Anda di halaman 1dari 9

FREKUENSI PEMBERIAN PUPUK SUSULAN TERBAIK BAGI CABAI VARIETAS CTH-01, LARIS, OR-TWIST, DAN TM-999 Oleh: Setyo

Indroprahasto dan Riandini Madyasari* ABSTRACT In order to support the chilli production from more than 20 times harvesting farmer usually gives extra fertilizer in the form of kocoran (given together with crop watering). Chilli watering frequency is given in every 7 days on the dry season and every 10 days on the rainy season. The experiment of watering frequency on 4 varieties of chilli has been done since December 2004 until May 2005 in the subvillage of Ngepas Lor, Donoharjo village, Ngaglik sub-district, in the regency of Sleman. The experiment was arranged in Split-plots Design with the main plots examined the responses of 4 chilli varieties (CTH-01 (VCT) , Laris (VLR), OR-Twist (VTW), and TM-999 (VTM)), while the subplots consisted of watering frequency, which consisted of 2 levels of application (F07 for every 7 days and F10 for every 10 days watering frequency). Each combinations were then replicated 3 times, so there were total of 24 experiment units. The results showed that there was found significant interaction between the two factors examined. Individually CTH-01 yields better with 7 days watering frequency (6,94 tons/ha), so does Laris (5,16 tons/ha) and TM-999 (8,72 tons/ha), while OR-Twist yields better on 10 days watering frequency (7,95 tons/ha). The best productivity was showed by TM-999 and followed by OR-Twist, CTH-01, and Laris. Keywords: Watering frequency, chilli varieties, extra fertilizer

PENDAHULUAN Cabai atau cabe merah atau lombok (bahasa Jawa) adalah buah dan tumbuhan anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat populer di Asia Tenggara sebagai penguat rasa makanan. Bagi seni masakan Padang, cabai bahkan dianggap sebagai "bahan makanan pokok" kesepuluh (alih-alih sembilan). Sangat sulit bagi masakan Padang dibuat tanpa cabai (Anonim, 2007). Meskipun harga pasar cabai sering berfluktuasi cukup tajam, namun hal ini tidak menurunkan minat petani dan pengusaha untuk membudidayakannya. Sentra produksi cabai di Indonesia adalah pulau Jawa, dan mulai dikembangkan di daerah di luar pulau Jawa. Luas areal panen cabai pada tahun 1997 mencapai 161.602 Ha dengan produksi 801.832 ton. Data tahun 1992 menunjukkan bahwa ekspor cabai segar pada tahun tersebut hanya mencapai 90.320 kg, dengan tujuan ekspor ke negara Malaysia dan Singapura. Jumlah ini merupakan kontribusi yang sangat kecil jika dibandingkan dengan volume cabai yang diperdagangkan di pasaran internasional mencapai 30.000 - 40.000 ton per tahun (Santika, 1999). Negara-negara pengekspor cabai yang utama adalah India, Pakistan, Bangladesh, Cina, dan Singapura. Hal ini menunjukkan bahwa cabai mempunyai potensi pemasaran baik untuk tujuan domestik maupun tujuan ekspor (Anonim, 2001). Berdasarkan hasil pengamatan, harga cabai mencapai puncaknya secara periodik tahunan pada hari raya dapat mencapai antara Rp.30.000 Rp.50.000 per kg, padahal dengan harga normal pada kisaran
*) Fakultas Pertanian Institut Pertanian (INTAN) Yogyakarta

Rp.4.000 Rp. 5.000 per kg usahatani cabai masih layak diusahakan (Anonim, 2003). Demam bertanam cabai secara nasional di Indonesia terjadi sejak krisis moneter pada tahun 1997. Agribisnis mulai banyak berkembang, terutama yang menghasilkan produk untuk ekspor, sedangkan sebagian besar sarana produksinya tersedia secara lokal. Fluktuasi pasokan cabai dipengaruhi oleh musim di samping secara umum dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Pada musim penghujan pasokan cabai cenderung menurun karena besarnya biaya yang diperlukan untuk mengatasi masalah organisme pengganggu tanaman maupun kendala produksi lainnya. Pengembangan produksi cabai pada musim penghujan ini biasanya dilakukan melalui pemilihan varietas cabai yang relatif tahan terhadap kendala produksi yang muncul pada musim ini dan juga melalui pengaturan frekuensi pemberian pupuk susulan yang diberikan bersamaan dengan air penyiraman (di lokasi penelitian penyiraman air ini dikenal sebagai kocoran). Kocoran pada tanaman cabai selain ditujukan untuk menjamin ketersediaan air bagi pertumbuhan tanaman juga biasa diberikan dengan tambahan pupuk susulan. Karena panen buah cabai biasa dilakukan secara bertahap pemberian pupuk susulan ini dianggap penting sebagai pengganti ketersediaan beberapa jenis hara makro yang mudah hilang segera setelah pemberiannya, baik karena tercuci, menguap, atau oleh sebab lainnya. Dengan demikian jelas bahwa pemberian pupuk susulan melalui kocoran ini biasa dilakukan dengan dosis yang tidak besar, tetapi dengan frekuensi yang sering, menyesuaikan periode pemetikan (panen) buahnya. Di sisi yang lain frekuensi kocoran yang terlalu sering di musim hujan dapat mengakibatkan tanah menjadi becek, sehingga aerasi tanah menjadi terganggu di samping dapat berakibat munculnya beberapa organisme pengganggu tanaman, khususnya dari golongan jamur. Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan tiga permasalahan sebagai berikut: 1.Dari 4 varietas cabai yang diuji CTH-01, Laris, OR-Twist, dan TM-999, varietas manakah yang memberikan produksi tertinggi bila dibudidayakan pada musim penghujan? 2.Frekuensi kocoran 7 hari sekali atau 10 harikah yang sesuai untuk keempat varietas cabai yang diuji? 3.Apakah terdapat interaksi yang signifikan antara varietas dan frekuensi kocoran tersebut?

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Cabai Cabai atau lombok termasuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae) dan merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah ataupun di dataran tinggi. Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A dan C serta mengandung minyak atsiri capsaicin, yang menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan panas bila digunakan untuk rempah-rempah (bumbu dapur). Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai untuk kebutuhan sehari-hari tanpa harus membelinya di pasar. Tanaman cabai cocok ditanam pada tanah yang kaya humus, gembur dan sarang serta tidak tergenang air ; pH tanah yang ideal sekitar 5 - 6. Waktu tanam yang baik untuk lahan kering adalah pada akhir musim hujan (Maret - April). Untuk memperoleh harga cabai yang tinggi, bisa juga dilakukan pada bulan Oktober dan panen pada bulan Desember, walaupun ada resiko kegagalan. Tanaman cabai diperbanyak melalui biji yang ditanam dari tanaman yang sehat serta bebas dari hama dan penyakit . Buah cabai yang

telah diseleksi untuk bibit dijemur hingga kering. Kalau panasnya cukup dalam lima hari telah kering kemudian baru diambil bijinya: Untuk areal satu hektar dibutuhkan sekitar 2-3 kg buah cabai (300-500 gr biji). Cabai yang juga dikenal dengan nama pepper mempunyai nama ilmiah Capsicum spp (Rukmana, 1994). Di antara species yang umum dibudidayakan secara komersial di Indonesia adalah cabai besar (Capsicum annuum) dan cabai kecil (cabai rawit atau Capsicum frutescens). Lebih lanjut Nawaningsih, dkk. (1994) mengemukakan bahwa cabai merah dikelompokkan menjadi dua golongan yang besar, yaitu cabai merah besar dan cabai merah keriting. Cabai merah besar yang dibudidayakan biasa diberi nama sesuai dengan nama tempat dan daerah pembudidayaannya, misalnya Capsicum annuum, L. Dari Brastagi, Semarang, Indragiri, atau Pamanukan. Cabai hibrida yang termasuk golongan cabai besar yang telah banyak beredar antara lain OR-Korin, CTH, TM-999, Hero, Long Chilli, Hot beauty, dan Paprika. Cabai merah varietas CTH-01 merupakan salah satu cabai hibrid yang mempunyai beberapa keunggulan, di antaranya adalah produksi tinggi (7,5 15 ton/ha), buah mulai masak pada umur 85 hst, bentuk buah keriting, dan dapat ditanam dengan populasi hingga 23.000/ha (Prajnanta, 2003). CTH-01. Cabai keriting hibrida ini mempunyai bentuk buah yang benar-benar keriting. Cabai ini mulai banyak ditanam petani, meskipun selama ini pengembangannya masih bertumpu pada daerah dataran rendah, namun cabai CTH-01 pun sebenarnya mampu berproduksi dan tumbuh dengan baik di datar*an menengah hingga tinggi. Cabai ini cocok untuk konsumsi segar maupun dikeringkan. Cabai merah hibrid lainnya adalah OR-Twist, varietas ini sangat kuat, akarnya berkembang dengan cepat, tahan terhadap kekurangan kalsium dan serangan penyakit. Rasa cabai ini sangat pedas. Cabai merah hibrida dari varietas TM-999 tergolong tanaman yang tumbuh kuat dan tinggi, tanaman ini terus-menerus berbunga, sehingga waktu panennya lama. Umur panennya 90 hst (di dataran rendah) sampai 105 hst (di dataran tinggi). Benihnya diproduksi oleh Hung Nong Seed, Korea. Cabai merah lokal Laris mempunyai pertumbuhan yang kompak, seragam, berbuah langsing dan mengkilat. Buahnya bewarna merah cerah, besar, dan pedas (Prajnanta, 1991). Pembungaannya berlangsung terusmenerus sehingga dapat dipanen dalam jangka waktu yang panjang. Ukuran buahnya 12.5 cm x 0.8 cm dengan berat buah 5-6 g. Rasanya sangat pedas, cocok untuk digiling dan dikeringkan. Pemberian Pupuk Susulan Pemberian pupuk pada pertanaman cabai dapat dibedakan menjadi dua garis besar, yaitu pupuk dasar berupa pupuk kandang dengan dosis 10-15 ton/ha, pupuk susulan yang dapat berupa campuran antara pupuk hara makro majemuk dan pupuk tunggal yang selanjutnya dilarutkan dalam air penyiraman, dan pupuk hara mikro yang diberikan melalui permukaan daun (biasa dikenal sebagai pupuk daun). Setiadi mengemukakan bahwa selain pemberian pupuk majemuk NPK, maka diperlukan pula tambahan pupuk tunggal baik yang berupa urea, ZA, TSP, KCl, maupun ZK. Pupuk susulan yang diberikan bersamaan dengan kocoran sebaiknya diberikan dalam bentuk pupuk yang mudah larut dalam air (KNO3 dan DAP). Pupuk KNO3 (Kalium Nitrat) adalah pupuk majemuk yang tersusun oleh unsur N (13%) dan K (K2O sebanyak 44%. Pupuk DAP (Diamonium Phosphate) merupakan pupuk majemuk lain yang tersusun oleh 18% unsur Nitrogen dan 46% unsur fosfat (P). Pupuk ini bersifat mudah larut dengan reaksi

fisiologis yang netral (Lingga, 1992) Hipotesis 1.Terdapat interaksi yang signifikan antara pengaruh frekuensi pemberian pupuk susulan dan varietas cabai yang diuji 2.Terdapat perbedaan produktivitas yang signifikan di antara empat varietas cabai yang diuji

METODE PENELITIAN Rancangan Perlakuan Penelitian ini dirancang untuk dapat menguji dua faktor yang diduga berpengaruh terhadap produksi cabai yang dihasilkan, yaitu varietas yang terdiri atas empat aras (CTH-01 VCT, Laris VLR, OR-Twist-VTW, dan TM-999-VTM) dan frekuensi kocoran (7 hari sekali F07 dan 10 hari sekali F10). Dari kedua faktor yang diuji tersebut diperoleh 8 kombinasi perlakuan, sehingga bila setiap kombinasi perlakuan tersebut diulang 3 kali perlu dipersiapkan 24 unit percobaan. Kombinasi perlakuan tersebut disajikan dalam tabel berikut: Tabel 1. Kombinasi Perlakuan Varietas Frekuensi kocoran F07 VCT VLR VTW VTM VCT - F07 VLR - F07 VTW - F07 VTM - F07 F10 VCT - F10 VLR - F10 VTW - F10 VTM - F10

Rancangan Percobaan Dalam rangka penyederhanaan aplikasi perlakuan dan sekaligus untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan di dalam aplikasi perlakuan, maka percobaan disusun dalam Rancangan Petak Terbagi (RPT) dengan varietas sebagai petak utamanya dan frekuensi kocoran sebagai anak petaknya.

Variabel yang Diukur Variabel yang diukur meliputi jumlah buah per tanaman, berat buah per tanaman, dan panjang buah

Metode Analisis Pengaruh masing masing faktor dan interaksinya dianalisa dengan analisis sidik ragam, sedangkan perbedaan antar aras dianalisis dengan uji lanjut Duncans Multiple Range Test (DMRT). ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisis Varian Tabel 2. Analisis Varian Variabel yang Diuji Sumber Variasi V (Varietas) F (Frekuensi Kocoran) VxF (Interaksi) JBh * ns ns BBh ns * * PBh ns ns ns

Dari analisis varian tersebut dapat diketahui bahwa interaksi pengaruh varietas dan frekuensi pemberian kocoran hanya signifikan pada variabel berat buah per tanaman, tetapi tidak signifikan pada variabel jumlah buah dan panjang buah. Jumlah dan panjang buah secara signifikan dipengaruhi oleh varietasnya. Jumlah Buah Dari analisis uji lanjut DMRT tersebut terlihat bahwa jumlah buah per tanaman varietas OR Twist (VTW) dan TM-999 (VTM) adalah paling banyak (lebih dari 84 buah per tanaman), diikuti oleh varietas CTH-01 (VCT; 52 buah per tanaman), dan varietas Laris (44 buah per tanaman).

Tabel 3. Jumlah Buah per Tanaman Berat Buah Tabel 4. Berat Buah per Tanaman (g) Dari tabel 4 tersebut terlihat bahwa berat buah per tanaman terbesar dihasilkan oleh varietas TM999 (VTM; 350,07 g), yang diikuti secara berturut-turut oleh varietas OR-Twist (VTW; 319,26 g), varietas CTH-01 (VCT; 278,79 g), dan Laris (VLR; 207,20 g). Dari tabel berat buah tersebut dapat pula diketahui bahwa varietas CTH-01, Laris, dan TM-999 lebih sesuai dengan kocoran 7 hari sekali,

sedangkan varietas OR Twist lebih sesuai dengan kocoran 10 hari sekali.

Panjang Buah Tabel 5. Panjang Buah (cm) Dari tabel 5 tersebut terlihat bahwa meskipun terdapat perbedaan panjang buah pada masingmasing kombinasi faktor, tetapi secara statistik perbedaan tersebut tidak signifikan. Produksi Buah per Hektar Bila lahan per hektar dapat ditanami dengan 20.000 tanaman cabai, maka dari berat buah per tanaman dapat dikonversikan menjadi produksi buah per hektar sebagai berikut: Tabel 6. Produksi Buah per Hektar (ton, konversi) Dari tabel 6 dapat diprakirakan bahwa dari percobaan di lapang produksi terbaik varietas TM999 (VTM) yang dapat mencapai 8,72 ton per hektar, sedangkan varietas lain lebih rendah dan secara berturut-turut diprakirakan produksinya dapat mencapai 7,95 ton/ha (OR Twist - VTW), 6,94 ton/ha (CTH01 - VCT), dan 5,16 ton/ha (Laris-VLR). Varietas CTH01, Laris, dan TM999 berproduksi lebih banyak dengan kocoran yang lebih sering (7 hari sekali), sedangkan OR Twist berproduksi lebih banyak dengan kocoran 10 hari sekali. PENUTUP Kesimpulan 1.Terdapat interaksi pengaruh varietas dan frekuensi pemberian kocoran pada produktivitas cabai merah yang diuji. 2.Produksi terbaik varietas TM999 (VTM) yang dapat mencapai 8,72 ton per hektar, sedangkan varietas lain lebih rendah dan secara berturut-turut diprakirakan produksinya dapat mencapai 7,95 ton/ha (OR Twist - VTW), 6,94 ton/ha (CTH01 - VCT), dan 5,16 ton/ha (Laris-VLR). 3.Dari produksi buahnya diketahui bahwa pada musim penghujan Varietas CTH01, Laris, dan TM999 berproduksi lebih banyak dengan kocoran yang lebih sering (7 hari sekali), sedangkan OR Twist berproduksi lebih banyak dengan kocoran 10 hari sekali. Saran 1.Dalam pemilihan varietas cabai untuk dibudidayakan pada musim penghujan di lokasi penelitian perlu diperhatikan frekuensi aplikasi/pemberian pupuk susulan yang sesuai untuk masing-masing varietas. 2.Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa varietas cabai yang berproduksi tinggi adalah TM999 (VTM) dan OR Twist (VTW) 3.Untuk mencapai hasil terbaiknya pada musim penghujan TM999 (VTM) lebih sesuai dengan pemberian pupuk susulan 7 hari sekali, sedangkan OR Twist (VTW) lebih sesuai dengan pemberian

pupuk susulan 10 hari sekali.

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2001. Cabai. Lembaga Sumberdaya Informasi IPB. http://www.smecda.com/ukm /new/menu/cabai_merah/pendahuluan.htm _______. 2003. Komoditas Cabai Merah. Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya Online. http://www.tasikmalaya.go.id _______2005. Budidaya Cabai Besar (Capsisum annuum, L.) varietas Cipanas. Dinas Pertanian Propinsi DIY. Balai Pengembangan dan Promosi Agribisnis Perbenihan Hortikultura (BP2APH) Ngipiksari, Kaliurang. Yogyakarta. _______. 2006. Cabe,Cabai, Chili. Indonesiaindonesia.com. http://www.indonesiaindonesia.com/f/883cabe-cabai-chili/?t-883.html= _______. 2007. Cabai - Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia. http://id. wikipedia.org/wiki/Cabai Lingga, P. 1992. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. Nawaningsih, dkk. 1994 . Cabai Hot Beauty. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta Prajnanta. 2003.Mengatasi Masalah Bertanam Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta. Tjahjadi. 1991. Bertanam Cabai. Penerbit Kanisius. Jogjakarta.

Anda mungkin juga menyukai