan ini dapat dilihat pada gambar
dibawah :
Knifeedgeload
Bebangaris
IntensitypkN/m
IntensitaspkN/m
5. Profil Lantai direncanakan yang sudah digalvanis
dengan grade 42 sesuai ASTM A572
3.4 Bangunan Atas Jembatan
3.4.1 Pembebanan Pada Struktur Utama Jembatan
Directionoftraffic
Arahlalulintas



UDL
90


IntesityqkPa
Intensitas qkPa
1. Aksi dan Beban Tetap
Beban tetap terdiri :
- Berat Sendiri
Berat sendiri adalah berat bahan dan bagian
jembatan yang merupakan elemen struktural,
ditambah dengan elemen non struktural yang
dianggap tetap.
- Beban Mati Tambahan
Beban mati tambahan adalah berat seluruh bahan
yang membentuk suatu beban pada jembatan yang
merupakan elemen non struktural, dan mungkin
besarnya berubah selama umur jembatan.
Bebantersebarmerata
Gambar 3.3 Kedudukan beban lajur D
- Beban Truk T
Beban truk T adalah kendaraan berat tunggal dengan
tiga gandar yang ditempatkan dalam kedudukan
sembarang pada lajur lalu lintas rencana.
Muatan T = 100% P = 10 ton
- Tekanan Tanah
Koefisen tekanan tanah nominal harus dihitung
5m 8 m
50kN 200kN 200kN

0.50

1.75m

0.50
dari sifat sifat tanah yang ditentukan
berdasarkan pada kepadatan, kadar kelembaban,
kohesi sudut geser dalam dan sebagainya.
125mm

125mm

200mm
200mm
25kN 500mm

500mm
100kN
200mm
200mm
100kN
500mm
200mm
200mm
500mm 100kN

2.75m
2.75m
Limitoftravel
Bataslewat
Surchage
Bebantambahan


600mm
Limitoftravel
Bataslewat
Surchage
Bebantambahan
Kendaraan truck T ini harus ditempatkan di tengah-
tengah lajur lalu-lintas rencana. Jumlah
maksimum lajur lalu-lintas rencana seperti
tercantum dalam tabel berikut
Aktivefailurezone
Daerahkeruntuhanakti f

Trafficabletotravelnexttowall
Lalulintasbisalewatdisebelahdinding


Trafficpreventedfromtravellingnexttowall
Lalulintasdicegahuntukbisamelewati
Aktivefailurezone
Daerahkeruntuhanaktif
disebelahdinding
Gambar 3.2 Tambahan Beban Hidup

2. Beban Lalu Lintas
- Beban lajur D


4
Type Jembatan
(1)
Lebar jalur
Kendaraan
(m)
(2)
Jumlah Lajur
Lalu-Lintas
Rencana
Satu jalur 4.0-5.0 1
Dua arah, tanpa
median
5.5-8.25
11.3-15.0
2 (3)
4
Banyak arah 8.25-11.25
11.3-15.0
15.1-18.75
18.8-22.5
3
4
5
6

L
o
a
d
I
n
t
e
n
s
i
t
y
:
I
n
t
e
n
s
i
t
a
s
b
e
b
a
n
(
k
P
a
)

- Beban Angin
Perhitungn beban angin sesuai dengan RSNI T-02-
2005 pasal 7.6 hlm 34, digunakan rumus sebagai
berikut :
TAW = 0,0006 CW ( VW )2 Ab
Dimana : CW = Koefisien seret
6
LE o 50m DLA = 0,40
C C = Koefisien gempa dasar untuk daerah waktu





Tabel 3.1 Jumlah Lajur Lalu-Lintas Rencana
3. Untuk Pejalan Kaki





90m o LE DLA = 0.30
3. Aksi Lingkungan
Semua elemen dari trotoar atau jembatan penyeberangan
yang langsung memikul pejalan kaki harus direncanakan
untuk beban nominal 5 kPa. Jembatan pejalan kaki dan
trotoar pada jembatan jalan raya harus direncanakan
untuk memikul beban per m
2
dari luas yang di bebani
seperti pada Gambar 3.4
Footbridges and sidewalks independent of road bridge superstructure
VW = Kecepatan angin rencana (m/dt) untuk keadaan batas
yang ditinjau
4
Ab = luas koefisien bagian samping jembatan (m
2
)
Tabel 3.2 Koefisien Seret Cw
2

0


0


20


40


60


80


100


120
Loaded Area : Luas Beban (m2)
Gambar 3.4 Pembebanan untuk Pejalan Kaki
- Faktor beban Dinamik (DLA)
Faktor beban dinamik berlaku pada KEL
lajur D dan truk T untuk simulasi kejut
dari kendaraan bergerak pada struktur
jembatan.( BMS 1992 ).
Untuk muatan T DLA = 0,30
Untuk bentang menerus, panjang bentang
ekivalen LE diberikan dengan rumus berikut:
LE = Lev xLmax
Dimana :
Lev = Panjang bentang rata-rata dari kelompok
bentang yang disambung secara menerus.
Lmax = panjang bentang maksimum dalam
kelompok bentang yang disambung secara menerus.
Tabel 3.3 Kecepatan Angin Rencana Vw
Catatan :
(1) b = lebar keseluruhan jembatan dihitung dari sisi luar
sandaran; d = tinggi bangunan atas, termasuk tinggi
bagian sandaran yang masif
(2) Untuk harga antara dari b/d bisa diinterpolasi linier
(3) Apabila bangunan atas mempunyai su
TAW = 0,0012 CW (VW)
2

-

Beban

Gempa
(2.1)
Pengaruh beban gempa hanya ditinjau pada keadaan
batas ultimate. Pada metode beban statis ekivalen
untuk beton rencana gempa minimum sesuai RSNI T-
02-2005 pasal 7.7.1 hlm 35. dipakai rumus :
TEQ = Kh I WT
Untuk pembebanan Truk T, DLA diambil 0.3.
Gambar 3.5 Faktor Beban Dinamis untuk KEL






Dimana : Kh = C . S
TEQ = Gaya geser dasar total dalam arah yang ditinjau
(KN)
Kh = Koefisien gempa horisontal
Untuk KEL lajur D
W T = Berat total nominal bangunan (KN)
I = Faktor kepentingan
50m o LE o 90m DLA = 0.525 0.0025
L
5
Limit State
Keadaan
Batas
Location Lokasi
Within 5 km of
the coast
Sampai 5 km dari
pantai
> 5 km from the
coast
> 5 km dari
pantai
Serviceability
Daya layan
30 m/s 25 m/s
Ultimate 35 m/s 30 m/s

Tipe jembatan Cw
Bangunan atas masif ;
(1), (2)
b/d = 1.0
b/d = 2.0
b/d = 6.0
2.1 (3)
1.5 (3)
1.25 (3)
Bangunan atas rangka 1.2

Pejalan kaki yang berdiri sendiri dan bangunan atas jembatan
For sidewalks
road bridge
Pejalan kaki
bangunan
attached to
superstructure
yang dipasang
jembatan
the
pada



Rn = M *2
M * fsy
KC . fsy (KC . fsy)2 2,4.KC . 2 .
1,2 KCR
) min >
Vn =
Avf =
M *
M * fsy
b.d 2 fc'
) =
fsy
1,2 KC
) min > ............ digunakan ) min
R R R





kondisi setempat yang sesuai
S = Faktor type bangunan (1-3)





Gaya horisontal akibat beban gempa dan
REM
Momen yang terjadi akibat gaya vertikal
dan horisontal
3. Penulangan abutment
Perhitungan penulangan plat vertikal
Mu = Mmax

b.d
G




Gambar 3.6 Peta Zona Gempa Indonesia

) =
2

b.d

fc'

fsy
2


fc'

( BMS Pasal 5.4 Hal. 5 13 )
) min = 1,4/fsy
- Pengaruh temperatur
Pengaruh temperatur dibagi menjadi 2 yaitu :
Variasi temperatur jembatan rata-rata
Variasi temperatur di dalam bangunan
atas jembatan (perbedaan temperatur).
- Gaya Rem
(BDM 1992 hlm 2.21) :
L o 80 : gaya rem S.L.S = 250 KN
80 o L o 180 : gaya rem S.L.S = (2.5 L +
50) KN
L o 180 : gaya rem S.L.S = 500 KN
3.4.2 Aksi-Aksi Lainnya
Ast
bd
2

As = ) b d
............ digunakan ) min
- Gaya Gesekan
- Kombinasi beban
3.5.3 Desain Struktur
- Analisa pembebanan menurut yang ada pada
struktur jembatan tersebut.
- Analisa struktur dengan manual dan program
Bantu seperti SAP 2000
- Perhitungan plat kendaraan, trotoar dan kerb.
Tebal minimum plat lantai kendaraan adalah :
ts 200 mm
ts (100 + (40 x L)) mm
Dimana : L = Bentang dari plat lantai
kendaraan antara pusat tumpuan (m)
- Perhitungan perletakan jembatan
3.5 Bangunan Bawah Jembatan
3.5.1 Perencanaan Abutmen
1. Perencanaan abutment
Beban dari bangunan atas
Berat sendiri abutment
Beban tekanan tanah aktif
Beban gempa
REM
2. Perhitungan gaya gaya dalam
Gaya vertikal akibat DL gelagar dan LL
(UDL x kejut, KEL x kejut)
Perhitungan penulangan konsol pendek
Vu = Vu1+Vu2
Nuc = 0,2 Vu
Vv
|
Vn
fy.
Tulangan Af yang dibutuhkan untuk
menahan momen Mu adalah
Mu = 0,2 Vu + Nuc (h-d)
Rn =
b.d
2

2
KC . fsy (KC . fsy)
2
2,4.KC . .

2
fc'
( BMS Pasal 5.4 Hal. 5 13 )
) min = 1,4/fsy
Ast
bd
2

Af = ) b d
Tulangan tarik
An = Nuc / (.Fy)
Tulangan utama total
6
Klasifikasi
Jembatan
Umur
Rencana
Kalikan KU
Dengan
Aksi
Tetap
Aksi
Transien
Jembatan
sementara
20 tahun 1,0 0,87
Jembatan Biasa 50 tahun 1,0 1,00
Jembatan
Khusus
100
tahun
1,0 1,10

+ An
2.Avf
Ah =
(AxC) (|xJHP)
P
Rumus : Ek = 1 \ '
P M
M x y max
Psatu TP =





As = Af + An
As =
3
Asmin = ) min . b d
Avf
3
4. Penggambaran hasil perhitungan
5. Penulisan hasil analisis
3.5.2 Perencanaan Pondasi Tiang
3.5.2.1 Pemilihan Tiang Pancang
Faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan tiang
pancang yang dipergunakan di struktur bangunan ini
adalah :
1. Diusahakan dengan harga yang termurah.





- Daya dukung tiang
Rumus : Qtiang = +
SF SF
Dimana : Qtiang = daya dukung tiang individu
A = luas penampang
C = harga conus
= keliling tiang
JHP = jumlah hambatan pelekat
SF = angka keamanan yang
besarnya masing masing 3 dan 5
- Perhitungan jarak tiang pancang
2. Kemampuan menembus lapisan tanah keras tinggi,
untuk menghindari terjadinya tekuk.
3. Mampu menahan pemancangan / pemukulan yang
keras, agar tidak hancur ketika pemancangan
berlangsung







Gambar 3.7 Contoh Contoh Pondasi Bila Lapisan
Pendukung Pondasi Cukup Dangkal
Perencanaan pondasi harus diperhitungkan terhadap daya
dukung tiang :


poer
Rumus : 2,5D S 3D
Perhitungan jarak tiang pancang ke tepi

Rumus : 1,5D S1 2D

- Perkiraan jumlah tiang pancang
Rumus : n =
Pijin
Dimana : n = jumlah tiang

P

=

jumlah

beban

vertikal

Pijin = daya dukung ijin
(diambil nilai terkecil dari Qbahan dan Qtiang)
- Daya dukung tiang dalam group
Daya dukung tiang individu berdasarkan :
- Kemampuan bahan.
Rumus :
Pgroup = x P ijin
Rumus : Qbahan = A x fc
Dimana : Qbahan = daya dukung tiang
A = luas penampang
fc = mutu bahan
- Effisiensi tiang dengan menggunakan persamaan
conversi Labarre :
T(n 1)m + (m 1)n
s 90xmxn ]
Dimana : Ek= effisiensi tiang individu
m = jumlah baris
n = jumlah tiang per baris
\ = arc tan d/s
d = dimensi tiang
s = jarak antar tiang
Dimana :
Pgroup = daya dukung tiang
Pijin = daya dukung tiang individu
= effisiensi tiang individu
- Beban maksimum yang diterima tiang
dalam kelompok tiang
Rumus :
x max
y
n

x

2

y

2

Dimana

:

P

=

jumlah

beban

vertikal

n = jumlah tiang
Mx = My= momen yang bekerja diatas poer
x,y = jarak dari sumbu tiang ke titik berat
susunan kelompok tiang
7
h= 200
fcv = 0,17 1 + x
2
h






BAB IV
PERENCANAAN LANTAI KENDARAAN DAN
TROTOAR
-1 /1 0

+ 1 /8
-1 /1 0

+ 1 /8
-1 /1 0

4.1 Perencanaan Lantai Kendaraan
Menurut BMS 1992 Pasal 6.7.1.2 untuk tebal
minimum pelat minimum pelat lantai kendaraan harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
aspal
beton

d4 = 5
d3 = 20
balok
memanjang
b1 b1
b1 = 120 b1 = 120

Gambar 4.2 Momen Distribusi Arah Melintang
Dipakai tulangan D19 120 (As = 2361,54 mm
2
)
As = x b x d = 0,0088 x 1.000 x 150,5
= 1324,4 mm
2

Dipakai tulangan D19 200 (As = 1416,93 mm
2
)
D19 - 200
40 d"
b1= 120

balok melintang
d = 150.5
h =200

D19 - 120
Gambar 4.1 Lantai Kendaraan
ts c 200 mm
ts c 100 + 40 b1 = 100 + 40 (1,20) = 148 mm
Jadi dipakai tebal pelat = 200 mm
Dimana :
ts = tebal pelat lantai kendaraan
b1 = bentang pelat lantai antara pusat tumpuan
Direncanakan pelat lantai kendaraan dari beton dengan
ketebalan 20 cm.
4.1.1 Pembebanan
b =1000
Gambar 4.3 Penulangan Arah Melintang
4.1.2.2 Penulangan Arah Memanjang
Dipasang tulangan susut dan suhu dengan ketentuan
sebagai berikut : (SNI 03 2847 2002 Psl. 9.12)
As min = 0,00188 x 1.000 x 150,5 = 282,94 mm
2

Dipakai tulangan D8 170 (As = 295,53 mm
2
)
D19 - 200
40 d"
a. Beban Mati
- Berat sendiri pelat
D8 - 170
d = 150.5
= 0,2 x 2.400 x 1 x 1,3 = 624 kg/m
- Berat aspal
= 0,05 x 2.200 x 1 x 1,3 = 143 kg/m
- Berat air hujan
= 0,05 x 1.000 x 1 = 50 kg/m
Qd (u) = 817 kg/m
b. Beban Hidup
- Beban roda truck T = 100 kN = 10.000 kg ...
BMS pasal 2.3.4.1
- Dengan factor kejut (DLA = Dynamic Load
Allowance) = 0,3 ..... BMS pasal 2.3.6
Total muatan :
T = ( 1 + 0,3 ) x 100 = 130 kN = 13.000 kg
4.1.2 Penulangan Lantai Kendaraan
- Faktor beban K
U
MS = 1,3 ..... (beton di cor setempat)
- Faktor beban K
U
TT = 2 ..... (beban truck)
- Qd (u) = 817 kg/m
- Tu = 2 x T = 2 x (13.000) = 26.000 kg
4.1.2.1 Penulangan Arah Melintang
Untuk b1 = 120 cm
D19 - 120
b =1000
Gambar 4.4 Penulangan Arah Memanjang
4.1.3 Kekuatan Pelat Lantai Terhadap Geser
Kekuatan geser ultimate dari pelat lantai kendaraan
didasarkan pada persamaan berikut : (BMS 6.7.2.3)
Vuc = u x d ( fcv + 0,3 cp )
Dengan :
fc' o 0,34 fc'

Dimana :
u = panjang efektif dari keliling geser kritis.
d = tinggi efektif, diambil rata rata di sekeliling
garis keliling geser kritis.
h = perbandingan antara dimensi terpanjang dari
luas efektif yang dibebani Y, dengan dimensi X,
diukur tegak lurus Y.
Beban T yang bekerja sebesar 100 kN, dengan luas
bidang kontak roda 20 x 50 cm. Beban pada saat ultimate
dengan faktor beban 2 dan faktor beban dinamis 0,3
sebesar = (100 + (1 + 0,3)) x 2 = 260 kN.
Lintasan kritis yang terjadi sesuai ketentuan BMS 1992
(Ps.6.7.2 )
8
fcv = 0,17 1 + x
2





As = ' x b x d = 0,0026 x 1.000 x 172 = 447,2


d3

50 cm 45( arah penyebaran beban
T = 100 kN x 1,3 )
mm
2

Dipakai tulangan D16 400 (As = 502,4 mm
2
)
Untuk tulangan susut :
As = 0,00188 x 1.000 x 172 = 323,36 mm
2

Pakai tulangan D8 150 (As = 334,93 mm
2
)

D16 - 400

luas bid. kontak
roda



d3/2



50 d3/2
arah kendaraan
d3/2
20 d0
d3/2
keliling kritis

D8 - 150
40 d"
d = 172

h =200
b0
b =1000
D16 - 250
Gambar 4.5 Lintasan Kritis
Dari gambar di atas maka :
Gambar 4.7 Penulangan Trotoar
d 3
2
=
25
2
= 12,5cm
BAB V
PERENCANAAN GELAGAR JEMBATAN
bo = 700 cm
do = 400 cm
u = 2 x (700 + 400) = 2200 mm
h = 50 / 20 = 2,5
d = 200 mm
35
2,5
Untuk perencanaan gelagar jembatan ini
menggunakan profil baja dengan mutu BJ 50, dengan
ketentuan sebagai berikut :
Tegangan leleh fy = 290 Mpa
Tegangan ultimate fu = 500 MPa
Modulus Elastisitas E = 2,1 x 10
6
kg/cm
2

5.1 Perencanaan Gelagar Memanjang
= 1,810 N/mm
2
< 0,34 x 35 = 2,011 N/mm
2

Gelagar Memanjang
(OK)
Vuc = 2.200 x 200 x (1,810 + 0,3 x 0)
= 796400 N = 796,4 kN
Gaya geser ultimate = 260 kN Vuc = 796,4 kN OK!!

4.2 Perencanaan Trotoar
4.2.1 Perhitungan Trotoar
a. Data data perencanaan :
- Lebar trotoar = 1 m
- Tinggi pelat trotoar = tinggi kerb = 20 cm
- Mutu beton fc = 35 MPa
- Mutu baja fy = 360 Mpa





15 kN/m



Gambar 4.6 Trotoar
Dipakai tulangan D16 250 (As = 804,2 mm
2
)





500
Gambar 5.1 Detail Perencanaan Gelagar
Untuk perencanan gelagar memanjang dipilih profil WF
dengan dimensi : 450 x 300 x 10 x 15

5.1.1 Pembebanan
a. Beban Mati
- Berat pelat beton
= d3 x b1 x beton x K
U
MS BMS 1992 Pasal
2.2.2 tabel 2.1
= 0,2 x 1,20 x 2.400 x 1,3 = 748,8 kg/m
- Berat aspal
= d4 x b1 x beton x K
U
MS BMS 1992 Pasal
2.2.2 tabel 2.1
= 0,05 x 1,20 x 2.200 x 1,3 = 171,6
kg/m
- Berat bekisting
= g x b1 x K
U
MS BMS 1992 Pasal 2.2.2
tabel 2.1
9
d4
d3
= 100 x (1 + 0,3) x x 5 x 2
x Qd (u) x l 2 - MD =
x 1121 x 52 = 3503,13 kgm =
T
q = 8,0 ' 0,5 +


bf 170

(m)
ML1 = x Q x 2 +
x P x
8 4
E
- LP =1,76 x i y = 1,76 x 7,04 x
= x 1920 x 52 + x 13.728 x 5
x x K U





= 50 x 1,20 x 1,4 = 84 kg/m
- Berat sendiri balok
= g x K
U
MS BMS 1992 Pasal 2.2.2 tabel 2.1
= 106 x 1,1 = 116,6 kg/m
Qd (u) = 1.121 kg/m
1
8
1
8
b. Beban Hidup
- Beban terbagi rata (UDL)
Menurut ketentuan BMS 1992 pada pasal 2.3.3.1
untuk :
L o 30 m ; q = 8,0 kPa






1
4
= 325 kNm = 32.500 kgm
Karena ML1 < ML2 , maka dipakai momen akibat
beban hidup yaitu ML = 32.500 kgm

5.1.2 Kontrol kekuatan lentur
Mu = Mn
(3503,13 + 32.500 ) x 100 = 0,9 x 2.900 x Zx
3.600.312,5 = 2.610 Zx
Zx 1.409,63 cm
3
(Anggap kompak)

5.1.2.1 Kontrol penampang :
a. Badan :
L > 30 m ;
s
QL = 800 x 1,2 x 2 = 1920 kg/m
= 19,2 kN/m
15
L ]
kPa
h = d2(t f +r)
= 434 - 2 ( 15 + 24 ) = 356 mm
h 1.680
tw fy
- Beban garis (KEL)
P = 44 kN/m = 4.400 kg/m
LE = L = 60 m (untuk bentang tunggal)
Untuk LE = 60 m, dari gambar 2.8 BMS 2.3.6
didapatkan harga DLA = 30 %, maka beban yang
bekerja dengan adanya faktor kejut DLA adalah :
P1 = (1 + DLA) x P x b1 x K
U
TD
= (1 + 0,3) x 44 x 1,2 x 2 = 137,28 kN
= 13.728 kg
qL1
C
A B
356 1.680
10 290
35,6 98,653 OK !!
b. Sayap :

2

t
f fy
299 170
2 x 15 290
9,967 9,983 OK !!
Penampang kompak : Mnx = Mpx

5.1.2.2 Kontrol tekuk lateral :
1/4P
gp.Mc
Dipasang shear connector praktis sejarak 120 cm sebagai
pengaku arah lateral.
Gambar 5.2 Pembebanan Akibat Beban KEL

1 1
L 1
210.000
fy 290
= 333,423 cm
- LB = 120 cm LP > LB (Bentang
1 1
8 4
= 23.160 kgm
c. Momen akibat beban truck T
T ( 1 + 0,3 )

1/4








gp.Mc


Pendek)
- Mnx = Mpx
Mp = Zx x fy = 2.287 x 2.900 = 6.632.300
kgcm
- Mn Mu
0,9 x 6.632.300 3.600.656
5.969.070 3.600.312,5 OK !!

5.1.3 Kontrol lendutan
Persyaratan untuk lendutan per bentang memanjang
Gambar 5.3 Pembebanan Akibat Beban Truck
(L = 5 m)
a. Lendutan ijin :
M
L
2
=

T

(1

+

0,3

)

x

1
4

TT


10
ijin = =
5 19,2x ( 500 )
1 P
x QD1 ( U ) x B2 - MQ1 =
( )
1
2
9m
= (137,28 x 1 ) + 19,2 x x 5
-







-






1
800
..... (BMS 6.8.2)






1
800






x 500 = 0,625 cm





WF 900 x 300 x 18 x 34
a. Beban Mati
Sebelum komposit
b. Lendutan akibat beban hidup ( UDL + KEL ) :
-
o
(udl + kel ) =
5
Q
L


384

E

I
x
4
+
1
P
1
L

48 E Ix
3

q1
berat b. memanjang
b1
=
4
384 2,1 x 10
6
x 46.800
+

A b

=

9
B
m

B
1 13728x (500)
3

48 2,1 x 10
6
x 46.800 Gambar 5.6 Pembebanan Gelagar Melintang
= 0,15 + 0,36 = 0,51 cm
c. Lendutan akibat beban truck :
3
-
o
( T ) =
48

E

I
x
1 13.000 x (500)
3

= = 0,34 cm
48 2,1 x 10
6
x 46.800
Dipakai beban dari lendutan yang lebih besar yaitu akibat
beban hidup = 0,51 cm
-
o
(udl + kel )
ijin
QD1 = 4.270,43 kg/m
- QD1 ( U ) = QD1 = 4.270,43 kg/m
1
8
=
1
x 4.270,43x 9
2

8
= 43238,14 kgm
Sesudah komposit
Q2
aspal









kerb










0,2 m
0,51 0,625 OK !!
A
1m 1m
B
5.1.4 Kontrol geser
a. Untuk beban hidup ( UDL + KEL ) menentukan :
-

Va
max
=

P

x

1

+

Q
L1
x

x


1
1
2
= 185,28 kN
= 18.528 kg
b. Untuk beban T menentukan :
- Va max = T x (1 + 0,3 ) x 1 x 2
= 100 x (1 + 0,3 ) x 1 x 2 = 260 kN
= 26.000 kg
Jadi Va yang digunakan adalah Va akibat beban T sebesar
13.000 kg.
h 1.100
t w fy
B
Gambar 5.7 Pembebanan Gelagar Melintang
Beban mati = QD2 = 3835 kg/m
MQ2 = (RA x 4,5) (31,2 x 1 x 4) (7,15 x 3,5 x 1, 75)
= (56,225 x 4,5) (31,2 x 1 x 4) (7,15 x 3,5 x 1,75)
= 84,419 kNm = 8.441,9 kgm
b. Beban Hidup
- Beban terbagi rata (UDL)
qUDL = q x = 800 x 5 x 2 = 8.000 kg/m
- Beban garis (KEL)
Beban P = 44 kN/m = 4.400 kg/m dengan
faktor DLA = 0,3
Maka beban KEL yang bekerja adalah :
PKEL = ( 1 + DLA ) x P
= ( 1 + 0,3 ) x 4.400 x 2
= 11.440 kg/m
356 1.100
10 290
35,6 64,594 Plastis!!


50% D

5,5 m
100% D

1m
- Vu Vn
Vu 0,6 x fy x Aw Aw = d x tb
26.000 kg 0,9 x 0,6 x 2.900 x 43,4 x 1
26.000 kg 67.964,4 kg OK!!

A
C
lebar 2 jalur kendaraan
B (m)
B
Jadi profil 450 x 300 x 10 x 15 dapat dipakai
5.2 Perencanaan Gelagar Melintang
Untuk perencanan awal gelagar melintang dipilih profil :
gp.Mc
Gambar 5.8 Pembebanan Akibat Beban UDL & KEL
11
n = = = 7,552
= 595,868 cm 2 =
+ dt = '
dc =
+ = '
T 91,2 20
2 ]
Ic = Iprofil + ( As x ds2 ) + x dc2 + '
x 225 x 203
= 498.000 + ( 364 x 34,55 ) + +
Yab = dprofil + tb - dc
= 91,2 + x 20 - 21,05 = 80,15 cm
= 15.176,551 cm3 Wab = =
1 1





Es = 2,1 x 10
6
kg/cm
2
= 210.000 MPa
Beban D = Beban UDL + Beban KEL
= (8.000 + 11.440) = 19.440 kg/m
- q1 = 100 % x 19.440 = 19.440 kg/m
- q2 = 50 % x 19.440 = 9.720 kg/m
Mmax L1 = 177.086,25 kgm
EC = 4.700
= 4.700
Es
Ec
fc'
35 = 27.805,575 MPa
210.000
27.805,575
c. Beban truck T



1,75 m


1m



1,75 m
- Luas konversi beton terhadap baja =
Ac 4.500
n 7,552
A
T T T
C
B (m)
T = 100 x 1,3
B
- Luas total AT =
959,868 cm
2

Ac
n
+ As = 595,868 + 364 =
gp.Mc
Gambar 5.9 Pembebanan Akibat Beban Truck
(kondisi a)
Mmax L2 a = 162.500 kgm
1,75 m
T T
T d tb
s 2 2 ]
dt x As = AT x dc
Dimana :
As x dt
A T
A
C
B (m )
B
ds = dt dc
= 55,6 21,05 = 34,55 cm

gp.M c
Gambar 5.10 Pembebanan Akibat Beban Truck (kondisi b)
Mmax L2 b = VA x 4,5 T (0,875)
= 26.000 x 4,5 26.000 x (0,875)
= 94.250 kgm
Dipakai Momen beban truck kondisi a = 201.500 kgm

Yba = 31,05 cm



Yab = 80,15 cm

dc = 21,05 cm

Yaa =11,05 cm

ds = 34,55 cm

dt = 55,6 cm
Grs. Netral
sebelum komposit
Grs. Netral
setelah komposit
Dari kondisi di atas, maka dipilih kondisi yang memberikan
Mmax terbesar yaitu :
M max L1 = 177.086,25 kgm
5.2.1 Menentukan Lebar Efektif Pelat Beton
- be1 S
500 cm

Gambar 5.11 Garis Netral
Ic T Ac
n s n ]
- be2


Dimana :
L
4
900
4


= 225 cm
1
2 12
7,552
(595,868 x 21,05
2
)
= 498.000 + 434.507,71 + 19.862,29 + 264.030,6
S = Jarak antar gelagar melintang
L = Lebar jembatan
Untuk lebar effektif pelat beton diambil yang terkecil
yaitu 225 cm.
5.2.2 Check Kriteria Penampang
h 1100 788 1100
=> => 43.78 64.6 OK PLASTIS
tw fy 18 290
5.2.3 Menentukan letak garis netral
- Luas beton :
AC = beff x tb = 2.250 x 200 = 450.000 mm
2

= 4.500 cm
2

- Luas baja :
AS = 364 cm
2

= 1.216.400,6 cm
4

1
2
1
2
Ic 1.216.400, 6
Y
ab
80,15

Yaa = dc - tb = 21,05 - x 20
2 2
11,05 cm








=
12
= 110.081,502cm3 Waa = =
Yba = dc + tb = 21,05 + x 20 = 31,05 cm
= 39.175,543 cm3 Wba = =
9m
M tot1 4.229.144,6
B
4.176,933x 9 x 4,5
- 0(UDL + KEL) = 5
= 5






Ic 1.216.400, 6
Y
aa 11,05
1 1
2 2
Ic 1.216.400, 6
Y
ba
31,05

a. Momen sebelum komposit :





b. Gaya geser setelah komposit.

q aspal
A
B

Gambar 5.14 Beban Merata Geser Setelah Komposit









B
Mtot1 = MQ1 = 42.291,446 kgm
sebelum komposit = =
Sx 10.900
b. Momen setelah komposit :

= 387,995 kg/cm
2

VA = 56,225 kN = 5.622,5 kg
c. Gaya geser akibat beban hidup
Gaya geser maksimum diperoleh jika UDL + KEL
tidak simetris.
Mtot2 = MQ2 + Mmax L1
= 8.441,9 + 177.086,25 = 185.528,15 kgm
= 18.552.815 kgcm
100% D
50% D
ab =

aa =
M
tot2
W
ab
M
tot2
W
aa
=

=
18.552.825
15.176,551
18.552.825
110.081,50 2
= 1.222,465 kg/cm
2


= 168,537 kg/cm
2

A lebar 2 jalur kendaraan

B
B
ba =
kg/cm
2

M
tot2
W
ba
x
1
n
=
18.552.825
39.175,543
x
1
7,552
= 62,709 gp.VA
Gambar 5.15 Gaya Geser Akibat UDL + KEL Tak
Simetris

387,995 kg/cm2
62,709 kg/cm2
168,537 kg/cm2
62,709 kg/cm2
556,532 kg/cm2
- MB = 0
VA x 9 q1 x 5,5 x 5,25 q2 x 1,5 x 1,75 = 0
Va =
(19.440 x 5,5 x 5,25) + (9. 720 x 1,5 x 1,75)
9
387,995 kg/cm2 1.222,465 kg/cm2 1610,46 kg/cm2
Gambar 5.12 Tegangan Komposit
5.2.5 Gaya Geser
=
586845
9
= 65.205 kg
a. Gaya geser sebelum komposit.

q D1 = 4.176,933 kg/m
5.2.6 Kontrol Lendutan
Persyaratan untuk lendutan (L = 9 m)

A B
- ijin =
1
800
L =
1
800
x 900
= 1,125 cm .....(BMS 6.8.2)
- Lendutan akibat beban hidup ( UDL + KEL ) :
gp.vA
Gambar 5.13 Beban Merata Geser Sebelum Komposit
- MB = 0
VA x 9 - QD1 x 9 x 4,5
Va = = 18.796,19 kg
9
QL
4

384

E

I
x
97,2 x (900 )
4

384 2,1 x 10
6
x 498.000
= 0,794 cm < ijin
= 1,125 cm............ OK
Jadi profil 900 x 300 x 18 x 34 dapat dipakai

5.3 Perhitungan Shear Connector
Untuk jarak perhitungan shear connector (BMS
7.6.8.3) tidak boleh melebihi nilai sebagai berikut
13
fc '
Beban PD2 =
Qn
Beban PD5 =





- 600 mm
- 2 x tebal lantai
- 4 x tinggi shear connector
Tinggi minimum dari paku shear connector adalah 75 mm dan
jarak antara paku shear connector dengan ujung flens gelagar
tidak boleh kurang dari 25 mm. Untuk diameter paku shear
connector tidak boleh melebihi :





Jadi jumlah shear connector stud yang dibutuhkan
sepanjang balok adalah :
2n = 2 x 45 = 90 buah
Jarak shear connector = 900/45 = 20 cm

5.3.2 Jarak Pemasangan Shear Connector
S = 200 mm
- 1,5 x tebal plat flens bila plat memikul tegangan tarik.
- 2,0 x tebal plat flens bila tidak terdapat tegangan tarik.
Digunakan shear connector jenis paku / stud dengan data

d = 25 mm

86

130

86

200 200 200 200
data sebagai berikut :
- Diameter = 25 mm < 1,5 x 34 = 51 mm
- Tinggi total = 100 mm
- Jarak melintang antar stud = 130 mm
- Kuat beton fc = 35 MPa c = 0,4 fc
C = 0,4 x 35 = 14 Mpa

912

WF 900 x 300 x 18 x 34
5.3.1 Kekuatan Stud Connector (Q)
Ec = 0,041 W
1,5

= 0,041 x 2400
1,5
x
35

= 28.519,03 Mpa










Gambar 5.15 Stud connector
Qn = 0,5 Asc (fc.Ec)
0,5

= 0,5 x (0.25 x 3,14 x 25
2
) x (35 x
28.519,03)
0,5

= 245087,45 N
Asc x fu = 490,63 x 500 = 245315 N
Qn Asc x fu
245087,45 N 245315 N........................... OK
Vh = C
Ac = beff x tb = 2250 x 200 = 450.000 mm
2

C1 = As.fy = 36400 x 290 = 10.556.000 N
C2 = 0,85 fc.Ac = 0,85 x 35 x 450000 = 13.387.500 N
N
C3 =
n=1
( untuk komposit penuh C3 tidak menentukan)
C = C1 ( menentukan )
Jumlah stud Connector ( n ) =
Vh
=
10556000
= 43,07
Qn 245087,45
45 buah
Gambar 5.16 Pemasangan stud connector
BAB VI
KONSTRUKSI PEMIKUL UTAMA

6.1 Umum
a. Beban Mati (Untuk Satu Rangka)
- Berat trotoar
Berat pelat trotoar
= 3120 kg/m
- Berat pejalan kaki
Beban nominal trotoar = 5 kPa = 500 kg/m
2

(akibat pejalan kaki) ..... (BMS 2.3.9)
= q x ..(BMS 2.3.9)
= 500 x 5 = 2500 kg/m
QD1 = 5620 kg/m
Beban PD1 = 1 m x 5620
kg/m
= 5.620 kg
- Berat pelat lantai kendaraan
1
x 3120 x 9
2
= 14.040 kg
- Berat gelagar melintang (g = 286 kg/m)
Beban PD3 =
1
x 286 x 9 x 1,1
2
= 1.415,7 kg
- Berat gelagar memanjang (g = 106 kg/m)
Beban PD4 =
1
x 106 x 5/1,2 x 9 x 1,1
2
= 2186,25 kg
- Berat aspal
1
x 715 x 7
2
= 2.502,5 kg
14
5 6 5'
Beban yang bekerja : QUDL = q x x K TD





Jadi PD TOT = ( PD1 + PD2 + PD3 + PD4 + PD5 ) 1.0m
= (5.620 + 14.040 + 2186,25 + 1.765,5 + 2.502,5)
= 26.114,25 kg






5.5 m
q1







100% D






1.5m
q2






1.0 m

50% D
Jadi P mati = 26.114,25 kg
P rangka adalah beban yang diakibatkan berat sendiri struktur
rangka batang tersebut
A
9.0 m
B
Direncanakan profil
:Horisontal Atas = WF 400 x 400 x 20 x 35
:Horisontal Bawah = WF 400 x 400 x 20 x 35
:Diagonal
Tepi (frame 4, 5 dan 36, 37)
Gambar 6.3 Pembebanan Akibat Beban D
Jadi :
VUDL = 26.833,33 kg
VKEL = 38.237,5 kg
Tengah (frame 6 -35)
= WF 400 x 400 x 21 x 21
= WF 400 x 400 x 15 x 15
V UDL = 26.833,33 kg (dibebankan pada titik
simpul sepanjang
bentang)
Berat Rangka Total = 99715,53 kg
Berat Pelat penyambung + Ikatan angin
V KEL = 38.237,5 kg (dibebankan pada titik
terkritis)
= 20% x Berat Rangka 2
3
4

5 6 6' 5' 4'
3'
2'
= 20 % x 99715,53
VUDL
1
/2 VUDL VUDL VUDL VUDL VUDL VUDL VUDL VUDL VUDL VUDL VUDL
1'
VUDL /2
= 19.943,11 kg
Prangka total = 99.715,53 + 19.943,11 = 119.658,64kg
Prangka = 119.658,64: (12 x 2) = 4.985,77 kg
P = Pmati + Prangka
= 26.114,25 + 4.985,77 = 31.100,03 kg
Gambar 6.4 letak beban P (hidup) pada rangka utama
d. Beban Angin
Gaya batang Akibat Beban Mati P

6'
3
4

2


4'



3'



2'
Menurut BMS92 gaya nominal ultimate pada
bangunan atas :
TEW = 0,0006 x CW x VW2 x Ab ....... (kN)
Dimana :
1 1'
P/2 P P P P P P P P P P P P/2



b. Beban Hidup
- Beban terbagi rata (UDL)
U
= 800 x 5 x 2
= 8.000 kg/m
CW = Koefisien seret (tabel 2.9 BMS92)
= 1,2 (bangunan atas rangka)
VW = Kecepatan angin rencana = 30 m/det. (>5 km
dari pantai)
Ab = Luas ekivalen bagian samping jembatan
(m
2
).
TEW = 0,0012 x CW x VW2 ...... (kN/m)
Wa Wa
1.0m 5.5 m 1.5m 1.0 m
q1

q2
TEW1
LEA
CORP

A

9.0 m
Gambar 6.2 Pembebanan Akibat UDL

B

Wb Wb
Gambar 6.5 Beban Angin Pada Konstruksi Jembatan
Wa Wa
- q1 = 100 % x UDL = 100 % x 8.000 = 8.000
kg/m
- q2 = 50 % x UDL = 50 % x 8.000 = 4.000
kg/m
- Beban garis (KEL)
PKEL = (1 + DLA) x P
= (1 + 0,3) x 4.400 x 2 = 11.440 kg/m

TEW2


Wb

LEA
CORP




Wb
Gambar 6.6 Beban Angin Pada Konstruksi Beban Hidup
15
= 30 % x (12 + 11 ) x
Wa =
AB + CD
x 103,29 x 1
55
T = 0,085 x (92,4) 4 = 2,533
Wb1 =
AB + CD
x 103,29 x 1 =
WTP =
788,41





Untuk jembatan rangka :
Ab = 30 % x Luas yang dibatasi batang batang terluar





Berat ikatan angin atas, ikatan angin bawah, berat
gelagar memanjang, dan berat sambungan
h
2
= 30 % x {(12 x 5) + (11x5)} x
= 159,39 m
2



9, 24
2
diasumsikan menerima beban sebesar 10% dari berat
pelat beton.
= 10 % x 259.200 = 25.920 kg
Maka WTOT = 572.870,32 + 25.920 = 598.790,32 kg
- Koefisien dasar gempa C
3
T = 0,085 H
4
(bangunan baja)
Beban konstruksi lantai kendaraan :
TEW1 = 0,0006 x 1,2 x 30
2
x 159,39 = 103,29 kN
Beban hidup :
TEW2 = 0,0012 x 1,2 x 30
2
= 1,296 kN/m
Beban Ikatan angin Atas :
CD 1
xT EW 1 x
=
60 + 55 11
= 4,49 kN
Dimana :
H = Tinggi dasar bangunan ke level tertinggi
(ft)
Maka :
3
Dalam perencanaan ini, lokasi terletak di pulau
Jawa maka termasuk ke dalam zone gempa daerah
4.Untuk tanah zona gempa (gambar 2.15 BMS
92) tanah sedang didapat :
C = 0,18
Beban Ikatan Angin Bawah :
AB
xT EW 1 x
60
60 + 55 12
= 4,49 kN
Wb2 = x TEW2
= 5 x 1,296 = 6,48 kN
Wb = Wb1 + Wb2
= 4,49 + 6,48 = 10,97 kN

1

WTP = Wm tot
= 788,41 ton
- Faktor tipe bangunan S
S = 1F
F = 1,25 0,025 n
Dimana :
n = Jumlah sendi yang menahan deformasi
arah lateral.
F = (1,25 0,025 x 2) = 1,2 1,0
Maka S = 1,0
- Faktor kepentingan I
e. Beban Gempa
Wn total :
- Berat plat lantai kendaraan
= 0,2 x 9 x 60 x 2.400 = 259.200 kg
- Berat trotoar
= 2 x 0,2 x 1 x 60 x 2.400 = 57.600 kg
- Berat aspal
= 0,05 x 7 x 60 x 2.200 = 46.200 kg
- Berat gelagar memanjang
= 106 x 60 x 8 = 50.880 kg
- Berat gelagar melintang
= 286 x 9 x 13 = 33.462 kg
- Berat Struktur Utama
- Horisontal atas
= 2 x (11 x 5,04 x 283) = 31.379,04 kg
- Diagonal
Tepi :
= 2 x (4 x 6,78 x 197) = 10.685,28 kg
Tengah :
= 2 x (20 x 8,84 x 140) = 49.504 kg
- Horisontal bawah
= 2 x (12 x 5 x 283) = 33.960 kg
= 572.870,32kg
Berdasarkan BMS 2.4.7.3 tabel 2.13
Digunakan Iminimum = 1,0
- Perhitungan beban geser gempa
= 197,1 ton
4
TEQ = kh x I x WTP kh = C x S
= C x S x I x WTP
= 0,18x 1,0 x 1,0 x 197,1 = 35,478 ton
= 33.757 kg
Gaya Geser Total arah memanjang
TEQ = 35478 kg
= 35,478 ton
F(y) Q = 0,5 TEQ
= 17,739 ton
Gaya Geser Total arah melintang
TEQ = 35478 kg
= 35,478 ton
F(x) Q = TEQ
= 35,478 ton























16
}
tw 20 h OK !!
< R
290
}
2.tf 70 bf < OK !!
R
R = = 14.68
= 48 ,4 < 240 OK! = =
= = = 69,53 < 200
}
tw 21 h OK !!
< R
290
}
bf < OK !! 2.tf 42
R
R = = 14.68
x = = 38.7
}
= 69.5
y = 69.5 =
fy 69.5 290
E 3.14 210000
0.25 < c < 1.2 => w =
Pn = Ag = 251 = 533309.52 kg
=
= = 48 ,07 < 40..OK =






Gaya batang kombinasi
Pembebanan terdiri dari Beban mati, Beban hidup dan
Beban angin:
Dari Hasi analisa menggunakan SAP 2000 didapatkan gaya
batang terbesar sebesar :
Batang Horisontal atas (frame 38 - 48) :
- tekan max = 629216,83 kg
Batang Horisontal bawah (frame 49 - 60) :
- tarik max = 616514,76 kg





h 314
= = 15.70
665 tw
R = = 39.05
bf 405
= = 5.79
250 2.tf
290
o Kontrol Kelangsingan Struktur
Cek : Pn Pu
0,9 891669,05 616514,76
Batang Diagonal tepi (frame 4, 5 dan 36, 37):
757918,7 kg 616514,76 kg OK!!
- tekan max = 379931,43 kg
- tarik max = 324722,04 kg
Batang Diagonal tengah (frame 6 -35) :
- tekan max = 248840,3 kg
- tarik max = 220643,98 kg
6.3 Desain Rangka dan Kontrol Stabilitas Profil
DESAIN PROFIL:
6.3.1 Batang Horisontal Atas
Dari hasil SAP 2000, Pu = -629216,83 kg
Direncanakan profil: WF 400 x 400 x 20 x 35
o Kontrol Kelangsingan
Lk 503 ,4
iy 10 ,4
o Kontrol Kekuatan Batang Tekan
Batas Leleh
Pu = fy Ag
= 0.9 x 2900 x 360,7
6.3.3 Batang Diagonal
o Batang Diagonal Tepi
Batang tekan Pu = -366218,72 kg
Direncanakan profil: WF 400 x 400 x 21 x 21
o Kontrol tekuk Elastis
Lk 677 ,9
iy 9,75
o Kontrol Penampang
h 314
= = 14.95
665 tw
R = = 39.05
bf 408
= = 9.71
250 2.tf
290
o Kontrol Kelangsingan Struktur
= 941427 kg > 629216,83 kg . OK !

Batas Putus
Pu = Fu An U
= 0.75 x 5.000 x 345,7 x 0,9
= 1166737,5 kg > 629216,83 kg. OK

6.3.2 Batang Horisontal Bawah
Sehingga diperoleh Batang tarik Pu = 616514,76 kg
Direncanakan profil: WF 400 x 400 x 20 x 35




max =
y 69.5
=> c =
=
678
17.5
678
9.75





= 0.82

fy 2900
w 1.36






1.43
1.6 - 0.67 c






= 1.36
o Kontrol tekuk Elastis
Lk 500
iy 10 ,4
Cek : Pn Pu
0,85 533309,52 366218,72
453313,09 kg 366218,72 kg
o Batang Diagonal Tengah


OK !!
o Kontrol Penampang
Batang tekan Pu = -248840,3 kg
Direncanakan Profil :WF 400 x 400 x 15 x 15
o Kontrol tekuk Elastis
=
Lk
iy
=
883,75
9,54
= 92,64 < 200
o Kontrol Penampang

17
}
tw 15 h OK !!
665 tw
R = = 39.05
}
30 bf < OK !! 2.tf
250 2.tf
884
}
16.6
884
max = y 92.6 => c = = =
=
Pn = Ag = 179 =
7.2.3.3 adalah sebesar
=
}
tw 7
= = 15,43
< R
290
}
2.tf 20
= = 7,50
R
R = = 14,68
900
}
6.39
500
=
Pn = Ag = 40.1






h 314
= = 20.93
< R
290
bf 402
= = 13.40
R
R = = 14.68
290
o Kontrol Kelangsingan Struktur
x = = 53.2
= 92.6
y = 92.6
9.54
fy 92.6 290
E 3.14 210000
= 1.1






Wb1 = AB . TEW1 . 1
AB + CD jml lap AB
= 60 . 123.94 . 1
60 + 55.43 12
= 5.37 KN
Wb2 = . TEW2
= 5 . 1.56 = 7.8 KN
Wb = Wb1 + Wb2
= 5.39 + 7.8 = 13.19 KN

Ikatan angin direncanakan berdasarkan gaya batang
terbesar dari perhitungan SAP 2000 yaitu :
Batang vertikal S maks = - 20952,6 kg
Batang diagonal S maks = - 15523,77 kg
a. Batang vertikal
Profil yang dipakai : WF 150 x 150 x 7 x 10
0.25 < c < 1.2 => w =
fy 2900
w 1.65
Cek : Pn Pu
1.43
1.6 - 0.67 c
313425.2 kg
= 1.65
Gaya yang terjadi :
N = 20952,6 kg
Panjang tekuk :
Lkx = 9 m = 900 cm
Lky = 5 m = 500 cm
0.85 313425.2
266411.42 kg


248840.3
248840.3 kg

OK !!
o Kontrol Penampang
6.4 Kontrol Lendutan
Syarat lendutan rangka batang pada BMS 7- K7 pasal
L
500
Dari hasil SAP 2000 didapatkan lendutan Sebesar
= 0.108731 m = 10,8 cm < 12 cm............................. OK


BAB VII
KONSTRUKSI SEKUNDER
7.1 Ikatan Angin Atas
h 108
h OK !!
665 tw
R = = 39,05
bf 150
bf < OK !!
250 2.tf
290

o Kontrol Kelangsingan Struktur
x = = 140.85
= 141
y = = 133.33
3.75
2,71KN 5,41KN 5,41KN 5,41KN 5,41KN 5,41KN 5,41KN 5,41KN 5,41KN 5,41KN 5,41KN 2,71KN
PLATSIMPUL
max = x = 140.85 => c =
fy 141 290
E 3.14 210000
IKATANANGINATAS
= 1.67
c > 1.2 => w =
1.25
= 3.47

- Kekuatan nominal :
Gambar 7.1 Ikatan Angin Atas
- Beban ikatan angin atas (Wa)
fy 2900
w 3.47
= 33550.816 kg
Wa = CD . TEW1 . 1 - Kekuatan rencana :
AB + CD jml lap CD
= 55.4326 . 123.94 . 1
60 + 55.4326 11
= 5.41 KN
- Beban ikatan angin bawah (Wb)
Cek : Pn Pu
0.85 33550.816 20952.6
28518.19 kg 20952.6 kg
b. Batang diagonal
Profil yang dipakai : WF 150 x 100 x 6 x 9


OK!!
baut = 19 mm
perlemhan = baut + 3 mm = 19 + 3 = 22 mm
Gaya yang terjadi :
18
max = ..... (LRFD 7.6.4)
14668,95
= 543,47 kg/cm2
10869,33
=
70x70,3 x 6 = 8,59 mm





N = -14668,95 kg





db = 18 mm BJ 50
tp = 10 mm BJ 50
Jumlah baut yang dibutuhkan :
P
- n =
Sv
=
7763,66

Rn 4768,88
Panjang tekuk :
L = 5
2
+ 5
2
= 7,0716 m

= 1,63 baut 4 baut
- Sambungan batang diagonal ke plat simpul
Gaya batang maksimum SD = 14.668,95 kg
Lk = kc x L = 1 x 7,0716 = 7,0716 m
- Kontrol kelangsingan sebagai batang tarik :
Lk
i
min
=
707,16

707 ,16
= 298,37 300 OK!!
2,79 2,37
- Kontrol kekuatan leleh :
Pn = x fy x Ag ..... (LRFD 10.1.1-2.a)
= 0,9 x 2900 x 26,84
= 70052,4 kg > 14668,95 kg OK!!
- Kontrol kekuatan patah :
Pn = x fu x Ae ..... (LRFD 10.1.1-2.b)
= 0,75 x 5.000 x 14,787
= 55453,75 kg > 14668,95 kg OK!!
- Kontrol kekuatan / Block Shear :
Karena putus geser > putus tarik
Pn = [( 0,6 x fu x Anv ) + ( fy x Agt ) ]
= 0,75 [(111.240) + ( 2.900 x 10,8 )]
Jumlah baut yang dibutuhkan :
S
- n =
D
=
Rn 4768,88
= 3,07 baut 4 baut
- Sambungan plat simpul ke rangka utama
V = 551,67 kg
H = 10869,33 kg
Dipakai sambungan las sudut dengan design
sebagai berikut :
Panjang las L = 200 mm
fu =
20
Kekuatan untuk tebal las 1 cm
fn = . 0,6 . F70xx
= 0,75 x 0,6 x 70 x 70,3 x 1
= 2.214,45 kg
Syarat : fu < fn OK!!
= 106.920 kg > 14668,95 kg OK!!
7.1.1 Sambungan
1
teperlu =

aperlu =
fu
fn
0,245
0,707
543,47
2214,45
= 0,346 cm
= 0,245 cm
2
aeff mks = 1,41
fu
Fexx
t
2


Gambar 7.2 Sambungan Ikatan Angin Atas
o Titik simpul 1
5000
= 1,41 x
tebal plat = 10 mm
Untuk : 7 < t 10 didapat : ..... (LRFD
13.5.3.2)

H
P




SD
amin = 4 mm
amaks = 10 1 = 9 mm
aeff maks = 8,59 mm
Jadi dipakai a = 9 mm
- Titik simpul 2
SV
Gambar 7.3 Titik Simpul 1
P = 551,67 kg
SD1


P = 20.952,6 kg
H = 10869,33 kg
SD = 14668,95 kg
SV = 7763,66 kg
SD2

Gambar 7.4 Titik Simpul 2



19











35











35












80












35












80












35
7 0
Sv 14668,95
20.952,6
22.216,85
Imin =
19.431,29





V = 20.952,6 kg






BALOKMELINTANG
SD1 = 14.668,95 kg
SD2 = 14.668,54 kg
- Sambungan batang diagonal ke pelat simpul.
IKATANANGINBAWAH

BAUTD-18
Gaya batang maksimum yang bekerja
50
I/1
70
70
50
370
50
70
50
70
I/1
SV = 14.668,95 kg
db = 18 mm BJ 50
tp = 10 mm BJ 50
Jumlah baut yang dibutuhkan :
- n = =
Rn 4768,88
= 3,07 baut 4 baut
- Sambungan plat simpul ke batang vertikal.
Gaya batang maksimum V = 20.952,6 kg
Jumlah baut yang dibutuhkan :
S
- n =
D
=
Rn 4768,88
= 4,39 baut 5 baut
7.2 Ikatan Angin Bawah
6,59KN 13,19KN 13,19KN 13,19KN 13,19KN 13,19KN 13,19KN 13,19KN 13,19KN 13,19KN 13,19KN 13,19KN 6,59KN
BOTTOMCHORDPROFILWF
IKATANANGINBAWAH
PLATSIMPUL BALOKMELINTANG
POTI-I


BALOKMEMANJANG


Dimensi batang diagonal
Profil yang dipakai : WF 150 x 150 x 7 x 10
Gaya yang terjadi :
N = 23331,18 kg
Panjang tekuk :
Lk
max
Lk = 3,75 x 100 = 375 cm
baut = 19 mm
lubang = 19 + 3 = 22 mm


P


7.2.2. Sambungan
- Sambungan batang diagonal ke pelat simpul
BEAM

50 80 80 80 80 80 80 100 80 80 80 80 80 80 50
Gaya maksimum yang terjadi pada batang
diagonal :
S = 22.216,85 kg
Pakai baut
d = 18 mm BJ 50
Tebal pelat
t = 10 mm BJ 50
Jumlah baut yang dibutuhkan :
S
- n =
D
=
Rn 4768,88
= 4,65 baut 6 baut
- Sambungan pelat simpul ke gelagar melintang
Gelagar melintang WF 900 x 300 x 18 x 34
Gaya maksimum yang terjadi pada batang
diagonal :
P = sin x 22.216,85 kg
= 19.431,29 kg (tekan)
Pakai baut
db = 18 mm BJ 50
Tebal pelat
tp = 10 mm BJ 50
Jumlah baut yang dibutuhkan :
S
- n =
D
=
Rn 4768,88
= 4,07 baut 6 baut
7.3 Portal Akhir
Pembebanan dari portal akhir ini didapat dari :
- reaksi ikatan angin atas
- reaksi ikatan angin bawah
dan untuk beban vertikalnya adalah beban rangka
Beban- beban angin adalah sebagai berikut :
a. beban angin atas (Rc) = (5,4 x 5) + (0,5 x 5,4)
= 29,76 KN
b. beban angin bawah (Ra) = (13,19 x 6) + (0,5 x 13,19)
= 85,745 KN
29,76 KN
RC





85,74 KN
RA
Gambar 7.7 Portal Akhir
20
50
- n = =
Dari perhitungan SAP diperoleh :
Mc = Mg = 9.931,85 kgm
V = 2.381,55 kg
- Sambungan pada gelagar melintang
- n = =
+ 1,00 ..... (LRFD 7.4-
0,03 +
Pu 314.634,60





Mc = Mg = 9.931,85 kgm - Profil gelagar memanjang WF 450 x 300 x 10 x
V = 1.582,51 kg 15
N = 1.628,84 kg - Pelat penyambung tp = 10 mm ; BJ 50
7.3.1

Balok

Portal

Akhir
- Baut db = 20 mm ; BJ 22
Digunakan

profil

WF

250

x

125

x

6

x

9

dengan

mutu

baja

BJ
Jumlah baut yang diperlukan.
Pu 14.466,5
Vd 9.420
= 1.5 baut 3 baut
N = 1.576,48 kg
Jumlah baut yang diperlukan.
Vu Vn
2.381,55 0,9 x 26.100
2.381,55 23.490 OK!!
Balok kuat terhadap geser !!!
7.3.2 Kolom Portal Akhir
Beban yang bekerja pada kolom portal yang diperoleh dari
SAP :
Pu = 23.535,25 kg
V = 1576,48 kg
M = 9.931,85 kgm
Digunakan profil WF 400 x 400 x 13 x 21 dengan mutu baja
Kontrol terhadap kolom
Pu 14.466,5
Vd 4.710
= 3.07 6 baut (2 sisi)
masing masing sisi 3 buah baut

GELAGARMEMANJANGWF450.300.10.15
GELAGARMELINTANGWF900.300.18.34


BAUTD20 PROFILSIKUL150.150.10
Pu
2
c
Pn

Mux

b
Mnx

+
Muy

b
Mny



Gambar 8.1 Sambungan Gelagar Melintang
7a) Memanjang


993.185
0,9 x 10.440.000
+
992.343
0,9 x 4.915.500
8.2 Sambungan Gelagar Melintang Batang
Horizontal Bawah
0,03 + 0,33 1,00
0,36 1,00 .OK
Dari perhitungan kontrol di atas maka profil yang
digunakan kuat sebagai portal
a. Sambungan balok ke rangka utama

WF 400.400.13.21
WF 250.125.6.9
DIAGONAL







RANGKABAWAH
B/1







B/1


PELATt=20mm
P = 314.634,60 kg

Baut 19 mm
Last10mm
Alat sambung yang digunakan adalah :
- Baut db = 24 mm; BJ 50
- Pelat buhul tp = 20 mm; BJ 50
- Jumlah baut yang dibutuhkan
Gambar 7.9 Sambungan Balok ke Rangka Utama
Mu = 993.185 kgcm

Mn=993.457,4 kgcm....OK
Sambungan tersebut cukup kuat menerima beban
geser + lentur.
n = =
Vd 16.956
= 18,5 20 baut
8.3 Sambungan Konstruksi Rangka

BAB VIII

48

47
44 43 42

41

40

39

38
PERHITUNGAN SAMBUNGAN dan PERLETAKAN
8.1 Sambungan Gelagar Melintang Gelagar Memanjang
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 24 25 26 27 28 2930 3132 33 34 35 36 37
Data data perencanaan :
- Profil gelagar melintang WF 900 x 300 x 18 x 34
49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60


21
G
/ 2



G/2

E/2
G
/ 2


E/2


F/2


F/2


G/2
E/2
E/2
Pu 323.437,47
Pu 285508,27
Pu 250.365,27






RANGKAATAS
8.3.1 Sambungan Batang Atas E/1
RANGKAATAS
G/1


PELATt=20mm


PELATt=20mm
DIAGONAL


E/1
IKATANANGINATAS

DIAGONAL
G/1

a. Segmen 43
T = 323.437,47 kg
Profil WF 400 x 400 x 20 x 35
Baut db = 24 mm ; BJ 50
Pelat tp = 20 mm ; BJ 50
Jumlah baut yang dibutuhkan
n = =
Vd 8.478
= 38,15 baut 40 baut
Jadi baut untuk tiap flens digunakan sebanyak 40
buah baut.
b. Segmen 44 dan 42
T = 285508,27 kg
Profil WF 400 x 400 x 20 x 35
Direncanakan :
Baut db = 24 mm ; BJ 50
Pelat tp = 20 mm ; BJ 50
- Jumlah baut yang dibutuhkan
n = =
Vd 8.478
= 33,67 36 baut
d. Segmen 46 dan 40
F/1



IKATANANGINATAS
RANGKAATAS




PELATt=20mm

DIAGONAL
G/1






G/1
PELATt=20mm
DIAGONAL
F/1
Gaya yang diterima penampang busur :
T = 250.365,27 kg
Profil WF 400 x 400 x 20 x 35
Direncanakan :
Baut db = 24 mm ; BJ 50
Pelat tp = 20 mm ; BJ 50
T = 310212,57 kg
Profil WF 400 x 400 x 20 x 35
Baut db = 24 mm ; BJ 50
Pelat buhul tp = 20 mm ; BJ 50
- Jumlah baut yang dibutuhkan
- Jumlah baut yang dibutuhkan
n = =
Vd 8.478
= 29,53 32 baut
e. Segmen 47 dan 39
n =
Pu
Vd
=
310.212,57
8.478
RANGKAATAS
E/1
= 36,5 40 baut
Jadi baut untuk tiap flens digunakan sebanyak 40
buah baut.
c. Segmen 45 dan 41
DIAGONAL
PELATt=20mm
IKATANANGINATAS

E/1
T = 202.332,44 kg
Profil WF 400 x 400 x 20 x 35
Direncanakan :
Baut db = 24 mm ; BJ 50
22
Pu 297.495,918
Pu 125.228,31





Pelat tp = 20 mm ; BJ 50
- Jumlah baut yang dibutuhkan





= 38 baut 40 baut
b. Segmen 53 & 56
n =
Pu
Vd
=
202.332,44
8.478
DIAGONAL
B/1
= 23,86 24 baut
PELATt=20mm


f. Segmen 48 dan 38
RANGKAATAS
D/1
RANGKABAWAH
B/1
T = 297.495,918 kg
Profil WF 400 x 400 x 20 x 35
Baut db = 24 mm ; BJ 50
Pelat tp = 20 mm ; BJ 50
PELATt=20mm
- Jumlah baut yang dibutuhkan


PORTALAKHIR
T = 125228,31kg

D/1

DIAGONAL
n = =
Vd 8.478
= 35,09 baut 36 baut
c. Segmen 52 & 57
Profil WF 400 x 400 x 20 x 35
Direncanakan :
Baut db = 24 mm ; BJ 50
Pelat tp = 20 mm ; BJ 50
- Jumlah baut yang dibutuhkan
n = =
Vd 8.478
= 14,7 baut 16 baut
DIAGONAL






RANGKABAWAH
B/1







B/1



PELATt=20mm
8.3.2 Sambungan Batang Bawah
a. Segmen 54 & 55
B/1
DIAGONAL





PELATt=20mm
T = 264.706,66 kg
Profil WF 400 x 400 x 20 x 35
Direncanakan :
Baut db = 24 mm ; BJ 50
Pelat tp = 20 mm ; BJ 50
- Jumlah baut yang dibutuhkan
n =
Pu
Vd
=
264.706,66
8.478
= 31,22 baut 32 baut
RANGKABAWAH

B/1
Jadi baut untuk tiap flens digunakan sebanyak
32 buah baut.
Gaya yang diterima penampang rangka bawah:
T = 314.634,60 kg
Profil WF 400 x 400 x 20 x 35
Direncanakan :
Baut db = 24 mm ; BJ 50
Pelat tp = 20 mm ; BJ 50
- Jumlah baut yang dibutuhkan
d. Segmen 51 & 58
n =
Pu
Vd
=
314.634,60
8.478
23

E/2

E/2
Pu 223.027,33 5
Pu 123.224,95






DIAGONAL






B/1





Baut db = 24 mm ; BJ 50
Pelat buhul tp = 20 mm ; BJ 50
- Jumlah baut yang dibutuhkan
PELATt=20mm
n =
Pu
Vd
=
135.395,52
8.478
= 15,97 baut 16 baut
8.3.3 Sambungan Batang Diagonal
a. Segmen 4-5 & 36-37
RANGKABAWAH
B/1
D/1
RANGKAATAS
T = 223.027,335 kg
Profil WF 400 x 400 x 20 x 35
Direncanakan :
Baut db = 24 mm ; BJ 50
Pelat tp = 20 mm ; BJ 50
- Jumlah baut yang dibutuhkan
n = =
Vd 8.478
= 26,31 baut 32 baut
e. Segmen 50 & 59
B/1
DIAGONAL

PELATt=20mm
PELATt=20mm

DIAGONAL
D/1
PORTALAKHIR

Gaya yang diterima rangka diagonal :
T = 178.820,14 k
Direncanakan :
Baut db = 24 mm ; BJ 50
Pelat buhul tp = 20 mm ; BJ 50
- Jumlah baut yang dibutuhkan
n =
Pu
Vd
=
178.820,14
8.478
= 21,45 baut 24 baut
RANGKABAWAH
T = 163.197,539 kg
B/1
b. Segmen 6-7 & 34-35
Profil WF 400 x 400 x 20 x 35
Direncanakan :
Baut db = 24 mm ; BJ 50
Pelat tp = 20 mm ; BJ 50
- Jumlah baut yang dibutuhkan
Gaya yang diterima rangka diagonal :
T = 123.224,95 kg
Profil WF 400 x 400 x 15 x 15
Direncanakan :
n =
Pu
Vd
=
163.197,53 9
8.478
RANGKAATAS
E/1
= 19,25 baut 20 baut
f. Segmen 49 dan 60

DIAGONAL
DIAGONAL



E/1
PELATt=20mm
IKATANANGINATAS



PERLETAKANBAJA
PELATt=20mm



RANGKAHORISONTALBAWAH
Baut db = 24 mm ; BJ 50
Pelat tp = 20 mm ; BJ 50
- Jumlah baut yang dibutuhkan
n = =
Vd 8.478
= 14,54 baut 16 baut
c. Segmen 8-9 & 32-33
T = 135.395,52 kg
Profil WF 400 x 400 x 20 x 35
Direncanakan :
24

F/2
G
/ 2


F/2

F/2

F/2

G/2
E/2
E/2






F/1





Pelat tp = 20 mm ; BJ 50
- Jumlah baut yang dibutuhkan
n =
Pu
Vd
=
46.228,87
8.478
IKATANANGINATAS
PELATt=20mm
= 5,45 baut 6 baut
d. Segmen 24-25& 26-27
DIAGONAL
F/1
T = 87.041,39 kg
Profil WF 400 x 400 x 15 x 15
Direncanakan :
Baut db = 24 mm ; BJ 50
Pelat tp = 20 mm ; BJ 50
- Jumlah baut yang dibutuhkan
RANGKAATAS





PELATt=20mm
G/1
n =
Pu
Vd
=
87.041,39
8.478
DIAGONAL G/1
= 10,26 baut 10 baut
d. Segmen 10-11 & 30-31
F/1
T = 33.705,25 kg
Profil WF 400 x 400 x 15 x 15
Direncanakan :
Baut db = 24 mm ; BJ 50
Pelat tp = 20 mm ; BJ 50
- Jumlah baut yang dibutuhkan

IKATANANGINATAS
n =
Pu
Vd
=
33.705,25
8.478

DIAGONAL

T = 74.238,24 kg


F/1
PELATt=20mm
= 3,97 baut 4 baut
8.4 Kontrol Pelat simpul
Profil WF 400 x 400 x 15 x 15
Direncanakan :
Baut db = 24 mm ; BJ 50
Pelat tp = 20 mm ; BJ 50
- Jumlah baut yang dibutuhkan
V25=33705,25KG V26=33705,25KG
n =
Pu
Vd
=
74.238,24
8.478
= 8,78 baut 10 baut
V54=314634,60KG V55=314634,60KG
d. Segmen 12-13 & 28-29
RANGKAATAS
Gambar 8.3 Gaya gaya pada Pelat simpul
BATANGDIAGONAL
WF.400.400.15.15
E/1

PELATt=20mm


DIAGONAL


PELATt=20mm
IKATANANGINATAS




RANGKABAWAH
WF.400.400.20.35


GarisNetral
E/1
T = 46.228,87 kg
Profil WF 400 x 400 x 15 x 15
Direncanakan :
Baut db = 24 mm ; BJ 50
Gambar 8.4 Detail Sambungan dan Pelat simpul
Direncanakan :
t = 20 mm
h = 1000 mm
mutu plat BJ 41






25
d
2

d
1


S5
S
1

h

S
2

S
2

h

)2 + ( )2 = 1 + (
( 166 .040 ,86 +
8.100.622, 56 2
32 .556 ,77 2
V 379.016,14
( baja L
2r1 = 0,014
1
= 113 .704 .842 kg / cm 3
0, 7 5 x1 0 6 xP 0,75 x10 6 x379016 ,14

L. =
d4 =
35 x113704842
S3





fy = 4100 kg/cm
2

fu = 2500 kg/cm
2

pembuatan

lubang
dengan bor
perlemahan = baut + 1,5mm
= 24mm + 1,5mm = 25,5 mm
Kontrol Kekuatan Pelat





Dari hasil analisa SAP 2000 didapatkan reaksi
perletakan (tengah)
- H = 0 kg
- V = 379.016,58 kg
1) Luas alas kursi / bantalan
Ambil b = 45 cm > 40 cm
Nu Mu Vu
\ Nnt \ Mn \ Vt

856 .080 21 .175 .360 ,2


) +(



390 .402


) =1
2) Tebal kursi dan bantalan
S1 = 0,5 x
3xVxL
= 0,5 x
bx( baja


3x379016,14x50
45x1600
(0,62) < 1......... OK
Jadi kekuatan pelat memnuhi terhadap beban yang bekerja
8.5 Perencanaan Perletakan
- Direncanakan perletakan baja
- Mutu baja = BJ 50
- Mutu beton = fc 35 Mpa = 350 kg/cm
Perletakan tepi (sendi)
Dari hasil perhitungan didapatkan :
S1 = tinggi pelat penumpu atas sendi = 14 cm
S2 = tebal pelat pemumpu perletakan = 4,5 cm
S3 = tebal pelat penyokong Vertikal = 5 cm
S4 = tebal pelat vertikal penumpu = 3,5 cm
S5 = tebal pelat lengkung penumpu = 5 cm
4) Perhitungan diameter engsel
Didapatkan L = 50 cm
r = 0,8 x = 0,8 x = 3,79 cm
1600x50
d1 = 2.r = 2 x 3,79 = 7,58 cm
diambil diameter = 8 cm
d2 = d1 + (2 x 2,5) = 7,58 + (2 x 2,5) = 12,5 cm
= 14,05 cm
Ambil S1 = 14 cm
3) Garis tengah gelinding
Direncanakan jari-jari gelinding (r1) = 35 cm
=

= 0,75.10
6
.
p.


L
= 0,75.10
6
.
379 . 016 ,14 x0 , 014
35


2
= 71 cm 70 cm
d5 = d4 + (2x2,5) = 70 + (2.2,5) = 75 cm
d6 ambil 5,3 cm
d3 =
d2
4
= 3,125 3 cm
L = 50 cm
b = 45 cm




d3


Gambar 8.6 : perletakan tepi ( ROL)
L
BAB IX
STRUKTUR BAWAH JEMBATAN
9.1 Abutment Tepi arah Glenmore
Perhitungan daya dukung tiang kelompok :


L
S4
S3 S3

b
Gambar 8.5 : Perletakan Tepi ( SENDI)
Perletakan tepi (Rol)
26
= = = 152.290,41kg
VA = =
( ) 604 404 =
Ha = .a
+ + Pv =
X 2 n Y
Ha =
H =





sb. x

Tiangpancang60cm

sb. y




Gambar 9.6 Konfigurasi Tiang Group
9.1.6.1 Perhitungan beban
1. Beban mati (Wt) = 609.161,63 kg
Wt 609.161,63
jumlah perletakan 4





y
2
= 170,1 m
2

X max = 4,5 m
Y max = 3 m
a. Kombinasi IV :
Pmax = 36,097 ton
Pmin = -25,96 ton
9.1.6.3 Kontrol Kekuatan Tiang
Dari Spesifikasi Wika Pile Classification (Daya
Dukung Pondasi Dalam oleh Dr. Ir. Herman Wahjudi)
direncanakan tiang pancang beton dengan :
- Diameter : 60 cm
- Tebal : 10 cm
- Kelas : C
- fc : 600 kg/cm
2

- Allowable axial : 211,60 ton
2. Beban Hidup
185.750 185.750
jumlah abutmen 2
3. Ta ( Tekanan Tanah )
Ta = 214,379 ton
4. Gaya Gesek ( HL )
HL = 100.486,75 kg 100,486 ton
5. Gaya Rem ( Rm )
Rm = 10 ton
6. Beban Angin ( A )
A = 8000,5 kg 8 ton
7. Gaya Gempa ( Hg)

= 92.875kg
- Bending moment crack : 29,00 t-m
- Bending moment ultimate : 58,00 t-m
- Modulus elastisitas (E)
= wc
1,5
. 0,043 . fc' = 2.400
1,5
x 0,043 x 60
= 39.161,647 MPa
= 391.616,465 kg/cm
2

- Momen inersia (I)
1
64
= 510.508,806 cm
4

9.1.6.4 Kontrol terhadap gaya aksial
Pv max= 36,097 ton < Pijin = 211,60 ton OK
Hgatas = 35,478 ton
Hgbawah = 91,374 ton
8. Tekanan tanah akibat gempa ( Tag )
Tag = 214,708 t
Kombinasi I = M + H + Ta
Kombinasi II = M + Ta + Gg + A
Kombinasi III = Komb.I + Rm + Gg + A
Kombinasi IV = M + Ta + Hg + Tag
Kombinasi V = M + Hg + Gg + A
Kombinasi VI = M + Ta
Didapat kombinasi pembebanan terbesar yaitu kombinasi IV
V = 152,290 ton
Hy = 555,939 ton
Hx = 126,852 ton
My = 1274,925 ton-m
Mx = 483,555 ton-m
9.1.6.2 Perhitungan beban vertikal ekivalen (Pv)
Perhitungan beban vertikal ekivalen (Pv) akibat beban
vertikal (V), horisontal (H) dan momen (M) pada kepala tiang
(poer) adalah sebagai berikut :
V Mx .Ymax My.Xmax
2
n = jumlah tiang dalam group = 30 buah
x = jarak sebuah tiang dengan sumbu netral grup
tiang
M = Momen pada kepala pondasi
x
2
= 38,88 m
2

- Kontrol terhadap gaya lateral
Daya dukung mendatar dihitung dengan
perumusan :
k.D

dimana :
k = 0,2.Eo. D
-3/4
.y
-1/2

= 0,2.(28.N).D
-3/4
.y
-1/2

= 0,2.(28.5).60
-3/4
.1
-1/2

= 1,298 kg/cm
3

k D
= 4
4 EI
1,298 x 60
= 4
4 x 391.616,465 x 510.508,806
= 0,00314 cm
-1

Sehingga :
1, 298 60
x 1
0,00314
= 24.802,55 kg = 24,8 ton
190,066
7,5
= 15,839 ton < Ha OK
- Kontrol terhadap gaya momen

27
Mm = 0,2079.Mo = 0,2079.
Mm = 0,2079.
0,85 x fc' x 1 600
x
0,85 x 35 x 0,81 600
H ( e + Zf )
)min = = 0,00389 0,004
Rn =
fy 360
m

1 1 2 x 12,101x 1,418 =
12,101








Momen maksimum pada tiang pancang dihitung
dengan perumusan :
H

2.

Perhitungan momen maksimum :
15,839
2.0,276






)balance = x
fy 600 + fy
=
360 600 + 360
= 0,0418
)max = 0,75 x )balance ..... SNI 03 - 2847 - 2002 Ps.
12.3.3
= 5,955 t-m < Mcrack = 29 t-m OK
- Kontrol defleksi
Deflection at head untuk fixed-headed pile,
3
Y =
12 EI
= 0,0314
1,4
fy




Mx




sb. x

Zf = 1,8 T = 1,8 x
5

EI
n
h
Tiang pancang 60 cm
My
sb. y
Nh untuk lempung = 350 KN/m
3
= 3,433 kg/cm
3


Zf = 1,8 x
5

391.616,465 x 510.508,806
3,433
= 256,055 cm = 2,561 m

Y =
H ( e + Zf
12 EI
)
3


=
P P
Gambar 9.8 Asumsi Perencanaan Penulangan Pilecap
a. Koefisien Ketahanan
15,839 (0 + 2,561)
3

12 x 391.616,465 x 510.508,806
Mu
x b x d
2

= 0,81 N/mm
2

=
1.258.250.000
0,85 x 1.000 x 1.352
2

= 1,11 10
-5
m = 0,001 cm
Y < Ymaks = 1 cm OK
9.1.7 Perencanaan Tulangan Abutment Dan Pilecap
9.1.1.1 Penulangan pilecap
Data perencanaan :
- fc = 35 MPa
- fy = 360 Mpa
- q = Lebar pilecap x tinggi pilecap x beton
= 11 x 1,5 x 2,4 = 39,6 t/m
- P = Dari gaya reaksi PV 1 tiang = 56,81 ton
Berat Poer = 1,5 x 3 x 2,4 = 10,8 ton
Mu = Ptiang pancang x (0,5 + 2) berat poer x 1,5
= (56,81 x 2,5) (10,8 x 1,5) = 125,825 ton-
m
= 1.258.250.000 Nmm
- Tebal plat = 1,5 m
- Diameter tul utama = 32 mm
- Diameter tul memanjang = 32 mm
- Selimut beton = 100 mm
d = t - selimut beton - 0,5 |utama - |memanjang
= 1.352 mm
m = =
0,85 fc' 0,85 x 35
= 12,101
)perlu =
1

1 1
2 m Rn

fy


1
=
360
0,0025
Syarat :
)min < )perlu < )max
) alternatif = 4/3 * ) perlu
= 0,003
Pakai )min = 0,004
b. Luas Tulangan
As perlu = ) x b x d
= 0,004 x 1.000 x 1.352
= 5.408 mm
2

Digunakan tulangan | 32 - 140 mm (As = 5.744,627
mm
2
)
Untuk tulangan memanjang :
As perlu = ) x b x d
28
Vc = 0,6 x 1 fc' bw d
= 0,6 x 1 35 x 1.000 x 1.352
2 m Rn



1 1
12,101
2 x 12,101 x 1,507







= 0,002 x 1.000 x 1.352
= 2.704 mm
2

Digunakan tulangan | 32 - 280 mm (As = 2.872,313
mm
2
)
c. Kontrol geser poer
Gaya geser yang terjadi :
Vu = Jumlah reaksi tiang/lebar pile cap
= 56,81 x 8/11 = 41,316 ton ( per meter lebar)
Vu = 41,316 ton = 413,16 kN
Kekuatan beton :
6
6
= 799.853,987 N
= 799,854 kN
Vu < Vc Tidak perlu tulangan geser.
Pasang tulangan geser praktis 18 400 mm
9.1.7.2 Penulangan dinding abutment
- Mmax = 483,555tm = 4,835.10
10
Nmm
- Tebal dinding abutment = 200 cm
- Diameter tul utama = 32 mm
- Diameter tul mmanjang = 32 mm
- Selimut beton = 100 mm
dx = t selimut beton 0,5 |utama |memanjang
= 1.852 mm





Dipakai )min = 0,0043
b. Luas Tulangan
As perlu = ) x b x d
= 0,0048 x 11.000 x 1.852
= 87.599,6 mm
2

Digunakan tulangan | 32 125 mm
(As = 87.736,115 mm
2
)
Untuk tulangan memanjang digunakan :
As perlu = x b x d
= 0,001945 x 12.000 x 1.752
= 40.891,68 mm
2

Digunakan tulangan | 32 - 200 mm
(As = 48.254,863 mm
2
)
)balance =
0,85 x fc' x 1
fy
x
600
600 + fy
=
0,85 x 35 x 0,81
360
x
600
600 + 360
= 0,0418
)max = 0,75 x )balance..... (SNI 03 - 2847 - 2002 Ps.
12.3.3)
= 0,0314
)min =
1,4
fy
= 0,00389 0,004
a. Koefisien Ketahanan
Rn =
Mu
x b x d
2

=
4,835.10
10

0,85 x 11.000 x 1.852
2

= 1,507 N/mm
2

m =
fy
0,85 fc'
=
360
0,85 35
= 12,101
)perlu =
1

1 1
m



fy
=
1


360

= 0,0043
Syarat :
)min < )perlu < )max
29

Anda mungkin juga menyukai