Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Geoaplika (2007) Volume 2, Nomor 3, hal.

121 131

Hermawan Tri Endah Utami

Penentuan dan Pemilihan Lokasi Rencana Sludge Landfill di Kediri dari Aspek Geoteknik
Sari Industri rokok Gudang Garam menghasilkan limbah padat (sludge) dari proses pembuatan bubur kertas (pulp). Limbah padat ini termasuk limbah industri non B3 dan diusulkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku batu bata. Sebelum proses perijinan pemanfaatan dari Menteri Lingkungan Hidup turun, maka Pabrik merencanakan Sludge Landfill di lingkungan pabrik Gudang Garam-Kediri. Rencana lokasi terletak di atas endapan purba Kali Brantas. Penelitian dilakukan dengan metoda survei bawah permukaan tanah menggunakan pengukuran tanah, pengeboran teknik, penyondiran, geolistrik dan uji laboratorium mekanika tanah. Kondisi tanah/batuan dasar yang akan dijadikan alas landfill tersebut merupakan perselingan antara anggota lempung dan lempung organik. Di bagian atasnya dijumpai lensa-lensa pasir dan konglomerat yang meluluskan air. Hal ini akan berpengaruh terhadap konstruksi landfill di lokasi tersebut, oleh karena itu perlu dicarikan solusi geoteknik dalam pembangunan konstruksi, sehingga konstruksi landfill ini layak sebagai tempat penimbunan akhir atau sementara limbah padat sludge. Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memberikan solusi geoteknik pada rencana tempat penimbunan limbah padat (sludge landfill) di daerah endapan sungai besar.
Kata kunci: tempat penimbunan limbah padat, rembesan atau mata air, dan solusi geoteknik.

Diterima: 22 Juni 2007 Disetujui: 15 Agustus 2007 Dipresentasikan: 26 Des. 2007 @ Geoaplika 2007

Hermasan *
Penyelidik Bumi pada Pusat Lingkungan Geologi Jl. Diponegoro 57, Bandung E-mail: hermawan@plg.esdm.co.id

Abstract The Gudang Garam cigarette industry produces sludge resulted from pulp processing. This solid waste is the non B3 industrial waste and proposed to be utilized as a material for making brick. Before the permit on utilized as a material issued by the Ministry of Living Environment, the Gudang Garam cigarette plans a sludge landfill site in the factory area. The site plan is located on ancient deposit of Brantas River. An investigation is carried out through subsurface survey method by using geotechnical drilling, sounding, geoelectric and soil mechanic laboratory test. Soil/bedrock condition that would be as the base for landfill is the intercalation of clay and organic clay. On the top are permeable sand lens and conglomerate that will affect landfill construction in the site location. Therefore, it needs geotechnical solution in the construction to make the the planned site is feasible for the landfill or a temporary location of sludge. This paper is aimed at giving a geotechnical solution in the planned site for sludge landfill in the big river deposit.
Keyrods: landfill sludge, leakage or spring, geotechnic solution.

Tri Endah Utami


Penyelidik Bumi pada Pusat Lingkungan Geologi Jl. Diponegoro 57, Bandung

* Alamat korespondensi

121

Pendahuluan Kebutuhan sludge emeergency landfill atau tempat penimbunan limbah padat pabrik kertas rokok (pulp) bagi suatu pabrik rokok besar sangat dirasakan guna menampung limbah pulp berukuran halus (sludge) sewaktu belum dapat/boleh dimanfaatkan sebagai bahan baku batu bata (batako) maupun tempat telor. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian rinci (detail engineering design) di lokasi tapak yang telah direncanakan dan dicanangkan. Hasil penelitian rinci di lapangan yang telah dilaksanakan pada lokasi rencana tempat penimbunan darurat limbah padat (pulp) di Desa Ngebrak, Kecamatan Sampengrejo, Kabupaten Kediri Provinsi Jawa Timur (Gambar 1) dapat diuraikan di bawah ini sebagai berikut, Metodologi Pengaruh Topografi Pengukuran topografi rencxana lokasi landfill ini serta titik-titik penampangan lokasi rencana landfill terhadap daerah sekitarnya telah dilakukan dengan data ukur tanpa patok sebanyak 27 titik, sedang areal lokasi rencana limbah dengan lulas kurang dari satu hektar telah dilakukan pengukuran utama sebanyak empat titik pengamatan memakai patok ukur,

dan data ukur penunjang situasi ke arah sungai Brantas dengan patok sebanyak 14 titik guna antisipasi luapan banjir 50 tahunan. Pendugaan Geolistrik Pendugaan (interpretasi) geolistrik secara kuantitatif dari 5 (lima) kurva tahanan jenis semu yang diperoleh dari pengukuran lapangan di daerah ini telah dapat menunjukkan beberapa kontras tahanan jenis yang ditafsirkan sebagai perubahan lapisan batuan, kemudian digambarkan dalam satu penampang tahanan jenis. Pengeboran Teknik Pengeboran teknik dilaksanakan dengan memakai bor mesin sistim putar (rotary drilling) dengan cara kering, penggunaan air pembilas secara kering, penggunaan air pembilas secara sirkulasi pada kepentingan tertentu seperti mempermudah pemasangan casing, mempermudah pengeluaran inti bor dari tabung penginti (single core barrel). Selama Pengeboran dilakukan pengukuran kedalaman muka airtanah, pengukuran dilakukan sebelum dan setelah pengeboran setiap hari. Selain itu selama pengeboran berlangsung dilakukan dilakukan pemerian tanah dan batuan, uji SPT serta permeabilitas tanah dan batuan.

Gambar 1. Peta Geologi daerah Kediri (Santoso, dkk., 1992)

122

Jurnal Geoaplika (2007) Volume 2, Nomor 3, hal. 121 131

belah (Raimond Sampler) sehingga akan diperoleh jumlah pukulan untuk memasukan tabung SPT tersebut sedalatn 30 cm ke dalam tanah/batuan yang masih belum terganggu atau diperoleh nilai SPT pukulan (N). Uji Kelulusan Air (Permeability Test) Pengujian kelulusan air (permeability, test) di lapangan telah dilakukan, pengujian ini dilaksanakan seiring dengan kemajuan pengeboran inti serta dilakukan pada lubang sumuran uji (test pit) dan permukaan tanah, Gambar 4. Pelaksanaan pengujian kelulusan air dilakukan dengan metoda penurunan muka air (falling/variable head method). Penurunan muka air tersebut kita catat setiap waktu, maka nilai kelulusan air (k) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (NAVFAC. 1971),

Gambar 2. Lokasi penelitian rencana tempat penimbunan darurat limbah padat di K di i

Dilakukan penelitian rinci dengan pengeboran inti (teknik) menggunakan mesin KOKEN OP 2L ini bertujuan untuk mengetahui kondisi lapisan tanah bawah permukaan, melakukan pengujian permeabilitas lapisan tanah.

R2 L H k= ln ln 1 2 L (t 2 t1 ) R H 2
di sini, k : nilai kelulusan air (cm/detik). H1 : tinggi muka air dalam casing mulamula (cm). H2 : tinggi muka air dalam casing setelah beberapa saat (cm). ti : waktu pada saat mulai pengujian (detik). T2 : waktu setelah beberapa saat pengujian (detik). R : jari jari lubang bor (cm) L : tebal lapisan yang diuji (cm).

Gambar 3. Pengeboran teknik dan pengujian perkolasi tanah dan batuan.

Pengujian Standard Penetration Test (N-SPT), selain itu untuk memperoleh contoh tanah tergangggu dan contoh tanah tidak terganggu serta contoh inti yang disimpam dalam kotak contoh inti (core hox) Bowles (1984). Pengeboran teknik telah dilakukan sebanyak lima titik bor (lubang bor) dengan kedalaman bor masing-masing adalah 15 meter, Gambar 3. Standar Penetration Test (SPT) Pengujian dimaksudkan tmtuk mengetahui kekuatan atau perlawanan lanah/batuan terhadap penetrasi tabung SPT atau tabung baja

Gambar 4: Pengujian kelulusan air dengan metode falling head.

123

Evaluasi Daya Dukung Tanah Daya dukung (allowable bearing capacity) suatu tanah tergantung pada kuat geser tanah, sebagian besar teori yang sekarang digunakan didasarkan pada teori plastisitas. Terzaghi (1943) mengembangkan persamaan days dukung tanah yang kemudian dikembangkan oleh Mayerhof(1965) adalah sebagai berikut,

dengan kemiringan lereng 0 - 3 umunnya menempati dearth dataran Iembah yang dibentuk oleh endapan limpas banjir sungai Brantas dan endapan laharik G. Kelud (Santoso, 1992) Gambar 1. Pada lokasi rencana emergency landfill sludge pabrik kertas di Kediri mempunyai morfologi dataran limpas banjir sungai Brantas berelief yang dipengaruhi oleh pengendapan meander din aliran lahar G. Kelud. Gambar 5 dan 6.

qa = cNq + DNq + 0.5BN


di sini, qa daya dukung yang diijinkan dengan penurunan maksimum 2.5 cm c : kohesi tanah : sudut geser dalam N, Nq, N, : faktor daya dukung tergantung pada nilai sudut geser dalam
:

B : lebar fondasi D : dalam fondasi Nilai factor daya dukung tersebut diperoleh dari persamaan sebagai berikut. Daya Dukung Dangkal dari Nilai Sondir Pengertian fondasi dangkal ini adalah jika dua kali lebar fondasi sama atau lebih baser dare dalamnnya fondues (2B labia baser saga dengan D). Perhitungan daya dukung fondasi dangkal ini mempergunakan persamaan Mayerhoff ( 1974) seperti pada Tabel 7,

Gambar 5. Meander S. Brantas, mempengaruhi penyebaran ukuran butir lapisan tanah di rencana lokasi landfill sludge.

qa =
qa qc B D = = = =

qc xB D 1 + 40 B

daya dukung tanah Yang diijinkan (kg/cm2) tekanan konus (kg/cm2) lebar fondasi (cm) kedalaman fondasi (cm)
Gambar 6. Profil meandering sungai

Hasil Pengujian dan Analisis Pengukuran Topografi Berdasarkan hasil pengukuran topografi daerah penelitian mempunyai morfologi dataran Pengambilan contoh tanah tidak terganggu dimaksudkan untuk mendapatkan contoh tanah yang dapat mewakili kondisi tanah asli pada kedalaman tertentu. Pengambilan dilakukan

124

Jurnal Geoaplika (2007) Volume 2, Nomor 3, hal. 121 131

dengan menggunakan tabung contoh yang terbuat dari baja tipis (thin wall tube) bergaris tengah 7,30 cm dan panjang 50 cm (ASTM D1452). Dalam pelaksanaan pengambilan contoh tidak terganggu dilakukan dengan tekanan hidrolis, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh contoh tanah yang asli/belum area tidak terganggu (undisturbed samples), pengambilan contoh tak terganggu ini hanya dilakukan apabila uji SPT kurang dari 12 pukulan. Setelah pengambilan contoh tanah tersebut, kedua ujung tabung ditutup dengan menggunakan lion agar contoh yang diperoleh tetap dalam kondisi seperti aslinya, yaitu tidak kehilangan kadar aimya. Dalam pelaksanaan pengambilan contoh tidak terganggu telah diperoleh sebanyak 2 contoh tidak terganggu, sate contoh terganggu dari inti bor terambil. Pengujian laboratorium mekanika tanah diutamakan untuk mengetahui angka permeabilitas tanah dan batuan dari uji laboralorium untuk diperbandingkan dengan pengujian langsung di lapangan. Pengamatan muka air tanah dilakukan pada kedudukan muka air tanah[ bebas (akuifer tidak tertekan) Sudadi (1996). Pengamatan dilakukan dengan referensi terhadap permukaan tanah setempat. Metode pengujian untuk pengamatan muka air tanah bebas dapat dilakukan dengan mengacu pada SNI 03-3970-1995. Hasil pengamatan muka air tanah bebas sebagai (Tabel 1),
Tabel 1: Hasil pengamatan muka air tanah bebas dilakukan pada pertengahan musim kemarau bulan Agustus 2005.

Pada sisi barat dijumpai saluran air yang berfungsi mengalirkan air permukaan pada musim hujan, debit mata air cukup besar pada musim hujan, dialirkan keluar melewati paritan sawah menuju ke luar wilayah pabrik. Tetapi kering pada musim kemarau, sehingga sawah tersebut merupakan sawah tadah hujan. Dengan melihat nilai pukulan (N) akan dapat diperkirakan kondisi Batas tanah dan lapisan keras serta dapat dikorelasikan dengan sifatsifat maupun variasi tanah/batuan yang diuji. Hasil pengujiannya akan berguna dalam perencanaan fondasi bangunan akan diletakkan di alas lapisan keras pada kedalaman tertentu yang mempunyai daya dukung tinggi dan atau penentuan jenis fondasi bangunan apabila lapisan keras dipandang sangat dalam. Metode pengujiannya dapat dilakukan dengan meugacu pada SNI 03-4153-1996. Hasil nilai standard penetration test (N-SPT) sebagai berikut Tabel 2),
Tabel 2: Hasil pengujian (N-SPT)

No.Bor BH-1 BH-2

Kedalaman (m) 2,00 2,45 2,45 15 2,00 2,45 2,465 15

Nilai N 8 > 60 25 > 60

HI diukur dari pertengahan lapisan yang diuji sampai tinggi muka air awal. bila tidak terdapat air tanah. Dan bile terdapat air tanah maka HI diukur dari permukaan air tanah hingga tinggi muka air awal, Gambar 4 dan 5. Dengan menggunakan rumus tersebut di atas maka nilai kelulusan air dapat dihitung dan ringkasan dari basil hasil pengujian permeabilitas tanah dapat dilihat pada Tabel 3. Seharusnya untuk dapat mengetahui penyebaran jenis tanah/batuan berdasarkan data geolistrik maka terlebih dahulu dilakukan kalibrasi antara data jenis tanah/batuan pada

No. BH-1 BH-2 BH-3 BH-4 BH-5

Kedalaman m.a.t. (m) 4,50 m 3,20 m 3,20 m -m -m

125

penampang geolistrik yang berdekatan menurut Bhattacharia dan Patna (1868) serta Flate dan Leibold (1976).
Tabel 3: Hasil uji permeabilitas tanah dengan metode falling head
No. Bor 1 2 3 4 5 Kedalama n (m) BH-1 1,9 3,4 BH-2 0,7 4,35 BH-3 0 5,4 BH-4 BH-5 0 4,8 0 3,0 Permeabilitas (cm/det) 1,4 x 10
-6

berhubungan dengan geologi teknik dan hidrogeologi adalah sebagai berikut, Litologi tanah / batuan dasar adalah sedimen berbutir sangat halus yang bersifat kedap air. tidak berongga, tidak bercelah dan tidak terkekarkan secara inrensiv. Tidak merupakan dearah yang berpotensi bencana alam: longsoran, bahaya gunningapi, gempa bumi dan sesar aktif. Bukan merupakan daerah resapan bagi air tanah tidak tertekan yang penting dan air tanah tertekan. Dihindari lokasi yang di bawahnya terdapat lapisan air tanah, jika dijumpai lapisan pembawa air tanah maka jarak terdekat lapisan tersebut dengan bagian dasar landfill adalah 4 meter artinya mempunyai lapisan relativ kedap (10-5) cm/detik minimal setebal 4 meter. Lokasi bukan merupakan daerah genangan air dan banjir 50 atau 100 tahunan, berjarak sedikitnya 500 meter dari aliran sungai yang mengalir sepanjang tahun, danau, waduk untuk irigasi pertanian dan air bersih. Struktur Perlapisan Berdasarkan hasil pemboran teknik, uji sondir, uji permeabilitas dan resapan (infiltration) dan pendugaan geolistrik maka struktur perlapisan tanah di lokasi penyelidikan adalah sebagai berikut, Satuan Lanau Lempung Pasiran Satuan ini mendominasi bagian Permian dan daerah penyelidikan pada bor teknik BM2, BM-3, dan BM-4; geolistrik P-l, 1-4, P-5, P-7, dan P-8; serta uji sondir S-4 dan S-6 yang tersusun oleh lapisan lanau, lempung lanauan hingga Iempung pasiran berwarna abu-abu. abu-abu kecoklatan, abu-abu kehitaman, umumnya bersifat lunak agak teguh dengan permeabilitas berada pada orde l0-5 - 10-6 cm/detik dengan ketebalan lapisan antara 4 hingga 7 meter.

Litologi Lempung Lempung Lempung lanauan Lempung lanauan Lempung

2,85 x 10-7 2,88 x 10-5 1,65 x 10-5 5,27 x 10-7

Kalibrasi harus tersebut dilakukan berdasarkan pengamatan langsung dari singkapan tanah/batuan di lapangan ataupun dengan inti bor yang telah ado. Berdasarkan kriteria tersebut maka dapat diinterpretasikan korelasi pendugaan geolistrik tersebut adalah sebagai berikut (Tabel 4 dart 5),
Tabel 4: Korelasi geolistrik

Tahanan Jenis semu (ohmm) 18 11 15

Litologi Lempung Lempung pasiran

Dengan mengacu pada korelasi tersebut maka hasil pendugaan geolistrik dari 5 (lima) titik duga geolistrik adalah sebagai berikut: Mengacu pada Surat Keputusan Kepala Badan Pengendalian Darnpak Lingkungan No: Kep04/Bapedal/09/1995, tanggal 5 September 1995 tentang limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), untuk pemilihan lokasi landfill diperlukan syaratsyarat BAPEDAL (1996), khususnya yang

126

Jurnal Geoaplika (2007) Volume 2, Nomor 3, hal. 121 131

Satuan Pasir Pasir Lanauan Di bawah Satuan lanau, lempung lanauan hingga lempung pasiran ini atau mendominasi lapisan bagian atas dari bor teknik BM-l, dan BM-5; geolistrik P-Z, P-3, dan P-6; serta uji sondir S-1, S-2, S-3, S->, S-7 dan S-8 dijumpai lapisan pembawa air yang berupa lapisan pasir, pasir halus Iempungan, pasir halus kerikilan, pasir lanauan, berwarna hitam, coklat, coklat kekuningan, sedikit di bagian permukaan bersifat padat dan menjadi lepas ke arah dalam, distribusi ukuran butir umumnya pasir halus sedang, permeabilitas berada pada orde 10''-10'' cm/detik dengan ketebalan lapisan antara 0 hingga 4,5 meter.

guna mendapatkan lapisan alas landfill dengan (k) 10-7cm/detik, setebal lebih dari 4 meter pada areal yang memenuhi persyaratan sekitar I (satu) Ha. Fondasi alas landfill dianggap dengan lebar maksimum 100 meter, dan BM-2 hingga BM3 atau dengan lebar maksimum 50 meter dari BM-5 hingga BM-4 dengan menyisakan lebar tanah kosong pada sisi-sisinya, dengan asumsi tinggi tanggul maksimum 3 meter, maka diharapkan dapat menampung lebih kurang 30.000 in" limbah padat. Pemadatan Tanggul Lokasi rencana penimbunan limbah sludge pabrik kertas yang terletak pada dataran aluvium dengan kemiringan lereng kurang dari 3%, dengan kondisi eksisting di lapangan tidak mempunyai kerentanan terhadap longsoran. Dengan memakai parameter geologi teknik dan hasil analisa laboratorium berupa: uji pemadatan dan California Bearing Ratio (CBR) dari contoh tanah dari G. Klotok di bagian barat Sungai Brantas, didapatkan hasil laboratorium sebagai berikut. Dari nilai angka stabilitas dan faktor stabilitas akan dapat dimasukan dalam grafik Cousins (1978) untuk longsoran pada Toe Circle, mengingat bahwa di lokasi penyelidikan mempunyai muka air tanah kurang dari 2,00 m maka dipakai kondisi setengah jenuh (r = 0.5) sehingga akan diperoleh hubungan antara tinggi dan sudut kritis tanggul, yaitu sebagai berikut. Berdasarkan hasil analisis laboratorium mekanika tanah tersebut di atas maka untuk pembuatan tanggul landfill sebaiknya digunakan sudut lereng tanggul paling besar 25", dengan catatan bahwa kondisi pada lokasi yang dekat dengan lubang bor BIM-3 mempunyai kondisi yang lebih jelek dipandang dari sisi daya dukungnya karena berupa lempung lunak hingga agak teguh yang paling tebal.

Gambar 7. Diagram pagar lokasi rencana landfill sludge pabrik kertas

Kondisi lapisan bawah permukaan tanah dapat dilihat dari diagram pagar yang dibuat berdasarkan data pemboran, sondir dan pendugaan geolistrik seperti Gambar 6, Berdasarkan persamaan tersebut di atas maka daya dukung tanah untuk lokasi landfill, seperti pada Tabel 6, Berdasarkan perhitungan tersebut di atas, maka pada rencana lokasi landfill ini perlu dilakukan penimbunan dan pemadatan dengan material lempung terpilih sampai ketebalan 11,5 meter

127

Air Tanah Pengamatan pada masing-masing lubang bor dijumpai adanya muka air tanah dengan kedalaman sebagai berikut, Hasil pengamatan tersebut menunjukan bahwa kedudukan muka air tanah relatif hampir lama berkisar antara 0.99 hingga 1,34 meter dengan kemiringan aliran muka air tanah menuju ke arah barat, sesuai dengan kondisi geologi bagian timur S. Brantas. Aliran air tanah tersebut mengarah ke sungai yang ada di sebelah barat lokasi penyelidikan atau mendekati irigasi musiman. Dengan melihat kedudukan muka air tanah dan tanah penyusun di lokasi penyelidikan yang di permukaan berupa pasir-pasir lempungan maka air tanah yang dijumpai di daerah rencana lokasi limbah padat pabrik Kertas tersebut, adalah air tanah bebas (m.a.t) dengan lapisan pembawa air tanahnya berupa pasir-pasir lempungan dengan lensa lempung pasiran. Di atas maupun bawah lapisan pembawa air tanah yang berupa pasir-pasir lempungan dijumpai lapisan lempung pasiran, lempung lanauan, lanau yang dijumpai pada tabel 8. Berdasarkan persyaratan untuk lokasi landfill B-3 maka lapisan lanau, lempung pasiran, dan lempung lanauan yang mempunyai ketebalan lebih dari 4 m hanya dijumpai pada lokasi lubang bor nomer BM-3 dan BM-4, sedangkan dart pendugaan geolistrik diperoleh lokasi yang paling balk amok lokasi landfill adalah yang berada di antara P-6, P-7 dint P-9 yang terletak di sepanjang irigasi musiman berbentuk persegi panjang dari selatan ke utara. Kualitas Air Tanah Berdasarkan basil pengujian contoh air yang diambil dari 3 (tiga) lokasi: sumur pompa penduduk (Bapak Soeroji) dari arch timur, sumur pompa penduduk (Bapak Warno) dari arah utara dan sumur gali penduduk (Bapak Rowi) dari arah barat diperoleh bahwa umumnya masih memenuhi syarat untuk keperluan air minum (Standard Menteri

Kesehatan No.907/1`4ENKESISK/VII/2002) dengan beberapa perlakuan sistim aerasi pengudaraan terlebih dahulu kemudian disaring pada air dari arah utara dan barat, sedangkan air dari arah timur memenuhi persyaratan untuk dipergunakan sebagai air minum. Meskipun demikian beberapa unsur masih di atas ambang batas antara lain adalah: daya hantar listrik antara (482-723 mhos cm), kandungan karbon dioksida (CO2) antara (8,610,6 mgr1), kalsium (Ca2-) antara (53,1 77,2 mg/I), magnesium (Mg") antara (9,014,3 mg/l), bikarbonat (HCO3) antara (230,8 - 279,6 mg/l), dan silika (SiO2) antara (35.444.6 mg/1). Tingginya kandungan magnesium (Mg-') clan silika (SiO2) dipengaruhi oleh material gunung api, sedangkan tingginya kalsium (Ca2') dan bikarbonat (HCO3) kemungkinan dipengaruhi oleh pegunungan kapur di bagian barat. Menurut Gerlach (1999 dan 1992) dan Marland dkk (1998) di dalam Anon (2007) erupsi Gunung api selalu mengeluarkan nata air dan beberapa gas diantaranya CO2 dan CO yang akan membentuk asam bicarbonat dan asam carbonat. Hal ini menunjukan bahwa kandungan bikarbonat dan karbonat yang cukup tinggi pads air tanah di lokasi rencana landfill sludge dapat juga disebabkan oleh aktivitas erupsi G. Kelud yang cukup aktif terletak di sebelah timur daerah tersebut. Struktur Geologi dan Kegempaan Lokasi rencana limbah padat sludge pabrik kertas terletak di dataran aluvium sungai yang dipengaruhi oleh material gunung api yang berumur Kuarter masih belum terpengaruhi oleh struktur geologi yang membahayakan baik itu berupa perlipatan maupun patahan. Lokasi rencana landfill sludge yang termasuk bagian tengah dari P. Jawa juga merupakan kawasan yang aman terhadap bahaya gempa bumi. Pada umumnya pusat gempa dangkal terletak di selatan P. Jawa (Lautan Hindia). Berdasarkan Beca Carter Holings and Ferner (1976) rencana landfill termasuk zona 4 dengan

128

Jurnal Geoaplika (2007) Volume 2, Nomor 3, hal. 121 131

percepatan maksimum berkisar antara 0,13 0,2 g. Di samping hal tersebut di atas, dalam rancang bangun (design) lokasi emergency landfill sludge pabrik kertas ini dipersyaratkan pula bahwa lokasi emergency landfill sludge harus mempunyai daya dukung tanah yang cukup untuk tumpuan timbunan limbah sludge, maka konstruksi untuk limbah B.3 kategori III (tidak berbahaya) Gambar 8, sehingga cukup dengan penggunaan lapisan alas penghalang bahan alamiah berupa lempung yang kedap air, tetapi apabila menginginkan tingkat pencemaran yang minimal dapat digunakan lapisan ganda geomembran (double geomembran) adalah sebagai berikut,

Pembahasan Mengacu pada ketentuan tersebut maka lokasi yang paling memungkinkan untuk lokasi landfill sludge di lokasi penyelidikan adalah di bagian sisi barat sepanjang irigasi musiman yang terletak di antara BA-3, BM-4, P-6 , P-7 dan P-9 seluas lebih kurang 1 (satu) Ha dengan pertimbangan sebagai berikut. Lokasi tersebut merupakan daerah relatif datar dengan kemiringan medan 0 - 3 %, terletak di sepanjang saluran irigasi musiman, pada musim kemarau tidak berair sama sekali. Daerah ini tidak berpotensi terhadap bencana slam seperti daerah bahaya longsor, banjir, bahaya gempa bumi dan sesar aktif Daya dukung tanah yang terkecil di daerah penyelidikan minimum dapat dipakai untuk menimbun limbah setinggi 6 m untuk galian sedalam 2 m di sekitar BM-3, sedangkan di sekitar BM-I. BM-2, BM-4 dan BM-5 tidak dapat dilakukan penggalian, tetapi harus dilakukan penimbunan dan pemadatan dengan material lempung dari luar areal (G. Klotok) setebal 1,5 hingga 2 meter, unluk mendapatkan lapisan alas landfill yang kedap air dengan ketebalan lebih dan 4 meter. Hasil korelasi penampang bor teknik dan pendugaan geolistrik dapat disarankan lokasi paling baik adalah yang terletak di bagian pinggir tengah yaitu di antara lokasi BM-3 -- BM-4 BM-5 dan P-5, dan P-8. Kedalaman dasar atau alas landfill berada pada elevasi 89,30 in, di bawah elevasi tersebut dijumpai lapisan lanau, lempung pasiran dan lempung lanauan dengan nilai permeabilitas (k) berkisar antara 10'` - 10" cm/det dengan ketebalan Iebih dari 4 in, Pada umumnya lokasi ini tidak memungkinkan untuk digali, terkecuali sekitar BM-3 hingga kedalaman

Gambar 8. Sistim pelapisan dasar dan Pelapisan penutup akhir (Kep-04/Bapedal/09/ 1995)

129

- 2 m, tetapi mengingat muka air tanah di lokasi tersebut pada musim hujan sangat dangkal sekitar 0,99 - 1,34 meter, maka tidak diperbolehkan melakukan penggalian karena akan memotong muka air tanah sehingga disain konstruksi tempat pembuangan limbah padat tersebut dibuat tanggul dengan pengurugan lapisan tempting mesh dari G. Klotok setebal 2 meter untuk mendapatkan alas landfill setebal lebih dari 4 meter. Setelah pemadatan lempung merah tersebut diharapkan diperoleh nilai permeabilitas lapisan alas landfill (k) 10" cm/detik. Bagian sisi-sisi dari rencana landfill berupa tanggul tersusun oleh litologi lempung merah (G. Klotok) yang dipadatkan sehingga mempunyai permeabilitas <10-' cm/detik, dengan lebar puncak tanggul pads bagian depan atau arah masuk truk pembawa limbah padat sekitar 6.0 meter dan pada sisi-sisinya mempunyai lebar puncak tanggul 1.5 m.

dalam lampiran Gambar Rencana Konstruksi Landfill sludge pabrik kertas, Kediri, Jawa Timur. Rekomendasi Lokasi konstruksi bangunan emergency landfill sludge direkomendasikan seaport pada Gambar 7 dan 8 di bawah, dengan pertimbangan pemanfaatan lahan dapat secara optimal serta pengelolaannya didisain paling sederhana. Tahap pertama: rencana lokasi emergency landfill sludge sejajar dengan parit, berbentuk empat persegi panjang yang terbagi menjadi beberapa set. Apabila setiap setnya sudah penuh, maka set tersebut segera ditutup dengan lapisan penutup lempung kedap air dan pada bagian atasnya dihamparkan material berbutir kasar dan ditanami rerumputan untuk mencegah erosi. Tahap kedua: rencana lokasi emergency landfill sludge sejajar tegak lurus dengan parit, berbentuk bujur sangkar yang terbagi menjadi beberapa kolom setiap kolomnya dibagi menjadi beberapa set. Apabila setiap setnya sudah penuh, maka set tersebut segera ditutup dengan lapisan penutup lempung kedap air dan pada bagian atasnya dihamparkan material berbutir kasar dan ditanami rerumputan untuk mencegah erosi, demikian juga apabila kolom sudah penuh maka kolom tersebut dapat diubah sebagai taman.

Rencana Konstruksi Landfill Berdasarkan beberapa parameter pemilihan lokasi landfill seperti di atas, maka rencana konstruksi limbah padat sludge pabrik kertas apabila telah disetujui lokasinya, terletak di sepanjang saluran irigasi musiman di sebelah barat areal yang telah diselidiki, seperti terlihat

Gambar 8. Lokasi konstruksi bangunan emergency landfill sludge yang disarankan memanjang sejajar saluran air

Gambar 9. Lokasi konstruksi bangunan emergency landfill sludge yang disarankan berbentuk segi empat

130

Jurnal Geoaplika (2007) Volume 2, Nomor 3, hal. 121 131

Daftar Pustaka
Anon, 2007. Volcanic gases and their effects, http://volcanoes.usgs.gov./ Hazards/ What/VolGas/ volgas.html BAPEDAL, 1996. Himpunan Peraturan Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Bowies, J. E., 1984. Physical and Geotechnical Properties of Soil. Mc. Graw Hill Inc., New York. Bhattacharia, P. K., dan Patra, H.P., 1968. Direct Current Geoelectrical Sounding, Elsevier, Amsterdam. Flathe, I. I., and Leibold, W., 1976. The Smooth Sounding, Manual for Field Work- in Direct

Current Resistivity Sounding, Federal Institute for Geosciences and Natural Resources, Hannover. Hunt, R. E., 1986. Geotechnical Engineering Analysis and Evaluation, Mc Graw Hill Inc., New York. Meyerhof, G. G., 1965. Shallow Foundation, Proceedings of the American Society of Civil Engineering, 82, SM-2. NAVFAC, 1971. Design Manual Soil Mechanic Foundation and Earth Structure. Dept. of Navy, Naval Facility Engineering Command, Washinglon DC. Rolling, B. C. and Ferner, L.T.D., 1976. Seismic Zone for Building Constriction in Indonesia. Indonesia

Earthquake Study, Volume


3

Santoso, 1992. Peta Geologi Lembar Kediri, Jawa Timur. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. Sudadi, P., 1996. Menentukan Parameter Limbah Resapan Air Dalam Kaitannya dengan Keputusan, Menteri Negara Lingkungan Hidup, No. 39 / MENLH / 811996. Bul. Geologi Lingkungan, No. 17, Desember 1996. Terzaghi, K , 1943. Theoretical Soil Mechanics. John Willey and Sons, New York.

131

132

Anda mungkin juga menyukai