Anda di halaman 1dari 7

BAB I

1. Adat Dalam Masyarakat Melayu Adat yang berlaku dalam masyarakat Melayu di Riau bersumber dari Malaka dan Johor, karena dahulu Malaka, Johor, dan Riau merupakan Kerajaan Melayu dan adatnya berpunca dari istana, seperti disebutkan Tonel (1920) dalam bagian lain seperti berikut: Maka segala adat-istiadat Melayu itu pun sah menurut syarak Islam dan syariat Islam. Adat-istiadat itulah yang turun-temurun berkembang sampai ke negeri Johor, negeri Riau, negeri Indragiri, negeri Siak, negeri Pelalawan, dan sekalian negeri orang Melayu adanya. Segala adat yang tidak bersendikan syariat Islam salah dan tidak boleh dipakai lagi. Sejak itu, adat-istiadat Melayu disebut adat bersendi syarak yang berpegang kepada kitab Allah dan sunah Nabi.

Dalam bagian lain juga dikatakan: Adapun negeri Indragiri setelah Raja Narasinga masuk Islam sebab dimenantukan oleh Sultan Mahmudsyah, Sultan Malaka, maka raja itu pun dirajakan di Indragiri. Mulanya ia ditolak oleh orang Indragiri, namun karena kedatangan orang Talang di sana yang mengangkatnya sebagai raja, maka mufakatlah mereka membuat perjanjian. Perjanjian itu menyatakan bahwa orang Talang mengaku sebagai rakyat Indragiri. Raja pun memberi tahu mereka tentang adat Melayu, sehingga mereka mufakat untuk memakai adat itu kala mereka hidup di dalam negeri Indragiri. Di dalam kampungnya, mereka tetap memakai adat mereka. Dengan demikian asal mula adat di negeri Siak dan negeri Pelalawan itu adalah dari Johor jua. Apabila Raja Kecik menjadikan dirinya raja di negeri Siak yang disebut Buantan, maka adat itulah yang dipakainya, yang kemudian diwariskan ke semua anak cucunya, dan daerah taklukannya (Tonel, 1920). Walaupun kutipan-kutipan di atas diambil dari naskah tulisan tangan yang belum diterbitkan, tetapi keterangan tersebut dapat dipercaya, karena kenyataan yang dijumpai memang demikian. Adat Melayu di Riau dapat dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu adat sebenar adat, adat yang diadatkan, dan adat yang teradat.

BAB II 2. Adat Minang Dalam membicarakan pengertian adat ada beberapa hal yang perlu dikemukakan, diantaranya adalah asal kata adat, pengertian adat secara umum dan pengertian adat dalam Minangkabau. Asal Kata Adat Dalam kehidupan sehari-hari orang Minangkabau banyak mempergunakan kata adat terutama yang berkaitan dengan pandangan hidup maupun normanorma yang berkaitan dengan hidup dan kehidupan masyarakatnya. Kesemuan yaitu diungkapkan dalam bentuk pepatah, petitih, mamangan, ungkapan-ungkapan dan lain-lain. Sebagai contohnya dapat dikemukakan adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah ; adat dipakai baru, kain dipakai usang, adat sepanjang jalan, cupak sepanjang batuang, adat salingka nagari; harato salingka kaum, dan lain-lain. Walaupun banyak penggunaan kata-kata adat oleh orang Minangkabau, namun barangkali tidak banyak orang mempertanyakan asal usul dari kata adat tersebut. Tidak banyak literatur yang memperkatakan kata adat ini. Drs. Sidi Gazalba dalam bukunya pengantar kebudayaan sebagai ilmu mengatakan : adat adalah kebiasaan yang normatif . Kalau adat dikatakan sebagai kebiasaan maka kata adat dalam pengertian ini berasal dari bahasa arab yaitu adat. Sebagai bandingan, seorang pemuka adat Minangkabau, yaitu Muhammad Rasyid Manggis Dt. Rajo Penghulu dalam bukunya sejarah Ringkas Minangkabau Dan Adatnya mengatakan : adat lebih tua dari pada adat. Adat berasal dari bahasa sansekerta dibentuk dari adan dato. a artinya tidak, dato artinya sesuatu yang bersifat kebendaan. a artinya tidak, dato artinya sesuatu yang bersifat kebendaan. adat pada hakekatnya adalah segala sesuatu yang tidak bersifat kebendaan.

BAB III 3. Adat Bugis Dalam upacara perkawinan adat masyarakat Bugis Bone yang disebut Appabottingeng ri Tana Ugi terdiri atas beberapa tahap kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan rangkaian yang berurutan yang tidak boleh saling tukar menukar, kegiatan ini hanya dilakukan pada masyarakat Bugis Bone yang betul-betul masih memelihara adat istiadat.

BAB IV 4. Adat Madura Letaknya yang berada di sebelah utara Pulau Jawa, Madura atau lebih dikenal dengan pulau garam, mempunyai masyarakat sendiri, dalam arti, mempunyai corak, karakter dan sifat yang berbeda dengan masyarakat jawa. Masyarakatnya yang santun, membuat masyarakat Madura disegani, dihormati bahkan ditakuti oleh masyarakat yang lain. Kebaikan yang diperoleh oleh masyarakat atau orang Madura akan dibalas dengan serupa atau lebih baik. Namun, jika dia disakiti atau diinjak harga dirinya, tidak menutup kemungkinan dia akan membalas dengan yang lebih kejam. Ada sebuah adagium masyarakat Madura, yang sampai sekarang sudah mendarah daging, lebbi baek pote tolang dari pada pote mata. Banyak orang yang mengatakan bahwa masyarakat Madura itu unik, estetis dan agamis. Bahkan, ada yang mengenal masyarakat pulau garam ini adalah masyarakat santri, nan sopan tutur katanya dan kepribadiannya. Kita mungkin mengenal CAROK . ? Carok dan celurit laksana dua sisi mata uang. Hal ini muncul di kalangan orang-orang Madura sejak zaman penjajahan Belanda abad 18 M. Carok merupakan simbol kesatria dalam memperjuangkan harga diri (kehormatan). PADA zaman Cakraningrat, Joko Tole dan Panembahan Semolo di Madura, tidak mengenal budaya tersebut. Budaya yang ada waktu itu adalah membunuh orang secara kesatria dengan menggunakan pedang atau keris. Senjata celurit mulai muncul pada zaman legenda Pak Sakera. Bahkan pada masa pemerintahan Penembahan Semolo, putra dari Bindara Saud putra Sunan Kudus di abad ke-17 M tidak ada istilah carok.Munculnya budaya carok di pulau Madura bermula pada zaman penjajahan Belanda, yaitu pada abad ke-18 M.

BAB V 5. Adat Sunda Suku Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa,Indonesia, dari Ujung Kulon di ujung barat pulau Jawa hingga sekitar Brebes (mencakupwilayah administrasi propinsi Jawa Barat, Banten, sebagian DKI Jakarta, dan sebagianJawa Tengah. Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak diIndonesia. Kerana letaknya yang berdekatan dengan ibu kota negara maka hampir seluruh

suku bangsa yang ada di Indonesia terdapat di provinsi ini. 65% penduduk Jawa Baratadalah Suku Sunda yang merupakan penduduk asli provinsi ini. Suku lainnya adalahSuku Jawa yang banyak dijumpai di daerah bagian utara Jawa Barat, Suku Betawi banyak mendiami daerah bagian barat yang bersempadan dengan Jakarta. Suku Minang dan SukuBatak banyak mendiami Kota-kota besar di Jawa Barat, seperti Bandung, Cimahi, Bogor,Bekasi, dan Depok. Sementara itu Orang Tionghoa banyak dijumpai hampir di seluruhdaerah Jawa Barat

DAPTAR ISI PENDAHULUAN ............................................................................................................................... i DAPTAR ISI ....................................................................................................................................... ii A. Pengertian tradisi islam di Nusantara ..................................................................................... 1 B. Adat Nusantara ...................................................................................................................... 2 BAB I Adat Melayu ......................................................................................................................................... 3 BAB II Adat Minang ........................................................................................................................................ 4 BAB III Adat Bugis ........................................................................................................................................... 5 BAB IV Adat Madura ........................................................................................................................................ 6 BAB V Adat Sunda ........................................................................................................................................... 7

MAKALAH TUGAS SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

Kelompok : IV
MUHAMAD YUSUP GUNAWAN MUHAMAD NURUL AKBAR IRPAN MAULANA REGI AGUSTINA PEPEN SUPENDI REPITA DEWI

MTS MA CISIIH TAHUN AJARAN 2011-2012

Anda mungkin juga menyukai