Anda di halaman 1dari 75

INVENTARISASI JENIS-JENIS BAMBU (Bambusa spp.

) DI
KABUPATEN GOWA











SKRIPSI

Skripsi ajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Sains (S.Si)
Jurusan Biologi pada Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar




Oleh :

A. ST. NORMALASARI ILYAS
NIM. 60300106001






JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2011

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda di bawah ini, menyatakan
bahwa skripsi ini adalah hasil karya penyusun sendiri. Jika dikemudian hari terbukti
bahwa skripsi ini merupakan duplikat, tiruan, dibuat atau dibantu orang lain secara
keseluruhan atau sebagian, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal
demi hukum.

Makassar, 29 Juli 2011
Penulis


A. ST. NORMALASARI ILYAS
NIM. 60300106001

































KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
anugerah, rahmat dan Karunia-Nya yang telah memberikan keselamatan, keridhoan
dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Sains dan
Teknologi Jurusan Biologi Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.
Penulis juga tak lupa mengucapkan shalawat dan Salam kepada Rasulullah
Muhammad SAW, manusia termulia yang telah menunjukkan jalan keselamatan bagi
umat manusia. Untaian doa kepada keluarga Rasulullah Muhammad saw. yang suci
dan para sahabat beliau yang senantiasa setia menjaga amanah, semoga Allah Swt.,
menjadikan merka umat pilihan dan akhli surga.
Melalui kesempatan ini juga, penulis ingin menghaturkan rasa terima kasih
yang setinggi-tingginya kepada pihak-pihak yang telah banyak berjasa dalan
kehidupan penulis, terutama kepada:
1. Ayahanda tercinta Drs. Ilyas Jakariah, SH dan Ibunda tercinta St. Aminah. Untuk
itu, dengan ketulusan hati saya mengucapkan banyak terima kasih kepada mereka
atas dedikasi, kasih sayang, perhatian dan bimbingannya yang tak ternilai
harganya selama ini kepada saya selaku putrinya. Saya juga mengucapkan terima
kasih kepada saudara-saudaraku : Kumala, SH, Fatima, Hasna, Pangeran dan
Angga tanpa kebisingan dan keceriaaan kalian dirumah, terasa sunyi
2. Prof. Dr. H. Qadir Gassing, HT. MS., selaku Rektor Universitas Islam Negeri
(UIN) Alauddin Makassar.
1. Dr. Muh. Halifah Mustami, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Jurusan Biologi Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. Pembantu
Dekan I, II, dan III Fakultas Fakultas Sains dan Teknologi Jurusan Biologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.
2. Fatmawati Nur Khalik S.Si., M.Si. dan Hafsan S.Si, M.Pd, selaku Ketua dan
Sekretaris Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
Negeri (UIN) Alauddin Makassar.
3. Ir. Hj. Hilda Karim, M. P dan Fatmawati Nur Khalik S.Si., M.Si. Masing-masing
selaku Pembimbing I dan II penulis yang selama ini telah meluangkan waktunya
demi memberikan arahan, bimbingan dan petunjuk bagi penulis sehingga tulisan
ini dapat dirampungkan. Sekali lagi, Terimah kasih Bu !.
4. Seluruh dosen dan staff yang ada di Fakultas Fakultas Sains dan Teknologi
Jurusan Biologi Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.
5. Kepala dan warga masing-masing Kecamatan Bontonompo, Kecamatan
Sombaopu, Kecamatan Parangloe, Kecamatan Biring Bulu, dan Kecamatan
Tombolopao, yang telah membantu di lapangan pada saat penelitian.
6. Buat yang terspesial Eyi yang telah banyak membantu dan memberikan
dukungan moril dan material. Sahabat-sahabat terbaikku : Jihad sahabat
seperjuanganku dalam penulisan skripsi ini, Rabanai sahabat petualanganku
selama di lapangan, Angkatan Biologi 06 atas segala dukungan dan kenangan
indah yang kalian berikan selama perkuliahan, Posko KKN Bungungloe, Ana-
Joe, Keluarga Besar Sunardi dan Bunda Sartina yang telah membantu dengan
dukungan dan doa, Dan tidak lupa pula kepada Dra. Syamsiah, M. Si selaku
penguji I yang telah membantu dalam pembuatan kunci detereminasi skripsi ini.
Para blogger yg berpartisipasi dalam webku, seluruh Mahasiswa Jurusan Biologi,
serta orang yang yang telah membantuku yang tidak dapat kesebutkan satu-
persatu..Terima kasih untuk semuanya!
Teriring Doa semoga Allah SWT senantiasa memberikan limpahan rahmat,
kebahagiaan, dan keselamatan kepada pihak yang telah memberikan bantuan kepada
penulis selama menyelesaikan tugas akhir ini. Akhir kata, penulis mengharapkan
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Dan mengenai kekurangan
dalam penulisan ini, harapan penulis dengan adanya kritik dan saran dari semua pihak
agar menjadi bahan pelajaran bagi penulis.

Makassar, 29 Juli 2011
Penulis

A. ST. NORMALASARI ILYAS
NIM : 603 001 06 001




DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ . iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI ......................................................... ....................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix
DAFTAR ILUSTRASI GAMBAR .............................................................. x
ABSTRAK .................................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN 1 - 4
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..... 3
C. Tujuan Penelitian ...... 3
D. Manfaat Penelitian ........ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 - 30
A. Manfaat Bambu ............... 5
B. Taksonomi Bambu ........................................... 17
C. Morfologi Bambu ......... 17
D. Syarat Tumbuh Bambu ......... 28
E. Kabupaten Gowa ...... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 34 36
A. Jenis Penelitian ............................ 34
B. Variabel Penelitian ...... 34
C. Definisi Operasional Penelitian ...................... 34
D. Ruang Lingkup Penelitian .......... 34

E. Prosedur Penelitian .......... 35
F. Teknik Pengumpulan Data ...... 36
G. Teknik Analisis Data ...... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 37 - 57
A. Hasil Penelitian ........ 37
B. Pembahasan ..... 57
BAB V PENUTUP 58
A. Kesimpulan .... 58
B. Saran . 58

DAFTAR PUSTAKA ............. 59
LAMPIRAN LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP














DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Beberapa Contoh Jenis-Jenis Bambu di Indonesia ... 24
Tabel 2.2 Ibu Kota Kecamatan, Jarak dan Luas Kecamatan Tahun 2010 30
Tabel 4.1 Hasil Inventarisasi Morfologi Bambusa spp......... 37



















DAFTAR ILUSTRASI GAMBAR
Gambar 2.1 Hutan Bambu .. 6
Gambar 2.2 Bambusa bambos ......... 11
Gambar 2.3 Bambusa vulgaris .... 12
Gambar 2.4 Dendrocalamus asper .. 13
Gambar 2.5 Dendrocalamus strictus ....... 14
Gambar 2.6 Giganthochloa atroviolacea ........ 15
Gambar 2.7 Giganthochloa pseudoarumdinacea ............ 16
Gambar 2.8 Akar Bambu ......... 18
Gambar 2.9 Batang Bambu ..... 19
Gambar 2.10 Tunas/Rebung Dari Bambusa vulgaris ... 20
Gambar 2.11 Daun Bambu Fase Muda ..... 22
Gambar 2.12 Daun Bambu Fase Dewasa .. 23
Gambar 2.13 Bunga Bambusa spp. ... 24
Gambar 2.14 Dendrocalamus minor ........................................................................ 26
Gambar 2.15 Dendrocalamus giganteus ... 26
Gambar 2.16 Bambusa polymorpha .. 27
Gambar 2.17 Bambusa tulda . 27
Gambar 2.18 Bambusa wamin ... 27
Gambar 2.19 Phylostachys bambusoides . 27
Gambar 2.10 Dendrocalamus brandensii .. 27
Gambar 2.11 Peta Kabupaten Gowa .. 33
Gambar 4.1 Rumpun Bambusa vulgaris . 39
Gambar 4.2 Batang (caulis) Bambusa vulgaris ... 39
Gambar 4.3 Daun (folium) Bambusa vulgaris . 40
Gambar 4.4 Lidah Daun (ligula) Bambusa vulgaris ....... 41
Gambar 4.5 Pelepah daun (vagina) Bambusa vulgaris ... 41
Gambar 4.6 Tunas/Rebung Bambusa vulgaris .... 41
Gambar 4.7 Rumpun Bambusa pallida ... 42
Gambar 4.8 Batang (caulis) Bambusa pallida . 42
Gambar 4.9 Daun (folium) Bambusa pallida ... 43
Gambar 4.10 Lidah Daun (ligula) Bambusa pallida ..... 44
Gambar 4.11 Pelepah Daun (vagina) Bambusa pallida .... 44
Gambar 4.12 Tunas/Rebung Bambusa pallida ...... 44
Gambar 4.13 Rumpun Bambusa apus ... 45
Gambar 4.14 Batang (caulis) Bambusa apus 45
Gambar 4.15 Seludang Batang Bambusa apus ..... 46
Gambar 4.16 Daun (folium) Bambusa apus .............................................................. 46
Gambar 4.17 Lidah Daun (ligula) Bambusa apus ..... 47
Gambar 4.18 Pelepah Daun (vagina) Bambusa apus .... 47
Gambar 4.19 Tunas/Rebung Bambusa apus ..... 48
Gambar 4.20 Rumpun Bambusa multiplex 48
Gambar 4.21 Batang (caulis) Bambusa multiplex . 48
Gambar 4.22 Daun (folium) Bambusa multiplex ... 49
Gambar 4.23 Lidah Daun (ligula) Bambusa multiplex ..... 50
Gambar 4.24 Pelepah Daun (vagina) Bambusa multiplex .... 50
Gambar 4.25 Tunas/Rebung Bambusa multiplex .. 50












ABSTRAK

Nama Penyusun : A. St. Normalasari Ilyas
NIM : 60300106001
Judul Skripsi : Inventarisasi Jenis-Jenis Bambu (Bambusa spp.) di
Kabupaten gowa


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan untuk
mengetahui jenis-jenis bambu (Bambusa spp.) di Kabupaten Gowa. Metode yang
dilakukan adalah purposif, dimana melakukan penjelajahan di daerah penelitian yang
mewakili Kabupaten Gowa yaitu Kecamatan Bontonompo, Kecamatan Sombaopu,
Kecamatan Parangloe, Kecamatan Biring Bulu, dan Kecamatan Tombolopao,
selanjutnya bambu (Bambusa spp.) yang di jumpai diidentifikasi berdasarkan ciri
morfologinya yaitu rumpun, buluh/batang, tunas/rebung, dan daun. Hasil
inventarisasi menunjukkan bahwa di Kabupaten Gowa terdapat 4 jenis Bambusa
yaitu Bambusa vulgaris, Bambusa pallida, Bambusa apus, dan Bambusa mutiplex.

Kata kunci : Inventarisasi, bambu (Bambusa spp.), Kabupaten Gowa.











BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hutan merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan sangat
berperan penting baik sebagai pengatur tata air, menjaga dan memelihara
keanekaragaman hayati maupun penghasil kayu atau non kayu.
1

Bambu merupakan salah satu produk non kayu yang dihasilkan dari hutan.
Bambu mempunyai peranan yang sangat penting yaitu sebagai bahan pembuatan
kertas, sumpit, plywood dari bambu (playwood bamboo), furniture, juga barang-
barang untuk cenderamata karena bambu memiliki sifat-sifat yang baik untuk
dimanfaatkan, antara lain batangnya kuat, ulet, lurus, rata, keras, mudah dibelah,
mudah dibentuk dan mudah dikerjakan serta ringan sehinga mudah diangkut. Bambu
terdapat dalam jumlah yang banyak, mudah cara penyebarannya dan luas
pemanfaatannya.
2
Di alam ini, Allah Swt., menciptakan bermacam-macam tumbuhan
untuk dimanfaatkan oleh manusia, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Lukman/31
:10, sebagai berikut :

1
Jendro Edy Wibowo, Susilo Budi Husodo, dan E.M. Kesaulija, Buletin Penelitian Botani
Papua Beccariana, vol. 5 no. 1 (Mei 2003). http://www.wasantara.net.id/pskh_mkw.pdf (07
September 2009), h. 1.
2
Lihatibid.
_l> ,...l , -, ..- !.. _.l _ _ _. .,.. >, , !,
_. _ `,: !.l. _. ,!..l ,!. !..,.! !, _. _ _ , ) (
Terjemahnya :
Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia
meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak
menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam
jenis binatang. dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan
padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.
3


Telah disebutkan bahwa Luqman telah diberi oleh Allah nikmat dan ilmu
pengetahuan, oleh sebab itu dia bersyukur kepadaNya atas nikmat yang diberikan itu.
Begitupula dalam hal ini, bambu menjadi tanaman serbaguna bagi masyarakat
khususnya di pedesaan. Sehingga perintah agar memperhatikan alam dan
keajaibannya untuk memperkuat keimanan dan kepercayaan akan ke-Esaan Allah
perlu ditingkatkan.
Di dunia terdapat sekitar 1200-1300 jenis bambu sedangkan menurut data
lapangan dan laboratorium bahwa bambu di Indonesia diketahui terdiri atas 143
jenis.
4
Hal ini dapat dipastikan bahwa bambu merupakan sumber daya yang sangat
melimpah dan memiliki keanekaragaman yang cukup tinggi. Namun, kenyataan yang
terjadi adalah tidak semua jenis bambu dikenal oleh masyarakat dengan baik.
Khususnya di Kabupaten Gowa, banyak masyarakat yang hanya mengetahui nama
daerahnya saja.


3
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Quran dan Terjemahnya (Semarang: Asy
Syifa, 1998), h. 328.
4
K. Widnyana. Bambu dengan Berbagai Manfaatnya. http://ejournal.unud.ac.id/
abstrak/bambu%20lkp.pdf (19 September 2009), hal. 3.
Menurut hasil survei lapangan yang telah dilakukan, di Kabupaten Gowa
memiliki jumlah tanaman bambu yang bervariasi. Namun, data Dinas Kehutanan
Kabupaten Gowa tahun 2009, tanaman yang dominan terdapat di Kabupaten Gowa
adalah komoditi kelapa dalam dan kelapa hybrida.
5
Hal ini jelas terlihat kurangnya
perhatian pemerintah setempat, sehingga penelitian ini sangat diperlukan untuk
melengkapi inventarisasi keanekaragaman bambu di Kabupaten Gowa.
Pada umumnya kunci identifikasi tumbuhan didasarkan pada perbedaan
bunga. Akan tetapi, kebanyakan bambu hanya berbunga satu kali sepanjang hidupnya
yaitu pada akhir rentang hidupnya, oleh karena itu sampai saat ini pendapat tentang
taksonomi bambu masih berbeda-beda. Untuk itu, struktur vegetatif perlu
diperhatikan sebagai salah satu kriteria untuk mengidentifikasi tanaman bambu.
6

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah jenis-jenis bambu apa sajakah yang terdapat di Kabupaten Gowa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di sebelumnya maka penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui jenis-jenis bambu yang terdapat di Kabupaten Gowa.


5
Dinas Kehutan Kabupaten, 2009. Data Luas Areal, Jumlah Petani, Produktivitas dan Potensi
Tanaman Perkebunan Kabupaten Gowa. (15 Maret 2010), h. 1.
6
Budi Irawan. 2006Keanekaragaman Jenis Bambu di Kabupaten Sumedang Jawa Barat.
http:// http://ejournal.unud.ac.id/ keanekaragman_jenis_bambu /Sumedang%artikel.pdf (19 April
2011), h. 2.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat diketahui jenis-jenis bambu yang terdapat di Kabupaten Gowa.
2. Dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian lanjutan.
3. Dapat menjadi bahan informasi bagi pengembangan tanaman bambu di Kabupaten
Gowa.

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Manfaat Bambu
1. Ekologi
Tanaman bambu mempunyai sistem perakaran serabut dengan akar rimpang
yang sangat kuat. Karakteristik perakaran bambu memungkinkan tanaman ini
menjaga sistem hidronologis sebagai pengijat tanah dan air, sehingga dapat
digunakan sebagai tanaman konservasi. Rumpun bambu di Tatar Sunda disebut
dapuran awi juga akan menciptakan iklim mikro di sekitarnya, sedangkan hutan
bambu dalam skala luas pada usia yang cukup dapat dikategorikan sebagai satu
satuan ekosistem yang lengkap. Kondisi hutan bambu memungkinkan
mikroorganisme dapat berkembang bersama dalam jalinan rantai makanan yang
saling bersimbiosis.
7








7
Admin. Bambu, Tanaman Yang Terpinggirkan. http://www.dephut.go.id/Bamboo: viva_
borneo/ cepat/santun/tak-terbatas.htm (19 September 2009), h. 1.






Gambar 2.1 Hutan Bambu
8

Environment Bamboo Foundation (EBF) adalah sebuah yayasan yang
menangani intensif bambu di Indonesia menjelaskan fungsi EBF dan beberapa
manfaat utama tanaman bambu: Misi EBF adalah memperkenalkan bambu sebagai
bahan bangunan di masa depan, sebab dalam 3 tahun, sepertiga rumpun bias dipanen
dan memiliki sifat setengah tanaman keras. Dalam beberapa minggu, tunas baru akan
tumbuh tanpa penanaman ulang, dan tidak mengakibatkan tanah lonsor atau
hilangnya penyerapan karbon. RBF mendapat laporan dari banyak negara bahwa
debit air meningkat setelah beberapa tahun ditanami bambu dan dalam beberapa
kasus muncul mata air baru, tidak mengherankan mengingat bambu adalah tanaman
C3 dan efektif dalam konsenvasi air. Pepohonan rata-rata menyerap 35 - 40% air
hujan, sedangkan bambu bias menyerap sampai 90%. Itu sebabnya orang di
Kolumbia mengatakan bahwa mereka menanam air apabila menanam bambu.
Dengan demikian fungsi bambu sangatlah banyak, diantaranya adalah :

8
Inomy Media. Galeri Bambu. http://www.plantamor.com/index.php?plant=618 (17 Juni
2010), h.1
a. Meningkatkan volume air bawah tanah.
b. Konservasi lahan.
c. Perbaikan lingkungan, dan
d. Sifat-sifat bambu sebagai bahan bangunan tahan gempa, khususnya wilayah
rawan gempa.
9

Bambu melindungi lingkungan dan udara
Bambu adalah tumbuhan pelindung kerusakan tanah yang paling cepat
berkembang, melepaskan oksigen 35% lebih banyak daripada jenis tumbuhan lain.
Beberapa jenis bambu, setiap hektarnya bahkan menyerap hingga 12 ton karbon
dioksida dari udara. Bambu juga dapat menurunkan intensitas cahaya matahari dan
melindungi terhadap sinar ultra-violet.
10

Pengendali erosi tanah
Akarnya di dalam tanah dapat membuat tanah tidak mengalami erosi.
Batangnya yang lentur dan kuat dapat menahan laju air atau lumpur jika terjadi air
bandang.
11

Penyelamatan hutan
Bambu merupakan salah satu bahan bangunan yang kuat. Bambu memiliki
gaya tarik 28.000 pounds per inci bujursangkar, beda dengan baja ringan yang hanya
memiliki gaya tarik 23.000 pounds per inci bujursangkar. Jika suatu rumah

9
K. Widnyana. Bambu dengan Berbagai Manfaatnya. http://ejournal.unud.ac.id/
abstrak/bambu%20lkp.pdf (19 September 2009), hal. 7.
10
Keajaiban Bambu. http://attayaya.blogspot.com/2009/04/bambu-fact.html (01 Januari
2010), ha. 1.
11
Lihatibid.
membutuhkan kayu, maka bisa diganti dengan bambu sehingga kita dapat
menyelamatkan hutan tropis.
12

2. Sosial, Ekonomi, Budaya
Bambu disebut juga tanaman rakyat yang banyak bermanfaat untuk
masyarakat. Banyak kegunaannya untuk kehidupan sehari-hari, baik sebatas
kebutuhan rumah tangga maupun sebagai sumber perdagangan. Hampir tiap petani di
pedesaan memiliki tanaman bambu di kebunnya masing-masing, terutama dari jenis
bambu tali untuk bahan anyaman, gombong untuk bahan rumah dan perkakas,
wulung untuk bahan hiasan, dan lain-lain. Tanaman bambu baik dalam skala kecil
maupun besar mempunyai nilai ekonomi yang meyakinkan. Budaya masyarakat
menggunakan bambu dalam berbagai aktivitas kehidupan sehingga bambu dapat
dikategorikan sebagai Multipurpose Free Species (MPFS = jenis pohon yang
serbaguna). Pemanfaatan bambu secara tradisional masih terbatas sebagai bahan
bangunan dan kebutuhan keluarga lainnya (alat rumah tangga, kerajinan, alat
kesenian seperti angklung, calung, suling, gambang, bahan makanan seperti rebung,
dan lain-lain). Pada umumnya jenis-jenis bambu yang diperdagangkan adalah jenis
bambu yang berdiameter besar dan berdinding tebal. Jenis-jenis tersebut diwakili oleh
warga Bambusa (3 jenis), Dendrocalamus (2 jenis) dan Gigantochloa (8 jenis). Dari
jenis-jenis tersebut dapat dibudidayakan secara massal untuk menunjang industri
kertas, chopstick, flowerstick, ply bamboo, particle board dan papan semen serat

12
Lihatibid.
bambu serta kemungkinan dikembangkan bangunan dari bahan bambu yang tahan
gempa dan lain-lain.
13

Rebung (tunas bambu) merupakan tunas muda tanaman bambu yang enak
dimakan, sehingga digolongkan ke dalam sayuran. Rebung merupakan salah satu
bahan makanan yang cukup populer di masyarakat. Pada masyarakat pedesaan,
rebung sudah sejak zaman dahulu dimanfaatkan sebagai bahan masakan.
14
Bagian
kulit rebung dijadikan ekstrak untuk bahan obat. Bagian tengah rebung dapat
dikonsumsi langsung, atau diproses lebih lanjut menjadi makanan kemasan basah
atau kering. Sehingga, tidak hanya disayur saja, sebagaimana yang biasa terjadi di
kalangan masyarakat. Rebung bambu mengandung bahan-bahan terapi untuk
menghilangkan keracunan, menghilangkan dahak, memperlancar pencernaan, dan
melangsingkan tubuh. Komposisi nutrien rebung berbeda-beda, tergantung
spesiesnya. Begitu pula kandungan asam aminonya, berbeda-beda, tergantung kondisi
pertumbuhan dan ketinggian rebung.
15
Dari macam-macam tumbuhan, Allah
menciptakan makanan yang baik. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt., dalam
Q.S. Al-Baqarah/2: 58. Sebagai berikut :
:| !.l l>: :..> ,`1l l !.. ,> ,..: . s l>: !,l
.>. l L> -. >l >.,.L> .,.. _,..`>.l ) (

13
Endah Suwarni. Nilai ekonomis Bambu Belum Meningkat PT Bumi Lohjinawi.
http://matabumi/nilai-ekonomis-bambu.htm. (19 September 2009), h. 1.
14
Lihat Tini Wulandariloc. cit.
15
Lihat Endah Suwarni loc. cit.
Terjemahnya :
Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu ke negeri ini
(Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak
dimana yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan
Katakanlah: "Bebaskanlah Kami dari dosa", niscaya Kami ampuni kesalahan-
kesalahanmu, dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada
orang-orang yang berbuat baik".
16


Allah menciptakan berbagai macam tumbuhan yang baik dan dapat
dimanfaatkan oleh umat manusia. Salah satu contohnya yaitu bambu yang digunakan
sebagai bahan makanan dan merupakan nikmat yang telah diberikanNya.
Bambu merupakan tumbuhan yang mempunyai dua hasil yang saat ini sangat
dibutuhkan manusia, yaitu kertas dan kain. Khususnya kain yang berasal dari serat
bambu mempunyai keunggulan dapat menghambat pertumbuhan bakteri sampai 70%.
Kemungkinan bahan dasarnya sudah dicampur dengan serat bambu.
17

Bambu merupakan material yang mudah untuk digunakan pada desain
kontemporer, baik skala arsitektur, interior, produk, maupun kerajinan. Bambu juga
memiliki potensi dikembangkan sebagai bahan bakar alternatif semisal biofuel (bahan
bakar nabati).
18





16
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Quran dan Terjemahnya (Semarang: Asy Syifa,
1998), h. 8.
17
Pemerintah Kota Salatiga. Budidaya Bambu, SolotigoBlogsAgregator.http://
elangmaya.lensa.or.id/archives/ budidaya-bambu/html (01 Januari 2010). h. 1.
18
Andri. Bambu, Solusi Masyarakat Modern, Pikiran Rakyat. http://newspaper. pikiran-
rakyat.com/prprint.php?mib.Bambu,solusi masyarakat modern.id/htm (01 Januari 2010), h. 1.

Beberapa contoh jenis bambu yang bernilai ekonomis, yaitu :
1. Bambusa bambos (L.) Voss
Nama lokal: bambu ori, jawa: pring ori
Tinggi mencapai 30 m (dinding batang sangat tebal dan batang berbuluh tebal),
diameter 15-18 cm (jarak buku 20-40 cm), dan warna batang hijau muda.
Tumbuh pada tanah yang basah, di sepanjang sungai. Rebungnya bermanfaat
sebagai sayuran, daunnya dapat dijadikan sebagai makanan ternak, dan batangnya
untuk keperluan rumah tangga dan bahan dasar bangunan.
19









Gambar 2.2 Bambusa bambos
20



19
J.A. Sonjaya. Jenis-Jenis Bambu Yang Bernilai Ekonomis. http://www.sahabatbambu. com/
jenis-jenis-bambu-bernilai-ekonomis.htm. (01 Januari 2010), h. 1.
20
J.A. Sonjaya. Konstruksi Bambu. Http://www.sahabatbambu.com/services/bamboo-
construction. htm&imgurl (30 April 2011), h. 1.
2. Bambusa vulgaris Schrader ex Wendland
Nama lokal: pring ampel, bambu ampel, haur
Tinggi mencapai 10 - 20 m (batang berbuluh sangat tipis dan tebal dinding batang
7 - 15 mm), diameter 4-10 cm (jarak buku 20 - 45 cm), dan warna batang kuning
muda bergaris hijau tua. Tempat tumbuh mulai dataran rendah hingga ketinggian
1200 m, di tanah marjinal atau di sepanjang sungai, tanah genangan, pH optimal 5
- 6,5, tumbuh paling baik pada dataran rendah. Air rebusan rebung muda bambu
kuning dimanfaatkan untuk mengobati penyakit hepatitis. Batangnya banyak
digunakan untuk industri mebel, bangunan, perlengkapan perahu, pagar, tiang
bangunan dan juga sangat baik untuk bahan baku kertas.
21








Gambar 2.3 Bambusa vulgaris
22



21
Lihat J.A. Sonjaya. Jenis-Jenis Bambu Yang Bernilai Ekonomisloc. cit.
22
Lihat J.A. Sonjaya. Konstruksi Bambuloc. cit.
3. Dendrocalamus asper (Schultes f.) Backer ex Heyne
Nama lokal: bambu petung, buluh betung, bulu jawa, betho.
Tinggi mencapai 20-30 m (batang berbuluh tebal dan ebal dinding batang 11-36
mm, diameter 8-20 cm (jarak buku 10-20 cm di bagian bawah dan 30-50 cm di
bagian atas), dan warna batang coklat tua. Tempat tumbuh mulai dataran rendah
hingga ketinggian 1500 m, tumbuh terbaik pada ketinggian antara 400-500 m
dengan curah hujan tahunan sekitar 2400 mm. Tumbuh di semua jenis tanah
tetapi paling baik di tanah yang berdrainase baik. Rebung memiliki rasa yang
manis dan dibuat untuk sayuran. Batangnya digunakan untuk bahan bangunan
(perumahan dan jembatan), peralatan memasak, bahkan juga untuk penampung
air. Banyak digunakan untuk konstruksi rumah, atap dengan disusun tumpang-
tindih, dan dinding dengan cara dipecah dibuat plupu.
23








Gambar 2.4 Dendrocalamus asper
24


23
Lihat J.A. Sonjaya. Jenis-Jenis Bambu Yang Bernilai Ekonomisloc. cit.
24
Lihat J.A. Sonjaya. Konstruksi Bambuop. cit, hal. 2.
4. Dendrocalamus strictus (Roxb.) Nees
Nama lokal: bambu batu
Tinggi mencapai 8-16 m (batang berbuluh tebal dan tebal dinding batang hingga 1
cm), diameter 2,5-12,5 cm (jarak buku 30-45 cm), dan warna batang hijau
kekuningan buram. Dapat tumbuh di segala jenis tanah, khususnya tanah liat
berpasir dengan drainase yang baik dengan pH 5,5-7,5. Ketinggian dari
permukaan laut sampai dengan 1200 dengan curah hujan optimal per tahun 1000-
3000 mm. Batangnya digunakan sebagai bahan industri pulp dan kertas, kayu
lapis, bangunan, mebel, anyaman, peralatan pertanian, dan peternakan. Daunnya
digunakan untuk makanan ternak.
25








Gambar 2.5 Dendrocalamus strictus
26



25
Lihat J.A. Sonjaya. Jenis-Jenis Bambu Yang Bernilai Ekonomisloc. cit.
26
Lihat J.A. Sonjaya. Konstruksi Bambuop. cit, hal. 5.
5. Gigantochloa atroviolacea Widjaja
Nama lokal: bambu hitam, pring wulung, peri laka
Tinggi mencapai 2 m (batang berbuluh tipis/halus dan tebal, dinding batang
hingga 8 mm), diameter 6-8 cm (jarak buku 40-50 cm), warna batangnya dari
hijau-coklat tua-keunguan atau hitam. Tumbuh pada tanah tropis dataran rendah,
berlembab, dengan curah hujan per tahun mencapai 1500-3700 mm, dengan
kelembaban relatif sekitar 70% dan temperatur 20-32 derajat C. Dapat pula
tumbuh di tanah kering berbatu atau tanah (vulkanik) merah. Jika ditanam di
tanah kering berbatu, warna ungu pada batang akan kelihatan semakin jelas.
Digunakan untuk bahan pembuatan instrumen musik seperti angklung, calung,
gambang dan celempung. Juga berfungsi untuk bahan industri kerajinan tangan
dan pembuatan mebel. Rebungnya dapat dimanfaatkan sebagai sayuran.
27








Gambar 2.6 Gigantochloa atroviolacea
28


27
Lihat J.A. Sonjaya. Jenis-Jenis Bambu Yang Bernilai Ekonomisloc. cit.
28
Lihat J.A. Sonjaya. Konstruksi Bambu op. cit, hal. 3.
6. Gigantochloa pseudoarundinacea (Steudel) Widjaja
Nama lokal: bambu andong, gambang surat, peri
Tinggi mencapai 7-30 m (batang berbuluh tebal dan tebal dinding batang hingga 2
cm), diameter 5-13 cm (jarak buku hingga 40- 45 cm), warna batang hijau
kehijau-kuningan atau hijau muda. Tumbuh pada tanah liat berpasir/tanah
berpasir dengan ketinggian hingga 1200 m di atas permukaan laut dengan curah
hujan per tahun 2350 - 4200 mm, temperatur 20-32 derajat C dengan tingkat
kelembaban relatif sekitar 70%. Digunakan untuk bahan bangunan, pipa air,
mebel, peralatan rumah tangga, sumpit makan, tusuk gigi, dan peralatan musik.
Rebungnya dapat dimasak menjadi sayuran.
29







Gambar 2.7 Gigantochloa pseudoarundinacea
30




29
Lihat J.A. Sonjaya. Jenis-Jenis Bambu Yang Bernilai Ekonomisloc. cit.
30
Lihat J.A. Sonjaya. Konstruksi Bambu op. cit, hal. 4.
B. Taksonomi Bambu
Kedudukan tanaman bambu dalam taksonomi adalah sebagai berikut :
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Monocotyledonae
Sub Classis : Commelinidae
Ordo : Poales
Familia : Poaceae
Genus : Bambusa
31

C. Morfologi Bambu
Bambu tergolong keluarga Graminae (rumput-rumputan) disebut juga Hiant
Grass (rumput raksasa), berumpun dan terdiri dari sejumlah batang (buluh) yang
tumbuh secara bertahap, dari mulai rebung, batang muda dan sudah dewasa pada
umur 4 - 5 tahun.
32
Bambu mempunyai pertumbuhan yang sangat cepat, berbeda dengan pohon
kayu hutan yang baru siap tebang dengan kualitas baik setelah berumur 40 - 50 tahun,
maka bambu dengan kualitas prima dapat diperoleh hanya pada umur 3 - 5 tahun.

31
Van Steenis, C. G. G. S, et al. Flora (Jakarta: Pradnya Paramita, 2006 ), h. 104.
32
Lihat K. Widnyana loc. cit, hal. 8.
Tanaman bambu mempunyai ketahanan yang luar biasa. Rumpun bambu yang telah
dibakar, masih dapat tumbuh lagi.
33

1. Akar (radix)
Merupakan sistem akar serabut (radix adventicia). Akar bambu terdiri dari
rimpang (rhizoma) berbuku dan beruas, pada buku akan ditumbuhi oleh serabut dan
tunas yang dapat tumbuh menjadi batang disebut rebung.
34







Gambar 2.8 Akar bambu
35

2. Batang (caulis)
Batang bambu berbentuk silindris, berdinding keras, berkayu, buluh beruas,
berbuku. Pada setiap buku terdapat mata tunas atau cabang, di tengahnya berongga, kulit
luar berwarna kuning, hijau, hijau kebiruan, hijau kecoklatan atau ungu dan jika sudah
tua akan menguning atau cokelat. Batang muda selalu tertutup seludang yang sangat

33
Morisco. Bambu For Furture. www.moriscobamboo.com/artikel_02.html (01 Januari 2010),
h. 1.
34
Tini Wulandari. Manfaat rebung. http://www.duniapustaka.net/KSU-pointer/manfaat_
rebung (08 September 2009), h. 1.
35
Bambu root. Http://www.plantamor.com/bamboo_root_moso (29 April 2011), h.1.
rapat, berbuluh coklat, atau kehitaman, seludang akan lepas seiring dengan
pertumbuhan panjang batang. Tumbuhnya ke atas dan tegak lurus (erectus).
36







Gambar 2.9 Batang bambu
37

Rebung yang merupakan tunas muda tanaman bambu yang muncul di
permukaan dasar rumpun. Biasanya rebung tumbuh di bagian pangkal rumpun bambu
dan biasanya dipenuhi oleh glugut (rambut bambu) yang gatal. Morfologi rebung
berbentuk kerucut, setiap ujung glugut memiliki bagian seperti ujung daun bambu,
tetapi warnanya cokelat.
38
Setiap rumpun menghasilkan 8 14 batang setiap tahun,
sekitar 2 3 bulan rebung mencapai pertumbuhan dewasa, dan 3 bulan kemudian
batang mencapai tinggi maksimum.
39
Rumpun bambu memiliki tinggi 1 0,6 m.
Batang bercabang, tipis, boleh dikatakan bulat silindris (teres), keras, berdaun sangat

36
Solikin. Jenis-jenis Tumbuhan Suku Poaceae di Kebun Raya Purwodadi. http://www.
unsjournals.com/D/D0501/D0501pdf/D050105.pdf, h. 24.
37
Lihat Inomy Media op. cit, hal. 2.
38
Lihat Tini Wulandariloc. cit.
39
M. Charomaini Z. Pertumbuhan Bambu Petung Dari Beberapa Populasi Asal Pulau Jawa.
Balai Besar Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta.
http://www.biotifor.or.id/index.php?action=publikasi.gendown&akt_id. pertumbuhan_bambu_petung.
pdf (01 Januari 2010), h. 1.
dekat dengan ujung.
40
Pada setiap buku terdapat mata tunas atau cabang.
41
Batang
bambu bersifat fleksibilitas, dimana batangnya mampu bergoyang bersama angin
dalam cuaca buruk dan angin yang kencang. Sedangkan pohon-pohon lain yang
mempunyai batang yang lebih besar, justru tidak mampu menghadapi angin yang
kencang.
42








Gambar 2.10 Tunas/rebung dari Bambusa vulgaris.
43

3. Daun (folium)
Merupakan daun majemuk (folium compositum), dimana tangkainya
bercabang-cabang dan pada cabang tangkai ini terdapat lebih dari satu helaian daun.
Pada pangkalnya pelepah daun mempunyai karangan rambut yang pendek. Memiliki
lidah (ligula) berupa selaput tipis yang biasanya ditemukan diperbatasan helai
pelepah daun sangat pendek. Helaian daun bentuk garis lancet, halus sepanjang tepi

40
Van Steenis...loc. cit.
41
Adminloc. cit.
42
Griya. Filosofi Pohon Bambu, Griya. http://m.okezone.com/filosofi-pohon-bambu.htm. (01
Januari 2010), h. 1.
43
Lihat Inomy Media. loc. cit
dan rata (integer), kedua sisi kasar, pada waktu muda kering menggulung, 4 8 kali
0,3 0,8 cm.
44
Memiliki pertulangan daun yang sejajar, dimana terlihat tulang-tulang
daun yang kecil seperti pada daun yang bertulang melengkung semuanya berasal dari
pangkal ibu tulang daun (petioles communis). Karena daun sempit dan panjang,
tulang-tulang tersebut tidak kelihatan melengkung, tetapi lurus dan sejajar
(rectinervis) satu sama lain. Ujung daun (apex folii) dan pangkal daun (basis folii)
runcing (acutus).
45

Daun merupakan bagian yang memiliki heteromorfisme pada fase kehidupannya.
Heteromorfisme folium Bambusa merupakan perbedaan susunan daun dan tata letak
daun pada fase muda dan fase tuanya, sedangkan pada fase tunas (rebung) belum ada
daun yang muncul dan tumbuh. Tanaman Bambusa mengalami heteromorfisme pada
foliumnya, dimana pada fase bambu muda memiliki susunan daun tunggal dan pada fase
bambu dewasa, daun tunggal gugur dan kemudian pada tiap nodusnya tumbuh ibu tangkai
daun, anak tangkai daun, dan daun-daun majemuk. Berikut adalah pembahasan mengenai
heteromorfisme Bambusa.
46

a. Fase Muda
Pada fase muda, dimana diameter batangnya masih sekitar 3 5 cm, muncul
daun tunggal dari tiap nodus-nodusnya. Morfologi daun tunggal pada fase muda ini
antara lain daun berbentuk lanset, tepi daun rata, ujung daun lancip, memiliki tangkai
daun yang sangat pendek yang langsung menempel pada nodus, sehingga tampak

44
Lihat Van Steenis, C. G. G. S...loc. cit.
45
Gembong. Morfologi Tumbuhan. Griya, hal. 32, 34 40, 41, dan 49.
46
Shel l i . " Heteromorfisme Folium Bambusa sp pada Fase Muda dan Fase Dewasa.
http://shelli.blog.uns.ac.id (28 April 2011), hal. 1.
seolah-olah daun itu tidak memiliki tangkai. Selain itu, daun tunggal ini
memiliki pertulangan daun sejajar dan permukaan daun licin. Merupakan daun
tunggal dengan tata letak daun saling berhadapan dan berselang-seling. Daun yang
masih muda terletak di bagian ujung batang muda, dan masih menggulung secara
vertikal. Pada umumnya, daun yang terletak di bagian atas berukuran lebih besar dan
lebih panjang daripada daun-daun tunggal yang terletak di bawahnya.







Gambar 2.11 Daun bambu fase muda
47

b. Fase Dewasa
Batang bambu muda akan terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan
sampai dewasa, sementara daun tunggal yang ada pada fase muda akan gugur. Hal ini
dibuktikan dengan tidak adanya daun tunggal yang masih menempel pada batang
bambu yang telah dewasa. Pada bambu yang sudah dewasa, sifat batangnya sudah
sangat keras dengan diameter lebih dari 5 cm. susunan daunnya berbeda dengan fase
tua, daun yang muncul dan tumbuh bukan lagi merupakan daun tunggal, melainkan

47
Lihatibid.
daun majemuk. Dari tiap nodus batang utama, tumbuh ibu tangkai daun. Selanjutnya
dari setiap nodus ibu tangkai daun, tumbuh anak tangkai daun, dan dari setiap nodus
anak tangkai daun inilah baru muncul tangkai daun dan daun-daun majemuk. Daun
majemuk pada fase dewasa ini merupakan daun majemuk menyirip ganjil. Morfologi
satu helai daun majemuk ini sama dengan daun tunggal pada fase muda.







Gambar 2.12 Daun bambu fase dewasa
48

4. Bunga (flos)
Merupakan bunga majemuk tak berbatas (inflorencentia racemosa). Pada
bunga, bulir (spica) pada tanaman yang lebih tua sangat banyak. Di atas tangkai
sangat tipis, panjang 1,5 3,5 cm. Anak bulir panjang 2 2 mm. Tangkai putik 2,
kepala putik kuning. Buah kuning kecoklatan. Kerapkali pada dinding yang terjal; 5

48
Lihatibid.
1.700 m.
49
Pohon bambu membutuhkan waktu selama 45 tahun untuk menghasilkan
bunga lalu mati.
50








Gambar 2.13 Bunga Bambusa spp.
51

Tabel 2.1 Beberapa Contoh Jenis-Jenis Bambu di Indonesia
No. Nama botani Nama local Daerah ditemukan
1.
Arundinaria japonica Sieb
& Zuc ex Stend.
- Jawa
2.
Bambusa arundinacea
(Retz.) Wild.
Pring ori Jawa, Sulawesi
3. Bambusa atra Lindl. Loleba Maluku
4. Bambusa balcooa Roxb. - Jawa
5.
Bambusa blumeana Bl. ex
Schul. f.
Bambu duri
Jawa, Sulawesi, Nusa
Tenggara
6.
Bambusa glaucescens
(Wild) Sieb ex Munro.
Bambu pagar, cendani Jawa
7. Bambusa horsfieldii Munro. Bambu embong Jawa

49
Lihat Van Steenis, C. G. G. S...loc. cit.
50
Daskap. Kebun Raya Bogor Yang Memesona. http://www.Aliimpoenyas_blog.com
(07Februari 2009), h. 1.
51
Lihat Inomy Media...op. cit, hal. 2.
No. Nama botani Nama local Daerah ditemukan
8.
Bambusa polymorpha
Munro.
- Jawa
9. Bambusa tulda Munro. - Jawa
10. Bambusa vulgaris Schard. Awi ampel, haur
Jawa, Sumatera,
Kalimantan, Maluku
12.
Dendrocalamus giganteus
Munro.
Bambu sembilang Jawa
13.
Dendrocalamus strictur
(Roxb) Ness.
Bambu batu Jawa
14. Dinochloa scandens O.K.
Bambu cangkoreh,
Kadalan
Jawa
15. Gigantochloa apus Kurz. Bambu apus, tali Jawa
16. Gigantochloa atroviolacea Bambu hitam, wulung Jawa
17. Gigantochloa atter
Bambu ater, jawa
benel, buluh
Jawa
18.
Gigantochloa achmadii
Widjaja.
Buluh apus Sumatera
19. Gigantochloa hasskarliana Bambu lengka tali Jawa, Bali, Sumatera
20.
Gigantochloa levis (Blanco)
Merr.
Buluh suluk Kalimantan
21.
Gigantochloa manggong
Widjaja.
Bambu manggong Jawa
23. Gigantochloa pruriens Buluh rengen Sumatera
24.
Gigantochloa
psedoarundinaceae
Bambu andong,
gambang surat
Jawa
25.
Gigantochloa ridleyi
Holtum.
Tiyang kaas Bali
26. Gigantochloa robusta Kurz.
Bambu mayan, temen
serit
Jawa, Bali, Sumatera
27.
Gigantochloa waryi
Gamble
Buluh dabo Sumatera
28.
Melocanna bacifera (Roxb)
Kurz.
- Jawa
No. Nama botani Nama local Daerah ditemukan
29.
Nastus elegantissimus
(Hassk) Holt.
Bambu eul-eul Jawa
30.
Phyllostachys aurea A&Ch.
Riviera
bambu uncea Jawa
31. Schizotachyum blunei Ness.
Bambu wuluh,
tamiang
Jawa, Nusa Tenggara
Timur, Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi,
Maluku
32.
Schizotachyum
brachycladum Kuez.
Buluh nehe, awi
buluh, ute wanat,
tomula
Jawa, Sumatera,
Sulawesi, Maluku
33.
Schizotachyum candatum
Backer ex Heyne
Buluh bungkok Sumatera
34.
Schizotachyum lima
(Blanco) Merr.
Bambu toi
Sulawesi, Maluku,
Irian Jaya
35.
Schizotachyum
longispiculata Kurz.
Bambu jalur
Jawa, Sumatera,
Kalimantan
36.
Schizotachyum zollingeri
Stend.
Bambu jala,
cakeutreuk
Jawa, Sumatera
37.
Thryrsostachys iamensis
Gamble.
- Jawa
Sumber : Jenis-jenis bambu di Indonesia.
52







Gambar 2.14 Dendrocalamus minor
53
Gambar 2.15 Dendrocalamus giganteus
54


52
Jenis-Jenis Bambu di Indonesia. http://www.dephut.go.id/files/Lampiran%20I.pdf (17
Februari 2010), h. 1.





Gambar 2.16 Bambusa polymorpha
55
Gambar 2.17 Bambusa tulda
56






Gambar 2.18 Bambusa wamin
57





Gambar 2.19 Phylostachhys-bambuisoides
58
Gambar 2.20 Dendrocalamus
brandesii
59



53
Lihat Inomy Media...op. cit, hal. 2.
54
Lihat Inomy Media...op. cit, hal. 7.
55
Lihat Inomy Media...op. cit, hal. 2.
56
Lihat Inomy Media...op. cit, hal. 1.
57
Lihat Inomy Media...op. cit, hal. 4.
58
Lihat Inomy Media...op. cit, hal. 6.
59
Lihat Inomy Media...op. cit, hal. 7.
D. Syarat Tumbuh Bambu
Pertumbuhan bambu tidak terlepas di pengaruhi oleh kondisi lingkungan.
Dengan demikian perlu diketahui faktor-faktor yang berkaitan dengan syarat tumbuh
tanaman bambu. Tanaman ini akan tumbuh dengan baik di tempat yang sesuai utnuk
pertumbuhannya.
60
Faktor lingkungan tersebut meliputi kondisi iklim dan jenis
tanah.
61

1. Iklim
Lingkungan yang sesuai untuk tanaman bambu adalah yang bersuhu sekitar
8.8
0
36
0
C. Suhu ini juga dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Tanaman bambu biasa
dijumpai mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi, dengan ketinggian 0
sampai 200 mdpl. Walaupun demikian, tidak semua jenis bambu dapat tumbuh
dengan baik pada semua ketinggian tempat. Curah hujan yang dibutuhkan untuk
tanaman bambu minimum 1.020 mm per tahun dan kelembapan udara yang
dikehendaki minimum 80%.
2. Tanah
Bambu dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, mulai dari tanah berat sampai
ringan, tanah kering sampai basah dan dari tanah subur sampai tanah kurang subur.
Juga pada tanah dapat berpengaruh dari yang berbukit terjal sampai tanah yang
landai. Perbedaan jenis tanah dapat berpengaruh terhadap kemampuan perebungan
bambu. Tanaman bambu dapat tumbuh pada tanah yang bereaksi masam dengan pH

60
Sigit Prastiyo. Indentifikasi Potensi dan Pemasaran Produk Dari Hutan Rakyat Bambu.
Repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7664/1/10E00082.pdf (27 Juli 2010), h. 27.
61
Lihatibid.
3,5 dan umumnya menghendaki tanah yang pH-nya 5,0 sampai 6,5. Pada tanah yang
subur tanaman bambu akan tumbuh baik karena kebutuhan bagi tanaman tersebut
akan terpenuhi.
Bambu termasuk jenis tanaman yang memiliki pertumbuhan sangat cepat jika
dibandingkan dengan tanaman kayu-kayuan. Dalam 3 tahun sejak ditanam, sebatang
bambu sudah dapat membentuk rumpun yang sangat rapat.
62
Dalam sehari bambu
dapat bertambah panjang 30 - 90 cm. Rata-rata pertumbuhan bambu untuk mencapai
usia dewasa dibutuhkan waktu 3 - 6 tahun. Bambu memiliki keistimewaan dari
tanaman lain, yaitu bambu dapat tumbuh pada pada tanah yang mengandung alkaloid.
Tanah ini mengandung silikat padat sehingga tanaman bambu saja yang dapat
tumbuh dan mendominasi tanah jenis ini.
63
Tanaman bambu memerlukan waktu
selama satu tahun untuk tumbuh dewasa pada daerah tropis dan membutuhkan waktu
enam bulan pada daerah dengan empat musim. Pada daerah kering, bambu sudah
dapat dimanfaatkan pada umur tiga tahun. Sedangkan pada daerah basah,
pemanfaatan dapat dilakukan jika bambu sudah berumur lima tahun.
64






62
Drs. Agus Andoko. Budi Daya Bambu Rebung (Jakarta: Kaniaius, 1997). Solotigo Blogs
Agregator-elangmaya.lensa.or.id/archives/budidaya-bambu/9 (17 Fabruari 2010), h. 12.
63
Lihat Daskap op. cit, hal. 2.
64
Lihat Daskapop. cit, hal. 2.
E. Kabupaten Gowa
1. Letak Geografis dan Luas Wilayah
Kabupaten Gowa berada pada 12
o
38.16 Bujur Timur dari Jakarta dan 5
o
33.6
Bujur Timur dari Kutub Utara. Sedangkan letak wilayah administrasi antara
12
o
33.19 hingga 12
o
. 15.17 Bujur Timur dan 5
o
5
o
hingga 5
o
34.7 Lintang Selatan dari
Jakarta.
65

Kabupaten Gowa merupakan salah satu kabupaten yang berada di Sulawesi
Selatan, dimana pusat wilayah kabupaten berjarak kurang lebih 6 km dari ibu kota
Propinsi Sulawesi Selatan. Batas-batas wilayahnya sebagai berikut :
Sebelah utara berbatasan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Maros.
Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sinjai.
Sebelah barat berbatasan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Takalar.
Sebelah selatan berbatasan dengan Takalar Dan Jeneponto.
66

Luas wilayah Kabupaten Gowa sekitar 1.883,33 km2 atau sama dengan
3,01% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan mempunyai 18 Kecamatan
sebagaimana tabel 2.2
67





65
Administrator. Kondisi Geografis. Http://www.gowakab.go.id/index.php?option= com_
content&view=article&id=55&Itemid=73 (31 Maret 2010), h.1
66
Finar Report. The impact Of Sea Level Rice On Indonesia Coastal Cities.
Http://sim.nilim.go.jp/GE/Survey2/H12??/laporan/6-Makassar.doc (30 maret 2011), h. 104
67
Lihatibid.
Tabel 2.2 Ibu Kota Kecamatan, Jarak dan Luas Kecamatan Tahun 2010.
68

No. Kecamatan
Ibukota
Kecamatan
Jarak dari
Ibukota
Kab. (Km)
Luas
Kecamatan
(Km
2
)
%
Thd
Luad
Kab.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Parangloe
Manuju
Tinggimoncong
Tombolopao
Bungaya
Bontolempangan
Tompobulo
Biring Bulu
Bontonompo
Bontonompo
Selatan
Bajeng
Bajeng Barat
Bontomarannu
Pallangga
Barombong
Sombaopu
Pattallassang
Parigi
Lanna
Bilalang
Malino
Tamona
Sapaya
Bontoloe
Malakaji
Lauwa
Tamallayang
Pabundukang

Kalebajeng
Borimatangkasa
Borongloe
Manggalli
Kanjilo
Sungguminasa
Patallassang
Majannang
27
20
59
90
46
63
125
140
16
30

12
15,80
9
2,45
6,5
0,00
13
70
221,26
91,90
142,87
251,82
175,53
142,46
132,54
218,84
30,39
29,24

60,09
19,04
52,63
48,24
20,67
28,09
84,96
132,76
11,75
4,88
7,59
13,37
9,32
7,56
7,04
11,62
1,61
1,55

3,19
1,01
2,79
2,56
1,10
1,49
4,51
7,05
Jumlah 1.883,33 100
Sumber : Ibu Kota Kecamatan, Jarak dan Luas Kecamatan Tahun 2010.
69

Keadaan wilayah Kabupaten Gowa terdiri dari datar, berbukit, sampai dengan
bergunung dengan ketinggian tempat mulai dari pusat pemerintahan 10 sampai 1500
meter di atas permukaan laut.
70




68
Lihat Administrator...loc. cit.
69
Lihat Administratorloc. cit. op. cit, hal 2.
70
Lihatibid.
2. Iklim
Iklim merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam hubungannya
dengan penyebaran, pertumbuhan dan produksi. Iklim dipengaruhi oleh curah hujan,
suhu, intensitas cahaya matahari dan angin.
71

Curah hujan di Kabupaten Gowa yaitu 237,75 mm dengan suhu 27,125C.
Curah hujan tertinggi yang dipantau oleh beberapa stasiun/pos pengamatan terjadi
pada Bulan Desember yang mencapai rata-rata 676 mm, sedangkan curah hujan
terendah pada Bulan Juli - September yang bisa dikatakan hampir tidak ada hujan.
72

3. Kondisi Topografi dan Jenis Tanah
Wilayah Kabupaten Gowa sebagian besar merupakan dataran tinggi sekitar
72.20 persen (1.359,76 km
2
) dengan ketinggian tempat dari permukaan laut di atas
100 meter. Ada delapan wilayah Kecamatan yang merupakan dataran tinggi yaitu
Tinggimoncong, Tombolopao, Tompobulu, Bontolempangan, Bungaya, Biringbulu,
Parangloe dan Manuju.
73

Dari total luas Kabupaten Gowa 35,30 persen (664,82 km
2
) mempunyai
kemiringan tanah di atas 40 derajat 35,06 persen (660,30 km
2
) dengan kemiringan 15
40 derajat, 14,01 persen (263,85 km
2
) dengan kemiringan 2 15 derajat, 15,63
persen (294,36 km
2
) dan kemiringan 0 2 derajat.
Sedangkan klasifikasi menurut ketinggian tempat di atas permukaan laut
wilayah Kabupaten terbagi lima klasifikasi ketinggian yaitu : a) Ketinggian daerah 0

71
Lihatibid.
72
Lihatibid.
73
Lihatibid.
25 meter dpl, seluas 432,79 km
2
(22,98 persen) ; b) Ketinggian daerah 25 100
meter dpl seluar 89,64 km
2
(4,76 persen) ; c) Ketinggian daerah 100 500 meter dpl
seluas 391,17 km
2
(20,77 persen) ; d) Ketinggian daerah 500 1.000 meter dpl seluas
439,79 km
2
(23,35 persen) ; e) Ketinggian daerah di atas 1.000 meter dpl 530,03 km
2

(28,14 persen).
Berdasarkan peta tanah tinjau Propinsi Sulawesi Selatan jenis tanah
Kabupaten Gowa adalah, aluvial pada daerah dataran rendah 42.517 ha, latosol pada
daerah berbukit 95.405 ha, Andosol pada daerah bergunung 24.612 ha, dan podsolik
merah kuning pada daerah berombak.
74










Gambar 2.11 Peta Kabupaten Gowa
75



74
Lihatibid.
75
Lihat Administrator...op. cit, hal. 3.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif yang menginventarisasi
bambu berdasarkan jenisnya yang terdapat di Kabupaten Gowa.
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini adalah jenis-jenis bambu di Kabupaten Gowa.
C. Definisi Operasional Variabel
Jenis-jenis bambu adalah tanaman bambu yang beranekaragam antara satu
rumpun dengan rumpun lainnya berdasarkan morfologinya. Jenis bambu di
inventarisasi jenisnya berdasarkan rumpun, buluh (batang), daun, pelepah, dan tunas
(rebung) bambu yang tumbuh di Kabupaten Gowa.
D. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Ruang lingkup dan batasan penelitian yang dilakukan yaitu :
1. Bambu merupakan tanaman yang tergolong keluarga Graminae (rumput-
rumputan) disebut juga Hiant Grass (rumput raksasa). Berumpun dan terdiri dari


sejumlah batang (buluh) yang tumbuh secara bertahap. Penelitian dilakukan
pada bambu yang sudah dewasa pada umur 4-5 tahun. Inventarisasi berdasarkan
rumpun, buluh (batang), daun, pelepah, tunas (rebung), dan bunga.
2. Metode yang digunakan yaitu metode purposif dengan mengidentifikasi jenis-
jenis bambu dan metode wawacara dilakukan dengan melakukan tanya jawab
kepada masyarakat.
3. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober selama satu bulan. Tempat
penelitian dilaksanakan di lima tempat yang telah mewaliki Kabupaten Gowa
yaitu Kecamatan Bontonompo, Kecamatan Sombaopu, Kecamatan Parangloe,
Kecamatan Biring Bulu, dan Kecamatan Tombolopao.
E. Prosedur Penelitian
1. Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu kamera. Gunting, kapak, alat
tulis, kain, meteran, termometer, altimeter, dan mikroskop binokuler.
2. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu semua jenis-jenis bambu
(Bambusa spp.) yang berada di Kabupaten Gowa.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Tahap Persiapan
a. Menentukan lokasi penelitian.
Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan observasi lapangan.
Selanjutnya melakukan penjelajahan di daerah sasaran penelitian.
b. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Tahap Pelaksanaan
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi tumbuhan bambu
(Bambusa spp.) yang dijumpai di lapangan berdasarkan ciri morfologinya yaitu
rumpun memiliki jarak yang berbeda antar batang. Buluh/batang (caulis) terdiri dari
warna batang, ukuran batang, permukaan batang, pelepah buluh pada batang, jumlah
daun pada tangkai dan permukaan batang. Tunas/rebung terdiri dari warna rebung
dan diameter rebung. Daun terdiri dari bangun daun (circumscriptio), ujung daun
(apex folii), pangkal daun (basis folii), tepi daun (margo folii), daging daun
(intervenium), permukaan daun, dan pelepah (vagina). Selanjutnya tanaman bambu
yang telah diidentifikasi kemudian diambil gambarnya dengan menggunakan kamera.
G. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian selanjutnya dianalisis secara
deskriptif dalam bentuk gambar.








BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian inventarisasi jenis-jenis Bambusa di Kabupaten Gowa,
diketahui 4 jenis Bambusa disajikan dalam bentuk tabel dan gambar sebagai berikut :
Tabel 4.1 Hasil Inventarisasi Morfologi Rumpun Bambusa.
No. Morfologi
Bambusa
vulgaris
Bambusa
pallida
Bambusa
apus
Bambusa
multiplex
1. Rumpun
a. Arah
tumbuh
batang
b. Jarak
antar
batang

Tegak lurus


10 20 cm

Tegak lurus


5 40 cm

Tegak lurus


6 30 cm

Tegak lurus


4 7 cm
2. Tunas
a. Warna


b. Diameter

Hijau
kecoklatan

1,5 2,5 cm

Hijau
kecoklatan

2 7 cm

Coklat


4 9 cm

Coklat


0,5 1,5 cm








No. Morfologi
Bambusa
vulgaris
Bambusa
pallida
Bambusa
apus
Bambusa
multiplex
3. Batang
a. Warna



b. Ukuran
- Tinggi
- Diameter
- Panjang ruas
c. Permukaan
d. Pelepah buluh

Kuning
bergaris
hijau
membujur

5 25 m
1,5 3 cm
10 -15 cm
Licin
Mudah
luruh

Hijau Tua




20 30 m
2- 8 cm
20 29
Licin
Mudah
luruh

Hijau tua




10 25 m
5 10 cm
15 22 cm
Licin
Tidak
mudah
luruh

Hijau muda




1 1,5 m
0,8 2 cm
9 13 cm
Licin
Mudah
luruh
4. Daun
a. Pelepah
b. Tangkai anak
daun
c. Helaian
- Bangun
- Ujung
- Pangkal
- Tepi
- Daging

- Warna


- Permukaan

- Jumlah
helaian pada
tangkai
d. Menurut jumlah
helaian daun

4 5 cm
0,1 0,25
mm

Lanset
Runcing
Membulat
Rata
Seperti
kertas
Hijau


Kasap

9


Daun
majemuk
menyirip
gasal

4 -6 cm
0,1 0,3
mm

Lanset
Runcing
Membulat
Rata
Seperti
Kertas
Hijau


Licin

12


Daun
majemuk
menyirip
genap

4 5 cm
0,1 0,15
mm

Lanset
Runcing
Runcing
Rata
Seperti
Kertas
Hijau


Licin

6


Daun
majemuk
menyirip
genap

2- 3 cm
0,1 - 0,15
mm

Lanset
Runcing
Runcing
Rata
Seperti
kertas
Hijau
bergaris
putih
Kasap

6


Daun
majemuk
menyirip
genap
1. Bambusa vulgaris











mbar 1.1 Habitus
Gambar 4. 1. Rumpun Bambusa vulgaris
a. Batang bulat berongga



1

2

Gambar 4. 2. Batang (caulis) Bambusa vulgaris

Keterangan :
1. Buku (nodus)
2. Ruas (internodus)
b. Daun majemuk menyirip gasal (imparipinnatus)


1



2



3

4


5
6

Gambar 4. 3. Daun (folium) Bambusa vulgaris
Keterangan :
1. Ujung daun runcing (apex acutus)
2. Tepi daun rata (integer)
3. Bangun daun lancet (lanceolatus)
4. Pangkal daun membulat (basis rotundatus)
5. Tangkai anak daun (petiololus)
6. Rakis


c. Lidah daun (ligula)
Keterangan :

1 1. Ibu tulang daun (costa)
2. Lidah (ligula)

2

Gambar 4. 4. Lidah daun Bambusa vulgaris
d. Pelepah daun (vagina)








Gambar 4. 5. Pelepah daun (vagina) Bambusa vulgaris
e. Tunas/Rebung












Gambar 4. 6. Tunas/rebung Bambusa vulgaris

2. Bambusa pallida






Gambar 2.1 Habitus

Gambar 4. 7. Rumpun Bambusa pallida
a. Batang bulat berongga

1 Keterangan :
1. Buku (nodus)
2. Ruas (internodus)

2



Gambar 4. 8. Batang (caulis) Bambusa pallida



b. Daun majemuk menyirip genap (abrupe pinnatus)

1


2


3



4


5

6

Gambar 4. 9. Daun Bambusa pallida
Keterangan :
1. Ujung daun runcing (apex acutus)
2. Tepi daun rata (margo integer)
3. Pangkal daun membulat (basis rotundatus)
4. Tangkai anak daun (petiololus)
5. Bangun daun lanset (laceolatus)
6. Rakis



c. Lidah daun (ligula)
1 Keterangan :
1. Ibu tulang daun (costa)

2. Lidah-Lidah (ligula)

2

Gambar 4. 10. Lidah daun (ligula) Bambusa pallida
d. Pelepah daun (vagina)




Gambar 4. 11. Pelepah daun (vagina) Bambusa pallida
e. Tunas/rebung





Gambar 4. 12. Tunas/rebung Bambusa pallida
3. Bambusa apus









Gambar 4. 13. Rumpun Bambusa apus

a. Batang bulat berongga
Keterangan :
1. Ruas (internodus)
2. Pelepah buluh
3. Buku (nodus)
1

2

3


Gambar 4. 14. Batang (caulis) Bambusa apus


b. Seludang batang
Keterangan :
1. Auricle


1

Gambar 4. 15. Seludang batang Bambusa apus
c. Daun majemuk menyirip genap (abrupe pinnatus)
1


2






3


4


5

6
Gambar 4. 16. Daun (folium) Bambusa apus


Keterangan :
1. Ujung daun runcing (apex acutus)
2. Tepi daun rata (margo integer)
3. Pangkal runcing (basis acutus)
4. Bangun daun lancet (laceolatus)
5. Tangkai anak daun (petiololus)
6. Rakis
d. Lidah daun (ligula)

Keterangan :
1. Ibu tulang daun (costa)
1
2. Lidah (ligula)
2

Gambar 4. 17. Lidah daun (ligula) Bambusa apus
e. Pelepah daun (vagina)




Gambar 4. 18. Pelepah daun (vagina) Bambusa apus


f. Tunas/rebung






Gambar 4. 19. Tunas/rebung Bambusa apus
4. Bambusa multiplex






Gambar 4. 20. Rumpun Bambusa multiplex
a. Batang bulat berongga
Keteangan :
1. Ruas (internodus)

1 2. Buku (nodus)

2
Gambar 4. 21. Batang Bambusa multiplex
b. Daun majemuk menyirip genap (abrupe pinnatus)
1


2



3

4


5
6


Gambar 4. 22. Daun Bambusa multiplex
Keterangan :
1. Ujung daun runcing (apex acutus)
2. Tepi daun rata (margo integer)
3. Bangun daun lancet (lanceolatus)
4. Pangkal daun runcing (basis acutus)
5. Tangkai anak daun (petiololus)
6. Rakis





c. Lidah daun (ligula)
Keterangan :
1 1. Ibu tulang daun (costa)

2. Lidah (ligula)
2


Gambar 4. 23. Lidah daun (ligula)
d. Pelepah daun (vagina)











Gambar 4. 24. Pelepah daun (vagina) Bambusa apus
e. Tunas/rebung





B. Pembahasan
Hasil inventarisasi yang telah dilakukan sepanjang jalur penelitian, diketahui
sebanyak 4 jenis dari genus Bambusa yang terdapat di Kabupaten Gowa dengan ciri-
ciri sebagai berikut :
1. Rumpun
Semua jenis bambusa memiliki arah tumbuh batang yang tegak lurus.
Bambusa pallida memiliki jarak antar batang yang terjauh yaitu sekitar 5 40 cm dan
Bambusa multiplex memiliki jarak antar batang yang terdekat yaitu sekitar 4 7 cm.
2. Tunas/Rebung
Bambusa apus memiliki diameter rebung yang terbesar yaitu 4 9 cm dan
Bambusa multiplex memiliki diamter rebung yang terkecil yaitu 0,5 1,5 cm. Rebung
merupakan tunas muda tanaman bambu yang muncul di permukaan dasar rumpun,
dapat digunakan untuk membedakan setiap jenis bambu yaitu bentuk rebung dan
warna rebung. Bentuk rebung terdiri dari bentuk mengerucut dan bentuk ramping.
Bambu yang berdiameter lebih dari 10 cm, umumnya memiliki bentuk rebung
mengerucut, sedangkan bambu yang berdiameter kurang dari 10 cm memiliki bentuk
rebung yang ramping.
76
Bentuk rebung ramping terdapat pada Bambusa apus,
Bambusa pallida, Bambusa apus, dan Bambusa multiplex.
Warna pelepah rebung umumnya hijau, kecuali Bambusa apus dan Bambusa
multiplex yang mempunyai pelepah rebung berwarna coklat. Bambusa pallida

76
Budi Irawan. 2006Keanekaragaman Jenis Bambu di Kabupaten Sumedang Jawa Barat.
http:// http://ejournal.unud.ac.id/ keanekaragman_jenis_bambu /Sumedang%artikel.pdf (19 April
2011), h. 8.
pelepah rebungnya berwarna hijau kecoklatan, sedangkan warna pelepah rebung hijau
miang coklat kehitaman terdapat pada Bambusa vulgaris.
3. Batang (caulis)
Tinggi batang Bambusa umumnya lebih dari 5 m, kecuali Bambusa multiplex
memiliki ketinggian batang yang terendah yaitu hanya mencapai 1 1,5 m. Bambusa
yang memiliki ukuran batang yang tertinggi yaitu Bambusa pallida dengan
ketinggian 20 30 m.
Morfologi batang bambu dapat digunakan untuk mengelompokkan jenis-jenis
bambu ke tingkat genus dan spesies. Morfologi batang yang dapat digunakan dalam
membedakan jenis-jenis bambu adalah tipe batang, tinggi batang, warna batang,
permukaan batang , diameter batang, dan panjang ruas.
77

Tipe batang bambu ada dua yaitu tegak dan berbiku-biku, tetapi yang
ditemukan dalam penelitian ini hanya ada satu macam yaitu tegak. Tipe batang dapat
digunakan untuk mengelompokkan bambu ke dalam tingkatan genus. Genus
Dendrocalamus, gigantochloa, Phyllostachys, Schizotachyum dan thryrsostachys
memiliki tipe batang tegak, sedangkan genus Bambusa memiliki tipe buluh tegak
sampai berbiku-biku.
78

Batang bambu umumnya berwarna hijau, namun ada perbedaan dalam
tingkatan warna. Morfologi warna batang bambu mengalami perubahan seiring

77
Widjaja. Identikit Jenis-jenis bambu di Jawa. http://www.unsjournals.com/ Pusat Penelitian
dan Pengembangan Bilologi. LIPI. Bogor/ D0703pdf (19 April 2011), h. 10.
78
Lihat Budi Irawanloc. cit. hal, 9.
perkembangan batang. Morfologi batang muda dan batang tua memiliki perbedaan
yang cukup jelas dalam hal warna dan tekstur permukaan batang.
79

Batang bambu memiliki permukan yang licin. Pada Bambusa vulgaris
memiliki batang yang berwarna kuning bergaris hijau membujur, Bambusa pallida,
Bambusa multiplex, dan Bambusa apus memiliki batang yang berwarna hijau muda.
Diameter batang Bambusa cukup bervariasi. Ukuran diameter batang yang
terbesar sekitar 5 10 cm terdapat pada Bambusa apus dan ukuran diameter terkecil
sekitar 0,8 2 cm terdapat pada Bambusa multiplex.
Bambu yang memiliki panjang ruas batang terpendek adalah Bambusa
multiplex yaitu antara 9 13 cm. dan Bambusa pallida memiliki ruas yang terpanjang
antara 20 29 cm.
Morfologi pelepah buluh dapat digunakan untuk mengelompokkan bambu
kedalam tingat spesies. Perbedaan dalam pelepah buluh bambu meliputi luruh
tidaknya pelepah buluh.
80
Pelepah Bambusa vulgaris, Bambusa pallida, dan Bambusa
multiplex mudah luruh, sedangkan pada jenis Bambusa apus pelepah pada buluhnya
tidak mudah luruh. Warna pelepah buluh dari setiap jenis bambu umumnya coklat
muda.
Para peneliti bambu umumnya menggunakan pelepah buluh sebagai karakter
pembeda dalam mengelompokkan jenis-jenis bambu. Tetapi, ukuran panjang pelepah
buluh belum tentu sama panjang ruas batang, contohnya pada jenis Schizotachyum

79Lihat Budi Irawanloc.
c
it.

80
Lihatibid.
silicatum panjang pelepah buluhnya hanya mencapai 30 cm padahal panjang ruas
batang mencapai 120 cm (tidak menutupi seluruh permukaan batang) dan pada jenis
Dendrocalamus giganteus panjang pelepah buluh mencapai 60 cm dan panjang ruas
batangnya mencapai 70 cm, jadi hampir menutupi seluruh permukaan batang.
Sehingga Mc Clure, Widjaja, dan Wong tidak menggunakan ukuran panjang pelepah
buluh dan warna pelepah buluh untuk membedakan jenis-jenis bambu.
81

4. Daun (folium)
Bambusa memiliki bangun daun lancet (laceolatus), ujung daun runcing
(acutus), tepi daun rata (integer), dan daging daun seperti kertas (herbaceus). Adapun
morfologi yang membedakan daun dari masing-masing bambu adalah pangkal daun,
warna daun, permukaan daun, tangkai anak daun, pelepah daun dan jumlah helain
daun pada tangkai daun.
Pada Bambusa vulgaris dan Bambusa pallida memiliki pangkal daun yang
membulat (rotundatus), sedangkan pada Bambusa apus dan Bambusa multiplex
memiliki pangkal daun runcing (acutus). Bambusa vulgaris, Bambusa multiplex, dan
Bambusa apus memiliki warna daun hijau, dan Bambusa multiplex memiliki warna
daun hijau bergaris putih.
Warna daun telah dipakai oleh Widjaja untuk mengelompokkan bambu ke
dalam tingkatan takson jenis, sedangkan karakter permukaan daun belum digunakan
sebagai pembeda, padahal karakter inipun dapat digunakan dalam membedakan

81
Budi Irawan. 2006Keanekaragaman Jenis Bambu di Kabupaten Sumedang Jawa Barat.
http:// http://ejournal.unud.ac.id/ keanekaragman_jenis_bambu /Sumedang%artikel.pdf (19 April
2011), h. 2.
bambu kedalam spesies yang berbeda.
82
Hal ini dapat terlihat dari jenis Bambusa
vulgaris dan Bambusa multiplex mempunyai permukaan daun yang kasap, sedangkan
Bambusa pallida dan Bambusa apus memiliki permukaan daun yang licin.
Pada daun Bambusa pallida memiliki pelepah yang terpanjang yaitu 4 6 cm
dan Bambusa multiplex memiliki pelepah yang terpendek yaitu 2 3 cm. Bambusa
spp. memiliki tangkai anak daun yang pendek. Bambusa pallida memiliki tangkai
anak daun yang terpanjang yaitu 0,1 0,3 mm dan pada Bambusa multiplex memiliki
tangkai anak daun yang terpendek yaitu 0,1 0,15 mm.
Tangkai daun pada Bambusa pallida memiliki jumlah helaian yang terbanyak
yaitu 12 helaian daun dan Bambusa multiplex memiliki jumlah helaian yang paling
sedikit yaitu 6 helaian daun pada tangkainya. Menurut jumlah helaian daun pada
masing-masing tangkai, Bambusa vulgaris merupakan daun majemuk menyirip gasal
dan pada Bambusa pallida, Bambusa apus, Bambusa multiplex merupakan daun
majemuk menyirip genap. Bambusa memiliki tangkai daun semu yang merupakan
kumpulan dari pelepah.
Pada saat penelitian dilakukan, bunga pada Bambusa spp. tidak dapat
ditemukan karena pohon bambu membutuhkan waktu selama 45 tahun untuk
menghasilkan bunga lalu mati.
83
Bunga pada bambu merupakan bunga majemuk tak
berbatas (inflorencentia racemosa). Pada bunga, bulir (spica) pada tanaman yang
lebih tua sangat banyak. Di atas tangkai sangat tipis, panjang 1,5 3,5 cm. Anak bulir

82
Lihat

ibid.
83
Lihat Daskaploc. cit.
panjang 2 2 mm. Tangkai putik 2, kepala putik kuning. Buah kuning kecoklatan.
Kerapkali pada dinding yang terjal 5 1.700 m.
84

Hasil penelitian yang dilakukan di Kabupaten Gowa, diperoleh 4 jenis
Bambusa spp. yaitu Bambusa vulgaris, Bambusa pallida, Bambusa apus, dan
Bambusa multiplex. Hal ini disebabkan karena di Kabupaten Gowa memiliki curah
hujan berkisar 307 m pertahun dengan suhu maksimal 31
o
dan minimal 23
o
.
85
Yang
dimana semuanya bambu dapat tumbuh di dataran rendah dan dataran tinggi, tetapi
tidak semua tumbuhan bambu dapat tumbuh dengan baik di semua ketinggian tempat
karena ketinggian tempat dapat mempengaruhi suhu yang ada. Lingkungan yang
sesuai untuk tumbuhan bambu sekitar 8.8
o
36
o
C

.
86

Kunci Identifikasi Spesies
Bambusa mempunyai batang yang tegak. Tunas mengerucut dan berwarna
coklat sampai hijau kecoklatan.
1. a. Warna batang kuning bergaris hijau .......... Bambusa vulgaris.
b. Warna batang hijau ............................................ 2
2. a. Tinggi batang 10 30 m, diameter batang 2 10 cm, panjang pelepah pada
daun 4 6 cm, warna daun hijau, permukaan daun licin ................................... 3

84
Lihat Van Steenis, C. G. G. S...loc. cit.
85
Final Report. The Impact Of sea Level Rice On Indonesia Coatal City. Http://sim.
nilim.go.jp/GE/Survey2/H12 /laporan/6-Makassar.doc (29 Maret 2011), h. 140.
86
Sigit Prastiyo. 2009. Indentifikasi Potensi dan Pemasaran Produk Dari Hutan Rakyat
Bambu. Repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7664/1/10E00082.pdf (27 Juli 2010), h. 27.
b. Tinggi batang kurang dari 5 m, diameter batang 0,8 2 cm, panjang pelepah
pada daun 2 3cm, warna daun hijau bergaris putih, permukaan daun kasap
........... Bambusa multiplex.
3. a. Pelepah buluh pada batang mudah luruh, panjang tangkai daun 0,1 0,3 mm,
pangkal daun membulat, jumlah helaian pada tangkai daun 12
.............................................................................................. Bambusa pallida.
b. Pelepah buluhpada batang tidak mudah luruh, panjang tangkai daun 0,1 0,15
mm, pangkal daun runcing, jumlah helaian pada tangkai daun 6
................................................................................................. Bambusa apus.














BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian inventarisasi yang telah dilakukan, menunjukkan
di Kabupaten Gowa terdapat 4 jenis bambu yaitu bambu kuning, bambu petung,
bambu ampel, dan bambu hias.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis
menyarankan, sebagai berikut :
1. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat melakukan penelitian hingga ke
jenis bambu yang bergenus selain Bambusa.
2. Diharapkan kepada mahasiswa untuk melakukan penelitian yang relevan dan
menambah variasi genetis antar jenis serta menurut letak topografi yang ada di
Kabupaten Gowa.
3. Diharapkan agar peneliti selanjutnya menggunakan metode penjelajahan di
Kabupaten Gowa yang dapat memungkinkan ditemukan lebih dari 4 jenis
Bambusa.




DAFTAR PUSTAKA
Admin. Bambu, Tanaman Yang Terpinggirkan. http://www.dephut.go.id/Bamboo:
viva_ borneo/ cepat/santun/tak-terbatas.htm (19 September 2009).

Administrator. Kondisi Geografis. Http://www.gowakab.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=55&Itemid=73 (31 Maret 2010).

Andri. Bambu, Solusi Masyarakat Modern, Pikiran Rakyat. http://newspaper.
pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib.Bambu,solusi masyarakat modern.id/htm
(01 Januari 2010).

Agus Andoko, Drs.. Budi Daya Bambu Rebung. Jakarta: Kaniaius, 1997. Solotigo
Blogs Agregator-elangmaya.lensa.or.id/archives/budidaya-bambu/ 9 (17
Fabruari 2010).

Daskap. Kebun Raya Bogor Yang Memesona. http://www.Aliimpoenyas_blog.com
(07Februari 2009).

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya. Semarang:
Asy Syifa, 1998.

Dinas Kehutan Kabupaten, 2009. Data Luas Areal, Jumlah Petani, Produktivitas
dan Potensi Tanaman Perkebunan Kabupaten Gowa. (15 Maret 2010).

Finar Report, The impact Of Sea Level Rice On Indonesia Coastal Cities.
Http://sim.nilim.go.jp/GE/Survey2/H12??/laporan/6-Makassar.doc (30 maret
2011).

Gembong. Morfologi Tumbuhan. Griya, 2005.

Griya. Filosofi Pohon Bambu. http://m.okezone.com/filosofi-pohon-bambu.htm.
(01 Januari 2010).

Inomy Media. Galeri Bambu. http://www.plantamor.com/index.php?plant=618 (17
Juni 2010).
Irawan, Budi. Keanekaragaman Jenis Bambu di Kabupaten Sumedang Jawa
Barat. http:// http://ejournal.unud.ac.id/ keanekaragman_jenis_bambu /
Sumedang%artikel.pdf (19 April 2011).

Krisdianto, Ginuk Sumarni, dan Agus Ismanto. Sari Hasil Penelitian Bambu.
http://www.dephut.go.id/INFORMASI/litbang/teliti/bambu.htm (08 September
2009).

M. Charomaini Z. Pertumbuhan Bambu Petung Dari Beberapa Populasi Asal
Pulau Jawa. Balai Besar Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
Yogyakarta. http://www.biotifor.or.id/index.php?action=publikasi.gendown&
akt_id. pertumbuhan_bambu_petung. pdf (01 Januari 2010).

Morisco. Bambu For Furture. www.moriscobamboo.com/artikel_02.html (01
Januari 2010).

Pemerintah Kota Salatiga. Budidaya Bambu, SolotigoBlogsAgregator.
http://elangmaya.lensa.or.id/archives/ budidaya-bambu/html (01 Januari 2010).

Prastiyo, Sigit. Indentifikasi Potensi dan Pemasaran Produk Dari Hutan Rakyat
Bambu. http://Repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/
7664/1/10E00082.pdf (27 Juli 2010).

Sahabat Bambu, Constructing with Sustainable Material. http://
www.plantnames.unimelb.edu.au. (01 Januari 2010).

Sahabat Bambu, Spesies dan Nama Lokal Bambu http://
www.plantnames.unimelb.spesiesbambu.edu.au (01 Januari 2010).

Shelli, "Heteromorfisme Folium Bambusa sp pada Fase Muda dan Fase Dewasa.
http://shelli.blog.uns.ac.id (28 April 2011).

Solikin. Jenis-jenis Tumbuhan Suku Poaceae di Kebun Raya Purwodadi.
http://www.unsjournals.com/D/D0501/D0501pdf/D050105.pdf (16 Juni 2010).

Sonjaya, J.A.. Jenis-Jenis Bambu Yang Bernilai Ekonomis.
http://www.sahabatbambu.com/ jenis-jenis-bambu-bernilai-ekonomis.htm (01
Januari 2010).

Suwarni, Endah. Nilai ekonomis Bambu Belum Meningkat. PT Bumi Lohjinawi.
http://matabumi/nilai-ekonomis-bambu.htm (19 September 2009).

Syamsiah. Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Jurusan Biologi FMIPA Universitas
Negeri Makassar, 2006.

Tini Wulandari. Keajaiban Bambu. http://attayaya.blogspot.com/2009/04/bambu-
fact.html (01 Januari 2010).

Wahyudin, Lomba Tulis YPHL : Pelestarian Hutan Bambu Untuk Menanggulangi
Illegal Logging Dan Global Warming. http://www.pewarta-
kabarindonesia.blogspot.com/ (01 Januari 2010).

Wibowo, Jendro Edy, Susilo Budi Husodo, dan E.M. Kesaulija, Buletin Penelitian
Botani Papua. Beccariana, vol. 5 no. 1 (Mei 2003). http://www.wasantara.
net.id/pskh_mkw.pdf (07 September 2009).

Widjaja, E.A. Identikit Jenis-jenis bambu di Jawa. http://www.unsjournals.com/
Pusat Penelitian dan Pengembangan Bilologi. LIPI. Bogor/ D0703pdf (19
April 2011).

Widnyana, K., Bambu dengan Berbagai Manfaatnya. http://ejournal.unud.ac.id/
abstrak/ bambu%20lkp.pdf (19 September 2009).

Wulandari, Tini. Manfaat rebung. http://www.duniapustaka.net/KSU-pointer/
manfaat_ rebung (08 September 2009).

Van Steenis, C. G. G. S, et al. Flora. Jakarta: Pradnya Paramita, 2006.













RIWAYAT HIDUP

A. St. Normalasari Ilyas, lahir di Makassar, Sulawesi Selatan
pada tanggal 13 Agustus 1987 yang merupakan anak kedua dari
enam bersaudara dari pasangan Drs. Ilyas Jakariah, SH dan St.
Aminah.
Mulai mengecap pendidikan dasar pada tahun 1993 dan
berakhir pada tahun 1999 di SD Pongtiku I Makassar, kemudian
melanjutkan pendidikan pada tingkat pertama (SMPN 4 Makassar) selama tiga tahun.
Kemudian pada tahun 2002, melanjutkan pendidikan pada sekolah menengah atas (SMU
Kartika Wirabuana-I Makassar) dan tamat pada tahun 2005. Pada tahun 2006 berkesempatan
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, dan menetapkan pilihannya pada
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Tepatnya pada Fakultas Sains dan Teknologi,
Jurusan Biologi. Atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa, doa dari kedua orang tua,
dorongan yang kuat dari berbagai pihak dan motivasi yang keras dari dalam diri, berhasil
menyelesaikan jenjang Pendidikan Strata Satu dalam kurung waktu empat tahun sepuluh
bulan. Karena mempunyai hoby berinternet, ilmu yang diperoleh telah dibagikan dalam
bentuk tulisan (www.chykoemoo.com) sejak tahun 2006. Semoga ilmu yang telah di dapatkan
berguna bagi diri, keluarga dan masyarakat, serta sukses selalu mengiringi langkahnya.
Amin
Jangan jadikan tantangan sebagai penghalang langkahmu. Namun, jadikanlah
tantangan itu sebagai petunjuk dan motivasi dalam setiap langkahmu !!. Yakinlah bahwa
hari esok akan lebih baik dari hari ini.

Anda mungkin juga menyukai

  • Sarnidayani
    Sarnidayani
    Dokumen33 halaman
    Sarnidayani
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Sri Aslia Buyung
    Sri Aslia Buyung
    Dokumen79 halaman
    Sri Aslia Buyung
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Ruhmanto
    Ruhmanto
    Dokumen82 halaman
    Ruhmanto
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Zulkarnain
    Zulkarnain
    Dokumen26 halaman
    Zulkarnain
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Rabanai
    Rabanai
    Dokumen110 halaman
    Rabanai
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Muh. Jihad
    Muh. Jihad
    Dokumen96 halaman
    Muh. Jihad
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Nur Mutmainna
    Nur Mutmainna
    Dokumen83 halaman
    Nur Mutmainna
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Nurwahidah
    Nurwahidah
    Dokumen84 halaman
    Nurwahidah
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Karneli
    Karneli
    Dokumen89 halaman
    Karneli
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Nona Syahdan
    Nona Syahdan
    Dokumen89 halaman
    Nona Syahdan
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Lisdawati
    Lisdawati
    Dokumen96 halaman
    Lisdawati
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Fitriani
    Fitriani
    Dokumen84 halaman
    Fitriani
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Ernawati
    Ernawati
    Dokumen97 halaman
    Ernawati
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Esi BAyu Agriani
    Esi BAyu Agriani
    Dokumen100 halaman
    Esi BAyu Agriani
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Fingki Fitriani
    Fingki Fitriani
    Dokumen93 halaman
    Fingki Fitriani
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Novlyanti Alja
    Novlyanti Alja
    Dokumen97 halaman
    Novlyanti Alja
    cHykoe
    Belum ada peringkat