Anda di halaman 1dari 6

8. Gambaran system sirkulasi yang digunakan a.

Kantin Pada kantin gedung tarbiyah, terdapat system sirkulasi udara yaitu pintu dan jendela. Pintu yang terdapat di kantin ada dua yaitu di bagian depan dan belakang. Pintu bagian depan kantin merupakan tempat berkumpul, maka terkadang ada yang merokok. b. Kantor Sub.Bag.Umum Pada kantor sub.bag.umum gedung tarbiyah, terdapat system sirkulasi udara yaitu pintu dan jendela. Pintu menghadap ke teras gedung sedangkan jendela menghadap keluar parkiran motor dan mobil. Selain itu pada ruang kantor juga terdapat AC dan jendela terbuka. Pada kantor sub.bag.umum gedung ekonomi, terdapat system sirkulasi udara yaitu pintu dan jendela. Pintu menghadap ke teras gedung sedangkan jendela menghadap keluar parkiran motor dan mobil dan dalam keadaan tertutup. Selain itu pada ruang kantor juga terdapat AC. c. Perpustakaan Pada perpustakaan gedung tarbiyah maupun ekonomi, terdapat system sirkulasi udara yaitu pintu dan jendela. Pintu menghadap ke teras gedung sedangkan jendela menghadap keluar parkiran motor dan mobil dan dalam keadaan tertutup. Selain itu pada ruang perpustakaan juga terdapat AC. d. Kelas Non-AC Pada Kelas non-AC gedung tarbiyah, terdapat system sirkulasi udara yaitu pintu dan jendela. Pintu menghadap ke teras gedung sedangkan jendela menghadap keluar parkiran motor dan seluruh jendela selalu dalam keadaan terbuka. Pada Kelas non-AC gedung ekonomi, terdapat system sirkulasi udara yaitu pintu dan jendela. Pintu menghadap ke teras gedung sedangkan jendela bagian kanan menghadap keluar parkiran motor dan bagian kiri menghadap ke teras gedung dan seluruh jendela selalu dalam keadaan terbuka. Selain itu juga terdapat dua kipas angin yang satu berfungsi sedangkan yang satunya tidak berfungsi. e. Kelas AC dan jendela menghadap ke parkiran motor sedangkan pintu belakang menghadap ke dalam gedung. Selain itu karena

Pada Kelas non-AC, terdapat system sirkulasi udara yaitu pintu dan jendela. Pintu menghadap ke teras gedung sedangkan jendela yang bagian kiri menghadap keluar yaitu taman fakultas ekonomi dan bagian kanan menghadap ke teras gedung. 9. Hasil Pengukuran Fakultas No Pengukuran Tarbiyah Kantin Kantor sub. Bag. umum Perpustakaa n Kelas 1 (non-AC) Kelas 2 Ekonomi (non-AC) Kantor sub. Bag. Umum Perpustakaa n Kelas 1 (non-AC) Kelas 2 (AC) Mulai pengukura n 07:50:28 08:10:52 08:34:09 08:52:12 09:05:57 09:36:54 09:51:14 10:02:25 10:16:10 Selesai pengukuran 07:55:28 08:15:55 08:39:11 08:57:13 09:10:57 09:41:55 09:56:18 10:07:25 10:21:10 Waktu pengukuran 5 menit 5 menit 3 detik 5 menit 2 detik 5 menit 1 detik 5 menit 5 menit 1 detik 5 menit 4 detik 5 menit 5 menit Nilai debu min (mg/m3) 0,017 0,011 0,012 0,002 0,002 0,002 0,010 0,002 0,018 Nilai debu max (mg/m3) 0,073 0,052 0,035 0,024 0,021 0,045 0,056 0,036 0,056 TWA (mg/m3) 0,037 0,027 0,049 0,011 0,013 0,018 0,023 0,013 0,036 Kecepata n Angin (m/s) 1,5 0 0 0 0,3 0 0 0 0

10. Evaluasi Hasil Pengukuran

Menurut keputusan menteri kesehatan no 1405 tahun 2002 kandungan debu maksimal didalam udara ruangan dalam pengukuran rata-rata 8 jam adalah sebagai berikut :

Dan dari hasil pengukuran yang kami dapatkan, semua hasil pengukuran debu di gedung fakultas tarbiyah dan gedung fakultas ekonomi seluruhnya berada di bawah konsentrasi maksimal. Sehingga untuk debu ruangan di gedung fakultas tarbiyah dan gedung fakultas ekonomi seluruhnya masih aman untuk digunakan untuk karyawan untuk bekerja dan masih aman untuk mahasiswa untuk kuliah di ruang kelas. Dari hasil pengukuran yang kami lakukan, diketahuinya gambaran tingkat debu di gedung fakultas tarbiyah dan gedung fakultas ekonomi. Disini terlihat bahwa seluruh konsentrasi debu di kedua gedung ini masih dibawah nilai ambang batas yang ditetapkan oleh kementrian kesehatan. Dilihat dari hasil, terlihat bahwa konsentrasi debu tertinggi terlihat pada kantin gedung fakultas tarbiyah, disini dapat dijelaskan kantin ini memiliki konsentrasi tertinggi dimungkinkan dengan adanya orang yang merokok didalam kantin saat pengukuran dan adanya kegiatan masak memasak di kantin saat pengukurang berlangsung. Sehingga konsentrasi debu di kantin gedung fakultas tarbiyah lebih tinggi dibandingkan dengan ruangan lainnya. Konsentrasi rendah paling rendah dari pengukuran debu yang kami lakukan adalah pada ruangan kelas yang tidak ber-AC. Disini dimungkinkan dengan dibukanya seluruh sirkulasi udara ruangan kelas tersebut dan pada fakultas ekonomi yang tidak ber-AC terdapat kipas angin yang kipas angin tersebut dihidupkan. Sehingga konsentrasi debu di ruangan kelas tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan ruangan-ruangan lainnya. Untuk ruangan lainnya yang ber-AC konsentrasi debunya relative sama. Untuk konsentrasi ruangan yang ber-AC ini lebih tinggi dibandingan dengan ruangan yang tidak ber-AC, hal ini dimungkinkan dengan AC yang berada di ruangan tersebut kurang maintenance sehingga konsentrasi debunya lebih tinggi dibandingkan dengan ruangan yang tidak ber-AC. Padahal

seharusnya AC ini berfungsi untuk mengencerkan kadar debu yang ada dalam ruangan dan memfilter debu yang berada dalam ruangan. Kemungkinan risiko kesehatan yang mungkin adalah sebagai berikut. Partikel debu dapat menggangu kesehatan manusia seperti timbulnya iritasi pada mata, alergi, gangguan pernapasan dan kanker paru-paru. Efek debu terhadap kesehatan sangat tergantung pada : Solubity (mudah larut), komposisi kimia, konsentrasi debu dan ukuran partikel debu (Pudjiastuti, 2002) Sistem pernafasan mempunyai beberapa sistem pertahanan yang mencegah masuknya partikel-partikel baik berbentuk padat maupun cair, kedalam paru-paru. Bulu-bulu hidung akan mencegah masuknya partikel-partikel berukuran besar, sedangkan partikel yang berukuran lebih kecil akan dicegah masuk oleh membran mukosa yang terdapat disepanjang sistem pernafasan dan merupakan permukaan tempat partikel menempel. Menurut Pudjiastuti (2002) ukuran debu sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit pada saluran pernapasan. Dari hasil penelitian ukuran tersebut dapat mencapai organ target sebagai berikut: a. 5-10 mikron akan tertahan oleh saluran pernapasan bagian atas. b. 2-5 mikron akan tertahan oleh saluran pernapasan bagian tengah. c. 1-3 mikron hinggap dipermukaan/ selaput lendir sehingga menyebabkan vibrosis paru. d. 0,1-0,5 mikron melayang di permukan alveoli. Partikel-partikel yang masuk dan tertinggal di dalam paru-paru mungkin berbahaya bagi kesehatan karena tiga hal penting, yaitu: a. Partikel tersebut mungkin beracun karena sifat-sifat kimia dan fisiknya. b. Partikel tersebut mungkin bersifat inert (tidak beraksi) tetapi tinggal di dalam saluran pernafasan dapat menggangagu pembersihan bahan-bahan lain yang berbahaya. c. Partikel-partikel tersebut mungkin dapat membawa molekul-molekul gas yang berbahaya, baik dengan cara mengabsorbsi atau mengadsorbsi, sehingga molekul-molekul gas tersebut dapat mencapai dan tertinggal di bagian paru-paru yang sensitif. Karbon merupakan partikel yang umum dengan kemampuan yang baik untuk mengabsorbsi molekul-molekul gas pada permukaannya (Fardiaz, 1992)

Partikel PM10 yang berdiameter 10 mikron memiliki tingkat kelolosan yang tinggi dari saringan pernafasan manusia dan bertahan di udara dalam waktu cukup lama. Tingkat bahaya semakin meningkat pada pagi dan malam hari karena asap bercampur dengan uap air. PM10 tidak terdeteksi oleh bulu hidung sehingga masuk ke paru-paru. Jika partikel tersebut terdeposit ke paruparu akan menimbulkanperadangan saluran pernapasan, gangguan penglihatan dan iritasi kulit (Anonimous, 2002) Menurut WHO 1996 ukuran debu partikel yang membahayakan adalah ukuran 0,1-5 atau ukuran 10 mikron. Depkes mengisyaratkan bahwa ukuran debu yang membahayakan berkisar 0,1 sampai 10 mikron. Pneumokoniosis disebabkan oleh debu mineral membentuk jaringan parut (slicosis, anthrakosilikosis, asbestosis). Gejala penyakit ini berupa sakit paru-paru, namun berbeda dengan penyakit TBC paru. Partikel debu selain memiliki dampak terhadap kesehatan juga dapat menyebabkan gangguan sebagai berikut: a. Gangguan estetik dan fisik seperti terganggunya pemandangan dan pelunturan warna bangunan dan pengotoran. b. Merusak kehidupan tumbuhan yang terjadi akibat adanya penutupan pori-pori Gejala penyakit ini berupa sakit paru-paru, namun berbeda dengan penyakit TBC paru. Partikel debu selain memiliki dampak terhadap kesehatan juga dapat menyebabkan gangguan sebagai berikut: a. Gangguan estetik dan fisik seperti terganggunya pemandangan dan pelunturan warna bangunan dan pengotoran. b. Merusak kehidupan tumbuhan yang terjadi akibat adanya penutupan pori-pori suatu mekanisme yang khas pada bronchitis dan juga terlihat pada perokok tembakau. Tempat utama bagi absorbsi di saluran nafas adalah alveoli paru-paru. Ini terutama berlaku untuk gas dan juga uap cairan. Kemudahan absorbsi ini berkaitandengan luasnya permukaan alveoli, cepatnya aliran darah dan dekatnya darah dengan alveoli. 11. Simpulan dan Rekomendasi

a. Simpulan Dilihat dari hasil, terlihat bahwa konsentrasi debu tertinggi terlihat pada kantin gedung fakultas tarbiyah, disini dapat dijelaskan kantin ini memiliki konsentrasi tertinggi dimungkinkan dengan adanya orang yang merokok didalam kantin saat pengukuran dan adanya kegiatan masak memasak di kantin saat pengukurang berlangsung. Sedangkan konsentrasi rendah paling rendah dari pengukuran debu yang kami lakukan adalah pada ruangan kelas yang tidak ber-AC. Disini dimungkinkan dengan dibukanya seluruh sirkulasi udara ruangan kelas tersebut dan pada fakultas ekonomi yang tidak ber-AC terdapat kipas angin yang kipas angin tersebut dihidupkan. Namun secara keseluruhan dari hasil pengukuran yang kami lakukan, diketahuinya gambaran tingkat debu di gedung fakultas tarbiyah dan gedung fakultas ekonomi. Disini terlihat bahwa seluruh konsentrasi debu di kedua gedung ini masih dibawah nilai ambang batas yang ditetapkan oleh kementrian kesehatan. Sehingga jumlah debu total pada kedua gedung itu tidak menimbulkan risiko terhadap kesehatan para penghuni gedung. b. Rekomendasi Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No 1405 Tahun 2002, agar kandungan debu di dalam udara ruang kerja perkantoran memenuhi persyaratan kesehatan maka perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut : a) Kegiatan membersihkan ruang kerja perkantoran dilakukan pada pagi dan sore hari dengan menggunakan kain pel basah atau pompa hampa (vacuum pump). b) Pembersihan dinding dilakukan secara periodik 2 kali/tahun dan dicat ulang 1 kali setahun. c) Sistem ventilasi yang memenuhi syarat.

Anda mungkin juga menyukai