Anda di halaman 1dari 107

METODE GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA


DI MTs AL ISTIQOMAH DUNGUS WUNGU MADIUN

SKRIPSI



Oleh:
Alim Aziz Saputro
03110002



























JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
OKTOBER, 2007





METODE GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA
DI MTs AL ISTIQOMAH DUNGUS WUNGU MADIUN



SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)


Oleh:
Alim Aziz Saputro
03110002





Oleh:
Alim Aziz Saputro
03110002












JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
OKTOBER, 2007





ii

LEMBAR PERSETUJUAN
METODE GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA
DI MTs AL ISTIQOMAH DUNGUS WUNGU MADIUN

SKRIPSI
Oleh
Alim Aziz Saputro
03110002

Telah Disetujui oleh
Dosen Pembimbing,




Dr. Miftahul Huda, M.Ag
NIP.150 302 535


Tanggal, 24 September 2007




Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam





Drs. Moh.Padil, M.Pd.I
NIP. 150 267 235









iii

METODE GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA
DI MTs AL ISTIQOMAH DUNGUS WUNGU MADIUN

SKRIPSI

dipersiapkan dan disusun oleh
Alim Aziz Saputro (03110002)
telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal
2 Oktober 2007 dengan nilai B
dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam
(S.Pd.I)

Panitia Ujian

Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,



Dr. Miftahul Huda, M.Ag Muhammad Walid, M.A
NIP.150 302 535 NIP. 150 310 896



Penguji Utama, Pembimbing,



Drs. M. Zainuddin, M.A Dr. Miftahul Huda, M.Ag
NIP. 150 275 502 NIP.150 302 535


Mengesahkan,
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang



Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony
NIP. 150 042 031


iv

SURAT PERNYATAAN


Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, 24 Agustus 2007


Alim Aziz Saputro





























v

PERSEMBAHAN PERSEMBAHAN PERSEMBAHAN PERSEMBAHAN


Ku persembahkan skripsi ini kepada:


Sepasang mutiara hati yang memancarkan sinar kasih dan sayang yang
tidak pernah usai dan membesarkan dan mendidikku
Ayahanda dan Ibunda tersayang
(Widji Santoso dan Sudarsih)


Teruntuk
Kakak-kakakku
Supriyono dan Samidi
Serta adikku
Ayub Juang Fahlafi
Yang telah membantu dan mendukungku
Dalam penyelesaian skripsi ini



Teruntuk
Segenap guru dan para dosen yang selama ini telah memberikan
Ilmu pengetahuan kepadaku, semoga bersama doa beliau,
Ilmu yang saya terima ini, menjadi ilmu yang
bermanfaat, serta semoga Bapak dan Ibu
Mendapatkan pahala yang selayaknya


Teruntuk
Sahabat-sahabatku yang selama ini telah membantu dan mendukungku dalam penyusunan
skripsi ini, Candra, Imam, Pandhu, Wahyu, Wawan, Davy, Rudi,Diun, Ikhwan, Aliya,
Terima kasih atas bantuan kalian selama ini pada ku
THANKS SO MUCH


vi

MOTTO


! - - ' - - ~ V - - - - ' , ' V = > _
Bahwa aku diutus Allah untuk menyempurnakan
keluhuran akhlak (budi pekerti).
1

(HR Ahmad).


















1
Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak (Jakarta: Rajawali Pers) 1992, hlm. 58

KATA PENGANTAR


Segenap rasa syukur dengan menyebut nama-Mu ya Allah, Tuhan awal
segala mula dan noktah segenap akhiran, pemilik segala ke Mahaan, pemilik kasih
nan tak pilih kasih, dan hanya Rahmat dan Hidayah-Mu jualah yang
mengantarkan laporan penelitian tindakan kelas ini ke batas usai.
Kemudian Sholawat serta Salam tercurahkan kepada utusan terakhir-Mu,
Muhammad sang Nabi pamungkas, seorang figur utama bagi kehidupan kini
dan menjadi tumpuan syafaat bagi kehidupan kelak, Insya Allah.
Dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini penulis tidak akan terlepas
dari bimbingan, dukungan, dan bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini izinkanlah Kami menghaturkan ungkapan terima kasih yang
paling dalam kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini.,
terutama penulis tujukan kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Malang.
2. Bapak. Prof. Dr. HM. Djunaidi Ghony, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.
3. Bapak. Drs. Moh. Padil, M. Pd.I, selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.
4. Bapak. Dr. Miftahul Huda, M.Ag selaku Dosen Pembimbing yang dengan
sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
5. Bapak. Drs. Damanhuri, selaku Kepala Madrasah Tsanawiyah Al Istiqomah
Dungus Wungu Madiun, yang telah memberikan izin kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Segenap dewan guru dan staf karyawan Madrasah Tsanawiyah Al Istiqomah
Dungus Wungu Madiun, penulis ucapakan terima kasih atas kerjasamanya
dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Kakak-kakaku, Adikku, dan Sahabat-sahabatku yang telah memberikan
perhatian, kasih sayang, serta semangat sehingga terselesainya skripsi ini.

8. Serta semua pihak yang telah memberikan bantuan demi tersedianya skripsi
ini.
Semoga Allah SWT memblas semua amal kebaikan atas bantuan yang
telah di berikan kepada Kami.
Tiada gading yang tak retak. Penulis meyakini banyak kekurangan dan
kelemahan yang ada, sehingga keberadaan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karenanya, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif
dari segenap budiman dan ilmuwan guna perbaikan penulis selanjutnya.
Akhirnya, semoga Allah SWT memberikan rahmat dan kemanfaatan yang
banyak atas penulisan skripsi dan menjadikan kita sebagai hamba-Nya yang
pandai mensyukuri nikmat. Amin 3x.......






Malang, 24 September 2007

Penulis









ix



DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Keadaan Guru dan Karyawan MTs Al Istiqomah Dungus Wungu
Madiun................................................................................................. 65

Tabel 2 : Keadaan Siswa MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun ............. 67.

Tabel 3 : Keadaan Sarana dan Prasarana Madrasah........................................... 68























x

DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran 1 : Bukti Konsultasi

Lampiran 2 : Nota Dinas Pembimbing

Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian dari Fakultas Tarbiyah

Lampiran 4 : Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 5 : Struktur Organisasi MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun

Lampiran 6 : Tata Tertib Siswa MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun

Lampiran 7 : Visi, Misi MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun

Lampiran 8 : Jadwal Pelajaran MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun

Lampiran 9 : Instrumen Penelitian


























xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
SURAT PERNYATAAN ................................................................................ v
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vi
HALAMAN MOTTO .....................................................................................vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
ABSTRAK ........................................................................................................ xii
BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 8
E. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 9
F. Definisi Operasional ................................................................. 9
G. Sistematika Pembahasan ......................................................... 10
BAB II : KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 13
A. Pembahasan Tentang Guru Pendidikan Agama Islam ...................13
1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam ................................ 13
2. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam .................................... 17
3. Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam ............................. 21
4. Guru Pendidikan Agama Islam Sebagai Pendidik ..................... 25
5. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan
Agama Islam ................................................................................... 28
6. Metode Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan
Akhlak Siswa................................................................................... 32

B. Pembahasan Tentang Akhlak ...............................................................37
1. Pengertian Akhlak ........................................................................... 37
2. Sumber Akhlak dan Tujuan Pengajaran Akhlak ....................... 38
3. Ruang Lingkup Akhlak .................................................................. 40
4. Macam-Macam Akhlak ...................................................................44
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Terbentuknya Akhlak ..................................................................... 47
BAB III : METODE PENELITIAN .............................................................. 49
A. Jenis Penelitian ............................................................................... 49
B. Kehadiran Peneliti ......................................................................... 50
C. Lokasi Penelitian .............................................................................50
D. Sumber Data ................................................................................... 51
E. Pengumpulan Data ......................................................................... 52
F. Analisis Data ....................................................................................54
G. Pengecekan Keabsahan Data ........................................................ 55
H. Tahap-Tahap Penelitian ................................................................ 56
BAB IV: HASIL PENELITIAN ...................................................................... 58
A. Latar Belakang Objek Penelitian .............................................................. 58
1. Sejarah Singkat Berdirinya MTs Al Istiqomah
Dungus Wungu Madiun .......................................................................... 58
2. Visi, Misi, dan Tujuan MTs Al Istiqomah ............................................. 61
3. Struktur Organisasi MTs Al Istiqomah ................................................. 63
4. Keadaan Guru dan Karyawan MTs Al Istiqomah................................ 64
5. Keadaan Siswa MTs Al-Istiqomah ........................................................ 66
6. Keadaan Sarana dan Prasarana Madrasah.......................................... 68
B. Paparan Data Hasil Penelitian .................................................................. 70
1. Metode Guru Pendidikan Agama Islam
dalam Pembinaan Akhlak Siswa
MTs Al Istiqomah....................................................................................70
2. Faktor Pendukung dan Penghambat
Metode Guru Pendidikan Agama Islam
dalam Pembinaan Akhlak Siswa ......................................................... 74



BAB V: PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA...........................................79
A. Metode Guru Pendidikan Agama Islam
Dalam Pembinaan Akhlak Siswa
Di MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun....................................79
B. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat
Dalam Pembinaan Akhlak Siswa
Di MTs Al Istiqomah.............................................................................. 82
BAB IV : PENUTUP........................................................................................ 85
A. Kesimpulan dan Saran ......................................................................... 85
B. Saran-Saran .......................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN














xiv
ABSTRAK

Aziz Saputro, Alim, Metode Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan
Akhlak Siswa Di MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun. Skripsi, Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri
(UIN) Malang. Dr. Miftahul Huda, M.Ag

Guru Pendidikan agama Islam adalah orang yang memberikan ilmu
pengetahuan dengan tujuan mencerdaskan dan membina akhlak peserta didik agar
menjadi orang yang berkepribadian baik. Dalam proses pembinaan akhlak siswa,
seorang guru pendidikan agama Islam dalam menyampaikan materi harus
memiliki metode yang tepat karena dengan adanya metode pembinaan akhlak
yang tepat, mampu membuat suasana belajar yang efektif, kondusif, dan
menyenangkan.
Materi akhlak adalah salah satu materi yang paling mendominasi dalam
pembentukan kepribadian siswa. Bila pemberian materi ini secara maksimal telah
diupayakan oleh guru agama, seharusnya bisa dipastikan akhlak peserta didik
akan menjadi lebih baik. Namun ternyata terdapat kesenjangan antara harapan dan
kenyataan. Hampir setiap hari kita mendengar di media elektronik dan cetak, kita
bisa mendapatkan bukti-bukti yang mengarah pada terjadinya degadrasi moral,
khususnya para remaja yang merupakan usia produktif bagi peserta didik..Dalam
hal ini guru pendidikan agama Islam memegang peranan yang pertama dan utama
dalam proses pembinaan akhlak peserta didiknya. Untuk keberhasilan proses
pembinaan akhlak tersebut, maka seorang guru pendidikan agama Islam harus
mampu menggunakan beberapa metode dalam penyampaian materinya,
khususnya materi akhlak. Berangkat dari latar belakang itulah, penulis ingin
membahasnya dalam skripsi dan mengambil judul Metode Guru Pendidikan
Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Siswa Di MTs Al Istiqomah Dungus
Wungu Madiun
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
penyimpangan akhlak siswa, untuk mengetahui metode guru pendidikan agama
Islam, baik ditinjau dari faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan
akhlak siswa.
Penelitian yang penulis lakukan ini adalah termasuk dalam penelitian
kualitatif deskriptif, serta dalam perjalanan mengumpulkan data, penulis
menggunakan metode observasi, dokumentasi, dan wawancara. Sedangkan untuk
analisisnya, penulis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu:
berupa data-data yang tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati
sehingga dalam hal ini penulis berupaya mengadakan penelitian yang bersifat
menggambarkan secara menyeluruh tentang keadaan yang sebenarnya.
Hasil dari penelitian yang dilakukan penulis dapat disampaikan disini,
bahwasanya metode pembinaan yang penulis tawarkan dalam pembahasan skripsi
ini adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencari jalan keluar yang
terbaik dari permasalahan metode guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan
akhlak siswa. Dan usaha yang dilakukan oleh para guru pendidikan agama Islam
adalah merupakan salah satu cara untuk membina akhlak siswa yang sudah
merosot tersebut. Kalaupun masih ada alternatif lain yang mungkin lebih baik dari
apa yang telah disampaikan atau ditulis dalam skripsi ini, maka hal itu dapat
dijadikan sebagai masukan atau tambahan agar skripsi ini terus berkembang dan
tidak berhenti sampai disini.




Kata Kunci: Guru Pendidikan Agama Islam, Akhlak Siswa




























BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Di dalam menghadapi era globalisasi sekarang ini, maka setiap
manusia harus memperoleh pendidikan. Pendidikan itu mutlak bagi kehidupan
umat manusia, karena pendidikan berusaha mengembangkan sifat-sifat positif
yang dimiliki manusia dan meminimalkan sifat-sifat negatif agar manusia bisa
mencapai kebahagiaan dan ketentraman baik di dunia maupun akhirat kelak.
Dalam dunia pendidikan sekarang tidak jarang mendengar dan melihat
berita di media elektronik ataupun media cetak tentang permasalahan yang di
akibatkan oleh pelajar, pergaulan bebas, pemakaian obat-obat terlarang dan
lain sebagainya. Hal diatas merupakan dampak kemerosotan akhlak pelajar,
yang mana kemerosotan akhlak pelajar tersebut bersumber pada kurangnya
pengetahuan dan pemahaman mereka tentang ajaran agama Islam (akhlak)
yang diterimanya dari sekolah dan merupakan sifat-sifat negatif dari manusia
yang harus senantiasa kita benahi dan kita perbaiki.
Pendidikan agama Islam merupakan upaya mendidikkan agama Islam
atau ajaran Islam dan nilai-nilainya, agar menjadi way of life (pandangan dan
sikap hidup) seseorang.
2

Menurut UU RI no 2 Tahun 1989, Pendidikan merupakan usaha sadar
untuk menyiapkan peserta didik melalui bimbingan, pengajaran, dan/ atau
latihan bagi peranannya di masa yang akan datang, sedangkan pendidikan
Nasional merupakan pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa

2
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafido
Persada, 2005), hlm:7-8

Indonesia dan yang berdasarkan pada pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945. Jadi dalam hal ini yang menjadi tujuan dari pendidikan nasional yaitu
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
3

Untuk mewujudkan Pendidikan nasional tersebut, maka harus melalui
pembelajaran yang efektif. Dimana pembelajaran merupakan sebagian dari
proses belajar yang dapat di tunjukkan dalam berbagai bentuk. Dan belajar
sendiri merupakan suatu proses yang di tandai dengan adanya perubahan pada
diri seseorang, seperti: perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah
laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta merupakan beberapa aspek
lain yang ada pada individu belajar.
4

Sesuai dengan tujuan tersebut maka terdapat dua jalur pendidikan yang
di kembangkan di Indonesia, Yaitu:
1. Jalur pendidikan yang di selenggarakan di sekolah (formal) melalui
kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan
yang di kenal sebagai sekolah, yaitu: SD, SLTP,SLTA,dan PT
2. Jalur pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah melalui
kegiatan belajar mengajar yang tidak berjenjang dan

3
UUSPN RI No 2 Tahun 1989, Sistem Pendidikan Nasional dan Penjelasannya (Jakarta : PT
Sinar Grafika, 1992), hlm. 2-4

4
Nana Sudjana, CBSA dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru, 1989), hlm. 54

berkesinambungan yang dikenal dengan jalur pendidikan luar sekolah
(non formal), seperti: kursus
5

Dapat di pastikan bahwa semua jalur pendidikan, baik itu yang di
selenggarakan di sekolah dan di luar sekolah, baik umum maupun keagamaan,
terdapat materi khusus tentang keagamaan. Materi akhlak adalah salah satu
materi yang mendominasinya. Bila pemberian materi ini secara maksimal
telah diupayakan oleh guru agama, seharusnya bisa di pastikan akhlak peserta
didik akan menjadi lebih baik. Namun ternyata terdapat kesenjangan antara
harapan dan kenyataan. Hampir setiap hari kita mendengar di media elektronik
dan cetak, kita bisa mendapatkan bukti-bukti yang mengarah pada terjadinya
degadrasi moral, khususnya para remaja yang merupakan usia produktif bagi
peserta didik. Tawuran antar pelajar, pemakaian narkoba, seks bebas, aborsi,
serta kurangnya tata krama adalah indikasi makin parahnya kesenjangan
dalam dunia pendidikan di Indonesia. Itulah sebagian potret akhlak peserta
didik dalam pendidikan kita, yang tentu saja hal ini tak bisa dilepaskan dari
strategi guru agama Islam pada umumnya, untuk mendidik mereka.
Berbicara tentang pendidik/ guru, merupakan salah satu faktor pendidikan
yang penting karena pendidik/guru itulah yang bertanggung jawab dalam
pembentukan pribadi peserta didik, serta pendidik/guru tidak hanya bertanggung
jawab menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik tetapi juga
membentuk kepribadian peserta didik, yang pada akhirnya peserta didik memiliki
kepribadian yang utama. Lebih-lebih pendidik agama, ia mempunyai tanggung
jawab yang lebih berat di bandingkan dengan pendidik pada umumnya, karena

5
UUSPN RI No 2 Tahun 1989, op. Cit., hlm. 5

selain bertanggung jawab terhadap pembentukan pribadi anak yang sesuai dengan
ajaran Islam, ia juga bertanggung jawab terhadap Allah SWT.
Perbaikan akhlak merupakan suatu misi yang paling utama yang harus
dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam kepada peserta didik. Strategi
merupakan komponen yang sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan, terlebih
terkait erat dengan proses pembinaan akhlak siswa. Strategi guru agama Islam
dalam pembinaan akhlak siswa nantinya juga sangat mempengaruhi tingkat
pemahaman dan pengamalan nilai-nilai akhlak itu sendiri, terlebih apabila
pengaruh terhadap tingkat kesadaran siswa dalam mengamalkan nilai-nilai luhur,
baik yang ada ada dalam lembaga atau di luar lembaga, baik yang bersifat formal
ataupun non formal.
Dengan ilmu saja belum cukup, kekacauan dan kejahatan-kejahatan tidak
bisa di obati dengan ilmu, sebab yang menyebabkan memang bukan kurangnya
ilmu melainkan kurangnya akhlak.
6

Setiap pendidik, terutama yang mempunyai jiwa muslim dalam
menjalankan syariat agamanya akan memperoleh hasil yang membahagiakan
dirinya. Apabila dalam menjalankannya didasarkan pada akhlak yang baik. Tiap
menjalankan perintah agama dijamin memperoleh kebahagiaan dari perbuatanya,
khususnya dalam setiap menyampaikan serta mengajarkan ilmunya pada peserta
didik dimana akhlak dari pendidik merupakan sifat yang timbul dan menyatu di
dalam diri peserta didik Islam dalam membimbing manusia dimulai dengan
memperbaiki akhlaknya.

6
Humaidi Tatapangarsa, Pengantar Kuliah Akhlak (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1984), hlm.17

Namun dengan itu saja belum mampu mengantarkan manusia kepada
keselamatan dan kebahagiaan manusia itu sendiri dan belum mampu pula
membedakan antara mana yang haq dan mana yang bathil. Akal merupakan suatu
kekuatan yang di miliki manusia untuk dapat mempertimbangkan baik-buruknya
sesuatu.
7
Bahkan tidak sedikit manusia menggunakan akal dan perasaannya untuk
melakukan hal-hal yang salah, sehingga manusia mudah terjerumus kedalam
jurang kesesatan dan kehinaan, lebih-lebih jika akal dan perasaannya malah
dikuasai oleh hawa nafsu, akal tidak akan dapat berfikir secara normal, begitu
pula dengan perasaan ia tidak akan dapat berfungsi secara baik. Berbicara tentang
akhlak kependidikan agama tidak bisa dilepaskan dari kajian terhadap berbagai
asumsi yang melandasi keberhasilan pendidik itu sendiri. Secara ideal untuk
melacak permasalahan ini dapat mengacu pada perilaku Rosulullah Saw, karena
beliaulah satu-satunya pendidik yang berhasil.
Dengan berlandaskan motivasi yang di contohkan oleh Rosullah, maka
sebagai pendidik kita sudah sepatutnya meniru dan melaksanakannya dalam
kehidupan sehari-hari, melihat fenomena dan permasalahan yang muncul di
kalangan remaja sekarang ini khususnya bagi peserta didik banyak
penyimpangan-penyimpangan akhlak dan moral yang menjurus ke tindakan
anarkis bahkan sampai tindak kriminalitas, penyimpangan akhlak terus merajalela
dari hari ke hari dan bahkan semakin parah dan sulit untuk di kendalikan lagi,
salah satunya tindakan ini diantaranya adanya tawuran antar pelajar, pemakaian
narkoba, minum-minuman keras yang sudah sampai menjurus kearah tindak
kriminal.

7
Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak (Jakarta: Rajawali Pers, 1992), hlm.61

Hal inilah yang memicu munculnya perkelahian, bahkan sampai
melibatkan kelompok masyarakat sekitar. Para ahli pendidikan menganalisis
bahwa terjadinya hal serta problem tersebut tak lain karena kurangnya kontrol
sosial dari orang tua sendiri, keluarga, masyarakat, yang juga tak dapat dilepaskan
dari peran serta para pendidik sendiri. Dengan adanya problem dan permasalahan
yang muncul diatas, peneliti tertarik untuk setidaknya meneliti, serta bagaimana
mencari solusi dan jalan keluar terhadap persoalan yang muncul dengan lebih
memfokuskan pada lembaga sekolah sebagai alat untuk pengontrol sosial, melalui
bagaimana strategi guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa
untuk menangani permasalaham ini, dan juga tak lupa kepala sekolah serta guru-
guru lainnya dalam membina dan memperbaiki akhlak dan moral peserta
didiknya.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa akhlak itu sangat penting bagi
kehidupan manusia. Dengan akhlak manusia dapat berbeda dengan hewan, dengan
akhlak pula kehidupan di bumi dapat berjalan dengan baik, selamat dan sejahtera.
Dengan ilmu pengetahuan saja, ternyata belum cukup bahkan kita sering
mendengar menjadi bumerang bagi kehidupan manusia itu sendiri. Karena itu
manusia harus bisa mengarahkan kelebihan-kelebihan yang di berikan oleh Allah
SWT itu terhadap hal-hal yang baik, jangan disalahgunakan kelebihan/
kepandaian yang dimilikinya itu.
Dengan melihat kembali tujuan dari pendidikan agama (untuk membentuk
akhlak anak didik agar menjadi baik), sudah barang tentu pendidikan agama
mempunyai suatu peranan yang sangat dominan sekali dalam pembentukan
akhlak.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan dari latar belakang yang dikemukakan di
atas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana metode guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak
siswa di MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun?
2. Apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan
akhlak siswa di MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun?
C. Tujuan Penelitian
Bertolak dari latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka
tujuan dari pembahasan ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan dengan jelas metode yang digunakan oleh guru
pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa di MTs Al
Istiqomah Dungus Wungu Madiun
2. Mendeskripsikan secara jelas faktor-faktor apa saja yang mendukung dan
menghambat dalam pembinaan akhlak siswa di MTs Al Istiqomah
Dungus Wungu Madiun






D. Manfaat Penelitian
Setelah penulis meyelesaikan penelitian tentang strategi guru
pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa kelas IX MTs Al
Istiqomah, maka penelitian ini di harapkan bermanfaat:
a. Lembaga
Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada semua
pihak yang berkompeten dalam pembinaan akhlak siswa .
Bagi Madrasah Tsanawiyah Al-Istiqomah, sebagai bahan pertimbangan
dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan pembinaan
akhlak siswa.
b. Peneliti
Untuk menambah dan mengembangkan cakrawala pengetahuan penulis
sendiri tentang hal-hal yang berkaitan dengan strategi guru pendidikan
agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa khususnya di MTs Al
Istiqomah.
c. Peneliti Lain.
Sebagai referensi dalam penelitian strategi guru pendidikan agama Islam
dalam pembinaan akhlak siswa di lembaga-lembaga formal lainnya.
d. Kalangan Pendidik
Hasil penelitian ini di harapkan memberikan motivasi pada guru selaku
pendidik, untuk lebih meningkatkan pembinaan akhlak pada khususnya.





E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menjabarkan permasalahan diatas agar tidak menyimpang
terlalu jauh, peneliti memberikan batasan-batasan sebagai berikut:
1. Dalam penelitian ini ingin di peroleh data tentang metode pembinaan
akhlak pendidikan agama Islam di Madrasah yang di laksanakan oleh
guru pendidikan agama Islam, baik langsung atau tidak langsung.
2. Faktor pendukung dan penghambat metode guru pendidikan agama
Islam dalam pembinaan akhlak siswa Madrasah Tsanawiyah Al
Istiqomah.

F. Definisi Operasional
Untuk mempermudah pemahaman dan menghindari kerancuan
pengertian, maka perlu adanya penegasan judul dalam penulisan skripsi ini
sesuai dengan fokus yang terkandung dalam tema pembahasan, antara lain,
sebagai berikut:
1. Metode adalah suatu cara yang digunakan sebagai alternatif untuk
memecahkan masalah atau persoalan.
2. Guru pendidikan agama Islam dalam literatur kependidikan Islam,
seorang guru bisa disebut dengan ustadz, mualim, murrabbiy,
mudarris, dan muaddib, yang artinya orang memberikan ilmu
pengetahuan dengan tujuan mencerdaskan dan membina akhlak
peserta didik agar menjadi orang yang berkepribadian baik.
8


8
Muhaimain, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT. RajaGrafido
Persada, 2005), hlm. 44-51


3. Pembinaan Akhlak merupakan implementasi dari iman dalam
segala bentuk perilaku.
9


G. Sistematika Pembahasan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh tentang isi
skripsi ini, secara singkat dapat dilihat dalam sistematika pembahasan di
bawah ini. Dalam skripsi ini disusun dalam enam bab. Uraian masing-
masing bab ini disusun sebagai berikut:

BAB I : Merupakan bab pendahuluan yang berfungsi sebagai pengantar
informasi penelitian yang terdiri dari: latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang
lingkup penelitian, definisi operasional, dan sistematika
pembahasan.
BAB II : Merupakan kajian teori tentang upaya guru pendidikan agama
Islam dalam pembinaan akhlak siswa yang terdiri dari dua bagian,
yaitu: (1) Pembahasan Tentang Guru Pendidikan Agama Islam,
meliputi: Peranan guru pendidikan agama Islam, Kepribadian
guru pendidikan agama Islam, Guru pendidikan agama Islam
sebagai pendidik, Tugas dan tanggung jawab guru pendidikan
agama Islam, strategi guru pendidikan agama Islam didalam
pembinaan akhlak siswa.

9
Zakiah Darajat, Pendidikan Islam dalam keluarga dan sekolah (Jakarta: Ruhama, 1995), hlm. 58

(2) Pembahasan Tentang Akhlak, meliputi: Pengertian
akhlak, Ruang lingkup akhlak, Macam-macam akhlak, faktor-
faktor yang mempengaruhi terbentuknya akhlak.
BAB III : Merupakan bab yang memuat tentang metode penelitian yang di
gunakan oleh penulis pada saat meneliti objek penelitian yang
terdiri dari: jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian,
sumber data, pengumpulan data, analisis data, pengecekan
keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.
BAB IV : Merupakan laporan hasil penelitian yang meliputi: Latar Belakang
Objek, meliputi: Sejarah singkat berdirinya MTs Al Istiqomah
Dungus Wungu Madiun, Keadaan guru MTs Al Istiqomah,
Keadaan siswa MTs Al Istiqomah, Keadaan sarana dan prasarana
madrasah, Struktur Organisasi (2) Paparan Data Hasil Penelitian
meliputi: Metode guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan
akhlak siswa MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun, Faktor-
faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan akhlak
siswa MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun.
BAB V: Merupakan bab tentang pembahasan dan analisa data yang terdiri
dari: Metode guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan
akhlak siswa di MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun dan
faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat dalam
pembinaan akhlak siswa di MTs Al Istiqomah Dungus Wungu
Madiun


BAB VI: Merupakan bab penutup pembahasan dan penelitian dalam
penulisan skripsi ini yang berfungsi untuk menyimpulkan hasil
penelitian ini secara keseluruhan, dan kemudian dilanjutkan
dengan memberi saran-saran sebagai perbaikan dari segala
kekurangan, dan disertai dengan lampiran-lampiran.






















BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pembahasan Tentang Guru Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

Sebelum penulis membicarakan tentang pengertian guru
pendidikan agama Islam, perlulah penulis menguraikan pengertian guru
secara umum. Hal ini sebagai titik tolak untuk memberikan pengertian
guru agama Islam.
a. Pengertian guru agama Islam secara etimologi (harfiah) dalam
literatur kependidikan Islam ialah seorang guru bisa disebut
sebagai ustadz, mualim, murabbiy, mursyid, dan muaddib, yang
artinya orang memberikan ilmu pengetahuan dengan tujuan
mencerdaskan dan membina akhlak peserta didik agar menjadi
orang yang berkepribadian baik.
10

b. Sedangkan pengertian guru agama Islam ditinjau dari sudut
terminologi yang di berikan oleh para ahli dan cerdik
cendekiawan, adalah sebagai berikut:
1) Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam setiap melakukan
pekerjaan yang tentunya dengan kesadaran bahwa yang
dilakukan atau yang di kerjakan profesi bagi setiap
individu yang akan menghasilkan sesuatu dari

10
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT. RajaGrafido
Persada, 2005), hlm: 44-51


pekerjaannya. Dalam hal ini yang dinamakan guru dalam
arti yang sederhana adalah orang yang memberikan ilmu
pengetahuan kepada anak didik.
11

2) Menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya Ilmu
Pendidikan Praktis dan Teoritis menjelaskan guru adalah
orang yang telah memberikan suatu ilmu/kepandaian
kepada yang tertentu kepada seseorang/ kelompok
orang.
12

3). Zakiah darajat dalam bukunya Ilmu pendidikan Islam
menguraikan bahwa seorang guru adalah pendidik
profesional, karenanya secara implisit ia telah merelakan
dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab
pendidikan.
13

4) Sama dengan teori Barat, guru atau pendidik dalam Islam
adalah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan anak didik dengan mengupayakan
perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi
afektif, potensi kognitif maupun potensi psikomotorik.
14


Dengan begitu pengertian guru agama Islam, adalah seorang
pendidik yang mengajarkan ajaran Islam dan membimbing anak didik

11
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta,
2000), hlm.31
12
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1998), hlm.169
13
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1984), hlm.39
14
Ahmad Tafsir, Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994),
hlm.74

kearah kedewasaan serta membentuk kepribadian muslim yang berakhlak,
sehingga terjadi keseimbangan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Sebagai pendidik haruslah mempunyai kepribadian agamis,
artinya pada dirinya melekat nilai-nilai lebih yang hendak di
transinternalisasikan kepada para peserta didik. Misalnya nilai-nilai
kejujuran, keadilan, musyawarah, kebersihan, keindahan, kedisiplinan,
ketertiban dan lain sebagainya.
15

Dengan demikian seorang guru agama Islam ialah merupakan figur
seorang pemimpin yang mana disetiap perkataan dan perbuatannya
akanmenjadi panutan bagi anak didik, maka disamping sebagai profesi
seorang guru agama hendaklah menjaga kewibawannya agar jangan
sampai seorang guru agama melakukan hal-hal yang bisa menyebabkan
hilangnya kepercayaan yang telah diberikan masyarakat.
Ahmad Tafsir, mengutip pendapat dari Al-Ghozali mengatakan
bahwa siapa yang memilih pekerjaan mengajar, ia sesungguhnya telah
memilih pekerjaan besar dan penting.
16
Karena kedudukan guru agama
Islam yang demikian tinggi dalam Islam dan merupakan realisasi dari
ajaran Islam itu sendiri, maka pekerjaan atau profesi sebagai guru agama
Islam tidak kalah pentingnya dengan guru yang mengajar pendidikan
umum.
Dengan memperhatikan sasaran pokok pendidikan yaitu anak didik
pada semua jenjang kependidikan yang masuk berada dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan dan pertumbuhan mereka dapat mencapai

15
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam (kajian Filosofik dan Kerangka
Dasar Operasionalnya) (Bandung: Trigenda Karya, 1993), hlm. 173
16
Ahmad Tafsir, op.cit., hlm.76

titik optimal yang berkualitas diperlukan bantuan ahli-ahli kependidikan,
dan pendidik serta pembimbing yang mau memahami dan mendalami
jiwa kecendrungan perkembangan anak didik.
Salah satu hal yang amat menarik pada ajaran Islam yang sangat
tinggi terhadap guru. Begitu tingginya penghargaan itu sehingga
menempatkan kedudukan guru setingkat di bawah kedudukan nabi dan
Rasul. Hal itu dikarenakan guru selalu terkait dengan ilmu (pengetahuan);
sedangkan Islam sangat menghargai pengetahuan. Penghargaan Islam
terhadap ilmu tergambar dalam beberapa hadits yang artinya sebagai
berikut:
1. Tinta ulama lebih berharga daripada darah syuhada.
2. Orang berpengetahuan melebihi orang yang senang beribadah,
yang berpuasa dan menghabiskan waktu malamnya untuk
mengerjakan shalat, bahkan melebihi kebaikan orang yang
berperang di jalan Allah.
3. Apabila meninggal seorang alim, maka terjadilah kekosongan
dalam Islam yang tidak dapat diisi kecuali seseorang alim
yang lain.
17







17
Ibid, hlm 76

2. Peranan guru pendidik agama Islam
Pada dasarnya peranan guru pendidikan agama Islam dan guru
umum itu sama saja yaitu berusaha untuk memindahkan ilmu pengetahuan yang ia
miliki itu kepada anak didiknya agar mereka lebih banyak memahami dan
mengetahui ilmu pengetahuan yang lebih luas lagi. Dalam hal ini yang menjadi
perbedaan peranan antara guru pendidikan Islam dan guru umum mungkin hanya
sedikit saja, yaitu guru pendidikan agama Islam selain berusaha untuk
memindahkan ilmu, ia juga harus menanamkan nilai-nilai agama kepada anak
didiknya agar mereka bisa mengaitkan antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan.
Sehubungan dengan fungsiya sebagai guru Pengajar, Pendidik
dan Pembimbing, maka diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru.
Peranan guru ini akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang
diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan siswa, sesama guru, maupun
dengan staf yang lain. Dari berbagai kegiatan interaksi belajar mengajar, dapat
dipandang sebagai sentral bagi peranannya. Sebab baik disadari atau tidak bahwa
sebagian dari waktu dan perhatian guru banyak dicurahkan untuk menggarap
proses belajar mengajar dan berinteraksi dengan siswanya.
Adapun peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar, secara singkat
dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Informator.
Sebagai informator, guru harus dapat memberikan informasi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran
untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Informasi
yang baik dan efektif diperlukan dari guru. Kesalahan informasi akan

menyebabkan salah persepsi bagi muridnya. Untuk menjadi informator yang baik
dan efektif penguasaan bahasalah sebagai kuncinya, ditopang dengan penguasaan
bahan yang akan diberikan kepada anak didik.
18

Dalam hal ini selain sebagai informator guru juga harus bertindak
sebagai pengarah ketika anak didik salah mendapatkan informasi. Guru harus bisa
mengarahkan anak didiknya untuk menjadi orang yang berguna baik pada masa
sekarang maupun pada masa yang akan datang.
2. Organisator
Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademis, silabus,
workshop, jadwal pelajaran dan lain-lain. Kompone komponen yang berkaitan
dengan kegiatan belajar-mengajar, semua diorganisasikan sedemikian rupa,
sehingga dapat mencapai efektifitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa.
Selain mengadakan proses belajar mengajar di kelas hendaknya
guru juga harus bisa bertindak sebagai organisator maksudnya guru juga
mempunyai tanggung jawab untuk membuat kegiatan akademik, menyusun tata
tertib sekolah, membuat kalender akademik dan sebagainya yang berkaitan
dengan pengelolaan sekolah.
3. Motivator
Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar
bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat
menganalisis motif-motif yang melatar belakngi anak didik malas belajar dan
menurun prestasinya di sekolah. Peranan guru sebagai motivator ini penting
artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan

18
Syaiful Bahri Djamarah, op.cit.,hlm.44

belajar siswa, harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta
reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya
(aktivitas) dan daya cipta (kreatifitas), sehingga akan terjadi dinamika dalam
proses belajar mengajar, peranan guru sebagai motivator ini sangat penting dalam
interaksi belajar mengajar, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang
membutuhkan kemahiran sosial, menyangkut performance, dalam arti
personalisasi dan sosialisasi diri.
19

Guru sebagai motivator hendaknya dapat mendorong agar siswa mau
melakukan kegiatan belajar. Sebagai motivator, guru harus menciptakan kondisi
kelas yang merangsang siswa melakukan kegiatan belajar, baik kegiatan
individual maupun kelompok. Stimulasi atau rangsangan belajar para siswa bisa
di tumbuhkan dari dalam diri siswa dan bisa di tumbuhkan dari luar diri siswa.
20

4. Moderator
Moderator belajar, artinya sebagai pengatur arus kegiatan belajar siswa.
Sebagai moderator, guru menampung persoalan yang diajukan oleh siswa dan
mengembalikan lagi persoalan tersebut kepada siswa lain untuk dijawab dan di
pecahkannya. Jawaban siswa tersebut di kembalikan kepada penanya atau kepada
kelas untuk di nilai bersama benar tidaknya sebagai jawaban. Dengan demikian
setiap siswa di kondisikan untuk aktif memberikan respons terhadap pertanyaan
yang diajukan.
21

5. Pengelola kelas
Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan
baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru dalam

19
Ibid, hlm. 45
20
Nana Sudajana, op.cit., hlm. 34
21
Ibid, hlm.33

rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas yang di kelola dengan baik
akan menunjang jalnnya interaksi edukatif. Sebaliknya kelas yang tidak di kelola
dengan baik akan menghambat kegiatan pengajaran. Anak didik tidak mustahil
akan merasa bosan untuk tinggal lebih lama di kelas. Hal ini akan mengganggu
jalannya proses interaksi edukatif. Kelas yang terlalu padat dengan anak didik,
pertukaran udara kurang, penuh kegaduhan, lebih banyak tidak menguntungkan
bagi terlaksananya interaksi edukatif yang optimal.
22

Dalam pengelolaan kelas ini guru harus bisa mengelola kelas agar para
anak didik bisa betah tinggal didalam kelas dan dengan dorongan yang tinggi
untuk senantiasa terbiasa belajar didalam kelas.
6. Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas-fasilitas
yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik. Lingkungan belajar
yang tidak menyenangkan, suasana ruang kelas yang pengap, meja dan kursi yang
berantakan, fasilitas belajar yang kurang tersedia, menyebabkan anak didik malas
belajar. Oleh karena itu, menjadi tugas guru bagaimana menyediakan fasilitas
sehingga akan tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan anak didik.
23

Fasilitator belajar artinya memberikan kemudahan-kemudahan kepada
siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya. Kemudahan tersebut bisa di
upayakan dalam berbagai bentuk, antara lain menyediakan sumber dan alat-alat
belajar seperti buku-buku yang diperlukan, alat peraga, alat belajar lainnya,
menyediakan waktu belajar yang cukup kepada semua siswa, memberikan
bantuan kepada siswa yang memerlukannya, menunjukkan jalan keluar dalam

22
Syaiful Bahri Djamarah.op.cit,,hlm. 47
23
Ibid, hlm. 46

pemecahan masalah yang dihadapi siswa, mengenai perbedaan pendapat yang
muncul dari para siswa, tampil sebagai juru selamat manakala masalah tidak dapat
di pecahkan oleh siswa.
24

7. Evaluator
Artinya sebagai penilai yang objektif dan komprehensif. Sebagai
evaluator, guru berkewajiban mengawasi, memantau proses belajar siswa dan
hasil-hasil belajar yang dicapainya. Disamping itu guru berkewajiban melakukan
upaya perbaikan proses belajar siswa, menunjukkan kelemahan belajar siswa dan
cara memperbaikinya, baik kepada siswa secara perseorangan maupun secara
kelompok atau kelas. Aspek yang paling utama dinilai dan di pantau adalah proses
kegiatan belajar siswa, baik perseorangan maupun kelompok.
25

Dalam hal ini guru bertindak sebagai penilai terhadap hasil-hasil yang
telah di perlihatkan oleh anak didik. Dengan demikian guru akan memahami dan
mengerti apakah pelajaran yang telah di berikan tersebut bisa di pahami dan
diterima oleh anak didik ataukah tidak Biasanya dalam menilai keberhasilan
belajar ini maka guru mengelompokkan dalam dua cara yaitu dengan membagi-
bagi siswa menjadi beberapa kelompok ataupun hanya individu.

3. Kepribadian guru pendidikan agama Islam
Dalam Islam, guru merupakan orang yang menjadi panutan dan tauladan
bagi anak didiknya. Oleh karena itu guru pendidikan agama Islam hendaknya
mempunyai kepribadian yang baik dan juga mempunyai kemampuan yang baik

24
Nana Sudjana,op.cit., hlm. 33
25
Ibid, hlm. 35

pula. Dalam hal ini ada beberapa kemampuan atau kompetensi yang harus
dimiliki oleh setiap guru pendidikan agama Islam yaitu:
1) Penguasaan materi Al-Islam yang komprehensif serta wawasan dan
bahan pengayaan, terutama pada bidang-bidang yang menjadi tugasnya.
2) Penguasaan strategi (mencakup pendekatan, metode, dan teknik)
pendidikan Islam, termasuk kemampuan evaluasinya.
3) Penguasaan ilmu dan wawasan pendidikan.
4) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan
pada umumnya guna keperluan pengembangan pendidikan Islam.
5) Memiliki kepekaan terhadap informasi secara langsung atau tidak
langsung yang mendukung kepentingan tugasnya.
26

Untuk mewujudkan pendidik yang profesional, kita dapat mengacu pada
tuntunan Nabi SAW, karena beliau satu-satunya pendidik yang paling berhasil
dalam rentang waktu yang begitu singkat, sehingga di harapkan dapat
mendekatakan realitas (pendidik) dengan yang ideal (Nabi SAW).
Sebagai Pengajar, guru merupakan medium atau perantara aktif antar
murid dan ilmu pengetahuan, sedang sebagai pendidik, guru merupakan medium
aktif antara murid, haluan/filsafat negara dan kehidupan masyarakat dengan
segala seginya, dan dalam mengembangkan pribadi murid serta mendekatkan
mereka dengan pengaruh-pengaruh dari luar yang baik dan menjauhkan mereka
dari pengaruh-pengaruh dari luar yang buruk., dengan demikian guru wajib

26
Muhaimin dan Abdul Mujib, op.cit., hlm.172

memiliki segala sesuatu yang erat hubungannya dengan bidang tugasnya, yaitu:
pengetahuan, sifat-sifat kepribadian, serta kesehatan jasmani dan rohani.
27

Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi
yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru dari guru
lainnya. Kepribadian adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan seseorang guru sebagai pengembang sumber daya manusia. Karena,
Disamping berperan sebagai pembimbing dan pembantu juga berperan sebagai
anutan. Mengenai pentingnya kepribadian guru seorang psikolog terkemuka
profesor doktor Zakiah Darajat (1982) menegaskan:
Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan
pembina yang baik bagi anak didiknya. Ataukah akan menjadi perusak atau
penghancur bagi hari depan anak didik yang masih kecil (tingkat sekolah dasar)
dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).
28

Oleh karena itu, setiap calon guru dan guru profesional sangat di harapkan
memahami bagaimana karakteristik (ciri khas) kepribadian dirinya yang di
perlukan sebagai anutan para siswanya. Secara konstitusional, guru hendaknya
berkepribadian pancasila dan UUD 1945 yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, disamping ia harus memiliki kualifikasi (keahlian yang di
perlukan) sebagai tenaga pengajar.
29

Ciri-ciri khas kepribadian seseorang, untuk sebagian nampak dalam cara
dia melakukan pekerjaannya. Kenyataan ini semakin berlaku dalam pekerjaan
seorang guru, yang mendidik generasi muda di sekolah. Sadar aatau tidak, dengan

27
Muhaimin,dkk. Strategi Belajar dan Mengajar. (Penerapannya dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama),( Surabaya: CV Citra Media,1996 ), hlm. 63
28
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2000), hlm. 225-226
29
UUSPN RI No 2 Tahun 1989, op. cit., hlm.12

kehadirannya di kelas, guru sudah memberikan pengaruh terhadap perkembangan
siswa. Oleh karena itu guru harus harus memiliki kepribadian seperti :
1) Penghayatan nilai-nilai kehidupan (values)
2) Motivasi kerja
3) Sifat dan sikap
30

Untuk menjadi guru yang ideal maka di butuhkan ciri sebagai berikut:
keluwesan dalam pergaulan, suka humor, kemampuan untuk memyelami alam
pikiran dan perasaan anak, kepekaan terhadap tuntutan keadilan, kemampuan
untuk mengadakan organisasi, kreatifitas dan rela membantu.
Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis
dan fisik. Dalam makna demikian, seluruh sikap dan perbuatan seseorang
merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang itu, asal dilakukan secara
sadar. Dengan kata lain baik tidaknya citra seseorang di tentukan oleh
kepribadian, lebih lagi bila kita dalah seorang guru, masalah kepribadian
merupakan faktor yang sangat menentukan terhadap keberhasilan melakukan
tugas sebagai pendidik.
Guru adalah spiritual father/ bapak rohani bagi seorang anak didik. Ialah
yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pendidikan akhlak dan
membenarkannya, maka menghormati guru berarti menghormati anak didik kita,
menghargai guru berarti penghargaan terhadap anak-anak kita, dengan guru itulah
mereka hidup dan berkembang, sekiranya setiap guru itu menunaikan tugasnya
dengan sebaik-baiknya. Abu Darda melukiskan pula mengenai guru dan anak

30
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran ( Jakarta: PT Grasindo, 1991), hlm. 110

didik itu bahwa keduanya adalah berteman dalam kebaikan dan tanpa keduanya
tak ada kebaikan.
31

Tingkah laku/moral guru pada umumnya merupakan penampilan lain dari
kepribadiannya. Bagi anak didik yang masih kecil, guru adalah orang pertama
sesudah orang tua, yang mempengaruhi pembinaan kepribadian anak didik.
Kalaulah tingkah laku/akhlak guru tidak baik, pada umumnya akhlak anak didik
akan rusak olehnya, karena anak mudah terpengaruh oleh orang yang di
kaguminya atau dapat juga menyebabkan anak didik gelisah, cemas/terganggu
jiwa karena ia menemukan contoh yang berbeda/berlawanan dengan contoh yang
selama ini didapatkannya di rumah dari orang tuanya.
32

Sikap guru terhadap agama juga merupakan salah satu penampilan
kepribadian guru yang acuh tak acuh kepada agama akan menunjukkan sikap yang
dapat menyebabkan anak didik terbawa pula pada arus tersebut, bahkan kadang-
kadang menyebabkan tergangunya jiwa anak didik.
Cara guru berpakaian, berbicara, berjalan, dan bergaul, juga merupakan
penampilan kepribadian lain yang juga mempunyai pengaruh terhadap anak didik.
Termasuk pula dalam masalah kepribadian guru itu, sikap dan pandangan guru
terhadap fungsinya bagi anak didiknya.

4. Guru pendidikan agama Islam sebagai pendidik
Pendidikan agama ternyata tidak hanya menyangkut masalah transformasi
ajaran dan nilainya kepada pihak lain, tetapi lebih merupakan masalah yang
kompleks. Dalam arti, setiap kegiatan pembelajaran pendidikan agama akan

31
M. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam (Jakarta: PT Bulan Bintang,
1970), hlm. 136
32
Zakiah Darajat, Kepribadian guru (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1978), hlm. 15

berhadapan dengan permasalahan yang kompleks, misalnya masalah pserta didik
dengan berbagai latar belakangnya, dalam kondisi dan situasi apa ajaran itu di
berikan, sarana apa yang di perlukan untuk mencapai keberhasilan pendidikan
agama, bagaiamana cara atau pendekatan apa yang di gunakan dalam
pembelajarannya, bagaimana mengorganisasikan dan mengelola isi pembelajaran
agama itu, hasil apa yang di harapkan dari kegiatan agama itu, dan seberapa jauh
tingkat efektifitas, efisiensinya, serta usaha-usaha apa yang dilakukan untuk
menimbulkan daya tarik bagi peserta didik, demikian seterusnya.
Dunia ilmu pengetahuan modern memendang seorang pendidik atau
seorang guru harus dapat mengembangkan kepribadian seorang anak atau peserta
didik dan menyiapkannya menjadi anggota masyarakat. Oleh karena itu, tidak
semua orang dewasa dapat dikategorikan sebagai pendidik,dan memang ada
beberapa persyaratan yang harus terpenuhi oleh setiap calon pendidik.
33

Banyak diantara guru merasa bahwa pekerjaan mereka sebagai guru adalah
suatu pekerjaan yang rendah dan hina, apabila dibandingkan pekerjaan /bekerja di
suatu perusahaan, mungkin saja hal ini di sebabkan pandangan masyarakat
terhadap guru terlalu sempit dan picik, yaitu hanya suatu pandangan yang bersifat
materialistis, atau hanya bersifat keduniawaan belaka.
Sebenarnya pandangan itu salah, pada dasarnya pekerjaan sebagai guru
adalah pekerjaan yang luhur dan mulia, baik di tinjau dari sudut masyarakat dan
negara maupun ditinjau dari sudut agama. Guru sebagai pendidik adalah seorang
yang berjasa besar terhadap masyarakat dan negara. Tinggi/rendahnya
kebudayaan suatu masyarakat, maju/mundurnya tingkat kebudayaan suatu

33
Zuhairini dan Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Malang, UM Press,
2004), hlm.18

masyarakat dan negara, sebagian bergantung pada pendidikan dan pengajaran
yang di berikan oleh guru.
Makin tinggi pendidikan guru, makin tinggi baik pula mutu pendidikan
dan pengajaran yang diterima oleh anak-anak, dan makin tinggi pula derajat
masyarakat. Oleh sebab itu, guru harus berkeyakinan dan bangga bahwa ia dapat
menjalankan tugas itu. Guru hendaklah berusaha menjalankan tugas kewajiban
sebaik-baiknya, sehingga dengan demikian masyarakat menginsafi sungguh-
sungguh betapa berat dan mulianya pekerjaan guru.
Penghargaan masyarakat terhadap guru haruslah timbul karena perbuatan
itu sendiri. Meskipun demikian, sukar pula hal itu terlaksana jika perbaikan nasib,
kehidupan dan kedudukan guru-guru itu masih kurang mendapat perhatian dari
pemerintah. Untuk melaksanakan perbaikan dalam pendidikan dan pengajaran
anak-anak pada khususnya, serta masyarakat pada umumnya, pemerintah, guru,
dan masyarakat harus saling mengerti dan bekerjasam dengan sebaik-baiknya.
34

Setiap guru, jangan lupa bahwa ia adalah unsur terpenting dalam
pendidikan di sekolah. Hari depan anak didik tergantung banyak pada guru yang
pandai, bijaksana dan mempunyai keikhlasan dan sikap positif terhadap
pekerjaanya akan dapat membimbing anak-anak didik kearah sikap yang positif
terhadap pelajaran yang di berikan kepadanya dan dapat menumbuhkan sikap
positif yang di perlukan dalam hidupnya kemudian hari. Sebaliknya guru yang
tidak bijaksana dan menunaikan pekerjaan tidak ikhlas atau didasarkan
pertimbangan-pertimbangan bukan kepentingan pendidikan, misalnya hanya
sekedar untuk mencari rezeki, akan mengakibatkan arti dan manfaat pendidikan

34
M. Ngalim Purwanto, op.cit., hlm. 170

yang di berikannya kepada anak didik menjadi kecil atau mungkin tidak ada,
bahkan menjadi negatif.
Disamping itu ia juga harus meningkatkan pengetahuannya terhadap
berbagai ilmu yang di perlukan dalam tugasnya, supaya ia dapat membuat anak
yang enggan/tidak senang terhadap pelajarannya, menjadi bergairah dan ingin
mengkutinya, serta dapat memupuk dan mengembangkan sikap-sikap yang perlu
dalam pembinaan hari depan anak.
Dengan peningkatan kesadaran dan keikhlasan terhadap pekerjaan serta
peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk melaksanakan tugas sebagai
pendidik guna membina hari depan anak dan generasi muda pada umumnya, maka
guru akan dapat membimbing anak didik kearah pembinaan hari depan yang baik.

5. Tugas dan tanggung jawab guru pendidikan agama Islam disekolah
Menurut Al-Ghozali, tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan,
membersihkan, menyucikan, serta membawakan hati manusia untuk bertaqarrub
kepada Allah SWT. Hal tersebut karena pendidikan adalah upaya untuk
mendekatkan diri kepada Allah.
Secara umum tugas guru pendidik Islam adalah mendidik, yaitu
mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi
psikomotorik, kognitif ataupun afektif. Potensi ini harus di kembangkan secara
seimbang sampai ketingkat setinggi mungkin, menurut ajaran agama. Jika di lihat
lebih rinci lagi maka tugas guru pendidikan agama Islam atau pendidik agama
ialah:


1) Mengajarkan ilmu pengetahuan Islam
2) Menanamkan keimanan dalam jiwa anak
3) Mendidik anak agar taat menjalankan agama
4) Mendidik anak agar berbudi pekerti yang mulia
35

Mengingat bahwa tujuannya adalah mendidik anak-anak mempersipakan
mereka sebaik-baiknya, sehingga mereka menjadi orang yang sempurna (menjadi
insan kamil), maka guru harus menjadi pendidik yang diserahi tugas untuk
mendidik jasmani, akal dan akhlak. Dengan pendidikan yang sempurna dilihat
dari berbagai segi. Tugas guru bukan hanya menyampaikan ilmu pengetahuan dan
mengisi penuh pikiran mereka dengan ilmu pengetahuan itu, akan tetapi bertugas
membina murid menjadi orang dewasa, maka dia bertanggung jawab untuk
menguatkan jasmani murid, menumbuhkan pengertian mereka terhadap apa yang
diajarkan kepadanya dari berbagai ilmu pengetahuan, dalam usaha membentuk
akalnya, membina akhlaknya, dengan mengambil tindakan dengan tangannya
(bila perlu), menolongnya dalam mencari ilmu pengetahuan, membangkitkan
kecintaannya (minatnya) untuk mencari pengetahuan dan kecintaannya
menjalankan tugas itu, memberikan makanan rohani murid, dan menanamkan
dalam jiwanya akhlak yang mulia dan menjadikannya orang yang baik adat
istiadatnya.
36

Tugas guru sebagai profesi menuntut kepada guru untuk mengembangkan
profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Mendidik, mengajar dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai suatu
profesi. Tugas guru sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan

35
Zuhairini dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hlm. 35
36
Abu Bakar Muhammad, Pedoman Pendidikan dan Pengajaran (Surabaya: Usaha Nasional,
1981), hlm. 68

niali-nilai hidup pada anak didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan
dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknolgi kepada anak didik.
Guru harus bisa menempatkan diri sebagai orang tua kedua, dengan
mengemban tugas yang di percayakan orang tua kandung/wali anak didik dalam
jangka waktu tertentu. Untuk itu pemahaman terhadap jiwa dan watak anak didik
diperlukan agar dapat dengan mudah memahami jiwa dan watak anak didik.
Begitulah tugas guru sebagai orang tua kedua setelah orang tua anak didik dalam
keluarga di rumah. Di dalam bidang kemasyarakatan guru mempunyai tugas
mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang
bermoral pancasila. Memang tidak dapat di pungkiri bila guru mendidik anak
didik sama halnya guru mencerdaskan bangsa Indonesia. Bila dipahami, maka
tugas guru tidak hanya sebatas dinding sekolah, tetapi juga sebagai penghubung
antara sekolah dengan masyarakat.
37

Tugas guru adalah mendidik. Ini amat umum, yang paling utama dari
sekian tugas guru adalah mengajar dan semua yang berhubungan dengan
pencapaian tujuan pengajaran. Ada baiknya tugas tersebut dirinci dengan tegas.
Rincian itu sebagai berikut:
38

1) Membuat persiapan program pengajaran yang terdiri dari:
a) Program tahunan pelaksanaan kurikulum
b) Program semester/catur wulan
c) Perencanaan program megajar



37
Syaiful Bahri Djamarah, op.cit.,hlm. 37
38
Ahmad Tafsir, op.cit.,hlm. 85-86

2) Mengajar atau melaksanakan pengajaran
a) Menyampaikan materi (dalam GBPP)
b) Menggunakan metode mengajar
c) Menggunakan media/sumber
d) Mengelola kelas/mengelola interaksi belajar mengajar
3) Melaksanakan/mengevaluasi hasil pengajaran
a) Menganlisis hasil evaluasi belajar
b) Melaporkan hasil evaluasi belajar
c) Melaksanakan program perbaikan dan pengayaan
39


Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak
didik. Pribadi susila yang cakap adalah yang diharapkan ada pada diri setiap anak
didik. Tidak ada seorang guru apapun yang mengharapkan anak didiknya menjadi
sampah masyarakat. Untuk itulah guru dengan penuh dedikasi dan loyalitas
berusaha membimbing dan membina anak didik agar di masa mendatang menjadi
orang yang berguna bagi nusa dan bangsa. Karena besarnya tanggung jawab guru
terhadap anak didiknya, hujan dan panas bukanlah menjadi penghalang bagi guru
untuk selalu hadir ditengah-tengah anak didiknya. Guru tidak pernah memusuhi
anak didiknya meskipun suatu ketika ada anak didiknya yang berbuat kurang
sopan pada orang lain. Bahkan dengan sabar dan bijaksana guru memberikan
nasehat bagaimana cara bertingkah laku yang sopan pada orang lain.
Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi pada dasarnya adalah
tuntutan dan panggilan untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga, dan

39
B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm. 9

meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya. Guru harus sabar bahwa
tugas dan tanggung jawabnya tidak bisa dilakukan oleh orang lain, kecuali oleh
dirinya. Demikian pula ia sadar bahwa dalam melaksanakn tugasnya selalu di
tuntut untuk bersungguh-sungguh dan bukan pekejaan sambilan. Guru harus sadar
bahwa yang dianggap baik ini, belum tentu benar di masa yang akan datang.
Menjadi tanggung jawab guru untuk memberikan sejumlah norma itu
kepada anak didik agar tahu mana perbuatan yang susila dan asusila, mana
perbuatan yang moral dan amoral. Semua norma itu meski harus guru berikan
ketika di kelas, diluar kelas pun sebaiknya guru contohkan melalui sikap, tingkah
laku, dan perbuatan. Pendidikan di lakukan tidak semata-mata dengan perkataan,
tetapi dengan sikap, tingkah laku, dan perbuatan.
Jadi guru harus bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku dan
perbuatannya dalam rangka membina jiwa dan watak anak-anak didik. Dengan
demikian, tanggung jawab guru adalah untuk membentuk anak didik agar menjadi
orang yang bersusila yang cakap, berguna bagi agama, nusa dan bangsa di masa
yang akan datang.

6. Metode Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Akhlak
Siswa Kelas IX
Pembinaan akhlak harus dilakukan sejak dini, sesuai dengan pendidikan
pada umumnya, karena setiap anak dilahirkan belum mengerti mana yang benar,
mana yang salah dan belum tahu batas-batas dan ketentuan-ketentuan akhlak yang
berlaku dalam lingkungannya, pendidikan akhlak harus dilakukan pada permulaan
yaitu: di rumah dengan latihan terhadap tindakan-tindakan yang di pandang baik

menurut ukuran-ukuran lingkungan di mana ia hidup. Setelah anak terbiasa
bertindak sesuai dengan yang di kehendaki oleh aturan-aturan akhlak dan
kecedasan serta kematangan berfikir telah terjadi, barulah pengertian-pengertian
yang abstrak diajarkan.Upaya dan strategi guru agama Islam dalam membina
akhlak siswa, diantaranya:
1. Melalui Proses Pendidikan
Pendidikan akhlak mempunyai aspek yang sangat penting yang ditujukan
kepada jiwa dan pembentukan akhlak, dengan demikian upaya yang
dilakukan oleh guru agama Islam dalam membina akhlak siswa dalam
proses pendidikan dilakukan, melalui:
a. Penanaman nilai-nilai keimanan, dalam upaya penanaman nilai-
nilai keimanan dalam jiwa siswa tidak terlepas dari nilai-nilai
yang terdapat dalam rukun iman yang meliputi: Iman kepada
Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-
rasul-Nya, hari kiamat serta qodha dan qadar-Nya. Keenam hal
tersebut merupakan dasar struktural yang ditetapakan oleh
agama untuk membentuk dan membina kepribadian muslim
yang berakhlak karimah.
b. Penanaman nilai-nilai ibadah, kepada Allah ada empat hal yaitu:
shalat, zakat, puasa dan haji bagi yang mampu.
2. Melalui Proses Bimbingan dan Penyuluhan, diantaranya dengan:
a. Menanamkan perasaan cinta kepada Allah dalam hati anak-anak.
b. Menanamkan itiqad yang benar.
c. Mendidik anak untuk selalu bertaqwa

d. Mengajarkan anak-anak untuk mengetahui hukum-hukum agama
e. Memberikan contoh atau teladan nasehat yang baik.
Pada dasarnya, sekolah merupakan suatu lembaga yang membantu bagi
tercapainya cita-cita keluarga dan masyarakat, khususnya dalam bidang
pendidikan dan pengajaran yang tidak dapat dilaksanakan secara sempurna di
dalam rumah dan lingkungan masyarakat. Sekolah tidak hanya bertanggung jawab
memberikan berbagai macam ilmu pengetahuan, tetapi juga memberikan
bimbingan, pembinaan dan bantuan terhadap anak-anak yang bermasalah, baik
dalam belajar, emosional maupun sosial sehingga dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal sesuai dengan potensi masing-masing.
40

Namun hendaknya diusahakan supaya sekolah menjadi lapangan yang
baik bagi pertumbuhan dan perkembangan mental dan moral (akhlak) anak didik.
Dengan kata lain, supaya sekolah merupakan lapangan sosial bagi anak didik
dimana pertumbuhan mental, moral, sosial, dan segal aspek kepribadian dapat
berjalan dengan baik.
Dalam hal ini bentuk kegiatan yang dilaksanakan disekolah diantaranya:
1. Memberikan pengajaran dan kegiatan yang bisa menumbuhkan
pembentukan kebiasaan berakhlak mulia dan beradat kebiasaan yang baik,
misalnya:
a. Membiasakan siswa bersopan santun dalam berbicara, berbusana,
dan bergaul dengan baik di sekolah atau diluar sekolah.
b. Membiasakan siswa dalam tolong-menolong, sayang kepada yang
lemah dan menghargai orang lain.

40
Mulyasa, Manajemen Pendidikan Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm.47

c. Membiasakan siswa bersikap ridha, optimis, percaya diri, menguasai
emosi tahan menderita dan sabar.
2. Membuat program kegiatan keagamaan, yang mana dengan kegiatan
tersebut bertujuan memantapkan rasa keagamaan siswa, membiasakan diri
berpegang teguh pada akhlak mulia dan membenci akhlak yang rusak,
selalu tekun beribadah, mendekatkan diri kepada Allah serta bermuamalah
yang baik.kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah, diantaranya:
a. Adanya program sholat dhuhur jamaah
b. Diadakannya peringatan-peringatn hari besar Islam
c. Adanya kegiatan pondok ramadhan
d. Adanya peraturan-peraturan tentang kedisiplinan dan tata tertib
sekolah.
Dengan adanya program kegiatan diatas tadi di harapkan mampu
menunjang pelaksanaan guru agama Islam dalam proses pembinaan akhlak
peserta didik.
Pemberian akhlak dalam keluarga dapat mempengaruhi perkembangan
jiwa anak didik. Pertama yang harus di perhatikan adalah keharmonisan hubungan
bapak ibu, sehingga pergaulan mereka, dapat dijadikan suri tauladan yang baik,
khususnya bagi anak di bawah enam tahun. Pembinaan akhlak tidak hanya
menyampakian pengertian akhlak yang baikdan buruk. Maka untuk itu orang tua
harus mengetahui cara mendidik dan mengetahui karakteristik periodisasi umur
setiap anak dan mampu mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran
agama dan dalam kehidupannya sehari-hari. Akan tetapi fenomena sekarang ini
orang tua kurang peduli terhadap pendidikan agama dan akhlak keluarga,

sehingga perlu juga pendidikan agama bagi anak disamping oleh anggota keluarga
lain selain ayah ibu. Dan disinilah letak pentingnya pendidikan akhlak di sekolah.
Pelajaran akhlak bertujuan mengetahui perbedaan-perbedaan perangai
manusia yang baik dan yang buruk agar manusia dapat memegang teguh sifat-sifat
baik menjauhkan diri dari sifat-sifat yang jahat sehingga terciptalah tata tertib
dalam pergaulan dalam masyarakat, dimana tidak ada benci membenci. Oleh
karena itu pelajaran akhlak bertujuan hendak mendudukkan manusia sebagai
makhluk yang tinggi dan sempurna serta membedakannya dengan makhluk-
makhluk lainnya. Akhlak bertujuan menjadikan manusia orang yang berkelakuan
baik terhadap Tuhan manusia dan lingkungannya.
41

Dalam hal ini upaya yang dilakukan untuk membina akhlak siswa guru
pendidikan agama Islam melaksanakan melalui kegiatan belajar mengajar di kelas
dan melalui kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat wajib bagi siswa khususnya
yang beragama Islam. Selain itu juga dilaksanakan dengan memberikan teladan
yang baik kepada siswa. Jadi dalam pembinaan akhlak yang dilakukan guru
pendidikan agama Islam di MTs Al- Istiqomah tidak hanya di lakukan melalui
kegiatan belajar mengajar dan kegiatan ekstrakurikuler melainkan dengan
penciptaan lingkungan sekolah yang baik melalui teladan yang di berikan kepada
siswa.





41
Asmaran As.op.cit., hlm.55

B. Pembahasan Tentang Pembinaan Akhlak
1. Pengertian Akhlak
Perkataan akhlak berasal dari bahasa arab, jamak dari kata khuluq yang
menurut bahasa berarti: perangai, tingkah laku, atau tabiat.
42

Dalam pengertian sehari-hari akhlak umumnya disamakan dengan arti
budi pekerti atau kesusilaan atau kesopanan dalam bahasa Indonesia, dan tidak
berbeda arti dengan arti kata moral atau ethic dalam bahasa Inggris.
Beberapa definsi akhlak telah dikemukakan oleh para ahli diantaranya:
Ibnu Maskawih memberikan definisi sebagai berikut:
Akhlak adalah Suatu kondisi jiwa seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melakukan pertimbangan pikiran
(lebih dahulu)/secara spontan.
43

Imam Al Ghozali mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut:
Akhlak itu ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari sifat itu
timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan
pertimbangan pikiran (lebih dahulu).
44

Prof. Dr. Ahmad Amin mengemukakan definisi akhlak sebagi berikut:
Akhlak adalah kebiasaan kehendak, ini berarti bahwa kehendak itu bila di
biasakan akan sesuatu maka kebiasaannya itu di sebut akhlak.
45





42
Humaidi Tatapangarsa, Pendidikan Agama Islam Untuk Mahasiswa (Malang: Penerbit IKIP
Malang, 1991), hlm. 32
43
Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja (Jakarta, Rineka Cipta, 1991), hlm. 129
44
Asmaran, op.cit.,hlm. 3
45
Ibid, hlm. 2

Dr. M. Abdullah Dirroz mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut:
Akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan
dan kehendak mana berkombinasi membawa kecenderungan pada
pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak baik) atau pihak yang jahat
(dalam hal akhlak yang jahat).
46

Ada istilah lain yang lazim di pergunakan di samping kata akhlak adalah
apa yang di sebut ethika. Perkataan itu berasal dari bahasa Yunani ethes yang
berarti kebiasaan. Jadi ethika ialah ilmu yang menyelidiki, mana yang baik dan
mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang
dapat di ketahui oleh akal pikiran.
47


2. Sumber Akhlak Dan Tujuan Pengajaran Akhlak
a. Sumber Akhlak Islam
Dalam Islam sumber akhlak ialah Al-Quran dan Sunnah Rasul:
1. Al-Quran
.1l l >l _ _. < :`. ..> _.l l `>, < ,l > :
< ,: _

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah(QS.Al-Ahzab:21)

2. As Sunnah/Hadits sebagai sumber akhlak,antara lain:
` `, ` `. . , _ . `- ` , _ , , ,

46
Humaidi Tatapangarsa, op.cit., hlm. 225-226
47
Asmaran As, op.cit., hlm. 6-7

Artinya: Bahwa aku diutus Allah untuk menyempurnakan keluhuran akhlak
(budi pekerti). (HR Ahmad)
48

Berdasarkan ayat dan hadits diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
dasar atau sumber pokok dari akhlak adalah Al-Quran dan hadits karena
persoalan akhlak dalam Islam banyak dimuat didalamnya dan sumber tersebut
merupakan batasan-batasan dalam tindakan kehidupan manusia sehari-hari.

b. Tujuan Pengajaran Akhlak
Suksesnya guru dalam membina akhlak siswanya sangat ditentukan oleh
berrhasilnya pengajaran akhlak itu sendiri. Adapun tujuan pengajaran akhlak itu
sendiri adalah :
1. Tujuan Umum
Menurut Umari tujuan pengajaran akhlak secara umum meliputi:
a. Supaya dapat terbiasa melakukan hal yang baik dan terpuji serta
menghindari yang buruk, hina dan tercela.
b. Supaya hubungan kita dengan Allah SWT dan dengan sesama
makhluk selalu terpelihara dengan baik dan harmonis.
49

2. Tujuan Khusus
Menurut Djasuri, secara spesifik pengajaran akhlak bertujuan sebagai
berikut:
a. Menumbuhkan pembentukan kebiasaan berakhlak mulia dan
beradat kebiasaan yang baik.

48
Ibid, hlm: 58
49
A. Mustafa, Akhlak Tasawuf (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm.37

b. Memantapkan rasa keagamaan pada siswa, membiasakan diri,
berpegang teguh pada akhlak dan membenci akhlak yang rusak.
c. Membiasakan siswa bersikap ridha, optimis, percaya diri,
menguasai emosi, tahan menderita, dan sabar.
d. Membimbing siswa kearah sikap yang sehat yang dapat membantu
mereka berinteraksi sosial yang mencintai kebaikan untuk orang
lain.
e. Membiasakan siswa bersikap santun dalam berbicara dan bergaul
dengan baik di sekolah maupun di luar sekolah.
f. Membiasakan siswa selalu tekun beribadah dan mendekatkan diri
kepada Allah dan bermuamalah yang baik.
50


3. Ruang Lingkup Akhlak
Kalau kita membicarakan tentang ruang lingkup akhlak, maka disitu ada
tiga bagian yang termasuk di dalamnya yaitu:
1. Akhlak Manusia Kepada Allah SWT
Pada dasarnya, akhlak manusia kepada Tuhan itu adalah bahwa
hendaknya manusia itu:

a. Beriman Kepada Allah SWT
Beriman kepada Allah, artinya mengakui, mempercayai/meyakini
bahwa Allah itu ada, dan bersifat dengan segala sifat yang baik dan
maha suci dari segala sifat yang buruk. Seperti di ketahui, bahwa di

50
Ibid, hlm: 136

alam ini ada satu kekuatan tersembunyi yang menggerakkan dan
mengatur seluruh ihwal alam. Kekuatan tersembunyi itu bagi alam
seperti halnya kemauan kita di dalam diri kita. Dialah yang menjadi
sebab ada dan berlangsungnya seluruh kehidupan di alam ini dengan
baik, meliputi kehidupan manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan,
udara, bumi dan benda-benda lainnya.

b. Beriman/mengabdi Kepada-Nya Dengan Tulus Ikhlas
51

Iman kepada Allah, tidak cukup hanya sekedar mempercayai akan
adanya Allah saja, sekaligus juga harus diikuti dengan beribadah atau
mengabdi kepada Allah dalam kehidupan sehari-hari, yang
realisasi/manifestasinya berupa: diamalkannya segala perintah Allah
dan di jauhinya segala larangan Allah. Dan semuanya ini dikerjakan
dengan tulus ikhlas, semata-mata hanya karena Allah.
Selain itu perlu diingat pula, bahwa tujuan di ciptakannya iman oleh
Tuhan ialah untuk beribadah. Beberapa hal yang termasuk kedalam
pengertian-pengertian ibadah itu, yang tergolong adalah: tidak
mempersekutukan Allah dengan apapun juga, takut kepada Allah,
cinta kepada Allah, bertaubat kepada Allah dan lain sebagainya.





51
Humaidi Tatapangarsa, Akhlak Yang Mula (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1980), hlm.20

2. Akhlak Manusia Kepada Sesama Manusia
Allah menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar
mereka saling kenal mengenal dan tidak bermusuhan. Dalam agama Islam
segala sesuatu itu ada aturannya, baik terhadap penciptanya, terhadap diri
sendiri, sesama manusia maupun terhadap sesama lingkungan hidup. Dalam
hal ini yang menjadi sentral adalah manusia, karena manusia dalam hidupnya
tidak terlepas dari pertolongan dan keikutsertaan orang lain. Untuk itu Allah
memberi aturan bagaimana hidup sesama orang lain diantaranya adalah yang
muda menghormati yang lebih tua, yang tua menyayangi yang muda,
menyayangi sesama dan lain-lain.

Selain itu Allah juga memerintahkan kita supaya berbuat baik
terhadap kedua orang tua, kerabat, karib, sanak, anak yatim, tetangga, orang
miskin, teman sejawat, dan hamba sahaya.

3. Akhlak Manusia Kepada Lingkungan
Sesama makhluk Allah mengambil tempat, waktu dan lingkungan
alam sekitarnya lebih-lebih makhluk hidup. Untuk mempertahankan
hidupnya ia sangat bergantung pada alam sekitarnya. Makhluk hidup di sini
dapat di golongkan pada tumbuh-tumbuhan, binatang serta manusia itu
sendiri, manusia tidak hanya bergantung pada makhluk hidup satu tetapi ia
tetap bergantung dan membutuhkan dengan benda mati.
Lingkungan hidup tidak saja hanya mendukung kehidupan dan
kesejahteraan manusia itu saja, tetapi juga makhluk hidup yang lain. Oleh

karena itu, lingkungan harus tetap kita jaga kelestariannya, sehingga secara
berkesinambungan tetap dalam fungsinya yaitu mendukung kehidupan.
Akhlak kepada lingkungan hidup dapat diwujudkan dalam bentuk
perbuatan ikhsan, yaitu dengan menjaga kelestarian dan keserasiannya serta
tidak merusak lingkungan hidup tersebut. Usaha-usaha pembangunan yang
dilakukan juga harus memperhatikan masalah kelestarian hidup. Jika
kelestarian terancam maka kesejahteraan hidup manusia terancam pula.

















Membuat kerusakan didaratan, di laut maupun di udara adalah
perbuatan secara moral kemanusiaan dapat membahayakan kehidupan
manusia disamping perbuatan terlarang dalam agama.
Demikianlah keterangan diatas bahwa merusak, memusnahkan
binatang dan segala perbuatan yang merusak lingkungan hidup merupakan
larangan agama. Begitu juga sebaliknya kita harus mempunyai perasaan
belas kasih untuk berbuat baik kepada sesama makhluk Allah SWT dan
kita harus menjaga kelestariannya.

4. Macam-Macam Akhlak
Akhlak itu terbagi menjadi dua macam diantaranya:
1. Akhlak Mahmudah
Yaitu akhlak yang baik, yang berupa semua akhlak yang baik-baik
yang harus di anut dan dimiliki oleh setiap orang.
52
Dalam pembahasan
ini ada banyak sekali macam dan jenis dari akhlak mahmudah, dari
sekian banyak macam akhlak mahmudah, disini akan di bahas beberapa
macam saja, diantaranya:
a. Amanah
Pada umumnya orang awam mengartikan amanat dalam arti sempit
adalah menjaga baranga titipan, padahal amanat menurut pandangan
Islam mempunyai arti yang lebih besar dan lebih berat. Amanat adalah
suatu kewajiban yang harus di jaga oleh orang-orang Islam serta mereka
meminta pertolongan kepada Allah agar bisa menjaga amanat tersebut.

52
Ibid, hlm. 147

b. Adil (adalah)
Adil yaitu merupakan suatu tindakan menyampaikan hak kepada
yang memilikinya dari berbagai jalan yang paling dekat. Sifat adil ada
dua dua macam, yaitu: adil yang berhubungan dengan masyarakat/
pemerintah, dan adil yang berhubungan dengan perorangan.
c. Syajaah (berani)
Adalah suatu sifat yang telah membela dan mempertahankan
tindakan-tindakan yang dapat menimbulkan kemuliaan diri, kearah sifat
keutamaan yang tinggi/terpuji, berkorban dan memberi, menahan
perasaan marah/menekan nafsu angkara.
d. Hemat (hidup sederhana)
Hemat adalah merupakan bagian yang terletak antara kikir dan loba
(pemborosan). Yang di maksud dengan hemat yaitu menggunakan segala
sesuatu yang tersedia baik berupa benda maupun tenaga dan lain-lain
menurut keperluan dan tidak berlebihan. Hidup sederhana adalah hidup
yang wajar yang terletak diantara hidup yang serba kekurangan dan hidup
yang serba kekurangan dan hidup yang mewah, dengan kata lain hidup
secara bersahaja/seimbang.
e. Ikhlas
Arti ikhlas adalah murni/bersih, tidak ada campuran. Maksud dari
bersih disini adalah bersihnya sesuatu pekerjaan dari campuran motif-
motif yang selain Allah. Jadi sesuatu pekerjaan di katakan ikhlas, kalau
pekerjaan yang di lakukan semata-mata karena Allah saja, mengharap
ridha-Nya dan pahala-Nya.

2. Akhlak Mazmumah
Yaitu akhlak yang buruk yang harus di hindari dan di jauhi oleh
setiap orang. Seperti halnya akhlak yang terpuji, akhlak yang tercela
banyak jumlahnya dan bermacam-macam wujudnya, tetapi dari akhlak
tercela yang banyak itu yang di bicarakan dalam hal ini hanya beberapa
saja, yaitu:
a. Takabbur
Takabbur adalah merasa atau mengaku diri besar, tinggi, atau
mulia, melebihi orang lain.Pendek kata merasa diri serba hebat, super.
Sesuai dengan makna ini, maka orng yang takabbur selalu menganggap
dirinya lebih, sedang orang lain di pandang serba rendah.
53

b. Bakhil
Bakhil artinya kikir, orang kikir adalah orang yang sangat hemat
dengan apa yang menjadi miliknya, tetapi hematnya bersangatan, sehingga
sangat berat dan sukar baginya mengurangi sebagian dari apa yang
dimilkinya itu untuk di berikan kepada orang lain.
c. Riya
Adalah suatu perbuatan yang di lakukan secara terang-terangan
agar nampak oleh orang lain. Riya itu hukumnya haram, orang yang
melakukannya amat di benci dan di murkai oleh Allah SWT.
d. Zina
Zina adalah masuknya penis ke dalam vagina bukan haknya sendiri
(bukan isteri) dan tidak ada unsur syubhat (keserupaan atau kekeliruan).
54


53
Humaidi Tatapangarsa, op.cit., hlm. 267
54
Ibid, hlm. 284


5 . Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terbentuknya Akhlak
Akhlak mempunyai lapangan yang amat luas karena berkaitan dengan
perbuatan dan tingkah laku manusia yang setiap perbuatan dan sikapnya akan
masuk dalam bagiannya. Manusia dalam hidupnya tidak akan terlepas dengan
aktifitas bersama masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak antara
lain:
1. Faktor dari luar dirinya secara langsung/tidak langsung merupakan salah
satu unsur yang membentuk mentalnya, diantaranya:
a. Keturunan (Alwaratsah)
b. Lingkungan (Al- bi-ah)
c. Rumah tangga
d. Sekolah
e. Pergaulan (Ash- shaduqoh)
f. Penguasa (Al Mulk)
2. Faktor dari dalam dirinya seperti pengalaman-pengalaman yang datang
dari luar juga unsur-unsur yang telah ada didalam dirinya turut
membentuk mentalnya, diantaranya yaitu:
a. Instink dan akalnya.
b. Adat
c. Kepercayaan
d. Keinginan-keinginan
e. Hawa nafsu
f. Hati nurani



Semua faktor-faktor tersebut menggabung menjadi satu turut membentuk mental
seseorang. Mana yang lebih kuat, lebih banyak memberi contoh pada mentalnya.
Umpamanya antara faktor keturunan yang mewarnai mentalnya sebagai
pembawaan sejak lahir, dengan pendidikan dan pergaulan yang apabila berbeda
coraknya, maka yang lebih kuat akan lebih memberi corak pada mental seseorang
tersebut.
Tentu saja untuk pembentukan mental yang baik agar si insan mempunyai
akhlak yang mulia, tidak dapat digarap hanya satu faktor saja, melainkan harus
dari segala jurusan, dari mana sumber-sumber akhlak itu datang.
















BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, karena
datanya akan dipaparkan secara analisis deskriptif. Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan gejala secara menyeluruh
sesuai dengan konteks melalui pengumpulan data dari latar belakang alami
dengan memanfaatkan peneliti sebagai instrumen kuat.
55

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian deskritif merupakan penelitian
terhadap fenomena atau populasi tertentu untuk menjelaskan aspek-aspek yang
relevan dengan fenomena atau masalah yang ada. Pada umumnya, penelitian
deskriptif tidak menggunakan hipotesis (non hipotesis) sehingga dalam
penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis.
56

Dalam hal ini pelaksanaan penelitian dan kajiannya didasarkan pada
proses pencarian data secara lengkap. Untuk selanjutnya data tersebut disajikan
secara deskriptif dalam bentuk kata-kata.





55
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung,: PT Remaja Rosdakarya, 2002),
hlm. 3
56
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta,
1998), hlm. 245

B. Kehadiran Peneliti
Sesuai dengan jenis penelitian, yaitu penelitian deskriptif, maka kehadiran
peneliti ditempat penelitian sangat diperlukan sebagai instrumen utama. Dalam
hal ini peneliti bertindak sebagai perencana, pemberi tindakan, pengumpul data,
penganalisis data, dan sebagai pelapor hasil penelitian.
Peneliti di lokasi juga sebagai pengamat penuh. Di samping itu kehadiran
peneliti diketahui statusnya sebagai peneliti oleh Kepala Madrasah Tsanawiyah
Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun.
Adapun kegiatan peneliti dapat diperinci sebagai berikut:
1. Observasi awal (pengajuan surat pengantar dari fakultas ke kepala
sekolah)
2. Mengadakan interview (wawancara) dengan responden yang menjadi
sumber data.
3. Pengambilan data observasi dan dokumentasi
4. Permohonan surat keterangan telah menyelesaikan penelitian.

C. Lokasi Penelitian
Peneliti mengambil lokasi penelitian ini di Madrasah Tsanawiyah Al
Istiqomah, yang terletak di Jl. Raya Dungus Wungu Madiun, letaknya cukup
strategis berada di jalur angkutan kota, ini akan mempermudah Madrasah
Tsanawiyah Al Istiqomah dalam mengembangkan diri.




D. Sumber Data
Data merupakan hal yang sangat penting untuk menguak suatu
permasalahan dan data diperlukan untuk menjawab masalah penelitian atau
mengisi hipotesis yang sudah dirumuskan. Data adalah hasil pencatatan penelitian
baik berupa fakta maupun angka. Data adalah segala fakta dan angka yang dapat
dijadikan bahan untuk menyusun informasi, sedangkan informasi adalah hasil
pengolahan data untuk suatu keperluan.
57
Sedangkan sumber data adalah subjek
dari mana data diperoleh.
58
Adapun jenis data yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang bersumber dari informan secara langsung
berkenaan dengan masalah yang diteliti. Seperti dikatakan Moleong, bahwa kata-
kata atau ucapan lisan dan perilaku manusia merupakan data utama dan data
primer dalam suatu penelitian.
59
Adapun data primer dalam penelitian ini adalah
guru pendidikan agama Islam. Sedangkan subjek penelitiannya antara lain:
1. Guru Pendidikan Agama Islam Bidang Studi Aqidah Akhlak
2. Guru Pendidikan Agama Islam Bidang Studi Sejarah Kebudayaan
Islam
3. Guru Pendidikan Agama Islam Bidang Studi Quran Hadits
Data kedua adalah data sekunder, yaitu data yang di maksudkan untuk
melengkapi data primer dari kegiatan penelitian. Data sekunder berasal dari
dokumen-dokumen berupa catatan-catatan. Moleong menjelaskan tentang sumber
data yang penting lainnya adalah berbagai sumber tertulis seperti buku, disertasi,
buku riwayat hidup, jurnal, dokumen-dokumen, arsip-asip, evaluasi, buku harian

57
Ibid, hlm: .
58
Ibid, hlm. 114
59
Lexy J. Moleong, op.cit, hlm. 112

dan lain-lain. Selain itu foto dan data statistik juga termasuk sebagai sumber data
tambahan.
60

Sedangkan yang termasuk data sekunder dalam penelitian ini adalah,
dokumenter, berupa informasi dari arsip-arsip seperti: profil Madrasah
Tsanawiyah Al Istiqomah, serta dokumen-dokumen lain yang terkait dengan
penelitian ini dan kepustakaan, yang berupa buku-buku ataupun artikel-artikel
yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

E. Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang valid pada suatu penelitian, maka teknik
pengumpulan data sangat membantu dan menentukan kualitas dari penelitian
dengan kecermatan memilih dan menyusun. Teknik pengumpulan data ini akan
memungkinkan dicapainya pemecahan masalah yang valid. Dalam penelitian ini
penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut:
1. Metode Observasi
Observasi adalah pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian
terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh indera, yaitu : penglihatan,
peraba, penciuman, pendengaran, pengecapan.
61
Dengan demikian pengamatan
atau observasi dapat dilakukan secara langsung dan sistematik tehadap gejala
yang tampak pada objek penelitian untuk memperoleh data tentang permasalahan
dan segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian yang dilaksanakan.
Dengan kata lain, peneliti terjun langsung ke lapangan yang akan diteliti,
tujuannya agar dapat terdapat gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.

60
Ibid, hlm. 113-116
61
Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 146.

Menurut Sutrisno Hadi, observasi adalah suatu teknik yang di gunakan melalui
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang di
selidiki.
62

Penulis menggunakan metode ini untuk mengamati secara langsung di
lapangan, terutama tentang:
a. Kondisi fisik dan non fisik Madrasah Tsanawiyah Al Istiqomah
b. Pembinaan akhlak siswa di Madrasah Tsanawiyah Al Istiqomah
c. Fasilitas dan sarana pendidikan yang ada.
2. Metode Dokumentasi
Suharsimi Arikunto, menjelaskan bahwa metode dokumentasi adalah
metode mencari data mengenai hal-hal yang variabelnya berupa catatan-catatan
harian, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, dokumen, agenda,
legger dan sebagainya.
63
Dari rujukan diatas, teknik pengumpulan data yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah menganalisa data-data tertulis seperti: arsip-
arsip, catatan-catatan administrasi yang berhubungan dengan penelitian.
Penulis menggunakan metode ini untuk memperoleh data tentang:
a. Profil di Madrasah Tsanawiyah Al Istiqomah
b. Struktur organisasi
c. Tata tertib siswa
d. Jumlah guru dan karyawan
e. Jumlah seluruh siswa
f. Jenis sarana dan prasarana yang ada


62
Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid II (Yogyakarta: Andi Offset, 1998), hlm. 136
63
Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 236


3. Metode Interview
Metode interview adalah metode pengumpulan data dengan wawancara
atau kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara
(interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer).
64

Lexy J. Moleong, menjelaskan wawancara (interview) merupakan
percakapan-percakapan dengan maksud tertentu, percakapan ini dilaksanakan
oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dengan yang
diwawancari memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
65

Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data tentang masalah-masalah
yang berkaitan dengan strategi guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan
akhlak siswa kelas IX di MTs Al Istiqomah. Adapun sumber informasi (informan)
adalah kepala sekolah, wakamad bidang kurikulum, wakamad bidang kesiswaan
dan guru pendidikan agama Islam.


F. Analisa Data
Analisa data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data
kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
dan dapat di rumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
66

Pengelola data atau analisa data merupakan tahap penting dan
menentukan, karena pada tahap ini data di kerjakan dan di manfaatkan sedemikian

64
Ibid, hlm. 145
65
Lexy J. Moleong, op.cit., hlm. 135
66
Ibid, hlm. 126

rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang di inginkan dalam
penelitian.
Dalam menganalisa data ini, penulis menggunakan teknik analisa
deskriptif kualitatif, didalam teknik penulis gunakan untuk menggambarkan,
menuturkan, melukiskan serta menggunakan data yang bersifat kualitatif yang
telah peneliti peroleh dari pengumpulan data.

G. Pengecekan Keabsahan Data
Selain menganalisis data, peneliti juga harus menguji keabsahan data agar
memperoleh data yang valid. Umtuk menetapkan keabsahan data tersebut
diperlukan teknik pemeriksaan. Adapun teknik yang digunakan dalam
pemeriksaan keabsahan data adalah sebagai berikut:
a. Observasi yang di perdalam
Dalam penelitian ini, memperdalam observasi dimaksudkan untuk
menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan
persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal
tersebut secara rinci.
Hal ini berarti peneliti hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti
dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol.
Kemudian menelaah kembali secara rinci sampai pada suatu titik sehingga pada
pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah
dipahami dengan cara yang biasa. Untuk keperluan itu teknik ini menuntut agar
peneliti mampu menguraikan secara rinci bagaimana proses penemuan secara
tentatif dan penelaahan secara terperinci tersebut dapat dilakukan.



b. Trianggulasi
Yang di maksud trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain, diluar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding data lain itu, tekniknya dengan pemeriksaan sumber data
lainnya.
67


H. Tahap-Tahap Penelitian
a. Tahap pra lapangan
1. Memilih lapangan, dengan pertimbangan bahwa Madrasah
Tsanawiyah Al Istiqomah adalah salah satu Madrasah yang banyak
mendapatkan dukungan dan motivasi dari lingkungan sekitar.
2. Mengurus perizinan, secara formal (ke pihak sekolah)
3. Melakukan penjajakan lapang dalam rangka penyesuaian dengan
Madrasah Tsanawiyah Al Istiqomah selaku objek penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan
1. Mengadakan observasi langsung ke Madrasah Tsanawiyah Al
Istiqomah, terhadap strategi guru pendidikan agama Islam dalam
pembinaan akhlak siswa dengan melibatkan beberapa informan untuk
memperoleh data.

67
Ibid, hlm. 178

2. Memasuki lapangan dengan mengamati berbagai fenomena proses
pembelajaran dan wawancara dengan beberapa pihak yang
bersangkutan.
c. Penyusunanan laporan penelitian berdasarkan hasil data yang diperoleh.
68






















68
Lexy J. Moleong, op.cit., hlm. 85-103

BAB IV

HASIL PENELITIAN


A. Latar Belakang Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun

Sebelum Yayasan Pesantren Al Istiqomah Dungus lahir, di komplek
masjid Dungus telah ada lembaga pendidikan yang berupa:
i. Pondok Pesantren
ii. Madrasah Diniyah Awaliyah
iii. Madrasah Tsanawiyah
Ketiga lembaga pendidikan tersebut didirikan oleh pengurus tamir masjid
Dungus, yang dibantu oleh beberapa orang diluar tamir masjid. Pengurus yang
mengelola ketiga pendidikan tersebut membentuk suatu Yayasan Pendidikan
Islam Ramadhani. Yayasan tersebut belum secara resmi diakui oleh pemerintah,
sebab belum mempunyai akta notaris.
Bertolak dari kenyataan yang ada dan didorong oleh suatu keinginan untuk
lebih maju, dibidang pengembangan dawah Islamiyah, maka pada tanggal 23
Juni 1985, telah diadakan musyawarah yang menghasilkan kesepakatan untuk
mendirikan suatu yayasan yang secara resmi dengan akta notaris, dengan nama
YAYASAN PESANTREN AL ISTIQOMAH.
Kesepakatan tersebut dicetuskan oleh:
a. Bp. KH. Ali Hamidi
b. Bp.KH. Abdul Kholiq
c. Bp. KH. Muhbib Muthohar
d. Bp.Thoha Bakri

e. Bp. Harijono
f. Bp. M. Niran
g. Bp. Adi Soetrisno
h. Bp. Aminin
i. Bp. Ilyas Shidiq
j. Bp. Achmad Zaini
k. Bp. Badrul Munir
l. Bp. Moh. Muharom
m. Bp. Abdur Rohim Suprayitno
n. Bp. Komarudin Siroj
o. Bp. Syaichudin
p. Bp.Drs. Muaddib Aminar, AR
q. Bp. Drs. Ridwan Cholil
r. Bp. Shodiq Abdul Kholiq
Pada awal tahun 1969 di bentuk panitia pembangunan madrasah, yang
pembangunannya terletak disebelah selatan masjid Dungus, Kelurahan Wungu.
Rencana pembangunan gedung tersebut terdiri dari tiga lokal ruang belajar, yang
dalam pelaksanaannya hanya dapat mencapai 60% hingga tahun 1982, melihat
kondisi gedung yang tidak terselesaikan tersebut semakin rapuh, maka pada awal
tahun 1982, timbulah gagasan untuk menyelesaikannya, sehingga dibentuk panitia
pembangunan oleh tamir masjid.
Dari pembentukan panitia yang terdiri dari tamir masjid Dungus tersebut
berhasil menyelesaikan bangunan gedung madrasah yang telah lama terbengkalai
dengan mendapatkan bantuan dari pemerintah. Setelah bangunan tersebut pada

bulan April 1983 dapat terselesaikan, maka timbulah suatu rencana untuk
memanfaatkan bangunan tersebut sesuai dengan rencana semula yaitu untuk
mendirikan Madrasah Tsanawiyah. Setelah dikaji lebih lanjut memang
memungkinkan untuk didirikan Madrasah Tsanawiyah, karena disekitar lokasi ini,
terdapat beberapa sekolah dasar dan juga satu Madrasah Ibtidaiyah, dan Madrasah
Tsanawiyah ini sesungguhnya telah lama didambakan oleh masyarakat Dungus.
Berpijak dari kenyataan tersebut panitia pembangunan mulai mengadakan
persiapan-persiapan yang menyangkut masalah teknis pelaksanaan pendidikan.
Persiapan-persiapan ini di mulai pada bulan Mei 1983 dan pada bulan Juli di
mulai pendaftaran siswa baru. Dalam pendaftaran penerimaan siswa baru untuk
tahun pertama kali ini ternyata mendapatkan calon siswa sejumlah 87 anak,
dengan modal tekad dan semangat mulailah berputar roda kehidupan Madrasah
Tsanawiyah Dungus dengan melewati jalan yang penuh rintangan dan tantangan.
Banyak sekali tantangan yang dihadapi oleh Madrasah Tsanawiyah ini, mulai dari
kesulitan untuk pembiayaan, kurangnya ruang untuk belajar, kurang adanya
sarana prasarana untuk fasilitas belajar dan masih banyak lagi.
Dari berbagai bentuk tantangan dan rintangan dalam perjalanan selama 3
tahun, maka pada tahun ajaran 1985/1986 Madrasah Tsanawiyah Dungus telah
berhasil menamatkan putra pertama sejumlah 83 siswa. Dengan hasil pertama
yang tidak terlalu mengecewakan ini pada tahun ajaran 1986/1987 mendapatkan
siswa baru sejumlah 118 anak.
69




69
Sumber Data: Dokumentasi MTs Al-Istiqomah Dungus Wungu Madiun,Tahun: 1986

2. Visi, Misi, dan Tujuan Madrasah Tsanawiyah Al Istiqomah Dungus
Wungu Madiun
Sebagai lembaga pendidikan pada tingkat menengah pertama yang sudah
cukup lama MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun mempunyai visi, misi dan
tujuan adalah sebagai berikut:
i. Visi
Unggul dalam prestasi, terampil dalam imtaq dan iptek serta
berakhlakul karimah dan cinta tanah air
Dengan indikator-indikator sebagai berikut :
a. Unggul dalam Pembinaan Keagamaan Islam
b. Unggul dalam Peningkatan Prestasi UNAS
c. Unggul dalam Prestasi Bahasa Arab
d. Unggul dalam Prestasi Bahasa Inggris
e. Unggul dalam Prestasi Olahraga
f. Unggul dalam Prestasi Kesenian
g. Memiliki Lingkungan Madrasah yang Nyaman dan Kondusif
Untuk Belajar
h. Mendapatkan Kepercayaan dari Masyarakat.
ii. Misi
a. Mengoptimalkan pendidikan keagamaan dan akhlakul karimah.
b. Melaksanakan proses belajar mengajar yang kreatif dan inovatif.
c. Membimbing dan mengantisipasi siswa untuk mendalami
ketrampilan keagamaan dan ketrampilan teknik.

d. Membiasakan penerapan ketrampilan keagamaan dan akhlakul
karimah
e. Menanamkan rasa cinta tanah air.
3. Tujuan Madrasah
Pendidikan dasar berciri khas agama Islam yang diselenggaraakan
pada Madrasah Tsanawiyah (MTs) bertujuan :
Jangka Pendek
a. Pada tahun 2008 terjadi peningkatan kualitas sikap dan amaliah
keagamaan Islam warga madrasah dari pada sebelumnya.
b. Pada tahun 2008 terjadi peningkatan kepedulian warga madrasah
terhadap kebersihan dan keindahan lingkungan madrasah daripada
sebelumya.
c. Pada tahun pelajaran 2007/2008, terjadi peningkatan kualitas dan
kuantitas sarana/prasarana dan fasilitas yang mendukung
peningkatan prestasi akademik dan non akademik
d. Pada tahun 2007/2008, terjadi peningkatan skor UN minimal rata
rata +1,5 dari standar nasional.
Jangka Menengah
a. Pada tahun 2009, para siswa yang memiliki minat, bakat dan
kemampuan terhadap Bahasa Arab dan Inggris semakin meningkat
dari sebelumnya, dan mampu menjadi MC dan berpidato dengan 2
bahasa tersebut.
b. Pada tahun 2010, memiliki tim olahraga minimal 3 cabang yang
mampu menjadi finalis tingkat Kabupaten.

c. Pada tahun 2010, memiliki tim kesenian yang mampu tampil
minimal pada acara setingkat Kabupaten/Kota.
Jangka Panjang

Pada tahun 2012 mampu menjadi madrasah yang memenuhi
Standar Nasional Pendidikan
Dengan Visi, Misi, dan Tujuan diatas, MTs Al Istiqomah Dungus Wungu
Madiun memiliki cita-cita yang mulia, selain siswa diarahkan pada penguasaan
ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum siswa juga di jadikan insan yang
berbudi pekerti yang baik dan berakhlak mulia.
Visi, Misi, dan Tujuan MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun
merupakan langkah awal dalam pelaksanaan pembinaan akhlak kariamah siswa.
Tiga hal tersebut menjadi hal pokok yang dijadikan sebagai arah dan ukuran bagi
keberhasilan MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun dalam membina dan
membentuk kepribadian serta akhlakul karimah siswa.

3. Struktur Organisasi MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun
Pengurus Madrasah : Drs. H.M Shodiq
Kepala Madarasah : Drs. Damanhuri
Wakamad Kurikulum : Fariani Takarina, S.Pd
Wakamad Kesiswaan : Kusnaini, S.Ag
Koordinator Kegiatan : Masrukin, S.Ag
Wali kelas VII A : Siti Rohmatin, S. Ag
Wali kelas VII B : Sundari, S.Pd
Wali kelas VII C : Erni Widyawati, S.Pd

Wali kelas VIII A : Mindarti,S.Pd
Wali kelas VIII B : Agustin Rivia Andriani, S.Pd
Wali kelas VIII C : Anas Purwahjudi
Wali kelas IX A : Eka Neni Triyana, S.Ag
Wali kelas IX B : Adib Akhsani, S.Pd.I
Wali kelas IX C : Hanik Muzayanah, S.Pd

4. Keadaan Guru Dan Karyawan
Salah satu syarat mutlak dalam proses belajar mengajar di suatu lembaga
pendidikan yaitu guru dan para pendukung pelaksana (karyawan). Adapun
pegawai yang bertugas di MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun berjumlah
23 orang, dengan perincian pegawai putra 7 orang, pegawai putri 16 orang. Yang
terdiri dari: 1 Kepala Madrasah, 17 Guru Tetap, 5 Tenaga Administrasi. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:











TABEL 1
DATA KEADAAN GURU DAN KARYAWAN
MTs AL ISTIQOMAH
DUNGUS WUNGU MADIUN TAHUN AJARAN 2007/2008
NO NAMA JABATAN BIDANG STUDI
1 Drs. Damanhuri KepalaMadrasah -
2 EndangWidiyati,S.Pd Guru Bahasa Indonesia
3 Nuryanti,S.S.Pd Guru BP/BK
4 FarianiTakarina,S.Pd WakaKurikulum Matematika
5 Kusnaini,S.Ag WakaKesiswaan Bahasa Arab
6 Mindarti,S.Pd Wali KelasVIIIA Bhs.Indonesia&SeniBudaya
7 Anas Purwahjudi Wali KelasVIIIC IPS
8 Wiwik Sri L, S.Pd Guru Matematika& IPA
9 Eka Neni T, S.Ag Wali Kelas IX A Aqidah Akhlak & fiqih
10 Agustin Rivia A,S.Pd Wali KelasVIIIB Bahasa Inggris
11 Siti Rohmatin,S.Ag Wali Kelas VIIA SKI&PengembanganDiri
12 Ari Sihutami,S.Pd Guru IPS&Bhs. Daerah
13 Erni
Widiyawati,S.Pd
Wali Kelas VIIC Bhs.Indonesia&SeniBudaya
14 Masrukin,S.Ag Koord. Kegiatan Quran Hadits& TIK
15 Adib Akhsani,S. PdI Wali Kelas IXB QuranHadits& Penjaskes
16 Hanik M, S.Pd Wali Kelas IXC Pengembangan Diri&IPA

17 Feriany H, S.Pd Guru Bhs.Inggris&Bhs Daerah
18 Sundari S.Pd Wali Kelas VIIB PendidikanKewarganegaraan
19 Yudiriyanto Perpustakaan _
20 Nurhayati Tata Usaha _
21 Tuti Mubarokah Tata Usaha _
22 Umi fatmawati Koperasi _
23 Nyono Tata Usaha _
Sumber : Dokumentasi Data Guru MTs Al-Istiqomah Dungus Wungu Madiun
Tahun Ajaran 2007/2008



5. Keadaan Siswa
Siswa adalah obyek yang menerima pelajaran di Madrasah sangat
menentukan dalam proses belajar mengajar. Adapun jumlah siswa di MTs Al
Istiqomah adalah 250 orang dengan rincian sebagai berikut: Kelas VII berjumlah
82 orang, Kelas VIII berjumlah 90 orang, Kelas IX berjumlah 87 orang. Untuk
lebih jelasnya lihat tabel di bawah ini:










TABEL II
DATA KEADAAN SISWA-SISWI MTs AL ISTIQOMAH
DUNGUS WUNGU MADIUN
TAHUN 2007/2008
Jumlah Tingkat
Kelas
Paralel
L P
Jumlah
VII
A
B
C
17
16
14
10
12
13

Jumlah 47 35 82
VIII
A
B
C
13
12
18
16
19
12

Jumlah 43 47 90
IX
A
B
C
15
14
10
14
10
15

Jumlah 39 39 78
Jumlah seluruhnya 129 121 250
Sumber: Dokumentasi Data Siswa MTs Al-Istiqomah Dungus Wungu Madiun
Tahun Ajaran 2007-2008
6. Keadaan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan pendidikan yang berada di
MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun terdiri dari ruang kelas dan ruang
aktivitas lainnya.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:







TABEL III
DATA KEADAAN SARANA DAN PRASARANA
MTs AL ISTIQOMAH DUNGUS WUNGU MADIUN
TAHUN 2007-2008
1. Ruangan
Pemanfaatan Ruang Kondisi
No Jenis Ruang
Jumlah
Ruang
Luas
m
2

Dipakai Tida
k
Barang Baik RR R
B
1 R. Kelas 9 504 9 - - 7 2 -
2 R. Perpustakaan 1 56 1 - - 1 - -
3 R. Serbaguna 1 - - - - - - -
4 R. Tata Usaha 1 49 1 - - 1 - -
5 R. Kepala
Sekolah
1 21 1 - - 1 - -
6 R. Guru 1 28 1 - - 1 - -
7 R. BP / BK 1 12 1 - - 1 - -
8 R. UKS / OSIS 1 5 1 - - 1 - 1
9 R. Lab IPA - - - - - - - -
10 R. Kantin / Kop 1 6 1 - - - - 1
11 R. Ibadah 1 289 1 - - 1 - -
12 R. Ketr /
Kesenian
- - - - - - - -
13 R. Dinas Kepsek - - - - - - - -
14 R. Penjaga - - - - - - - -
15 Mess Guru - - - - - - - -
16 Mess Murid - - - - - - - -
17 KM / WC Guru 1 4 1 - - - - -
18 KM / WC Murid 4 12 4 - - 4 - -
19 Gudang 1 20 1 - - 1 - -
20 Bangsai
Kendaraan
1 50 1 - - - - -
Daftar Kebutuhan
1. Laboratorium IPA 1 Ruang
2. Ketrampilan / Kesenian 1 Ruang




2. Infrastruktur
Kondisi
No Infrastruktur Jml
Kuran
g
Berlebih
Tidak
Permanen Baik RR RB
1 Pagar Depan 50m
2
- - - - 50m
2
-
2 Pagar Samping 50m
2
- - - - 50m
2
-
3 Pagar Belakang 50m
2
50m
2
- - - - -
4 Tembok Penahan - - - - - - -
5 Tiang Bendera 1 - - - - - -
6
Resevoir / menara
air
3 m
3
3m
3
- - - - -
7
Bak sampah
permanen
- - - - - - -
8 Saluran primer 50m
2
- - - - - -
9 Saluran keliling 70m
2
- - - - - -
10 Gorang gorang - - - - - - -
11 Tempat parkir 40m
2
- - - - - -
12 Jalan masuk 30m
2
- - - - - -
13
Selasar Penghub
Tertutup
- - - - - - -
14
Selasar
Penghubung
50m
2
- - - - - -
15
Lapangan
Upacara
1000m
2

- - - - - -
16
Lapangan olah
raga
1400m - - - - - -
Daftar Kebutuhan Infrastruktur
1. Lapangan Basket

3. Perabot
Kondisi N
o
Perabotan
Untuk
Jumlah
( set )
Kuran
g
Berlebih
Baik RR RB
Ket.
1 R. Kelas 180 - - 36 - 144 -
2 R. Perpustakaan 20 - - 5 - 15 -
3 R. Serbaguna - - - - - - -
4 R. Tata Usaha 6 - - 3 3 - -
5 R. Kep. Sek 3 - - 2 1 - -
6 R. Guru 14 - - 10 4 - -
7 R. BP / BK - - - - - - -
8 R. UKS 4 - - 2 1 1 -
9 R. Kantin - - - - - - -
10 R. Ibadah 6 - - 4 2 - -
11 R. Dinas
Kamad
- - - -
- - -
12 R. Penjaga - - - - - - -
13 Mess Guru - - - - - - -
14 Mess Murid - - - - - - -
Daftar Kebutuhan Perabotan
1. Sound Sistem - buah 4. Lap Top 1 buah
2. Mimbar - buah 5. LCD 1 buah
3. Komputer 11 buah 6. .. buah


4. Sanitasi dan Air Bersih
Kondisi Pemanfaatan
No
Ruang
fasilitas
Jumlah
Ruang
Jumlah
m
2
Baik RR RB
Dipaka
i
Tida
k
Ket.
1. WC Siswa
Putra
2 6 - 2 - 2 -
2. WC Siswa
Putri
2 6 - 2 - 2 -
3. WC Guru 1 3 1 - - 1 -
Sumber: Dokumentasi Daftar Inventaris MTs Al-Istiqomah Dungus Wungu
Madiun Tahun Ajaran 2007-2008



B. Paparan Data Hasil Penelitian

Sesuai dengan hasil penelitian yang dilaksanakan, peneliti memperoleh
data tentang bagaimana strategi guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan
akhlak siswa kelas IX di MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun.
Pada penelitian ini penulis menggunakan metode wawancara/interview
dan dokumentasi. Adapun data-data yang penulis peroleh dari MTs Al Istiqomah
Dungus Wungu Madiun mengenai strategi guru pendidikan agama Islam dalam
pembinaan akhlak siswa kelas IX adalah sebagai berikut:

1. Metode Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Akhlak
Siswa MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun
Guru pendidikan agama Islam harus mempunyai metode dalam pembinaan
akhlak siswa, karena dengan metode dapat menghasilkan tujuan yang diinginkan
dalam dunia pendidikan.
Dalam dunia pendidikan semua mengetahui bahwa tugas guru pendidikan
agama Islam bukan hanya mengajar dan memberi ilmu pengetahuan saja kepada

peserta didik tetapi lebih dari itu, yakni membina akhlak siswa sehingga
terciptalah kepribadian yang berakhlak karimah.
Pada penelitian ini, penulis dalam mengumpulkan data menggunakan
sample penelitian yaitu beberapa guru bidang studi pendidikan agama Islam,
antara lain
a. Guru Pendidikan Agama Islam Bidang Aqidah Akhlak
Berdasarkan hasil wawacara dengan Ibu Eka Neni Triyana, S.Ag selaku
guru pendidikan agama Islam bidang studi Aqidah Akhlak, beliau menjelaskan
bahwa:
70

Akhlak siswa yang di kembangkan disini, diantaranya: yang pertama
tentang sholat berjamaah, dan yang kedua tentang tingkah laku siswa bagaimana
siswa itu bisa menjadi baik, dengan apabila ia melanggar ketentuan-ketentuan
akhlak yang tidak sesuai itu ada sanksinya atau hukumannya
Tujuan dari pembinaan akhlak disini membentuk manusia yang berakhlak
karimah serta dapat menerapkan ilmunya di masyarakat
Untuk program pembinaan akhlak dalam hal memaksimalkan, saya kira
tergantung dari siswa sendiri, karena siswa disini sifatnya heterogen, ada dari
kalangan lingkungan yang baik dan dari lingkungan yang kurang baik, untuk cara
menangani siswa yang melanggar, pertama selain diserahkan ke guru akhlak juga
diserahkan ke guru BP/kesiswaannya, contohnya: kemarin ada siswa ketika masuk
dia tidak masuk malah minum-minuman keras, cara penanganannya yaitu: yang
pertama anaknya di panggil dan di bawa kesini dulu, kemudian orang tuanya
dipanggil diberi sanksi, apabila sudah di beri sanksi masih melanggar, maka ia
dikeluarkan kalau sudah tidak bisa dibina disini

Dari hasil wawancara dengan Ibu Eka Neni Triyana, S.Ag, dapat penulis
simpulkan bahwa, strategi yang beliau lakukan khususnya dalam pembinaan
akhlak yaitu: dengan memberikan sanksi atau hukuman kepada siswa yang
melanggar ataupun siswa yang kurang baik akhlaknya yang mana sanksi atau
hukuman tersebut bersifat mendidik siswa, baik berupa teguran, nasehat ataupun
peringatan, selain itu beliau juga menambahkan untuk tujuan pembinaan akhlak

70
Wawancara dengan Ibu Eka Neni Triyana, S.Ag (Selaku Guru Bidang Studi Aqidah Akhlak di
MTs Al-Istiqomah), pada tanggal 11 september 2007

disini yaitu: membentuk manusia yang berakhlak karimah, serta dapat
menerapkan ilmunya dimasyarakat, hal ini dapat penulis simpulkan bahwa tujuan
dari pembinaan akhlak yang terpenting adalah menciptakan pribadi yang
mempunyai jiwa dan nurani yang baik dan suci pada masing-masing siswa, serta
dengan mendapatkan ilmu yang diperolehnya dapat memahami, menghayati yang
pada akhirnya dapat mengaplikasikan pada lingkungan masyarakatnya.

b. Guru Pendidikan Agama Islam Bidang Sejarah Kebudayaan Islam
Selain penulis mewawancarai guru pendidikan agama Islam bidang
Aqidah akhlak tentang metode yang digunakan dalam pembinaan akhlak siswa di
MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun, penulis juga mewawancarai guru
pendidikan agama Islam bidang Sejarah Kebudayaan Islam yaitu: Ibu Siti
Rohmatin, S.Ag
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan Ibu Siti Rohmatin, beliau
menjelaskan bahwa:
71

Ketika proses belajar mengajar di kelas berlangsung, khususnya
pelajaran SKI, kaitannya dengan pembinaan akhlak, kita mengajarkan bagaimana
memberi contoh-contoh yang baik, hal itu bisa dilihat dari sejarah Islam, kisah-
kisah,cerita-cerita yang berhubungan dengan akhlak-akhlak terpuji
Diluar materi SKI, anak itu saya tekankan bagaimana menjadi anak yang
sholeh dengan memberi contoh-contoh akhlak yang baik, untuk penekanannya
saya mulai dari anak kelas VII, untuk materi SKI penekanannya tidak bisa secara
langsung, sebab materi SKI dengan akhlak itu kan sendiri, Jadi saya di waktu
mengajar penerapannya dengan menyinggung-nyinggung sedikit, bagaimana
akhlak yang baik, diluar itu juga saya singgung bagaimana akhlak kepada orang
tua, teman, guru
Intinya strategi yang saya lakukan untuk membina siswa yang baik, yang
pertama diusahakan di dalam sekolah seorang guru itu harus memberi contoh
yang baik/ keteladanan. Untuk yang kedua memasuki materi pelajaran khususnya
SKI ada masukan-masukan yang baik bisa di hubungkan dengan seorang tokoh
(misal nabi Muhammmad SAW) seperti pemberian contoh akhlak beliau. Dan
yang ketiga dengan metode pemberian tugas yaitu: bagaimana anak itu bisa

71
Wawancara dengan Ibu Siti Rohmatin,S.Ag (Selaku Guru Bidang Studi Sejarah Kebudayaan
Islam di MTs Al-Istiqomah), pada tanggal 15 september 2007

berubah dengan adanya tugas tertentu, antara anak yang satu dengan yang lain
tugasnya berbeda di sesuaikan tingkat kesalahannya

Memahami dari strategi diatas, penulis menyimpulkan bahwa melalui
sikap dan tindakan guru sehari-hari yang baik maka siswa di harapkan mampu
meniru tingkah laku gurunya dan juga tidak menutup kemungkinan melalui mata
pelajaran SKI ini diharapkan peserta didik dapat berperilaku yang baik sesuai apa
yang diajarkan oleh gurunya melalui beberapa metode tadi, misal dengan adanya
kisah-kisah,cerita-cerita atau tokoh-tokoh yang mempunyai akhlak terpuji
nantinya dapat di jadikan contoh ataupun teladan bagi mereka.
c. Guru Pendidikan Agama Islam Bidang Studi Quran Hadits
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Masrukin, S.Ag, beliau
menjelaskan bahwa:
72

Metode pembelajaran Quran Hadits, saya menggunakan strategi yang
kompleks sekali, contoh: saya menggunakan strategi hafalan, ketika materi pokok
yang akan saya ajarkan sewaktu ayat ataupun hadits bagi saya siswa wajib
hukumnya untuk hafal daripada dalil itu, disamping itu ketika menjumpai ayat,
saya bisa menggunakan simulasi, artinya disini tujuan saya agar siswa itu
disamping hafal itu tahu, contoh: ketika saya menulis terjemahan begini,
mufrodatnya apa? Kalau benar berarti siswa tersebut paham
Setelah simulasi, setiap kelompok saya suruh membuat penjelasan
tentang kandungan/isi ayat, saya menggunakan metode unit teaching, saya suruh
mereka keperpustakaan, mencari buku sumber tentang itu, serta menjelaskan isi
kandungan ayat, otomatis mencari buku sumber yang sesuai dengan masalah yang
akan di diskusikan

Dari hasil wawancara dengan Bapak Masrukin, S.Ag, selaku guru
pendidikan agama Islam bidang Quran Hadits, penulis dapat menyimpulkan,
dalam menyampaikan materi Quran Hadits beliau menggunakan beberapa
metode diantaranya: hafalan, simulasi dan unit teaching, dari beberapa metode
yang beliau gunakan, harapannya agar peserta didik dapat paham, mengerti, dan

72
Wawancara dengan Bapak Masrukin, S.Ag (Selaku Guru Bidang Studi Quran Hadits di MTs
Al-Istiqomah), pada tanggal 19 september 2007

dapat mengaplikasikan ilmunya di masyarakat dalam kehidupan sehari-hari
mereka, selain itu kaitannya dengan pembinaan akhlak peserta didik senantiasa
mampu menghayati ayat-ayat dari Quran maupun Hadits yang dapat dijadikan
pedoman dalam berakhlak yang baik.


2. Faktor Pendukung dan Penghambat Metode Guru Pendidikan
Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Siswa Di MTs Al Istiqomah
Dungus Wungu Madiun
Faktor pendukung dan penghambat dalam suatu kegiatan pastilah ada.
Begitu juga dengan strategi guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan
akhlak siswa di MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun. Hal ini sesuai dengan
apa yang di jelaskan oleh para guru pendidikan agama Islam, yaitu sebagai
berikut:
a. Faktor Pendukung
Faktor pendukung merupakan hal yang terpenting dalam rangka
menyukseskan pelaksanaan pembinaan akhlak siswa di MTs Al Istiqomah
Dungus Wungu Madiun. Adapun faktor pendukungnya adalah sebagai berikut:
1. Motivasi dan dukungan dari orang tua
Motivasi pola hidup berakhlak tidak hanya diberikan oleh pihak madrasah
saja melainkan juga dari orang tua. Karena setelah sampai di rumahlah siswa
dibina oleh orang tua masing-masing dalam berakhlak, sebab di sekolah hanya
beberapa jam saja dalam pembinaan, sisanya sudah menjadi tanggung jawab
orang tua kembali.

2. Rutinitas kegiatan yang terkontrol di lingkungan MTs Al Istiqomah
Dungus Wungu Madiun.
Rutinitas kegiatan yang terkontrol dalam keseharian berperilaku dalam
sekolah juga dapat mempengaruhi pembinaan akhlak siswa, sehingga tanpa ada
paksaan siswa sudah terbiasa mengerjakannya.
Sebagai contoh tradisi di MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun
adalah shalat berjamaah dan setiap masuk kantor atau kelas harus mengucapkan
salam. Dari shalat tersebut siswa akan terbiasa untuk melaksanakan shalat
berjamaah baik di sekolah maupun di rumah sehingga siswa sendiri akan sadar
tanpa di paksa akan melaksanakan shalat berjamaah. Sedangkan dari pembiasaan
murid senatiasa mengucapkan salam apabila bertemu atau menyapa dengan
siapapun.
3. Lingkungan yang mendukung
Karena MTs Al Istiqomah berada dalam lingkungan masjid. Dari sini
maka ada pengaruh dari lingkungan masjid, dimana telah kita ketahui bahwa
dilingkungan masjid ataupun pondok pembinaan akhlak siswa lebih di tekankan.
Jadi secara tidak langsung dalam keseharian tingkah laku siswa terikat dan
terpengaruh oleh peraturana dan budaya masjid.
4. Kesadaran para siswa
Hal yang paling penting dan utama dari faktor pendukung adalah kesadaran
siswa yang tumbuh dari dalam diri siswa untuk selalu melaksanakan perbuatan
yang terpuji dalam kehidupannya. Faktor ini telah menjadikan pengaruh yang

sangat kuat dalam terlaksananya pembinaan akhlak siswa di MTs Al- Istiqomah
Dungus Wungu Madiun
73

5. Kebersamaan dalam diri masing-masing guru dalam membina akhlak
siswa
Kebersamaan dalam sekolah sangat diperlukan sehingga antara guru satu
dengan guru yang lain ada kerjasama dalam menerapkan upaya pembinaan akhlak
siswa tidak pandang bulu. Wujud dari kerjasama tersebut dengan adanya program
kegiatan pembinaan akhlak siswa yang dibuat oleh para guru. Disamping itu
komunikasi antar guru dan civitas sekolah juga sangat diperlukan sehingga tidak
ada salah persepsi atau miss understanding.
6. Prestasi akademik di MTs Al Istiqomah
Prestasi akademik yang saat ini menjadi dambaan dari setiap sekolah
ataupun lembaga, hal ini juga menjadi faktor pendorong, di MTs Al Istiqomah
sendiri mempunyai prestasi akademik dengan menduduki peringkat 10 besar se-
kariedenan Madiun dalam bidang prestasi belajar dan segi administrasi, hal ini
mendorong civitas madrasah untuk berperan aktif dalam proses belajar mengajar
dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kemajuan madrasah

H.





73
Wawancara dengan Ibu Eka Neni Triyana, S.Ag (Selaku Guru Bidang Studi Aqidah Akhlak),
pada tanggal 11september 2007

b. Faktor Penghambat
Faktor penghambat merupakan sesuatu yang tidak terlepas dalam suatu
program atau kegiatan, namun dalam hal ini, faktor penghambat dalam pembinaan
akhlak siswa setidak-tidaknya dapat diatasi dan ditanggulangi dengan baik dan
serius. Faktor penghambat tersebut antara lain:
1. Latar belakang siswa yang kurang mendukung
Karena para siswa berangkat dari latar belakang yang berbeda, maka
tingkat agama dan keimanannya juga berbeda-beda, mayoritas siswa dari
pegunungan, karena kurangnya pembinaan dan pendalaman agama di pegunungan
serta sangat lambatnya perkembangan teknologi disana.
74

2. Lingkungan Masyarakat (Pergaulan)
Pergaulan dari siswa diluar sekolah juga sangat berpengaruh besar
terhadap akhlak siswa, karena pengaruh dari pergaulan itu sangat cepat maka
apabila ada pengaruh yang buruk, maka akan membawa dampak yang buruk pula
bagi anak. Besarnya pengaruh dari pergaulan di masyarakat tidak terlepas dari
adanya norma dan kebiasaan yang ada. Apabila kebiasaan yang ada dilingkungan
positif maka akan berpengaruh positif pula, dan kebiasaan yang negatif dalam
lingkungan masyarakat maka juga akan berpengaruh buruk terhadap
perkembangan jiwa keagamaan anak. Besarnya pengaruh yang di timbulkan juga
terlepas tidak adanya pengawasan dari sekolah.


3. Pengaruh dari tayangan televisi

74
Wawancara dengan Bapak Masrukin, S.Ag (Selaku Guru Bidang Studi Quran Hadits), pada
tanggal 19 september 2007

Tayangan televisi yang sifatnya tidak mendidik juga akan membawa
pengaruh yang kurang baik terhadap akhlak siswa. Apalagi tayangan televisi
sekarang banyak sekali adanya acara yang kurang mendidik contoh adanya
sinetron yang menceritakan tentang pergaulan remaja yang bebas, dari tayangan
tersebut maka akan besar kemungkinannya membawa pengaruh yang kurang baik
pada siswa. Dengan begitu sebagai orang tua hendaknya memberikan pengawasan
dan bimbingan terhadap acara televisi yang akan ditonton oleh anak

4. Kurang adanya kesadaran dari siswa
Rasa akan pentingnya tingkah laku, dan budi pekerti belum menjiwai dan
masuk kedalam hati siswa, hal ini sudah diupayakan oleh pihak madrasah untuk
senantiasa dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat rohaniah,
tujuannya tidak lain untuk membina akhlak siswa, tapi kadang upaya tersebut
selalu terbentur kendala dari siswa sendiri, yaitu kurangnya kesadaran dari siswa,
mengenai pentingnya akhlak terhadap jiwa dan hati mereka.
75

.








75
Wawancara dengan Ibu Eka Neni Triyana, S.Ag (Selaku Guru Bidang Studi Aqidah Akhlak),
pada tanggal 11september 2007


BAB V
PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA

Setelah peneliti mengumpulkan data dari hasil penelitian, yang diperoleh
dilapangan dari wawancara/interview, observasi, dan dokumentasi. Maka
selanjutnya peneliti akan melakukan analisis data untuk menjelaskan lebih lanjut
hasil dari penelitian.
Sesuai dengan teknik analisis data yang dipilih oleh peneliti yaitu peneliti
menggunakan analisis deskriptif kualitatif (pemaparan) dengan menganalisis data
yang telah peneliti kumpulkan dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi
selama peneliti mengadakan penelitian dengan lembaga terkait.
Data yang diperoleh dan dipaparkan oleh peneliti akan dianalisa oleh
peneliti sesuai dengan hasil penelitian yang mengacu pada rumusan masalah
diatas. Dibawah ini adalah hasil dari analisa peneliti, yaitu:

A. Metode Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Akhlak Siswa Di
MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun
Metode guru pendidikan agama yang dilakukan dalam upaya pembinaan
akhlak siswa ialah:
a. Pendidikan secara langsung, yaitu: dengan mengadakan hubungan
langsung secara pribadi dan kekeluargaan dengan individu yang
bersangkutan dengan cara memberikan petunjuk, tuntunan,
nasehat, pembiasaan, teladan, anjuran dan latihan.

b. Pendidikan secara tidak langsung, yaitu: strategi guru yang bersifat
pencegahan penekanan pada hal-hal yang akan merugikan yaitu
dengan cara: memberikan larangan, pengawasan dan hukuman-
hukuman.
76

Diantara metode yang digunakan guru pendidikan agama Islam dalam
pengajaran pembinaan akhlak siswa ialah:
1. Guru pendidikan agama Islam Bidang Studi Aqidah Akhlak dalam
proses belajar mengajar di kelas menggunakan metode keteladanan,
ceramah, pemberian tugas dan hukuman, hal ini beliau lakukan untuk
menanamkan tingkah laku siswa bagimana siswa itu bisa menjadi baik,
dan apabila siswa tersebut melanggar ketentuan-ketentuan akhlak yang
tidak sesuai itu ada sanksinya atau hukumannya, tujuannya disini ialah
membentuk manusia berakhlak karimah, serta dapat menerapkan
ilmunya di masyarakat.
2. Guru pendidikan agama Islam Bidang Studi Sejarah Kebudayaan Islam
dalam penyampaian materinya memberikan contoh-contoh atau
keteladanan dari tokoh-tokoh yang mempunyai akhlak terpuji serta
beliau juga menggunakan metode kisah-kisah/cerita-cerita yang dapat
mendorong siswa tertarik dan dapat meneladani kepribadian/akhlak
terpuji tokoh yang di ceritakan, dan beliau juga menggunakan metode
pemberian tugas, tujuannya bagaimana siswa dapat berubah dengan
adanya tugas tersebut.

76
A.D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Al-maarif, 1962), hlm. 85

3. Guru pendidikan agama Islam Bidang Studi Quran Hadits dalam
penyampaian materinya menggunakan strategi hafalan, diskusi,
simulasi dan unit teaching, beliau menggunakan beberapa metode
diatas kaitannya dengan proses pembelajaran di kelas, sedangkan
hubungannya dengan akhlak adalah bagaimana menanamkan rasa
persaudaraan, bersosial dan bekerjasama kepada teman di waktu
mengerjakan tugas kelompok .
Adapun metode keteladanan di gunakan untuk memberikan contoh yang
baik kepada siswa, bisa juga melalui profil atau sikap dan tingkah laku guru yang
baik diharapkan siswa menirunya, tanpa guru memberikan contoh pembinaan
akhlak akan sulit sekali dicapai.
Metede ceramah digunakan untuk memberikan penjelasan yang mendetail
tentang suatu pembahasan, dengan begitu siswa akan dapat mengerti dan
memahami tentang apa yang sudah diuraikan oleh guru.
Metode diskusi, metode ini mengajarkan para siswa untuk bisa
memecahkan masalah, sehingga dapat mengaktifkan siswa dalam mengeluarkan
pendapat.
Meteode pemberian tugas digunakan untuk memberi tugas rumah kepada
siswa yang berkaitan dengan pelajaran yang di terima tadi, dan juga sebagai
evaluasi bagi siswa tentang perkembangan akhlaknya
Metode kisah-kisah, metode ini sangat efektif digunakan dalam
menyampaikan ajaran-ajaran tentang akhlak dan keimanan, karena mempunyai
pengaruh besar terhadap akhlak siswa.

Metode simulasi adalah suatu metode yang digunakan untuk
meningkatkan daya ingat siswa melalui hafalan, selain hafal siswa tersebut
dituntut untuk mengetahui, sehingga nantinya paham.
Metode unit teaching, merupakan suatu metode untuk mencari literatur
sumber acuan atau buku sumber untuk mendapatkan informasi atau memecahkan
suatu masalah.
Berdasarkan uraian diatas, penulis menyimpulkan bahwa pembinaan
akhlak siswa tidak terlepas dari pengajaran akhlak itu sendiri dengan
menggunakan metode yang sesuai dengan materi pelajaran yang disajikan.
Apabila pengajaran akhlak itu terlaksana dengan baik sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan maka tujuan dari pembinaan itu sendiri dapat tercapai secara
maksimal dan materi yang disampaikan dapat diterapkan oleh siswa dalam
kehidupan sehari-hari.

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Metode Guru Pendidikan Agama
Islam dalam Pembinaan Akhlak Siswa di MTs Al-Istiqomah Dungus
Wungu Madiun
Dalam usaha pembinaan akhlak siswa bukanlah hal yang mudah. Upaya
itu membutuhkan usaha yang keras dalam mewujudkannya. Sudah menjadi tugas
guru pendidikan agama Islam untuk membina akhlak siswanya, bukan sekedar
guru pendidikan agama Islam saja akan tetapi orang tua juga harus ikut
bertanggung jawab terhadap pembinaan tersebut.
77


77
Jalaludin, Said Usman, Filsafat Pendidikan Islam dan Perkembangan Pemikirannya (Jakarta:
Raja Grafindo Perkasa, 1994), hlm. 218

Keluarga merupakan faktor pendukung yang sangat berpengaruh sekali
terhadap proses binaan akhlak siswa, dalam artian lingkungan keluarga yang baik,
maka baik pula kepribadian (akhlak) anak, namun sebaliknya apabila lingkungan
keluarga kurang baik, maka hal tersebut akan sedikit menghambat proses
pembinaan akhlak.
78

Selain lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat juga
merupakan faktor pendukung dan penghambat bagi pembinaan akhlak siswa.
Lingkungan sekolah yang mempunyai program pembinaan akhlak melalui
ketekunan, disiplin, kejujuran, sosiobilitas, toleransi, keteladanan, sabar dan
keadilan. Hal tersebut merupakan pembiasaan guna membina akhlak siswa.
Lingkungan masyarakat yang mempunyai norma dan tata nilai yang baik serta
tradisi keagamaan yang kuat, hal tersebut nantinya bisa sangat mempengaruhi
akhlak siswa.
79
Adapun faktor pendukung dan penghambatnya adalah sebagai
berikut:
a. Faktor pendukung
1) Motivasi dan dukungan dari orang tua
2) Rutinitas kegiatan yang terkontrol di lingkungan di MTs Al
Istiqomah Dungus Wungu Madiun.
3) Lingkungn yang mendukung
4) Kesadaran para siswa
5) Kebersamaan dalam diri masing-masing guru dalam membina
akhlak siswa
6) Prestasi akademik di MTs Al Istiqomah

78
Ibid, hlm.219
79
Ibid ,hlm. 222

b. Faktor Penghambat
1) Latar belakang siswa yang kurang mendukung
2) Lingkungan masyarakat (pergaulan)
3) Pengaruh dari tayangan televisi
4) Kurang adanya kesadaran dari siswa.




















BAB VI
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan data dan analisa yang telah di kemukakan, kesimpulan yang
dapat diambil dari metode guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak
siswa adalah sebagai berikut:
1. Bahwa metode guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak
siswa, dengan menggunakan metode-metode berikut: (a) Metode
Keteladanan.(b) Metode Ceramah.(c) Metode Diskusi, (d) Metode
Pemberian Tugas. (e) Metode Kisah-Kisah (f) Metode Simulasi (g) Metode
Unit Teaching.
2. Faktor pendukung dan penghambat metode guru pendidikan agama Islam
dalam pembinaan akhlak siswa
Faktor pendukung tersebut adalah:
1) Motivasi dan dukungan dari orang tua
2) Rutinitas kegiatan yang terkontrol di lingkungan MTs Al
Istiqomah Dungus Wungu Madiun
3) Lingkungan yang mendukung
4) Kesadaran para siswa
5) Kebersamaan dalam diri masing-masing guru dalam membina
akhlak
6) Adanya prestasi akademik di MTs Al Istiqomah


Sedangkan yang menjadi faktor penghambat itu antara lain:
1) Latar belakang siswa yang kurang mendukung
2) Lingkungan masyarakat (pergaulan)
3) Pengaruh dari tayangan televisi
4) Kurang kesadaran dari siswa


B. SARAN
Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis memberikan saran atau
masukan yang mungkin dapat berguna bagi lembaga sebagai bahan masukan bagi
MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun dalam rangka metode guru pendidikan
agama Islam dalam pembinaan akhlak, saran tersebut antara lain:
1. Guru adalah barometer siswa dalam suksesnya suatu pendidikan. Supaya
pelaksanaan pembinaan akhlak siswa di MTs Al-Istiqomah Dungus
Wungu Madiun terwujud dengan baik, kuncinya terletak pada kesiapan,
kemauan dan kemampuan guru dalam melaksanakan program yang telah
diamanatkan melalui visi,misi, dan tujuan madrasah. Agar strategi guru
pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa berjalan dengan
baik, hendaknya materi dan kegiatan menitikberatkan pada pembinaan
akhlak siswa benar-benar telah terfokus dan terprogram dengan baik dan
matang.
2. Dalam meningkatkan akhlak siswa hendaklah semua civitas madrasah
atau khususnya guru pendidikan agama Islam ikut merancang program
kegiatan dan metode-metode penyampaian materi agama yang

bagaimana dan efektif untuk pembinaan akhlak siswa, serta bertanggung
jawab dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang sudah di programkan.
3. Para guru hendaknya selalu memberikan contoh teladan tentang akhlak
yang baik, dan secara bersama-sama melakukan peningkatan dalam
pembinaan akhlak siswa, sehingga siswa mau mencontoh dan
meneladani dalam kehidupan sehari-hari apa yang dilakukan oleh guru.



















DAFTAR PUSTAKA


Al-Abrasyi, Athiyah.1970. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan
Bintang.

Asmaran As, 1992. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Rajawali Press

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT. Rineka Cipta

Daradjat, Zakiyah. 1984. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Angkasa

_______. 1978. Kepribadian Guru. Jakarta: Bulan Bintang

_______. 1995. Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah. Jakarta: CV
Ruhama

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru Dan anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta

Hadi, Sutrisno. 1998. Metodologi Research Jilid II. Yogyakarta: Andi Offset

Marimba, A D. 1989 Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: PT Al Maarif

Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kulitatif. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya

Muhaimin. 2005. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Jakarta:
PT RajaGrafido Persada


_______. Mujib, Abdul. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam ( Kajian Filosofik dan
Kerangka Dasar Operasionalnya). Bandung. Trigenda Karya

Muhammad, Abu Bakar. 1981. Pedoman Pendidikan Dan Pengajaran. Surabaya:
Usaha Nasional

Mulyasa. 2002. Manajemen Pendidikan Sekolah. Bandung: PT Remaja
RosdaKarya

Mustafa, A. 1997. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia

Purwanto, Ngalim. 1988. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung:
Remadja Karya

Said Usman, Jalaluddin. 1994. Filsafat Pendidikan Islam dan Perkembangan
Pemikirannya. Jakarta: PT Raja Grafido Perkasa

Sudarsono. 1993. Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Rineka
Cipta

Sudjana, Nana. 1989. CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV.
Sinar Baru

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: PT Rineka
Cipta

Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru.
Bandung: PT Remaja RosdaKarya

Tafsir, Ahmad. 1992. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT
Remaja RosdaKarya


Tatapangarsa, Humaidi. 1980. Akhlak Yang Mulia. Surabaya: PT Bina Ilmu

_______. 1984. Pengantar Kuliah Akhlak. Surabaya: PT Bina Ilmu

_______. 1991. Pendidikan Agama Islam Untuk Mahasiswa. Malang: IKIP
Malang

UUSPN RI No 2 Tahun 1989, 1992. Sistem Pendidikan Nasional dan
Penjelasannya, Jakarta: PT Sinar Grafika,

Winkel, W S.1991.Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Grasindo

Zuhairini, dkk. 1983. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha
Nasional

______. Ghofir, Abdul. 2004. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam. Malang: UM Press

Anda mungkin juga menyukai