OLEH : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. MUSDALIPA BRIAN ARIANTO A. F NUR IRJAWATI S. KAWANG RIESCHA RACHMA SONIA RANGGA SALU MUTI PURNAMASARI A. MUH. MUNTAZIR
BAB I PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang Ahli kimia organik sering mensintesis senyawa dalam Laboratorium.
Sintesis itu dapat sederhana dan tak berliku-liku (Misalnya ; pembuatan suatu alkohol sederhana tertentu untuk study laju), atau dapat sangat rumit (Misalnya ; sintesis suatu molekul biologis yang sangat kompleks di Laboratorium). Mendesain bagan-bagan sintesis di atas kertas merupakan cara yang sangat berharga untuk belajar berfikir dalam bahasa kimia organik, juga jika seseorang itu tidak ingin bekerja di laboratorium. Masalah sintesis yang dikemukakan dalam teks ini adalah dimaksudkan untuk berlaku dalam artian di laboratorium. Untuk
merencanakan suatu problem sintesis yang benar-benar di laboratorium, diperlukan literatur kimia secara lengkap, untuk memastikan apakah senyawa tertentu tersebut atau deretan reaksi itu telah dipelajari oleh ahli kimia lain. Pada praktikum ini akan di kemukakan laporan mengenai salah satu sintesis zat kimia, yaitu sintesis aspirin (asam asetil salisilat) sebagai hasil dari praktikun yang telah dilakukan.
I.2 I.2.1
Maksud dan Tujuan Percobaan. Maksud Percobaan Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan
memahami sintesis aspirin melalui reaksi asetilasi. I.2.2 Tujuan percobaan Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu membuat aspirin dari reaksi asetilasi antara asam salisilat dengan anhidrat asetat menggunakan asam sulfat pekat sebagai katalisator. I.3 Prinsip Percobaan. Pembuatan aspirin berdasarkan reaksi asetilasi antara asam salisilat dengan anhidrat asetat dengan penambahan asam sulfat pekat sebagai katalisator, yang dilanjutkan dengan proses pemanasan untuk meningkatkan kelarutannya serta diikuti dengan proses pendinginan hingga terbentuknya kristal aspirin.
II.1
Teori Umum Asam asetil salisilat (Aspirin) adalah obat analgetik anti piretik dan
anti inflamasi yang digolongkan dalam obat bebas. (1) Salisilat bermanfaat untuk mengobati nyeri yang tidak spesifik misalnya sakit kepala, nyeri sendi, nyeri haid, neuralgia,dan mialgia. Intoksikasi salisilat sering digunakan untuk mengobati segala keluhan ringan dan tidak berarti sehingga banyak terjadi penyalahgunaan (missue) obat bebas ini. (1) Keracunan salisilat yang berat dapat menyebabkan kematian, tetapi umumnya keracunan salisilat bersifat ringan. Metil Salisilat jauh lebih toksik daripada Natrium Salisilat, dan intoksitasinya sering terjadi pada anak-anak. Empat milliliter salisilat dapat menimbulkan kematian pada anak. (1) Mekanisme kerja yang berhubungan dengan sistem biosintesis PG ini mulai dilaporkan pada tahun 1971 oleh vane dan kawan-kawan yang memperlihatkan secara invitro bahwa dosis serendah aspirin dan indometasin menghamban produksi enzimatik PG. Oenelitian lanjuta telah membuktikan bahwa PG akan dilepaskan bila mana sel mengalami
kerusakan. Walaupun invitro obat AINS diketahui menghambat berbagai reaksi biokimiawi, hubungan dengan efek analgesik, antipiretik, dan antiinflamasinya belum jelas. Selain itu obat AINS secara umum tidak menghambat biosintesis leukotrien, yang diketahui ikut berperan dalam inflamasi. (1; 209) Struktur kimia golongan salisilat ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Asam salisilat sangat iritatif, sehinga hanya digunakan sebagai obat luar. Derifatnya yang dapat dipakai secara sistemik adalah ester salisilat dari asam organik dengan subtitusi pada gugus hidroksil, misalnya Asetosal.
Efek- Efek Yang Tidak Diinginkan Efek samping yang paling sering terjadi berupa iritasi mukosa lambung dengan resiko tukak lambung dan pendarahan samar (occult). Penyebabnya adalah sifat asam dari asetosal yang dapat dikurangi melalui kombinasi dengan antasidum (MgO, Aluminium Hidroksida, CaCO3) atau garam kalsiumnya (Carbasalat ascal). Pada dosis besar, faktor lain memegang peranan penting, yakni hilangnya efek pelindung
dari prostasiklin (PGI2) terhadap mukosa lambung yang sintasisnya turut dihalangi akibat blokade siklooksigenase. (2;256) Selain itu Asetosal menimbulkan efek-efek spesifik, seperti reaksi alergi kulit dan tinnitus (Telinga berdengung) pada dosis lebih tinggi efek yang lebih serius adalah kejang. Kejang Bronch hebat yang pada pasien asma, meski dalam dosis kecil, dapat mengakibatkan serangan. Anakanak kecil yang menderita cacar air / flu (salesma) sebaiknya jangan diberi asetosal (melainkan parasetamol) karena beresiko terkena Sindrom Rye yang berbahaya. Sindrom ini berciri muntah hebat, termangu-mangu, gangguan pernafasan konvulsi dan adakalanya koma. (2;257) Sintesis Asetosal
Walaupun jalur ini terlihat amat mudah, amatlah sulit untuk mengatur reaksi sehingga didapat hasil yang optimal. Komponen utama yang mula-mula terjadi adalah suatu ester asam karbonat, selama fase ini suhu tidak boleh melampau
(4;109) Asam salisilat dapat diperoleh menurut cara Kolbe-Schmitt dengan hasil hampir kuantitatif melalui reaksi natrium fenolat dan karbondioksida
pada 1250C dan 4-7 bar dan kemudian dihidrlolisis. Asam asetilsalisilat diperoleh dengan cara asetilasi asam salisilat dengan katalisis proton. (6;435)
II.2 1.
Uraian Bahan Asam salisilat (5:43) Nama Resmi Nama Lain Rumus Molekul Bobot Molekul Rumus Bangun : Acidum salicylicum : Asam salisilat : C7H6O3 : 138,12 :
Pemerian
berwarna putih hampir tidak berbau rasa agak manis dan tajam. Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4
eter P. Laruta dalam larutan amonium asetat P, dinatrium hidrogenfosfat P, kalium sitrat P dan natrium sitrat P. Penyimpanan Kegunaan 2. : Dalam wadah tertutup baik : Penerima gugus asetil pada aspirin
Anhidrida Asetat (5:647) Nama Resmi Nama Lain Rumus Molekul Rumus Bangun : Acidum acetic anhidrida :Asam asetat anhidrida : CH3(CO)2O :
Pemerian
mengandung tidak kurang dari 95 % C4H6O3. Penyimpanan Kegunaan asetil pada aspirin. 3. Asam sulfat (5;58) Nama Resmi : Acidum sulfuricum : Dalam wadah tertutup rapat : Pelarut asam asalisilat dan pemberiu gugus
: Asam sulfat : H2SO4 : 98,07 :Cairan kental seperti minyak korosif, tidak
berwarna, jika ditambahkan ke dalam air menimbulkan panas. Kelarutan menimbulkan panas Penyimpanan Kegunaan 4. : Dalam wadah tertutup rapat : Sebagai katalisator :Dapat bercampur dengan air dan etanol,
Natrium bikarbonat (5;424) Nama Resmi Nama Lain hidrogen karbonat RM / BM : NaHCO3 / 84 : Natrii subcarbonas : Natrium bikarbonat / bic natric / natrium
RB
Pemerian
tidak berbau, rasa asin. Kelarutan :Larut dalam 11 bagian air; praktis tidak larut
dalam etanol (95 %) p. Penyimpanan Kegunaan :Dalam wadah tertutup baik :Untuk melarutkan asam salisilat yang tidak
larut pada proses pemurnian 5. Benzen (5;658) Nama Resmi Nama Lain RM / BM RB : Benzenum : Benzen : C6H6 / 78,02 :
Kegunaan rekristalisasi 6. Asam klorida (5;53) Nama Resmi Nama Lain RM / BM RB Pemerian
:Pelarut
kristal
aspirin
pada
proses
: Acidum hydrochloridum : Asam klorida / Hydrochloric acid : HCl / 36,46 : H Cl :Cairan; tidak berwarna; berasap, bau
merangsang. Jika diencerkan dengan air, bau dan asap hilang Penyimpanan Kegunaan 7. Aspirin (5;658) Nama Resmi Nama Lain RM / BM :Acidum acetylsalicylicum : Asam asetilsalisilat / Asetosal / Aspirin : C9H8O4 / 180,16 :Dalam wadah tertutup rapat :Untuk menetralkan kelebihan NaOH
RB
Pemerian
putih; tidak berbau; rasa asam. Kelarutan :Agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam
etanol (95%) p; larut dalam kloroform p dan eter p. Penyimpanan Kegunaan :Dalam wadah tertutup baik :Sebagai produk yang akan disintesa.
II.3
Prosedur Kerja (6;4) Timbang 2,0 g (0,015 mol) kristal asam salisilat dan tempatkan
dalam labu erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 5 ml (0,05 mol) anhidrida asetat, diikuti dengan 5 tetes asam sulfat pekat dari pipet tetes, dan kocok hingga asam salisilat larut. Panaskan di penangas air selama 5 sampai 10 menit. Lalu erlenmeyer didinginkan pada temperatur kamar hingga dimana asam salisilat akan menjadi kristal dari campuran reaksi. Jika tidak gores dinding erlenmeyer dengan batang pengaduk dan campuran sedikit dingin
dalam tangas es (wadah es) hingga kristal terbentuk. Tambahkan 50 ml air dan dinginkan campuran dalam tangas es hingga proses kristalisasi berlangsung sempurna. Kumpulkan hasil (kristal) secara penyaringan vakum menggunakan penyaring Buchner. Filtrat dapat digunakan untuk membersihkan labu erlenmeyer hingga semua kristal telah dikumpulkan . Cuci kristal beberapa kali dengan sedikit bagian air dingin. Lalu lanjutkan penarikan udara melalui kristal pada penyaring Bucner secara penyedotan (suction) hingga kristal bebas dari pelarut. Timbang dan hitung nilai kasarnya. Pemurnian : Kedalam masing-masing 3 tabung uji yang mengandung 5 ml air dilarutkan sedikit kristal dengan beberapa fenol, asam salisilat dan hasil kasar (kristal aspirin). Tambahkan satu atau dua tetes larutan FeCl3 1% Ke tiap-tiap tabung dan catat warnanya. Pembentukan kompleks besifenol dengan Fe(III) memberikan warna dari merah hingga violet, yang dipercaya bahwa partikel fenol masih ada. Pindahkan padatan kasar ke gelas piala 150 ml dan tambahkan 25 ml larutan Natrium bikarbonat jenuh. Aduk hingga tanda (bunyi) reaksi berhenti. Saring larutan dengan penyedotan menggunakan corong buchner. Beberapa polimer yeng merupakan reaksi samping akan tersaring. Cuci gelas piala dan corong dengan 5 10 ml air.
Buat campuran 3,5 ml asam klorida pekat dan 10 ml air dalam gelas piala 150 ml. Hati-hati membuang filtrat ke dalam campuran sambil diaduk. Aspirin akan diendapkan.Didinginkan campuran dalam tangas es, saring padatan dengan penyedotan menggunakan corong buchner. Tekan cairan dari kristal dengan penutup bersih dan cuci kristal dengan air dingin. Air yang digunakan dalam tahap ini adalah air es. Tempatkan kristal pada gelas arloji untuk dikeringkan. Timbang hasilnya, tentukan titik terhadap
adanya asam salisilat yang tidak bereaksi menggunakan larutan besi (III) klorida. Rekristalisasi : Air tidak cocok sebagai pelarut untuk kristalisasi karena aspirin
akan terhidrolisis sebagian dengan pemanasan dalam air. Dilarutkan sedikit sampel dalam sejumlah kecil benzen panas, campuran dipanaskan diatas penangas air. Jika masih aada padatan yang tersisa, saring larutan panas dari penyaring yang ditempatkan dalam corong yang sebelumnya dipanaskan terlebih dahulu lalu menuangkan benzen panas. Pada pendinginan pada temperatur kamar, aspirin akan mengkristalisasi. Jika tidak, tambahkan petroleum eter dan didinginkan sedikit larutan (benzen
menggunakan batang kaca (batang pengaduk).Kumpulkan peroduk (kristal) secara penyaringan vakum menggunakan corong Hirsch. Jangan lupa menguji kristal dengan FeCl3.
III.1
III.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain batu didih, botol reagen, corong pisah, labu alas bulat 125 ml, Erlenmeyer, pipet tetes, timbangan analitik,alat destillasi. III.1.2 Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain asam asetat, asam sulfat pekat, CaCl2 anhidrat, etanol, NaCl, NaHCO3, eter dan es batu.
III.2
Cara Kerja
a. Ditimbang asam salisilat sebanyak 6 gram dimasukkan ke dalam beaker glass yang bersih dan kering b. Ditambahkan 8,5 ml anhidra asetat dan 3-4 tetes asam sulfat pekat dengan hati-hati c. Dicampur semua bahan-bahan lalu panaskan campuran pada suhu 60C selama 15-20 menit dengan pengadukan kontinyu
d. Didinginkan campuran sambil terus diaduk e. Ditambahkan 100ml air dingin kedalam campuran sambil terus diaduk f. Disaring Kristal yang terbentuk dangan corong Buchner yang telah dilapisi dengan kertas saring, cuci dengan air dingin g. Dikeringkan Kristal dalam oven pada suhu 90C h. Ditimbang hasil yang diperoleh dan hitung rendamennya i. Ditentukan titik lebur dari aspirin yang diperoleh.
IV.1 -
Hasil pengamatan Bobot praktek aspirin 5,41 gram Persen rendamen aspirin 69,18 %
IV.2
Reaksi
+
OH H3 C
+ HC C
3
OH
as.salisilat
as.asetat anhidrat
aspirin
as.asetat
H2O + H2CO3
NaHCO3 +
COONa
CO2
Na.bikarbonat
aspirin
Na. Salisilat
As. karbonat
OCOCH3
+ HCl
COONa
+ NaCl
Na. Salisilat
Asam klorida
Aspirin
natrium klorida
COOH
Fe
O O O COOH
COOH
FeCL3
+ 3HCl
As. salisilat
as.klorida
IV.3 Perhitungan 1 mol asam salisilat setara dengan 1 mol aspirin mol asam salisilat = gram asam salislat
Berat aspirin secara teoritis m = mol aspirin x BM aspirin m = 0,434 x 180,16 m = 7,826 gram Berat aspirin hasil praktek adalah 5,41 gr Rendamen = Berat aspirin hasil praktikum Berat aspirin secara teoritis = 5,414 7,826 x 100 %
69,18 %
BAB V PEMBAHASAN
Aspirin merupakan nama lain dari asam asetil salisilat dan memiliki peranan yang sangat besar dalam bidang farmasi yaitu sebagai obat yang berkhasiat anti piretik dan analgetik. Senyawa aspirin ini tidak terdapat dalamkeadaan bebas di alam, jadi untuk memperolehnya perlu dilakukan sintesa. Dalam percobaan ini, sintesa aspirin dimaksudkan untuk
memperoleh kristal aspirin yang sempurna. Sintesa ini melalui beberapa tahap yaitu di mulai dengan melarutkan asam salisilat 6 gram ke dalam 8,5 ml anhidrida asetat. Penambahan anhidrida asetat bertujuan sebagai pelarut asam salisilat dan sebagai pemberi gugus asetil pada aspirin. Digunakan bentuk anhidrat karena jika pada proses sintesis ini terdapat air air, maka aspirin akan terhidrolisis sebagian dengan pemanasan.
Setelah penambahan anhidrida asetat, maka diikuti dengan penambahan H2SO4 pekat sebanyak 3-4 tetes yang berfungsi untuk menambah kelarutan asam salisilat dan sebagai katalisator, sehingga reaksi dapat berlangsung dengan sempurna. Untuk menambah kelarutan
asam salisilat maka dilakukan pemanasan selama kurang lebih 15-20 menit. Apabila asam salisilat telah larut seluruhnya, maka erlanmeyar didinginkan pada suhu kamar selama beberapa menit. Didinginkan pada suhu kamar terlebih dahulu agar erlenmeyar tidak pecah oleh perubahan temperatur yang cukup drastis. Pendinginan kemudian pada tangas es agas kristal terbentuk lebih sempurna. Selama proses pendinginan dilakukan penggoresan pada dinding erlenmeyer untuk membantu proses kristalisasi. Penggoresan dapat membentuk kristal karena membentuk rongga-rongga pada dinding labu erlenmeyer sehingga memungkinkan kristal tesebut berkumpul dan menyatu. Apabila kristal aspirin telah terbentuk, kristal kemudian dicuci dengan air suling sebanyak 3 kali untuk mencuci kelebihan asam. Untuk mengetahui bahwa aspirin yang terbentuk murni atau tidak, maka kristal yang diperoleh direaksikan dengan FeCl3. Apabila terbentuk warna violet, berarti kristal yang diperoleh tidak murni. Jika warna yang terbentuk adalah kuning atau oranye, berarti aspirin tersebut murni. Setelah itu ditambahkan larutan jenuh NaHCO3 untuk
menghilangkan kelebihan asam salisilat yang tidak bereaksi dan ikut mengkristal. Penambahan larutan jenuh NaHCO3 dihentikan jika tanda bunyi reaksi berhenti. Larutan tadi kemudian ditambahkan larutan HCl
encer untuk untuk menetralkan kelebihan natrium bikarbonat, lalu disaring untuk memperoleh kristal aspirin. Setelah kering, aspirin tersebut ditimbang lalu diuji lagi dengan FeCl3 untuk mengetahui apakah kristal tadi aspirin atau bukan. Hal ini dapat kita ketahui dengan melihat warna larutan. Bila masih berwarn ungu, maka kristalnya belum murni dan masih mengandung asam salisilat. Karena asam salisilat mempunyai gugus fenol, maka dengan
penambahan FeCl3 asam salisilat akan membentuk kompleks besi-fenol dan memberikan warna dari merah hingga violet . Aspirin kemudian dikeringkan dan direkristalisasi dengan
menggunakan benzen. Pada rekristalisasi ini digunakan benzen karena jika menggunakan air aspirin akan terhidrolisis sebagian dengan pemanasan. Mula mula kristal aspirin dimasukkan ke dalam benzen panas untuk menambah kelarutan aspirin. Setelah itu didinginkan pada baskom yang berisi es batu untuk mengendapkan kembaliaspirin yang telah larut. Endapan yang terbentuk kemudian disaring. Setelah kristal aspirin diperoleh, selanjutnya dilakukan pengeringan dalam oven untuk
mendapatkan kristal aspirin yang telah bebas dari pelarutnya. Persentase rendamen yang diperoleh dari praktikum ini adalah 69,18 %. Sedangkan bobot praktek yang di dapat adalah sebesar 5,41 gram.
BAB VI PENUTUP
VI.1
VI.1.2 Kesimpulan Bobot praktek dari aspirin adalh sebesar 5,41 gram Persen rendamen dari aspirin adalah sebesar 69,18 %
DAFTAR PUSTAKA 1. Ganiswara dkk .1987. Farmakologi dan Terapi Edisi IV, FKUI, Jakarta 2. Tjay, Tan Huan.2001.Obat-Obat penting.PT Kompusindo, Jakarta 3. Hawkines R .1989. Interaksi Obat. Penerbit ITB, Bandung 4. Fessenden dan J Ralph, dkk.1994.Kimia Organik, Erlangga, Jakarta. 5. Dirjen POM .1979. Farmakope Indonesia Edisi III.Depkes RI ,Jakarta 6. Wunas, Y.2003.Penuntun Praktikum Kimia Organik Sintesis,