Anda di halaman 1dari 3

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Lahan merupakan daerah permukaan daratan bumi yang mencakup atmosfer, biosfer, tanah, geologi, hidrologi, populasi tumbuhan dan hewan serta hasil kegiatan manusia pada masa lampau dan masa kini yang memberikan pengaruh atas penggunaan lahan (Notohadiprawiro, 1991). Di bidang pertanian, lahan merupakan faktor produksi yang paling penting karena, semua kegiatan di bidang pertanian dilakukan diatas lahan, salah satunya adalah kegiatan pengolahan tanah. Kegiatan pengolahan tanah merupakan salah satu aktivitas budidaya pada lahan pertanian yang bertujuan untuk menciptakan keadaan tanah olah yang siap tanam, baik secara fisik, kimia dan biologi agar sesuai dengan pertumbuhan tanaman (Sihombing, 2010). Pengolahan tanah juga merupakan salah satu faktor penentu baik atau tidaknya hasil panen selain pemilihan bibit unggul, proses pemeliharaan dan proses panen. Ketersediaan lahan pertanian di Indonesia sekarang ini semakin menyempit, karena perubahan alih fungsi (konversi) lahan pertanian menjadi lahan non pertanian. Contohnya perubahan lahan pertanian menjadi lahan pemukiman, lahan industri dan perubahan lahan pertaniannya menjadi lahan perkebunan. Pertambahan jumlah penduduk juga menyebabkan pada peningkatan jumlah kebutuhan pangan terutama beras, sedangkan ketersediaan lahan pertanian semakin menyempit. Oleh karena dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan, pemerintah

melakukan pengembangan pertanian pada lahan-lahan marginal seperti lahan rawa pasang surut. Lahan rawa pasang surut adalah lahan yang sangat dipengaruhi oleh pasang surutnya sungai dan rawa-rawa di sekitar lahan. Ciri khas lahan pasang surut adalah tanahnya berupa tanah gambut dengan tingkat kemasaman tinggi dengan pH hanya 4,5 (Forogri, 2011). Luas lahan rawa pasang surut di Indonesia yang telah dikembangkan oleh pemerintah kurang lebih 1,8 juta hektar dari total 20 juta hektar lahan rawa pasang surut yang ada (Septriawan, 2011). Jenis lahan persawahan di desa Mulia Sari adalah jenis rawa pasang surut dengan ciri, lahan persawahannya dipengaruhi oleh pasang surut air sungai yang ada di sekeliling desa, warna tanah sawah yang dominan adalah warna hitam gelap dengan sedikit berwarna putih. Di desa Mulya Sari, kegiatan pertanian seperti kegiatan pengolahan tanah hanya dapat dilakukan pada waktu musim hujan, karena pada waktu musim kemarau konsentrasi garam di tanah lebih tinggi yang akan mempengaruhi tumbuh tanaman terutama tanaman padi. Selain itu, jumlah tenaga kerja yang ada di desa Mulya Sari sangat terbatas untuk melakukan kegiatan pengolahan tanah. Sehingga, penulis

tertarik untuk melakukan praktik lapangan yang berhubungan dengan pengolahan tanah menggunakan traktor tangan (hand tractor) di lahan pasang surut di desa Mulya Sari kabupaten Banyuasin.

B.Tujuan

Tujuan dari praktik lapangan untuk mengetahui proses pengolahan tanah sawah rawa pasang surut yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Mulya Sari Delta Telang II dengan menggunakan traktor tangan (Hand Tractor).

Anda mungkin juga menyukai