Anda di halaman 1dari 5

BAB II 7 UNSUR KEBUDAYAAN DESA KARANGKANCANA

1.

A.

Pengertian Desa dan Status Desa Karangkancana Berdasarkan Tingkatan Perkembangan Desa

Menurut Sutarjo Kartohadikusumo, desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bermukim sutau masyarakat yang berkuasa dan masyarakat tersebut mengadakan pemerintah sendiri. Unsur-unsur dalam desa meliputi : 1. 2. 3. Daerah (lingkungan geografis) Penduduk, yang meliputi berbagai hal tentang kependudukan seperti : jumlah, persebaran, mata pencaharian dll Tata kehidupan, meliputi segala hal yang yang menyangkut seluk beluk kehidupan masyarakat desa. Sedangkan pengertian desa dalam kehidupan sehari-hari atau secara umum sering di istilahkan dengan kampung, yaitu suatu daerah yang letaknya jauh dari keramaian kota, daerah yang dihuni sekelompok masyrakat dimana sebagian besar mata pencaharianya sebagai petani sedangkan secara atmininistrastif desa adalah yang terdiri dari satu atau lebih atau dusun digabungkan hingga menjadi suatu daerah yang berdiri sendiri atau berhak mengatur rumah tangga sendiri (otonomi). Selain itu, syarat-syarat suatu desa itu mempunyai wilayah, adanya penduduk, mempunyai pemerintahan, berada langsung di bawah camat, serta mempunyai kebiasaan-kebiasaan pergaulan sendiri. Adapun tingkat perkembangan suatu desa, tingkat perkembangan desa itu merupakan keadaan tertentu yang diciptakan oleh penduduknya dalam menyelenggarakan kehidupan dan mengelola sumber daya yang ada. Tingkat perkembangan desa dinilai berdasarkantiga faktor yakni faktor ekonomi, sosio kultural, dan faktor prasarana. Faktor ekonomi meliputi mata pencaharian penduduk dan produksi desa.Faktor sosio kultural meliputi adat istiadat, kelembagaan, pendidikan, dan gotong royong. Faktor prasarana meliputi prasarana perhubungan, pemasaran, dan sosial. Berdasarkan faktor-faktor tersebut (berdasarkan tingkat pembangunan dan kemampuan mengembangkan potensi yang dimilikinya) tingkat perkembangan desa dapat dibedakan menjadi tiga yaitu desa swadaya, desa swakarya, dan desa swasembada. Jika dilihat dari tingkatannya tersebut, desa Karangkancana tergolong sebagai desa swakarya. Dimana desa Karangkancana ini merupakan desa yang sedang mengalami transisi, desa yang mulai menggunakan dan memanfaatkan potensi fisik dan non fisik yang dimilikinya, desa yang sudah bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, kelebihan produksi sudah mulai dijual kedaerah-daerah lainnya. Akan tetapi, desa Karangkancana ini belum banyak memiliki sarana dan prasarana yang biasanya terletak didaerah kota. Ciri-ciri desa Swakarya, antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Adanya pengaruh dari luar sehingga mengakibatkan perubahan pola pikir. Sarana prasarana mulai meningkat. Sudah dikenal adanya teknologi yang maju. Tingkat produksivitas sudah cukup tinggi (bukan hanya barang pokok saja yang mereka hasilkan, melainkan mereka juga sudah). Administrasi desa mulai berkembangan. Adat istiadat mulai longgar pengaruhnya dan tingkat pendidikan masyarakat cukup tinggi Mata pencaharian beraneka ragam dan tidak bergantung pada sektor pertanian.

1.

B.

Kehidupan Masyarakat Desa Karangkancana

Pada umumnya penduduk pedesaan di Indonesia ini, apabila ditinjau dari segi kehidupan, sangat terikat dan sangat tergantung dari tanah (earth-bound). Karena sama-sama tergantung pada tanah, kepentingan pokok juga sama, sehingga mereka juga akan bekerja sama untuk mencapai kepentingan-kepentingannya. Hal itu terlihat dari masih adanya pola gotong-royong yang dikembangkan oleh masyarakat Desa karangkancana. Misalnya, pada musim pembukaan tanah atau pada waktu menanam tiba, mereka akan bersama-sama mengerjakannya. Selain itu, gotongroyong masyarakat desa Karangkancana bisa dilihat dalam pelaksanaan adat yang menyangkut kerjasama orang banyak, semisal dalam ritual upacara yang dilakukan masyarakat Desa Karangkancana dalam sedekah bumi sebagi wujud syukur mereka atas hasil panen yang melimpah.

Seperti yang kita ketahui, warga masyarakat pedesaan mempunyai suatu hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedasaan lainnya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan. Di desa Karangkancana walaupun masyarakatnya mayorita bekerja di sektor pertanian, akan tetapi ada pula yang bekerja di sektor jasa. Selain karena kepala desa tersebut yang mencanagkan wajib sekolah bagi masyarakat desa Karangkancana, juga memang karena sarana prasarana mulai meningkat, mereka juga sudah dikenal adanya teknologi yang maju. Mereka merupakan masyarakat yang berada dalam tingkat desa transisi. Adanya pengaruh dari luar mengakibatkan perubahan pola pikir pada mereka warga desa Karangkancana. Mereka tidak hanya memanfaatkan alam/lahan dengan baik, tetapi mereka juga sudah baik dalam pengelolaan administrasi (saha dan kegiatan yang meliputi penetapan tujuan serta penetapan cara-cara penyelenggaraan pembinaan organisasi). Struktur lembaga sudah tata dengan baik, dan sudah ada pembagian kerja yang terstruktur. Walaupun masyarakat desa Karangkancana di taraf pendidikannya sudah cukup tinggi, akan tetapi masih ada warga masyarakat desa Karangkancana yang belum bisa lepas dari adat setempat. Tentu saja hal itu terbilang dan tergolong wajar, karena bukan hanya masyarakat desa Karangkancana saja yang masih percaya akan kekuatan gaib dan masih belum bisa melepaskan adat yang ada, masyarakat desa pada umumnya memang masih percaya pada adat. Bahkan ada sebagian dari masyarakat kota yang juga masih melakukan ritual-ritual adat, atau bahkan masih terikat dengan adat.

1.

C.

Masyarakat Desa Karangkancana dan Kebudayaan

Seperti yang kita ketahui, masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian, tak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan. Begitu pula sebaliknya, tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya. Dalam kehidupan sehari-hari, orang sering membicarakan tentang kebudayaan, dan orang juga tidak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan. Setiap hari orang melihat, mempergunakan, dan bahkan kadang-kadang merusak kebudayaan. Dalam hal ini, kebudayaan setiap bangsa atau setiap masyarakat terdiri dari unsur-unsur yang merupakan kebulatan yang bersifat sebagai kesatuan. Terdapat tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai curtural universals yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, rumah, alat-alat rumah tangga, alat-alat produksi dan sebagainya); Sistem mata pencaharian dan sistem ekonomi; Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi, sistem hukum); Bahasa (lisan maupun tertulis); Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak dll); Sistem pengetahuan; Realigi (sistem kepercayaan). Menurut Selo Soemardjan, kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah ( material culture) yang diperlukan oleh manusia. Rasa yang meliputi jiwa manusia mewujudkan segala kaidah-kaidah dan nilai-nilai sosial yang perlu untuk mengatur masyarakat berserta masalah-masalah yang ada dan segala aktivitasnya. Di dalamnya termasuk agama, keseniandan semua unsur yang merupakan hasil ekspresi jiwa manusia yang hidup sebagai makhluk tuhan, makhluk alam dan makhluk sosial. Selanjutnya cipta, merupakan kemampuan mental, kemampuan berfikir orang-orang yang hidup bermasyarakat, yang menghasilkan filsafat dan pengetahuan. Rasa dan cipta dinamakan pula kehidupan rohaniah dimana mereka sendirilah yang menentukan kegunaannya agar sesuai dengan kepentingan mereka. 1. Kebudayaan yang Ada Di Masyarakat Desa Karangkancana Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa kebudayaan itu secara universals memiliki tujuh unsur-unsur kebudayaan. Di bawah ini akan dibahas mengenai ketujuh unsur tersebut yang ada di Desa Karangkancana. 1. 2. 1. 2. KEKERABATAN REALIGI (SISTEM KEPERCAYAAN)

Pada umumnya masyarakat di desa Karangkancana menganut agama Islam sebagai sistem realiginya. Akan tetapi, masih banyak masyarakat desa Karangkencana yang sistem kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan gaibnya masih kental dan sampai saat ini masyarakat desa Karangkancana masih mempertahankan adat tersebut. Selai itu mereka masih terpengaruh dari kepercayaan warisan nenek moyang (hindu-budha). Hal ini dapat dilihat dari kebiasaankebiasaan masyarakat desa Karangkancana dalam hal kepercayaan yang mereka anut, seperti: 1) Mempersembahkan sesajen dalam berbagai acara yang sacral. Misalnya dalam upacara sunatan, tujuh harian orang meninggal, upacara hasil bumi, orang melahirkan, dan upacara pernikahan. Dari semua masing-masing kegiatan sakral tersebut, upacara/ritual yang dilakukan dalam mempersembahkan sesajen berbeda-beda. Salah satunya, dalam upacara pernikahan. Dalam upacara pernikahan, mereka mempersembahkan sesajen berupa tujuh jenis makanan, tujuh jenih bungabungaan (kembang tujuh rupa), bubur putih-bubur merah, gula batu, cerutu, telur ayam kampung, dan telur asin. Sesajen itu disimpan di gudang penyimpanan beras (goah) yang ada di setiap rumah warga desa Karangkancana yang melakukan upacara pernikahan tersebut. Hal itu dilakukan oleh masyarakat desa Karangkancana agar mereka yang melakukan upacara pernikahan tersebut mendapatkan keberakahan, keselamatan, dan tercapai hajatnya (tujuannya). 2) Masyarakat Karangkancana masih percaya pada animisme dan dinamisme. Masih ada masyarakat yang mempercayai adanya kekuatan yang lebih besar daripada kekuatan mereka sebagai manusia biasa. Mereka percaya jika melakukan semedi atau pemujaan di dalam gua yang dipercaya memiliki kekuatan tertentu, maka apa yang mereka inginkan akan tercapai. Gua tersebut berada di wilayah Indrahayu, yang ada di desa Karangkancana. Gua yang dipercaya oleh masyarakat tersebut, tidak hanya satu gua. Melainkan ada beberapa gua-gua yang dianggap memiliki kekuatan gaib, baik jika dilihat dari gua itu sendiri maupun dari penunggu gua-gua tersebut. Mereka percaya adanya gua-gua yang memiliki kekuatan supernatural tersebut, karena mereka mengetahui caritra dari gua-gua tersebut. Caritra itu mereka dapatkan secara turun-temurun (oral tradition). Gua-gua yang dipercayai itu berjumlah sebelas gua, yaitu gua kandang hayam, gua sumur, gua Arjuna mintu raga rarabi, gua nang-neng-nong, gua karangmasigit, gua leutik, gua karangluatan, gua patapaan munding, gua kabayan dewa, gua racun, dan gua oray.

1.

3.

MATA PENCAHARAIAN

Mata pencaharian masyarakat desa Karangkancana mayoritasnya bekerja dalam sektor pertanian dan perkebunan. Masyarakat yang bekerja di sektor pertanian diklasifikasikan kedalam tiga golongan, yaitu masyarakat pemilik tanah (petani murni), masyarakat pekerja tani (buruh tani, mereka bekerja menggarap lahan petani murni dengan upah 25.000 rupiah/hari, tetapi mereka yang bekerja sebagai buruh tani tidak selalu bekerja sebagai buruh tani, mereka juga bisa melakukan pekerjaan lainnya selain menggarap sawah tersebut) selain itu, ada juga masyarakat penggarap (mereka pada umumnya adalah orang yang diperintahkan oleh pemilik sawah untuk menggarap tanahnya sampai sawah tersebut panen, dengan sistem bagi hasil). Selain dalam sektor pertanian, masyarakat desa Karangkancana juga memanfaatkan sektor perkebunan, masyarakat bekerja sambilan sebagai petani kopi. Mereaka sudah menggunakan dan memanfaatkan potensi fisik dan non fisik yang dimilikinya. Desa Karangkancana memiliki suatu rencana jangka panjang yang menitik beratkan pada pembangunan ekonomi, yang diarahkan dan dikembangkan melalui intensifikasi (tentang meningkatkan kegiatan yg lebih hebat, dimana di sini dimaksudkan agar tanah pertanian harus benar-benar diperhatikan untuk meningkatkan hasil produksinya). Hal itu guna mewujudkan struktur ekonomi pertanian yang menunjang Agroindustri dan Agrobisnis, yang sejalan dengan prioritas pembangunan daerah Jawa Barat dan kabupaten Kuningan. Tentu saja hal tersebut ditunjang dengan adanya program yang polanya one village one product yang dipadukan dengan pola tanam petik olah jual diharapkan dapat meningkatkan pertanian di desa Karangkancana dengan dihasilkannya komoditi unggulan.

1.

4.

SISTEM KESENIAN

Sejak berdirinya Desa Karangkancana, masyarakat memiliki kegiatan seni khas yang biasa dilakukan oleh penduduk sekitar, seni-seni yang juga terdapat di desa lain kabupaten Kuningan khususnya di wilayah kecamatan Karangkancana dan Ciwaru, kesenian tersebut adalah: a) Seni Gembyungan Seni yang sarat dengan pujian shalawat dan salam terhadap Nabi Muhammad Saw, yang biasanya dilakukan pada bulan Rabiul awal, pada saat ada yang menyelenggarakan hajatan seperti hajatan ataupun pernikahan. Caranya yaitu dengan melantunkan shalawatan dan salam disertai alat musik gembyong (sejenis genjring), kendang dan kecapi.

b) Seni Rudat Rudat adalah sebuah seni tari yang disertai dengan tembang Islami dan diiringi alat-alat musik seperti genjring, kecapi dan kendang. Kesenian ini biasanya dilakukan pada saat-saat tertentu saja, misalnya kegiatan hari-hari besar Islam, peresmian tempat-tempat prasarana penunjang kegiatan warga Desa Karangkancana misalnya seperti tempat peribadatan (mushola dan masjid), bisa juga dilakukan ketika peringatan hari-hari besar nasional. c) Tradisi Haol Di Desa Karangkancana dari sejak zaman dahulu sampai sekarang menurut penuntun kepala Desa Karangkancana, masyarakatnya tetap masih melaksanakan tradisi Haol. Tradisi haol pada intinya adalah seni yang dilakukan sebagai peringatan wafatnya sesepuh desa Karangkancana. Acara haol biasanya ditandai dengan berzikir dan berdoa kepada Allah swt, agar almarhum para leluhur desa diampuni dosanya dan diterima iman islamnya serta agar mendapatkan tempat yang layak di sisi Allah. Tujuan diadakannya haol: untuk memperat tali silaturahmi dan persaudaraan di Desa Karangkancana memperat persatuan dan kesatuan lingkungan desa khususnya mereka yang telah ditinggal mati oleh sanak saudara atau anggota keluarganya. Tradisi haol ini biasanya diikuti oleh seluruh keluarga besar pondok pesantren Bani Sanjur atau anak-anak dan cucu-cucu almarhum.

1.

5.

BAHASA

Bahasa yang digunakan oleh masyarakat Karangkancana secara umum adalah bahasa Sunda. akan tetapi untuk logatnya sendiri ada percampuran dari logat sunda Parahiyangan dan sunda Cirebon sehingga menimbulkan bunyi suara (lentong sora) yang cukup unik dalam perpaduan logatnya. Untuk bahasa indonesia sendiri biasanya digunakan dalam hal-hal tertentu saja seperti, menyambut tamu dari luar Provinsi Jawa Barat atau pemerintah kabupaten. Selain itu bahasa Indonesia hanya sering digunakan oleh para siswa yang ada di bangku sekolahan (SD, SMP,SMA) sedangkan untuk orang-orang yang sudah lanjut usia, mereka umunya tidak mengert dan tidak memahami bahasa Indonesia.

1.

6.

TEKNOLOGI

Untuk teknologi sendiri di desa ini sudah cukup maju, terutama teknologi yang digunakan untuk memunjang kebutuhan hidup masyarakat Karangkancana, antara lain: teknologi yang digunakan untuk memudahkan dan mempercepat mobilisasi dan hubungan dengan orang-orang di daerah lain diantaranya yaitu mobil, motor, telepon, dan lain-lain. Sedangkan teknologi untuk pengolahan sawah seperti traktor. Setelah kami wawancarai salah satu kepala desa Karangkancana, beliau mengungkapkan bahwa dengan masuknya teknologi ke Desa Karangkancana sangat membantu masyarakat dalam menghadapi aktivitasnya.

1.

7.

ORGANISASI SOSIAL

Semakin kompleks dan maju suatu masyarakat, maka kehidupan warga masyarakata itu juga semakin didominasi oleh bermacam-macam organisasi yang dibentuk untuk tujuan tertentu dari suatu organisasi tersebut. Pada saat ini desa Karangkancana yaitu Bapak Harun Suntan. Dalam struktur keorganisasian Desa Karangkancana seorang kepala desanya mempunyai jabatan yang tinggi dengan diawasi oleh BPD sebagai pengawas kinerja kepala desa dan sebagai koordinasi dari kepala desa BPD. Berikut ini adalah urutan struktur organisasi di Desa Karangkancana. 1. 2. 3. 4. Kepala desa (Harun Suntana): tugas pokoknya sebagai penanggung jawab Desa Karangkancana yang dibantu oleh perangkat desa dan diawasi oleh seluruh warga masyarakat Desa Karangkancana. BPD (Budiono): tugasnya memantau dan melihat kinerja kepala desa beserta perangkat desa, menyampaikan aspirasi masyarakat kepada kepala desa, serta ikut bermusyawarah. Sekretaris Desa (Solehudin Nur): menyelenggarakan kegiatan administrasi untuk kelancaran dan keberlangsungan misi dari Desa Karangkancana. Kaur Keuangan (Kusnandar): menghimpun, menggali sumber pendapatan desa.

5.

6. 7. 8. 9. 1. 2. 3.

Kaur Umum (Marki): tugasnya adalah melaksanakan, menerima dan mengendalikan surat masuk dan keluar serta mengusahakan tata usaha pengarsipan, mencatat barang-barang dan kekayaan desa, melaksanakan kegiatan administrasi umum, mengelola perangkat administrasi desa, serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh sekretariat desa. Ngabihi (Sutrisna): tugasnya melakukan tugas adminstrasi kependudukan, melaksanakan administrasi pertahanan, melaksanakan kegiatan penataan desa. Raksa Bumi (Sujana): mengikuti, mempersiapkan bahan-bahan kajian perkembangan ekonomi masyarakat (melaksanakan administrasi perkembangan masyarakat Desa Karangkancana). Katib (Nurhasyim Latief): melaksanakan program kelembagaan sosial kemasyarakatan, pendidikan dan kepemudaan, serta melaksanakan program dan kegiatan kesejahteraan sosial. Kepala Dusun Senen (Entin Sutinah): tugasnya adalah membantu kepala desa melaksanakan tugas di wilayah kerjanya (dusun senen), melaksanakan tugas pemerintah desa dibidang pembangunan dan kemasyarakatan di dusun senen. Kepala Dusun Rebo (Karnadi): membantu kepala desa Karangkancana melaksanakan tugasnya dalam pembinaan kerukunan antar warga. Kepala Desa Gunung Jawa (Ade Sudarma): membantu kepala desa Karangkancana melaksanakan tugasnya dalam pembinaan kerukunan antar warga. Kepala Dusun Indrahayu (Elon Darlan): untuk tugas kepala dusun Indrahayu lebih berat jika dibandingkan dengan dusun-dusun lainnya yang ada di Desa Karangkancana yang tadi telah disebutkan di atas. Hal ini dikarenakan dusun Indrahayu tempatnya sangat terpencil dan terpisah cukup jauh dengan desa pusat yaitu Desa Karangkancana. Secara garis besar tugasnya adalah membantu tugas kepala desa pusat, melaksanakan tugas pemerintahan di dusun Indrahayu itu sendiri, baik dibidang pembangunan, kemasyarakatan, ketentraman serta ketertiban masyarkat desa di wilayah kerjanya. Untuk lembaga kemasyarakatan, kepala Desa Karangkancana mengeluarkan keputusan mengenai pembentukan LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat), dan pengukuhan pengurus MUI Desa Karangkancana, disusul pula dengan diterbitkannya buku mengenai informasi desa kepada perangkat desa, tentang tata kerja, prosedur kerja, tugas, fungsi serta kewajiban aparatur desa pada bidangnya masing-masing (jadi lebih jelas dan lebih rinci). Dalam pelaksanaan kebijakan dari pemerintah desa dijalnkan melalui kepala desa, yang dijalnkan dengan asas demokrasi, yang melalui musyawarah, dimana aspirasi masyarakat dalam hal ini juga sangat diperhatikan dan dipertimbangkan melalui musyawarah. Misalnya dalam pembentukan pengurus BPD.

Anda mungkin juga menyukai