Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR

PENGARUH PERUBAHAN SUHU PANAS DAN SUHU DINGIN MEDIA AIR TERHADAP MEMBUKA DAN MENUTUPNYA OPERCULUM BENIH IKAN NILA

DISUSUN OLEH :

Adistyo Mulyonugroho M. Syihabulhaq Latifah

230110090064 230110090066 230110090068

UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI PERIKANAN JATINANGOR SUMEDANG 2010

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir Praktikum Pengaruh Perubahan Suhu Terhadap Membuka dan Menutup Operkulum Pada Ikan nila yang merupakan bagian dari tugas praktikum mata kuliah Fisiologi Hewan Air. Dalam pembuatan laporan akhir ini, penulis banyak mendapat kesulitan. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungannya dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini. Dalam penyusunannya, penulis menyadari akan segala kekurangan yang ada sehubungan dengan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki oleh kami maka kami mengucapkan maaf yang sebesar besarnya apabila baik dalam dalam penulisan maupun penyajian makalah ini terdapat banyak kesalahan. Dengan tangan terbuka kami akan menerima segala saran dan kritik yang membangun dari para pembaca

. Jatinangor,

Oktober 2010

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan; biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes). Ikan dalam berbagai bahasa daerah disebut iwak, jukut. Fisiologi ikan mencakup proses osmoregulasi, sistem sirkulasi, sistem respirasi, bioenergetik dan metabolisme, pencernaan, organ-organ sensor, sistem saraf, sistem endokrin dan reproduksi (Fujaya,1999). Insang dimiliki oleh jenis ikan (pisces). Insang berbentuk lembaran- lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dare insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dare sepasang filamen, dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga memungkinkan OZ berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang yang disebut operkulum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh operkulum. Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan perluasan ke

atas dari insang dan membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan 02 sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan 02. Contoh ikan yang mempunyai labirin adalah: ikan gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan 02, selain dengan labirin, ikan mempunyai gelembung renang yang terletak di dekat punggung. Stickney (1979) menyatakan salah satu penyesuaian ikan terhadap lingkungan ialah pengaturan keseimbangan air dan garam dalam jaringan tubuhnya, karena sebagian hewan vertebrata air mengandung garam dengan konsentrasi yang berbeda dari media lingkungannya. Ikan harus mengatur tekanan osmotiknya untuk memelihara keseimbangan cairan tubuhnya setiap waktu. Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan 02 sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan 02. Contoh ikan yang mempunyai labirin adalah: ikan gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan 02, selain dengan labirin, ikan mempunyai gelembung renang yang terletak di dekat punggung. Mekanisme pernapasan pada ikan melalui 2 tahap, yakni inspirasi dan ekspirasi. Pada fase inspirasi, 02 dari air masuk ke dalam insang kemudian 02 diikat oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Sebaliknya pada fase ekspirasi, C02 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan bermuara ke insang dan dari insang diekskresikan keluar tubuh.

Ikan memiliki bermacam ukuran, mulai dari paus hiu yang berukuran 14 meter (45 ft) hingga stout infantfish yang hanya berukuran 7 mm (kira-kira 1/4 inci). Ada beberapa hewan air yang sering dianggap sebagai "ikan", seperti ikan paus, ikan cumi dan ikan duyung, yang sebenarnya tidak tergolong sebagai ikan. Ikan dapat ditemukan di hampir semua "genangan" air yang berukuran besar baik air tawar, air payau maupun air asin pada kedalaman bervariasi, dari dekat permukaan hingga beberapa ribu meter di bawah permukaan. Namun, danau yang terlalu asin seperti Great Salt Lake tidak bisa menghidupi ikan. Ada beberapa spesies ikan dibudidayakan untuk dipelihara untuk dipamerkan dalam akuarium. Ikan adalah sumber makanan yang penting. Hewan air lain, seperti moluska dan krustasea kadang dianggap pula sebagai ikan ketika digunakan sebagai sumber makanan. Menangkap ikan untuk keperluan makan dalam jumlah kecil atau olah raga sering disebut sebagai memancing. Hasil penangkapan ikan dunia setiap tahunnya berjumlah sekitar 100 juta ton. Overfishing adalah sebuah istilah dalam bahasa Inggris untuk menjelaskan penangkapan ikan secara berlebihan. Fenomena ini merupakan ancaman bagi berbagai spesies ikan. Pada tanggal 15 Mei 2003, jurnal Nature melaporkan bahwa semua spesies

ikan laut yang berukuran besar telah ditangkap berlebihan secara sistematis hingga jumlahnya kurang dari 10% jumlah yang ada pada tahun 1950. Penulis artikel pada jurnal tersebut menyarankan pengurangan penangkapan ikan secara drastis dan reservasi habitat laut di seluruh dunia.

1.2 Tujuan Percobaan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui perubahan suhu panas media air terhadap membuka dan menutup operculum benih ikan nila yang secara tidak langsung ingin mengetahui laju pernafasan ikan tersebut.

BAB II
ALAT, BAHAN PERCOBAAN DAN CARA KERJA

Percobaan I Dalam pelaksanaan praktikum ini digunakan alat alat dan bahan sebagai berikut : Suhu panas pada media air Alat : Bahan Ikan nila sebanyak 5 ekor Stok air panas untuk mengubah suhu air sesuai perlakuan Beaker glass sebagai tempat ikan untuk diamati Wadah plstik sebagai tempat ikan sebelum dan sesudah diamati Water bath sebagai penangas air Thermometer Hg / alcohol untuk mengukur suhu air Hand counter untuk menghitung bukaan operculum Timer / stopwatch untuk mengamati waktu

Percobaan II Alat : Beaker glass sebagai tempat ikan untuk diamati Wadah plstik sebagai tempat ikan sebelum dan sesudah diamati Freezer sebagai tempat pembuat es batu Palu / martil untuk memecah bongkahan es batu Thermometer Hg / alcohol untuk mengukur suhu air

Hand counter untuk menghitung bukaan operculum Timer / stopwatch untuk mengamati waktu

Bahan : Ikan nila sebanyak 5 ekor Stok es balok untuk mengubah suhu air sesuai perlakuan

CARA KERJA
Percobaan I Dalam percobaan ini langkah langkah yang harus diperhatikan antara lain : 1. Siapkan sebuah beaker glass 1000 ml sebagai wadah perlakuan dan dua wadah plastic sebagai tempat menaruh ikan yang belum dan sudah diamati. 2. Ambil sebanyak 5 ekor ikan nila dari akuarium stok, lalu masukkan kedalam wadah plastic yang telah diberi media air 3. Isi beaker glass dengan air secukupnya ( volumenya ), lalu ukur suhunya dengan thermometer dan catat hasilnya. 4. Pengamatan akan dilakukan dengan dua perlakuan, yaitu : a. T1 = untuk suhu kamar ( C ) b. T2 = untuk suhu 3 C diatas suhu kamar 5. Masukkan satu persatu ikan uji kedalam breaker glass yang sudah diketahui syhunya ( suhu kamar ) kemudian hitung banyaknya membukan & menutup operculum ikan tersebut selama satu menit dengan menggunakan hand counter dan stopwatch sebagai penunjuk waktu dan diulang sebanyak tiga kali untuk masing masing ikan. Data yang diperoleh dicatat pada kertas lembar kerja yang tersedia. 6. Setelah selesai dengan ikan uji pertama dilanjutkan denganikan uji selanjutnya sampai ke lima ikan tersebut teramati. Ikan yang sudah

selesai diamati dimasukkan kedalam wadah plastic lain yang telah disediakan. 7. Setelah selesai dengan perlakuan a, dilanjutkan dengan perlakuan b dengan mengatur suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan dengan cara menambah air panas dari water bath sedikit demi sedikit. Usahakan pada saat pengamataan berlangsung suhu air turun pada kisaran toleransi 0,5 C. pengamatan selanjutnya sama seperti point 5. 8. Catat hasil pengamatan

Percobaan II Dalam percobaan ini langkah langkah yang harus diperhatikan antara lain : 1. Siapkan sebuah beaker glass 1000 ml sebagai wadah perlakuan dan dua wadah plastic sebagai tempat menaruh ikan yang belum dan sudah diamati. 2. Ambil sebanyak 5 ekor ikan nila dari akuarium stok, lalu masukkan kedalam wadah plastic yang telah diberi media air 3. Isi beaker glass dengan air secukupnya ( volumenya ), lalu ukur suhunya dengan thermometer dan catat hasilnya. 4. Pengamatan akan dilakukan dengan dua perlakuan, yaitu : a. T1 = untuk suhu kamar ( .. C ) b. T2 = untuk suhu 3 C dibawah suhu kamar 5. Masukkan satu persatu ikan uji kedalam breaker glass yang sudah diketahui suhunya ( suhu kamar ) kemudian hitung banyaknya membukan & menutup operculum ikan tersebut selama satu menit dengan menggunakan hand counter dan stopwatch sebagai penunjuk waktu dan diulang sebanyak tiga kali untuk masing masing ikan. Data yang diperoleh dicatat pada kertas lembar kerja yang tersedia. 6. Setelah selesai dengan ikan uji pertama dilanjutkan denganikan uji selanjutnya sampai ke lima ikan tersebut teramati. Ikan yang sudah selesai diamati dimasukkan kedalam wadah plastic lain yang telah disediakan.

7. Setelah selesai dengan perlakuan a, dilanjutkan dengan perlakuan b dengan mengatur suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan dengan cara menambah es balok dengan palu sedikit demi sedikit. Usahakan pada saat pengamataan berlangsung suhu air turun pada kisaran toleransi 0,5 C. pengamatan selanjutnya sama seperti point 5. 8. Catat hasil pengamatan.

BAB III HASIL PENGAMATAN

Percobaan I
Table 1. banyaknya bukaan operculum benih ikan nila pada suhu kamar (25C) Ikan ke : 1 2 3 4 5 I 77 97 118 127 165 Average ulangan II 101 109 115 122 160 Rata - rata III 96 88 121 127 162 91.3 32,6 118 124,3 162,3 105,7

Table 2. banyaknya bukaan operculum benih ikan nila pada suhu 3 C diatas suhu kamar (25C + 3 C = 28 C) Ikan ke : 1 2 3 4 5 I 144 132 144 130 178 Average ulangan II 143 118 146 122 200 Rata - rata III 134 148 118 127 190 140,3 132,6 136 126,3 172,3 141,5

Percobaan II
Table 1. banyaknya bukaan operculum benih ikan nila pada suhu kamar (25C) Ikan ke : 1 2 3 4 5 I 195 158 145 115 160 Average ulangan II 90 150 130 105 153 Rata - rata III 99 169 131 117 153 94,6 159 135,3 112,3 155,3 131,3

Table 2. banyaknya bukaan operculum benih ikan nila pada suhu 3 C dibawah suhu kamar (25C - 3 C = 22 C) Ikan ke : 1 2 3 4 5 I 122 133 119 155 146 Average ulangan II 104 147 102 148 132 Rata - rata III 103 159 113 148 152 109,6 146,3 111,3 150,3 143,3 132,16

BAB V PEMBAHASAN

BAB VI KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_nila http://deviansouisa.blogspot.com/2009/07/laporan-praktikum-fisiologihewan-air.html www.google.com

Anda mungkin juga menyukai