JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG OKTOBER, 2007
METODE GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA DI MTs AL ISTIQOMAH DUNGUS WUNGU MADIUN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh: Alim Aziz Saputro 03110002
Oleh: Alim Aziz Saputro 03110002
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG OKTOBER, 2007
ii
LEMBAR PERSETUJUAN METODE GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA DI MTs AL ISTIQOMAH DUNGUS WUNGU MADIUN
SKRIPSI Oleh Alim Aziz Saputro 03110002
Telah Disetujui oleh Dosen Pembimbing,
Dr. Miftahul Huda, M.Ag NIP.150 302 535
Tanggal, 24 September 2007
Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Drs. Moh.Padil, M.Pd.I NIP. 150 267 235
iii
METODE GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA DI MTs AL ISTIQOMAH DUNGUS WUNGU MADIUN
SKRIPSI
dipersiapkan dan disusun oleh Alim Aziz Saputro (03110002) telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 2 Oktober 2007 dengan nilai B dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Panitia Ujian
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,
Dr. Miftahul Huda, M.Ag Muhammad Walid, M.A NIP.150 302 535 NIP. 150 310 896
Penguji Utama, Pembimbing,
Drs. M. Zainuddin, M.A Dr. Miftahul Huda, M.Ag NIP. 150 275 502 NIP.150 302 535
Mengesahkan, Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony NIP. 150 042 031
iv
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, 24 Agustus 2007
Alim Aziz Saputro
v
PERSEMBAHAN PERSEMBAHAN PERSEMBAHAN PERSEMBAHAN
Ku persembahkan skripsi ini kepada:
Sepasang mutiara hati yang memancarkan sinar kasih dan sayang yang tidak pernah usai dan membesarkan dan mendidikku Ayahanda dan Ibunda tersayang (Widji Santoso dan Sudarsih)
Teruntuk Kakak-kakakku Supriyono dan Samidi Serta adikku Ayub Juang Fahlafi Yang telah membantu dan mendukungku Dalam penyelesaian skripsi ini
Teruntuk Segenap guru dan para dosen yang selama ini telah memberikan Ilmu pengetahuan kepadaku, semoga bersama doa beliau, Ilmu yang saya terima ini, menjadi ilmu yang bermanfaat, serta semoga Bapak dan Ibu Mendapatkan pahala yang selayaknya
Teruntuk Sahabat-sahabatku yang selama ini telah membantu dan mendukungku dalam penyusunan skripsi ini, Candra, Imam, Pandhu, Wahyu, Wawan, Davy, Rudi,Diun, Ikhwan, Aliya, Terima kasih atas bantuan kalian selama ini pada ku THANKS SO MUCH
vi
MOTTO
! - - ' - - ~ V - - - - ' , ' V = > _ Bahwa aku diutus Allah untuk menyempurnakan keluhuran akhlak (budi pekerti). 1
Segenap rasa syukur dengan menyebut nama-Mu ya Allah, Tuhan awal segala mula dan noktah segenap akhiran, pemilik segala ke Mahaan, pemilik kasih nan tak pilih kasih, dan hanya Rahmat dan Hidayah-Mu jualah yang mengantarkan laporan penelitian tindakan kelas ini ke batas usai. Kemudian Sholawat serta Salam tercurahkan kepada utusan terakhir-Mu, Muhammad sang Nabi pamungkas, seorang figur utama bagi kehidupan kini dan menjadi tumpuan syafaat bagi kehidupan kelak, Insya Allah. Dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini penulis tidak akan terlepas dari bimbingan, dukungan, dan bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini izinkanlah Kami menghaturkan ungkapan terima kasih yang paling dalam kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini., terutama penulis tujukan kepada yang terhormat : 1. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Malang. 2. Bapak. Prof. Dr. HM. Djunaidi Ghony, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. 3. Bapak. Drs. Moh. Padil, M. Pd.I, selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. 4. Bapak. Dr. Miftahul Huda, M.Ag selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak. Drs. Damanhuri, selaku Kepala Madrasah Tsanawiyah Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun, yang telah memberikan izin kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Segenap dewan guru dan staf karyawan Madrasah Tsanawiyah Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun, penulis ucapakan terima kasih atas kerjasamanya dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Kakak-kakaku, Adikku, dan Sahabat-sahabatku yang telah memberikan perhatian, kasih sayang, serta semangat sehingga terselesainya skripsi ini.
8. Serta semua pihak yang telah memberikan bantuan demi tersedianya skripsi ini. Semoga Allah SWT memblas semua amal kebaikan atas bantuan yang telah di berikan kepada Kami. Tiada gading yang tak retak. Penulis meyakini banyak kekurangan dan kelemahan yang ada, sehingga keberadaan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari segenap budiman dan ilmuwan guna perbaikan penulis selanjutnya. Akhirnya, semoga Allah SWT memberikan rahmat dan kemanfaatan yang banyak atas penulisan skripsi dan menjadikan kita sebagai hamba-Nya yang pandai mensyukuri nikmat. Amin 3x.......
Malang, 24 September 2007
Penulis
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Keadaan Guru dan Karyawan MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun................................................................................................. 65
Tabel 2 : Keadaan Siswa MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun ............. 67.
Tabel 3 : Keadaan Sarana dan Prasarana Madrasah........................................... 68
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Bukti Konsultasi
Lampiran 2 : Nota Dinas Pembimbing
Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian dari Fakultas Tarbiyah
Lampiran 4 : Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 5 : Struktur Organisasi MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................ ii HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................ iii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv SURAT PERNYATAAN ................................................................................ v HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vi HALAMAN MOTTO .....................................................................................vii KATA PENGANTAR ................................................................................... viii DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi ABSTRAK ........................................................................................................ xii BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1 B. Rumusan Masalah .................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7 D. Manfaat Penelitian .................................................................... 8 E. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 9 F. Definisi Operasional ................................................................. 9 G. Sistematika Pembahasan ......................................................... 10 BAB II : KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 13 A. Pembahasan Tentang Guru Pendidikan Agama Islam ...................13 1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam ................................ 13 2. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam .................................... 17 3. Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam ............................. 21 4. Guru Pendidikan Agama Islam Sebagai Pendidik ..................... 25 5. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam ................................................................................... 28 6. Metode Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Akhlak Siswa................................................................................... 32
B. Pembahasan Tentang Akhlak ...............................................................37 1. Pengertian Akhlak ........................................................................... 37 2. Sumber Akhlak dan Tujuan Pengajaran Akhlak ....................... 38 3. Ruang Lingkup Akhlak .................................................................. 40 4. Macam-Macam Akhlak ...................................................................44 5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terbentuknya Akhlak ..................................................................... 47 BAB III : METODE PENELITIAN .............................................................. 49 A. Jenis Penelitian ............................................................................... 49 B. Kehadiran Peneliti ......................................................................... 50 C. Lokasi Penelitian .............................................................................50 D. Sumber Data ................................................................................... 51 E. Pengumpulan Data ......................................................................... 52 F. Analisis Data ....................................................................................54 G. Pengecekan Keabsahan Data ........................................................ 55 H. Tahap-Tahap Penelitian ................................................................ 56 BAB IV: HASIL PENELITIAN ...................................................................... 58 A. Latar Belakang Objek Penelitian .............................................................. 58 1. Sejarah Singkat Berdirinya MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun .......................................................................... 58 2. Visi, Misi, dan Tujuan MTs Al Istiqomah ............................................. 61 3. Struktur Organisasi MTs Al Istiqomah ................................................. 63 4. Keadaan Guru dan Karyawan MTs Al Istiqomah................................ 64 5. Keadaan Siswa MTs Al-Istiqomah ........................................................ 66 6. Keadaan Sarana dan Prasarana Madrasah.......................................... 68 B. Paparan Data Hasil Penelitian .................................................................. 70 1. Metode Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Akhlak Siswa MTs Al Istiqomah....................................................................................70 2. Faktor Pendukung dan Penghambat Metode Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Akhlak Siswa ......................................................... 74
BAB V: PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA...........................................79 A. Metode Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Siswa Di MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun....................................79 B. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pembinaan Akhlak Siswa Di MTs Al Istiqomah.............................................................................. 82 BAB IV : PENUTUP........................................................................................ 85 A. Kesimpulan dan Saran ......................................................................... 85 B. Saran-Saran .......................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv ABSTRAK
Aziz Saputro, Alim, Metode Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Akhlak Siswa Di MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Dr. Miftahul Huda, M.Ag
Guru Pendidikan agama Islam adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan dengan tujuan mencerdaskan dan membina akhlak peserta didik agar menjadi orang yang berkepribadian baik. Dalam proses pembinaan akhlak siswa, seorang guru pendidikan agama Islam dalam menyampaikan materi harus memiliki metode yang tepat karena dengan adanya metode pembinaan akhlak yang tepat, mampu membuat suasana belajar yang efektif, kondusif, dan menyenangkan. Materi akhlak adalah salah satu materi yang paling mendominasi dalam pembentukan kepribadian siswa. Bila pemberian materi ini secara maksimal telah diupayakan oleh guru agama, seharusnya bisa dipastikan akhlak peserta didik akan menjadi lebih baik. Namun ternyata terdapat kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Hampir setiap hari kita mendengar di media elektronik dan cetak, kita bisa mendapatkan bukti-bukti yang mengarah pada terjadinya degadrasi moral, khususnya para remaja yang merupakan usia produktif bagi peserta didik..Dalam hal ini guru pendidikan agama Islam memegang peranan yang pertama dan utama dalam proses pembinaan akhlak peserta didiknya. Untuk keberhasilan proses pembinaan akhlak tersebut, maka seorang guru pendidikan agama Islam harus mampu menggunakan beberapa metode dalam penyampaian materinya, khususnya materi akhlak. Berangkat dari latar belakang itulah, penulis ingin membahasnya dalam skripsi dan mengambil judul Metode Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Siswa Di MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat penyimpangan akhlak siswa, untuk mengetahui metode guru pendidikan agama Islam, baik ditinjau dari faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan akhlak siswa. Penelitian yang penulis lakukan ini adalah termasuk dalam penelitian kualitatif deskriptif, serta dalam perjalanan mengumpulkan data, penulis menggunakan metode observasi, dokumentasi, dan wawancara. Sedangkan untuk analisisnya, penulis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu: berupa data-data yang tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati sehingga dalam hal ini penulis berupaya mengadakan penelitian yang bersifat menggambarkan secara menyeluruh tentang keadaan yang sebenarnya. Hasil dari penelitian yang dilakukan penulis dapat disampaikan disini, bahwasanya metode pembinaan yang penulis tawarkan dalam pembahasan skripsi ini adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencari jalan keluar yang terbaik dari permasalahan metode guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa. Dan usaha yang dilakukan oleh para guru pendidikan agama Islam adalah merupakan salah satu cara untuk membina akhlak siswa yang sudah merosot tersebut. Kalaupun masih ada alternatif lain yang mungkin lebih baik dari apa yang telah disampaikan atau ditulis dalam skripsi ini, maka hal itu dapat dijadikan sebagai masukan atau tambahan agar skripsi ini terus berkembang dan tidak berhenti sampai disini.
Kata Kunci: Guru Pendidikan Agama Islam, Akhlak Siswa
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Di dalam menghadapi era globalisasi sekarang ini, maka setiap manusia harus memperoleh pendidikan. Pendidikan itu mutlak bagi kehidupan umat manusia, karena pendidikan berusaha mengembangkan sifat-sifat positif yang dimiliki manusia dan meminimalkan sifat-sifat negatif agar manusia bisa mencapai kebahagiaan dan ketentraman baik di dunia maupun akhirat kelak. Dalam dunia pendidikan sekarang tidak jarang mendengar dan melihat berita di media elektronik ataupun media cetak tentang permasalahan yang di akibatkan oleh pelajar, pergaulan bebas, pemakaian obat-obat terlarang dan lain sebagainya. Hal diatas merupakan dampak kemerosotan akhlak pelajar, yang mana kemerosotan akhlak pelajar tersebut bersumber pada kurangnya pengetahuan dan pemahaman mereka tentang ajaran agama Islam (akhlak) yang diterimanya dari sekolah dan merupakan sifat-sifat negatif dari manusia yang harus senantiasa kita benahi dan kita perbaiki. Pendidikan agama Islam merupakan upaya mendidikkan agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya, agar menjadi way of life (pandangan dan sikap hidup) seseorang. 2
Menurut UU RI no 2 Tahun 1989, Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui bimbingan, pengajaran, dan/ atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang, sedangkan pendidikan Nasional merupakan pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa
2 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafido Persada, 2005), hlm:7-8
Indonesia dan yang berdasarkan pada pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Jadi dalam hal ini yang menjadi tujuan dari pendidikan nasional yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. 3
Untuk mewujudkan Pendidikan nasional tersebut, maka harus melalui pembelajaran yang efektif. Dimana pembelajaran merupakan sebagian dari proses belajar yang dapat di tunjukkan dalam berbagai bentuk. Dan belajar sendiri merupakan suatu proses yang di tandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, seperti: perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta merupakan beberapa aspek lain yang ada pada individu belajar. 4
Sesuai dengan tujuan tersebut maka terdapat dua jalur pendidikan yang di kembangkan di Indonesia, Yaitu: 1. Jalur pendidikan yang di selenggarakan di sekolah (formal) melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan yang di kenal sebagai sekolah, yaitu: SD, SLTP,SLTA,dan PT 2. Jalur pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan belajar mengajar yang tidak berjenjang dan
3 UUSPN RI No 2 Tahun 1989, Sistem Pendidikan Nasional dan Penjelasannya (Jakarta : PT Sinar Grafika, 1992), hlm. 2-4
4 Nana Sudjana, CBSA dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru, 1989), hlm. 54
berkesinambungan yang dikenal dengan jalur pendidikan luar sekolah (non formal), seperti: kursus 5
Dapat di pastikan bahwa semua jalur pendidikan, baik itu yang di selenggarakan di sekolah dan di luar sekolah, baik umum maupun keagamaan, terdapat materi khusus tentang keagamaan. Materi akhlak adalah salah satu materi yang mendominasinya. Bila pemberian materi ini secara maksimal telah diupayakan oleh guru agama, seharusnya bisa di pastikan akhlak peserta didik akan menjadi lebih baik. Namun ternyata terdapat kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Hampir setiap hari kita mendengar di media elektronik dan cetak, kita bisa mendapatkan bukti-bukti yang mengarah pada terjadinya degadrasi moral, khususnya para remaja yang merupakan usia produktif bagi peserta didik. Tawuran antar pelajar, pemakaian narkoba, seks bebas, aborsi, serta kurangnya tata krama adalah indikasi makin parahnya kesenjangan dalam dunia pendidikan di Indonesia. Itulah sebagian potret akhlak peserta didik dalam pendidikan kita, yang tentu saja hal ini tak bisa dilepaskan dari strategi guru agama Islam pada umumnya, untuk mendidik mereka. Berbicara tentang pendidik/ guru, merupakan salah satu faktor pendidikan yang penting karena pendidik/guru itulah yang bertanggung jawab dalam pembentukan pribadi peserta didik, serta pendidik/guru tidak hanya bertanggung jawab menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik tetapi juga membentuk kepribadian peserta didik, yang pada akhirnya peserta didik memiliki kepribadian yang utama. Lebih-lebih pendidik agama, ia mempunyai tanggung jawab yang lebih berat di bandingkan dengan pendidik pada umumnya, karena
5 UUSPN RI No 2 Tahun 1989, op. Cit., hlm. 5
selain bertanggung jawab terhadap pembentukan pribadi anak yang sesuai dengan ajaran Islam, ia juga bertanggung jawab terhadap Allah SWT. Perbaikan akhlak merupakan suatu misi yang paling utama yang harus dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam kepada peserta didik. Strategi merupakan komponen yang sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan, terlebih terkait erat dengan proses pembinaan akhlak siswa. Strategi guru agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa nantinya juga sangat mempengaruhi tingkat pemahaman dan pengamalan nilai-nilai akhlak itu sendiri, terlebih apabila pengaruh terhadap tingkat kesadaran siswa dalam mengamalkan nilai-nilai luhur, baik yang ada ada dalam lembaga atau di luar lembaga, baik yang bersifat formal ataupun non formal. Dengan ilmu saja belum cukup, kekacauan dan kejahatan-kejahatan tidak bisa di obati dengan ilmu, sebab yang menyebabkan memang bukan kurangnya ilmu melainkan kurangnya akhlak. 6
Setiap pendidik, terutama yang mempunyai jiwa muslim dalam menjalankan syariat agamanya akan memperoleh hasil yang membahagiakan dirinya. Apabila dalam menjalankannya didasarkan pada akhlak yang baik. Tiap menjalankan perintah agama dijamin memperoleh kebahagiaan dari perbuatanya, khususnya dalam setiap menyampaikan serta mengajarkan ilmunya pada peserta didik dimana akhlak dari pendidik merupakan sifat yang timbul dan menyatu di dalam diri peserta didik Islam dalam membimbing manusia dimulai dengan memperbaiki akhlaknya.
6 Humaidi Tatapangarsa, Pengantar Kuliah Akhlak (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1984), hlm.17
Namun dengan itu saja belum mampu mengantarkan manusia kepada keselamatan dan kebahagiaan manusia itu sendiri dan belum mampu pula membedakan antara mana yang haq dan mana yang bathil. Akal merupakan suatu kekuatan yang di miliki manusia untuk dapat mempertimbangkan baik-buruknya sesuatu. 7 Bahkan tidak sedikit manusia menggunakan akal dan perasaannya untuk melakukan hal-hal yang salah, sehingga manusia mudah terjerumus kedalam jurang kesesatan dan kehinaan, lebih-lebih jika akal dan perasaannya malah dikuasai oleh hawa nafsu, akal tidak akan dapat berfikir secara normal, begitu pula dengan perasaan ia tidak akan dapat berfungsi secara baik. Berbicara tentang akhlak kependidikan agama tidak bisa dilepaskan dari kajian terhadap berbagai asumsi yang melandasi keberhasilan pendidik itu sendiri. Secara ideal untuk melacak permasalahan ini dapat mengacu pada perilaku Rosulullah Saw, karena beliaulah satu-satunya pendidik yang berhasil. Dengan berlandaskan motivasi yang di contohkan oleh Rosullah, maka sebagai pendidik kita sudah sepatutnya meniru dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari, melihat fenomena dan permasalahan yang muncul di kalangan remaja sekarang ini khususnya bagi peserta didik banyak penyimpangan-penyimpangan akhlak dan moral yang menjurus ke tindakan anarkis bahkan sampai tindak kriminalitas, penyimpangan akhlak terus merajalela dari hari ke hari dan bahkan semakin parah dan sulit untuk di kendalikan lagi, salah satunya tindakan ini diantaranya adanya tawuran antar pelajar, pemakaian narkoba, minum-minuman keras yang sudah sampai menjurus kearah tindak kriminal.
Hal inilah yang memicu munculnya perkelahian, bahkan sampai melibatkan kelompok masyarakat sekitar. Para ahli pendidikan menganalisis bahwa terjadinya hal serta problem tersebut tak lain karena kurangnya kontrol sosial dari orang tua sendiri, keluarga, masyarakat, yang juga tak dapat dilepaskan dari peran serta para pendidik sendiri. Dengan adanya problem dan permasalahan yang muncul diatas, peneliti tertarik untuk setidaknya meneliti, serta bagaimana mencari solusi dan jalan keluar terhadap persoalan yang muncul dengan lebih memfokuskan pada lembaga sekolah sebagai alat untuk pengontrol sosial, melalui bagaimana strategi guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa untuk menangani permasalaham ini, dan juga tak lupa kepala sekolah serta guru- guru lainnya dalam membina dan memperbaiki akhlak dan moral peserta didiknya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa akhlak itu sangat penting bagi kehidupan manusia. Dengan akhlak manusia dapat berbeda dengan hewan, dengan akhlak pula kehidupan di bumi dapat berjalan dengan baik, selamat dan sejahtera. Dengan ilmu pengetahuan saja, ternyata belum cukup bahkan kita sering mendengar menjadi bumerang bagi kehidupan manusia itu sendiri. Karena itu manusia harus bisa mengarahkan kelebihan-kelebihan yang di berikan oleh Allah SWT itu terhadap hal-hal yang baik, jangan disalahgunakan kelebihan/ kepandaian yang dimilikinya itu. Dengan melihat kembali tujuan dari pendidikan agama (untuk membentuk akhlak anak didik agar menjadi baik), sudah barang tentu pendidikan agama mempunyai suatu peranan yang sangat dominan sekali dalam pembentukan akhlak.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan dari latar belakang yang dikemukakan di atas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana metode guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa di MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun? 2. Apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan akhlak siswa di MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun? C. Tujuan Penelitian Bertolak dari latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari pembahasan ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan dengan jelas metode yang digunakan oleh guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa di MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun 2. Mendeskripsikan secara jelas faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat dalam pembinaan akhlak siswa di MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun
D. Manfaat Penelitian Setelah penulis meyelesaikan penelitian tentang strategi guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa kelas IX MTs Al Istiqomah, maka penelitian ini di harapkan bermanfaat: a. Lembaga Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada semua pihak yang berkompeten dalam pembinaan akhlak siswa . Bagi Madrasah Tsanawiyah Al-Istiqomah, sebagai bahan pertimbangan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan pembinaan akhlak siswa. b. Peneliti Untuk menambah dan mengembangkan cakrawala pengetahuan penulis sendiri tentang hal-hal yang berkaitan dengan strategi guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa khususnya di MTs Al Istiqomah. c. Peneliti Lain. Sebagai referensi dalam penelitian strategi guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa di lembaga-lembaga formal lainnya. d. Kalangan Pendidik Hasil penelitian ini di harapkan memberikan motivasi pada guru selaku pendidik, untuk lebih meningkatkan pembinaan akhlak pada khususnya.
E. Ruang Lingkup Penelitian Untuk menjabarkan permasalahan diatas agar tidak menyimpang terlalu jauh, peneliti memberikan batasan-batasan sebagai berikut: 1. Dalam penelitian ini ingin di peroleh data tentang metode pembinaan akhlak pendidikan agama Islam di Madrasah yang di laksanakan oleh guru pendidikan agama Islam, baik langsung atau tidak langsung. 2. Faktor pendukung dan penghambat metode guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa Madrasah Tsanawiyah Al Istiqomah.
F. Definisi Operasional Untuk mempermudah pemahaman dan menghindari kerancuan pengertian, maka perlu adanya penegasan judul dalam penulisan skripsi ini sesuai dengan fokus yang terkandung dalam tema pembahasan, antara lain, sebagai berikut: 1. Metode adalah suatu cara yang digunakan sebagai alternatif untuk memecahkan masalah atau persoalan. 2. Guru pendidikan agama Islam dalam literatur kependidikan Islam, seorang guru bisa disebut dengan ustadz, mualim, murrabbiy, mudarris, dan muaddib, yang artinya orang memberikan ilmu pengetahuan dengan tujuan mencerdaskan dan membina akhlak peserta didik agar menjadi orang yang berkepribadian baik. 8
8 Muhaimain, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT. RajaGrafido Persada, 2005), hlm. 44-51
3. Pembinaan Akhlak merupakan implementasi dari iman dalam segala bentuk perilaku. 9
G. Sistematika Pembahasan Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh tentang isi skripsi ini, secara singkat dapat dilihat dalam sistematika pembahasan di bawah ini. Dalam skripsi ini disusun dalam enam bab. Uraian masing- masing bab ini disusun sebagai berikut:
BAB I : Merupakan bab pendahuluan yang berfungsi sebagai pengantar informasi penelitian yang terdiri dari: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, definisi operasional, dan sistematika pembahasan. BAB II : Merupakan kajian teori tentang upaya guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa yang terdiri dari dua bagian, yaitu: (1) Pembahasan Tentang Guru Pendidikan Agama Islam, meliputi: Peranan guru pendidikan agama Islam, Kepribadian guru pendidikan agama Islam, Guru pendidikan agama Islam sebagai pendidik, Tugas dan tanggung jawab guru pendidikan agama Islam, strategi guru pendidikan agama Islam didalam pembinaan akhlak siswa.
9 Zakiah Darajat, Pendidikan Islam dalam keluarga dan sekolah (Jakarta: Ruhama, 1995), hlm. 58
(2) Pembahasan Tentang Akhlak, meliputi: Pengertian akhlak, Ruang lingkup akhlak, Macam-macam akhlak, faktor- faktor yang mempengaruhi terbentuknya akhlak. BAB III : Merupakan bab yang memuat tentang metode penelitian yang di gunakan oleh penulis pada saat meneliti objek penelitian yang terdiri dari: jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian. BAB IV : Merupakan laporan hasil penelitian yang meliputi: Latar Belakang Objek, meliputi: Sejarah singkat berdirinya MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun, Keadaan guru MTs Al Istiqomah, Keadaan siswa MTs Al Istiqomah, Keadaan sarana dan prasarana madrasah, Struktur Organisasi (2) Paparan Data Hasil Penelitian meliputi: Metode guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun, Faktor- faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan akhlak siswa MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun. BAB V: Merupakan bab tentang pembahasan dan analisa data yang terdiri dari: Metode guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa di MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun dan faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat dalam pembinaan akhlak siswa di MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun
BAB VI: Merupakan bab penutup pembahasan dan penelitian dalam penulisan skripsi ini yang berfungsi untuk menyimpulkan hasil penelitian ini secara keseluruhan, dan kemudian dilanjutkan dengan memberi saran-saran sebagai perbaikan dari segala kekurangan, dan disertai dengan lampiran-lampiran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pembahasan Tentang Guru Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam
Sebelum penulis membicarakan tentang pengertian guru pendidikan agama Islam, perlulah penulis menguraikan pengertian guru secara umum. Hal ini sebagai titik tolak untuk memberikan pengertian guru agama Islam. a. Pengertian guru agama Islam secara etimologi (harfiah) dalam literatur kependidikan Islam ialah seorang guru bisa disebut sebagai ustadz, mualim, murabbiy, mursyid, dan muaddib, yang artinya orang memberikan ilmu pengetahuan dengan tujuan mencerdaskan dan membina akhlak peserta didik agar menjadi orang yang berkepribadian baik. 10
b. Sedangkan pengertian guru agama Islam ditinjau dari sudut terminologi yang di berikan oleh para ahli dan cerdik cendekiawan, adalah sebagai berikut: 1) Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam setiap melakukan pekerjaan yang tentunya dengan kesadaran bahwa yang dilakukan atau yang di kerjakan profesi bagi setiap individu yang akan menghasilkan sesuatu dari
10 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT. RajaGrafido Persada, 2005), hlm: 44-51
pekerjaannya. Dalam hal ini yang dinamakan guru dalam arti yang sederhana adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. 11
2) Menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya Ilmu Pendidikan Praktis dan Teoritis menjelaskan guru adalah orang yang telah memberikan suatu ilmu/kepandaian kepada yang tertentu kepada seseorang/ kelompok orang. 12
3). Zakiah darajat dalam bukunya Ilmu pendidikan Islam menguraikan bahwa seorang guru adalah pendidik profesional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan. 13
4) Sama dengan teori Barat, guru atau pendidik dalam Islam adalah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif, potensi kognitif maupun potensi psikomotorik. 14
Dengan begitu pengertian guru agama Islam, adalah seorang pendidik yang mengajarkan ajaran Islam dan membimbing anak didik
11 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm.31 12 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), hlm.169 13 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1984), hlm.39 14 Ahmad Tafsir, Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), hlm.74
kearah kedewasaan serta membentuk kepribadian muslim yang berakhlak, sehingga terjadi keseimbangan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sebagai pendidik haruslah mempunyai kepribadian agamis, artinya pada dirinya melekat nilai-nilai lebih yang hendak di transinternalisasikan kepada para peserta didik. Misalnya nilai-nilai kejujuran, keadilan, musyawarah, kebersihan, keindahan, kedisiplinan, ketertiban dan lain sebagainya. 15
Dengan demikian seorang guru agama Islam ialah merupakan figur seorang pemimpin yang mana disetiap perkataan dan perbuatannya akanmenjadi panutan bagi anak didik, maka disamping sebagai profesi seorang guru agama hendaklah menjaga kewibawannya agar jangan sampai seorang guru agama melakukan hal-hal yang bisa menyebabkan hilangnya kepercayaan yang telah diberikan masyarakat. Ahmad Tafsir, mengutip pendapat dari Al-Ghozali mengatakan bahwa siapa yang memilih pekerjaan mengajar, ia sesungguhnya telah memilih pekerjaan besar dan penting. 16 Karena kedudukan guru agama Islam yang demikian tinggi dalam Islam dan merupakan realisasi dari ajaran Islam itu sendiri, maka pekerjaan atau profesi sebagai guru agama Islam tidak kalah pentingnya dengan guru yang mengajar pendidikan umum. Dengan memperhatikan sasaran pokok pendidikan yaitu anak didik pada semua jenjang kependidikan yang masuk berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan dan pertumbuhan mereka dapat mencapai
15 Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam (kajian Filosofik dan Kerangka Dasar Operasionalnya) (Bandung: Trigenda Karya, 1993), hlm. 173 16 Ahmad Tafsir, op.cit., hlm.76
titik optimal yang berkualitas diperlukan bantuan ahli-ahli kependidikan, dan pendidik serta pembimbing yang mau memahami dan mendalami jiwa kecendrungan perkembangan anak didik. Salah satu hal yang amat menarik pada ajaran Islam yang sangat tinggi terhadap guru. Begitu tingginya penghargaan itu sehingga menempatkan kedudukan guru setingkat di bawah kedudukan nabi dan Rasul. Hal itu dikarenakan guru selalu terkait dengan ilmu (pengetahuan); sedangkan Islam sangat menghargai pengetahuan. Penghargaan Islam terhadap ilmu tergambar dalam beberapa hadits yang artinya sebagai berikut: 1. Tinta ulama lebih berharga daripada darah syuhada. 2. Orang berpengetahuan melebihi orang yang senang beribadah, yang berpuasa dan menghabiskan waktu malamnya untuk mengerjakan shalat, bahkan melebihi kebaikan orang yang berperang di jalan Allah. 3. Apabila meninggal seorang alim, maka terjadilah kekosongan dalam Islam yang tidak dapat diisi kecuali seseorang alim yang lain. 17
17 Ibid, hlm 76
2. Peranan guru pendidik agama Islam Pada dasarnya peranan guru pendidikan agama Islam dan guru umum itu sama saja yaitu berusaha untuk memindahkan ilmu pengetahuan yang ia miliki itu kepada anak didiknya agar mereka lebih banyak memahami dan mengetahui ilmu pengetahuan yang lebih luas lagi. Dalam hal ini yang menjadi perbedaan peranan antara guru pendidikan Islam dan guru umum mungkin hanya sedikit saja, yaitu guru pendidikan agama Islam selain berusaha untuk memindahkan ilmu, ia juga harus menanamkan nilai-nilai agama kepada anak didiknya agar mereka bisa mengaitkan antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan. Sehubungan dengan fungsiya sebagai guru Pengajar, Pendidik dan Pembimbing, maka diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru. Peranan guru ini akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan siswa, sesama guru, maupun dengan staf yang lain. Dari berbagai kegiatan interaksi belajar mengajar, dapat dipandang sebagai sentral bagi peranannya. Sebab baik disadari atau tidak bahwa sebagian dari waktu dan perhatian guru banyak dicurahkan untuk menggarap proses belajar mengajar dan berinteraksi dengan siswanya. Adapun peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar, secara singkat dapat disebutkan sebagai berikut: 1. Informator. Sebagai informator, guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Informasi yang baik dan efektif diperlukan dari guru. Kesalahan informasi akan
menyebabkan salah persepsi bagi muridnya. Untuk menjadi informator yang baik dan efektif penguasaan bahasalah sebagai kuncinya, ditopang dengan penguasaan bahan yang akan diberikan kepada anak didik. 18
Dalam hal ini selain sebagai informator guru juga harus bertindak sebagai pengarah ketika anak didik salah mendapatkan informasi. Guru harus bisa mengarahkan anak didiknya untuk menjadi orang yang berguna baik pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang. 2. Organisator Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademis, silabus, workshop, jadwal pelajaran dan lain-lain. Kompone komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar-mengajar, semua diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai efektifitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa. Selain mengadakan proses belajar mengajar di kelas hendaknya guru juga harus bisa bertindak sebagai organisator maksudnya guru juga mempunyai tanggung jawab untuk membuat kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah, membuat kalender akademik dan sebagainya yang berkaitan dengan pengelolaan sekolah. 3. Motivator Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisis motif-motif yang melatar belakngi anak didik malas belajar dan menurun prestasinya di sekolah. Peranan guru sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan
18 Syaiful Bahri Djamarah, op.cit.,hlm.44
belajar siswa, harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreatifitas), sehingga akan terjadi dinamika dalam proses belajar mengajar, peranan guru sebagai motivator ini sangat penting dalam interaksi belajar mengajar, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial, menyangkut performance, dalam arti personalisasi dan sosialisasi diri. 19
Guru sebagai motivator hendaknya dapat mendorong agar siswa mau melakukan kegiatan belajar. Sebagai motivator, guru harus menciptakan kondisi kelas yang merangsang siswa melakukan kegiatan belajar, baik kegiatan individual maupun kelompok. Stimulasi atau rangsangan belajar para siswa bisa di tumbuhkan dari dalam diri siswa dan bisa di tumbuhkan dari luar diri siswa. 20
4. Moderator Moderator belajar, artinya sebagai pengatur arus kegiatan belajar siswa. Sebagai moderator, guru menampung persoalan yang diajukan oleh siswa dan mengembalikan lagi persoalan tersebut kepada siswa lain untuk dijawab dan di pecahkannya. Jawaban siswa tersebut di kembalikan kepada penanya atau kepada kelas untuk di nilai bersama benar tidaknya sebagai jawaban. Dengan demikian setiap siswa di kondisikan untuk aktif memberikan respons terhadap pertanyaan yang diajukan. 21
5. Pengelola kelas Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru dalam
rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas yang di kelola dengan baik akan menunjang jalnnya interaksi edukatif. Sebaliknya kelas yang tidak di kelola dengan baik akan menghambat kegiatan pengajaran. Anak didik tidak mustahil akan merasa bosan untuk tinggal lebih lama di kelas. Hal ini akan mengganggu jalannya proses interaksi edukatif. Kelas yang terlalu padat dengan anak didik, pertukaran udara kurang, penuh kegaduhan, lebih banyak tidak menguntungkan bagi terlaksananya interaksi edukatif yang optimal. 22
Dalam pengelolaan kelas ini guru harus bisa mengelola kelas agar para anak didik bisa betah tinggal didalam kelas dan dengan dorongan yang tinggi untuk senantiasa terbiasa belajar didalam kelas. 6. Fasilitator Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas-fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik. Lingkungan belajar yang tidak menyenangkan, suasana ruang kelas yang pengap, meja dan kursi yang berantakan, fasilitas belajar yang kurang tersedia, menyebabkan anak didik malas belajar. Oleh karena itu, menjadi tugas guru bagaimana menyediakan fasilitas sehingga akan tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan anak didik. 23
Fasilitator belajar artinya memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya. Kemudahan tersebut bisa di upayakan dalam berbagai bentuk, antara lain menyediakan sumber dan alat-alat belajar seperti buku-buku yang diperlukan, alat peraga, alat belajar lainnya, menyediakan waktu belajar yang cukup kepada semua siswa, memberikan bantuan kepada siswa yang memerlukannya, menunjukkan jalan keluar dalam
pemecahan masalah yang dihadapi siswa, mengenai perbedaan pendapat yang muncul dari para siswa, tampil sebagai juru selamat manakala masalah tidak dapat di pecahkan oleh siswa. 24
7. Evaluator Artinya sebagai penilai yang objektif dan komprehensif. Sebagai evaluator, guru berkewajiban mengawasi, memantau proses belajar siswa dan hasil-hasil belajar yang dicapainya. Disamping itu guru berkewajiban melakukan upaya perbaikan proses belajar siswa, menunjukkan kelemahan belajar siswa dan cara memperbaikinya, baik kepada siswa secara perseorangan maupun secara kelompok atau kelas. Aspek yang paling utama dinilai dan di pantau adalah proses kegiatan belajar siswa, baik perseorangan maupun kelompok. 25
Dalam hal ini guru bertindak sebagai penilai terhadap hasil-hasil yang telah di perlihatkan oleh anak didik. Dengan demikian guru akan memahami dan mengerti apakah pelajaran yang telah di berikan tersebut bisa di pahami dan diterima oleh anak didik ataukah tidak Biasanya dalam menilai keberhasilan belajar ini maka guru mengelompokkan dalam dua cara yaitu dengan membagi- bagi siswa menjadi beberapa kelompok ataupun hanya individu.
3. Kepribadian guru pendidikan agama Islam Dalam Islam, guru merupakan orang yang menjadi panutan dan tauladan bagi anak didiknya. Oleh karena itu guru pendidikan agama Islam hendaknya mempunyai kepribadian yang baik dan juga mempunyai kemampuan yang baik
24 Nana Sudjana,op.cit., hlm. 33 25 Ibid, hlm. 35
pula. Dalam hal ini ada beberapa kemampuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru pendidikan agama Islam yaitu: 1) Penguasaan materi Al-Islam yang komprehensif serta wawasan dan bahan pengayaan, terutama pada bidang-bidang yang menjadi tugasnya. 2) Penguasaan strategi (mencakup pendekatan, metode, dan teknik) pendidikan Islam, termasuk kemampuan evaluasinya. 3) Penguasaan ilmu dan wawasan pendidikan. 4) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan pada umumnya guna keperluan pengembangan pendidikan Islam. 5) Memiliki kepekaan terhadap informasi secara langsung atau tidak langsung yang mendukung kepentingan tugasnya. 26
Untuk mewujudkan pendidik yang profesional, kita dapat mengacu pada tuntunan Nabi SAW, karena beliau satu-satunya pendidik yang paling berhasil dalam rentang waktu yang begitu singkat, sehingga di harapkan dapat mendekatakan realitas (pendidik) dengan yang ideal (Nabi SAW). Sebagai Pengajar, guru merupakan medium atau perantara aktif antar murid dan ilmu pengetahuan, sedang sebagai pendidik, guru merupakan medium aktif antara murid, haluan/filsafat negara dan kehidupan masyarakat dengan segala seginya, dan dalam mengembangkan pribadi murid serta mendekatkan mereka dengan pengaruh-pengaruh dari luar yang baik dan menjauhkan mereka dari pengaruh-pengaruh dari luar yang buruk., dengan demikian guru wajib
26 Muhaimin dan Abdul Mujib, op.cit., hlm.172
memiliki segala sesuatu yang erat hubungannya dengan bidang tugasnya, yaitu: pengetahuan, sifat-sifat kepribadian, serta kesehatan jasmani dan rohani. 27
Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru dari guru lainnya. Kepribadian adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seseorang guru sebagai pengembang sumber daya manusia. Karena, Disamping berperan sebagai pembimbing dan pembantu juga berperan sebagai anutan. Mengenai pentingnya kepribadian guru seorang psikolog terkemuka profesor doktor Zakiah Darajat (1982) menegaskan: Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya. Ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik yang masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah). 28
Oleh karena itu, setiap calon guru dan guru profesional sangat di harapkan memahami bagaimana karakteristik (ciri khas) kepribadian dirinya yang di perlukan sebagai anutan para siswanya. Secara konstitusional, guru hendaknya berkepribadian pancasila dan UUD 1945 yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, disamping ia harus memiliki kualifikasi (keahlian yang di perlukan) sebagai tenaga pengajar. 29
Ciri-ciri khas kepribadian seseorang, untuk sebagian nampak dalam cara dia melakukan pekerjaannya. Kenyataan ini semakin berlaku dalam pekerjaan seorang guru, yang mendidik generasi muda di sekolah. Sadar aatau tidak, dengan
27 Muhaimin,dkk. Strategi Belajar dan Mengajar. (Penerapannya dalam Pembelajaran Pendidikan Agama),( Surabaya: CV Citra Media,1996 ), hlm. 63 28 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 225-226 29 UUSPN RI No 2 Tahun 1989, op. cit., hlm.12
kehadirannya di kelas, guru sudah memberikan pengaruh terhadap perkembangan siswa. Oleh karena itu guru harus harus memiliki kepribadian seperti : 1) Penghayatan nilai-nilai kehidupan (values) 2) Motivasi kerja 3) Sifat dan sikap 30
Untuk menjadi guru yang ideal maka di butuhkan ciri sebagai berikut: keluwesan dalam pergaulan, suka humor, kemampuan untuk memyelami alam pikiran dan perasaan anak, kepekaan terhadap tuntutan keadilan, kemampuan untuk mengadakan organisasi, kreatifitas dan rela membantu. Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Dalam makna demikian, seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang itu, asal dilakukan secara sadar. Dengan kata lain baik tidaknya citra seseorang di tentukan oleh kepribadian, lebih lagi bila kita dalah seorang guru, masalah kepribadian merupakan faktor yang sangat menentukan terhadap keberhasilan melakukan tugas sebagai pendidik. Guru adalah spiritual father/ bapak rohani bagi seorang anak didik. Ialah yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pendidikan akhlak dan membenarkannya, maka menghormati guru berarti menghormati anak didik kita, menghargai guru berarti penghargaan terhadap anak-anak kita, dengan guru itulah mereka hidup dan berkembang, sekiranya setiap guru itu menunaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Abu Darda melukiskan pula mengenai guru dan anak
didik itu bahwa keduanya adalah berteman dalam kebaikan dan tanpa keduanya tak ada kebaikan. 31
Tingkah laku/moral guru pada umumnya merupakan penampilan lain dari kepribadiannya. Bagi anak didik yang masih kecil, guru adalah orang pertama sesudah orang tua, yang mempengaruhi pembinaan kepribadian anak didik. Kalaulah tingkah laku/akhlak guru tidak baik, pada umumnya akhlak anak didik akan rusak olehnya, karena anak mudah terpengaruh oleh orang yang di kaguminya atau dapat juga menyebabkan anak didik gelisah, cemas/terganggu jiwa karena ia menemukan contoh yang berbeda/berlawanan dengan contoh yang selama ini didapatkannya di rumah dari orang tuanya. 32
Sikap guru terhadap agama juga merupakan salah satu penampilan kepribadian guru yang acuh tak acuh kepada agama akan menunjukkan sikap yang dapat menyebabkan anak didik terbawa pula pada arus tersebut, bahkan kadang- kadang menyebabkan tergangunya jiwa anak didik. Cara guru berpakaian, berbicara, berjalan, dan bergaul, juga merupakan penampilan kepribadian lain yang juga mempunyai pengaruh terhadap anak didik. Termasuk pula dalam masalah kepribadian guru itu, sikap dan pandangan guru terhadap fungsinya bagi anak didiknya.
4. Guru pendidikan agama Islam sebagai pendidik Pendidikan agama ternyata tidak hanya menyangkut masalah transformasi ajaran dan nilainya kepada pihak lain, tetapi lebih merupakan masalah yang kompleks. Dalam arti, setiap kegiatan pembelajaran pendidikan agama akan
31 M. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1970), hlm. 136 32 Zakiah Darajat, Kepribadian guru (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1978), hlm. 15
berhadapan dengan permasalahan yang kompleks, misalnya masalah pserta didik dengan berbagai latar belakangnya, dalam kondisi dan situasi apa ajaran itu di berikan, sarana apa yang di perlukan untuk mencapai keberhasilan pendidikan agama, bagaiamana cara atau pendekatan apa yang di gunakan dalam pembelajarannya, bagaimana mengorganisasikan dan mengelola isi pembelajaran agama itu, hasil apa yang di harapkan dari kegiatan agama itu, dan seberapa jauh tingkat efektifitas, efisiensinya, serta usaha-usaha apa yang dilakukan untuk menimbulkan daya tarik bagi peserta didik, demikian seterusnya. Dunia ilmu pengetahuan modern memendang seorang pendidik atau seorang guru harus dapat mengembangkan kepribadian seorang anak atau peserta didik dan menyiapkannya menjadi anggota masyarakat. Oleh karena itu, tidak semua orang dewasa dapat dikategorikan sebagai pendidik,dan memang ada beberapa persyaratan yang harus terpenuhi oleh setiap calon pendidik. 33
Banyak diantara guru merasa bahwa pekerjaan mereka sebagai guru adalah suatu pekerjaan yang rendah dan hina, apabila dibandingkan pekerjaan /bekerja di suatu perusahaan, mungkin saja hal ini di sebabkan pandangan masyarakat terhadap guru terlalu sempit dan picik, yaitu hanya suatu pandangan yang bersifat materialistis, atau hanya bersifat keduniawaan belaka. Sebenarnya pandangan itu salah, pada dasarnya pekerjaan sebagai guru adalah pekerjaan yang luhur dan mulia, baik di tinjau dari sudut masyarakat dan negara maupun ditinjau dari sudut agama. Guru sebagai pendidik adalah seorang yang berjasa besar terhadap masyarakat dan negara. Tinggi/rendahnya kebudayaan suatu masyarakat, maju/mundurnya tingkat kebudayaan suatu
33 Zuhairini dan Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Malang, UM Press, 2004), hlm.18
masyarakat dan negara, sebagian bergantung pada pendidikan dan pengajaran yang di berikan oleh guru. Makin tinggi pendidikan guru, makin tinggi baik pula mutu pendidikan dan pengajaran yang diterima oleh anak-anak, dan makin tinggi pula derajat masyarakat. Oleh sebab itu, guru harus berkeyakinan dan bangga bahwa ia dapat menjalankan tugas itu. Guru hendaklah berusaha menjalankan tugas kewajiban sebaik-baiknya, sehingga dengan demikian masyarakat menginsafi sungguh- sungguh betapa berat dan mulianya pekerjaan guru. Penghargaan masyarakat terhadap guru haruslah timbul karena perbuatan itu sendiri. Meskipun demikian, sukar pula hal itu terlaksana jika perbaikan nasib, kehidupan dan kedudukan guru-guru itu masih kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Untuk melaksanakan perbaikan dalam pendidikan dan pengajaran anak-anak pada khususnya, serta masyarakat pada umumnya, pemerintah, guru, dan masyarakat harus saling mengerti dan bekerjasam dengan sebaik-baiknya. 34
Setiap guru, jangan lupa bahwa ia adalah unsur terpenting dalam pendidikan di sekolah. Hari depan anak didik tergantung banyak pada guru yang pandai, bijaksana dan mempunyai keikhlasan dan sikap positif terhadap pekerjaanya akan dapat membimbing anak-anak didik kearah sikap yang positif terhadap pelajaran yang di berikan kepadanya dan dapat menumbuhkan sikap positif yang di perlukan dalam hidupnya kemudian hari. Sebaliknya guru yang tidak bijaksana dan menunaikan pekerjaan tidak ikhlas atau didasarkan pertimbangan-pertimbangan bukan kepentingan pendidikan, misalnya hanya sekedar untuk mencari rezeki, akan mengakibatkan arti dan manfaat pendidikan
34 M. Ngalim Purwanto, op.cit., hlm. 170
yang di berikannya kepada anak didik menjadi kecil atau mungkin tidak ada, bahkan menjadi negatif. Disamping itu ia juga harus meningkatkan pengetahuannya terhadap berbagai ilmu yang di perlukan dalam tugasnya, supaya ia dapat membuat anak yang enggan/tidak senang terhadap pelajarannya, menjadi bergairah dan ingin mengkutinya, serta dapat memupuk dan mengembangkan sikap-sikap yang perlu dalam pembinaan hari depan anak. Dengan peningkatan kesadaran dan keikhlasan terhadap pekerjaan serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik guna membina hari depan anak dan generasi muda pada umumnya, maka guru akan dapat membimbing anak didik kearah pembinaan hari depan yang baik.
5. Tugas dan tanggung jawab guru pendidikan agama Islam disekolah Menurut Al-Ghozali, tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan, menyucikan, serta membawakan hati manusia untuk bertaqarrub kepada Allah SWT. Hal tersebut karena pendidikan adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Secara umum tugas guru pendidik Islam adalah mendidik, yaitu mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi psikomotorik, kognitif ataupun afektif. Potensi ini harus di kembangkan secara seimbang sampai ketingkat setinggi mungkin, menurut ajaran agama. Jika di lihat lebih rinci lagi maka tugas guru pendidikan agama Islam atau pendidik agama ialah:
1) Mengajarkan ilmu pengetahuan Islam 2) Menanamkan keimanan dalam jiwa anak 3) Mendidik anak agar taat menjalankan agama 4) Mendidik anak agar berbudi pekerti yang mulia 35
Mengingat bahwa tujuannya adalah mendidik anak-anak mempersipakan mereka sebaik-baiknya, sehingga mereka menjadi orang yang sempurna (menjadi insan kamil), maka guru harus menjadi pendidik yang diserahi tugas untuk mendidik jasmani, akal dan akhlak. Dengan pendidikan yang sempurna dilihat dari berbagai segi. Tugas guru bukan hanya menyampaikan ilmu pengetahuan dan mengisi penuh pikiran mereka dengan ilmu pengetahuan itu, akan tetapi bertugas membina murid menjadi orang dewasa, maka dia bertanggung jawab untuk menguatkan jasmani murid, menumbuhkan pengertian mereka terhadap apa yang diajarkan kepadanya dari berbagai ilmu pengetahuan, dalam usaha membentuk akalnya, membina akhlaknya, dengan mengambil tindakan dengan tangannya (bila perlu), menolongnya dalam mencari ilmu pengetahuan, membangkitkan kecintaannya (minatnya) untuk mencari pengetahuan dan kecintaannya menjalankan tugas itu, memberikan makanan rohani murid, dan menanamkan dalam jiwanya akhlak yang mulia dan menjadikannya orang yang baik adat istiadatnya. 36
Tugas guru sebagai profesi menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan
35 Zuhairini dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hlm. 35 36 Abu Bakar Muhammad, Pedoman Pendidikan dan Pengajaran (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), hlm. 68
niali-nilai hidup pada anak didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknolgi kepada anak didik. Guru harus bisa menempatkan diri sebagai orang tua kedua, dengan mengemban tugas yang di percayakan orang tua kandung/wali anak didik dalam jangka waktu tertentu. Untuk itu pemahaman terhadap jiwa dan watak anak didik diperlukan agar dapat dengan mudah memahami jiwa dan watak anak didik. Begitulah tugas guru sebagai orang tua kedua setelah orang tua anak didik dalam keluarga di rumah. Di dalam bidang kemasyarakatan guru mempunyai tugas mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang bermoral pancasila. Memang tidak dapat di pungkiri bila guru mendidik anak didik sama halnya guru mencerdaskan bangsa Indonesia. Bila dipahami, maka tugas guru tidak hanya sebatas dinding sekolah, tetapi juga sebagai penghubung antara sekolah dengan masyarakat. 37
Tugas guru adalah mendidik. Ini amat umum, yang paling utama dari sekian tugas guru adalah mengajar dan semua yang berhubungan dengan pencapaian tujuan pengajaran. Ada baiknya tugas tersebut dirinci dengan tegas. Rincian itu sebagai berikut: 38
1) Membuat persiapan program pengajaran yang terdiri dari: a) Program tahunan pelaksanaan kurikulum b) Program semester/catur wulan c) Perencanaan program megajar
2) Mengajar atau melaksanakan pengajaran a) Menyampaikan materi (dalam GBPP) b) Menggunakan metode mengajar c) Menggunakan media/sumber d) Mengelola kelas/mengelola interaksi belajar mengajar 3) Melaksanakan/mengevaluasi hasil pengajaran a) Menganlisis hasil evaluasi belajar b) Melaporkan hasil evaluasi belajar c) Melaksanakan program perbaikan dan pengayaan 39
Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak didik. Pribadi susila yang cakap adalah yang diharapkan ada pada diri setiap anak didik. Tidak ada seorang guru apapun yang mengharapkan anak didiknya menjadi sampah masyarakat. Untuk itulah guru dengan penuh dedikasi dan loyalitas berusaha membimbing dan membina anak didik agar di masa mendatang menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa. Karena besarnya tanggung jawab guru terhadap anak didiknya, hujan dan panas bukanlah menjadi penghalang bagi guru untuk selalu hadir ditengah-tengah anak didiknya. Guru tidak pernah memusuhi anak didiknya meskipun suatu ketika ada anak didiknya yang berbuat kurang sopan pada orang lain. Bahkan dengan sabar dan bijaksana guru memberikan nasehat bagaimana cara bertingkah laku yang sopan pada orang lain. Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi pada dasarnya adalah tuntutan dan panggilan untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga, dan
39 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm. 9
meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya. Guru harus sabar bahwa tugas dan tanggung jawabnya tidak bisa dilakukan oleh orang lain, kecuali oleh dirinya. Demikian pula ia sadar bahwa dalam melaksanakn tugasnya selalu di tuntut untuk bersungguh-sungguh dan bukan pekejaan sambilan. Guru harus sadar bahwa yang dianggap baik ini, belum tentu benar di masa yang akan datang. Menjadi tanggung jawab guru untuk memberikan sejumlah norma itu kepada anak didik agar tahu mana perbuatan yang susila dan asusila, mana perbuatan yang moral dan amoral. Semua norma itu meski harus guru berikan ketika di kelas, diluar kelas pun sebaiknya guru contohkan melalui sikap, tingkah laku, dan perbuatan. Pendidikan di lakukan tidak semata-mata dengan perkataan, tetapi dengan sikap, tingkah laku, dan perbuatan. Jadi guru harus bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku dan perbuatannya dalam rangka membina jiwa dan watak anak-anak didik. Dengan demikian, tanggung jawab guru adalah untuk membentuk anak didik agar menjadi orang yang bersusila yang cakap, berguna bagi agama, nusa dan bangsa di masa yang akan datang.
6. Metode Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Akhlak Siswa Kelas IX Pembinaan akhlak harus dilakukan sejak dini, sesuai dengan pendidikan pada umumnya, karena setiap anak dilahirkan belum mengerti mana yang benar, mana yang salah dan belum tahu batas-batas dan ketentuan-ketentuan akhlak yang berlaku dalam lingkungannya, pendidikan akhlak harus dilakukan pada permulaan yaitu: di rumah dengan latihan terhadap tindakan-tindakan yang di pandang baik
menurut ukuran-ukuran lingkungan di mana ia hidup. Setelah anak terbiasa bertindak sesuai dengan yang di kehendaki oleh aturan-aturan akhlak dan kecedasan serta kematangan berfikir telah terjadi, barulah pengertian-pengertian yang abstrak diajarkan.Upaya dan strategi guru agama Islam dalam membina akhlak siswa, diantaranya: 1. Melalui Proses Pendidikan Pendidikan akhlak mempunyai aspek yang sangat penting yang ditujukan kepada jiwa dan pembentukan akhlak, dengan demikian upaya yang dilakukan oleh guru agama Islam dalam membina akhlak siswa dalam proses pendidikan dilakukan, melalui: a. Penanaman nilai-nilai keimanan, dalam upaya penanaman nilai- nilai keimanan dalam jiwa siswa tidak terlepas dari nilai-nilai yang terdapat dalam rukun iman yang meliputi: Iman kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul- rasul-Nya, hari kiamat serta qodha dan qadar-Nya. Keenam hal tersebut merupakan dasar struktural yang ditetapakan oleh agama untuk membentuk dan membina kepribadian muslim yang berakhlak karimah. b. Penanaman nilai-nilai ibadah, kepada Allah ada empat hal yaitu: shalat, zakat, puasa dan haji bagi yang mampu. 2. Melalui Proses Bimbingan dan Penyuluhan, diantaranya dengan: a. Menanamkan perasaan cinta kepada Allah dalam hati anak-anak. b. Menanamkan itiqad yang benar. c. Mendidik anak untuk selalu bertaqwa
d. Mengajarkan anak-anak untuk mengetahui hukum-hukum agama e. Memberikan contoh atau teladan nasehat yang baik. Pada dasarnya, sekolah merupakan suatu lembaga yang membantu bagi tercapainya cita-cita keluarga dan masyarakat, khususnya dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang tidak dapat dilaksanakan secara sempurna di dalam rumah dan lingkungan masyarakat. Sekolah tidak hanya bertanggung jawab memberikan berbagai macam ilmu pengetahuan, tetapi juga memberikan bimbingan, pembinaan dan bantuan terhadap anak-anak yang bermasalah, baik dalam belajar, emosional maupun sosial sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi masing-masing. 40
Namun hendaknya diusahakan supaya sekolah menjadi lapangan yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan mental dan moral (akhlak) anak didik. Dengan kata lain, supaya sekolah merupakan lapangan sosial bagi anak didik dimana pertumbuhan mental, moral, sosial, dan segal aspek kepribadian dapat berjalan dengan baik. Dalam hal ini bentuk kegiatan yang dilaksanakan disekolah diantaranya: 1. Memberikan pengajaran dan kegiatan yang bisa menumbuhkan pembentukan kebiasaan berakhlak mulia dan beradat kebiasaan yang baik, misalnya: a. Membiasakan siswa bersopan santun dalam berbicara, berbusana, dan bergaul dengan baik di sekolah atau diluar sekolah. b. Membiasakan siswa dalam tolong-menolong, sayang kepada yang lemah dan menghargai orang lain.
40 Mulyasa, Manajemen Pendidikan Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm.47
c. Membiasakan siswa bersikap ridha, optimis, percaya diri, menguasai emosi tahan menderita dan sabar. 2. Membuat program kegiatan keagamaan, yang mana dengan kegiatan tersebut bertujuan memantapkan rasa keagamaan siswa, membiasakan diri berpegang teguh pada akhlak mulia dan membenci akhlak yang rusak, selalu tekun beribadah, mendekatkan diri kepada Allah serta bermuamalah yang baik.kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah, diantaranya: a. Adanya program sholat dhuhur jamaah b. Diadakannya peringatan-peringatn hari besar Islam c. Adanya kegiatan pondok ramadhan d. Adanya peraturan-peraturan tentang kedisiplinan dan tata tertib sekolah. Dengan adanya program kegiatan diatas tadi di harapkan mampu menunjang pelaksanaan guru agama Islam dalam proses pembinaan akhlak peserta didik. Pemberian akhlak dalam keluarga dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak didik. Pertama yang harus di perhatikan adalah keharmonisan hubungan bapak ibu, sehingga pergaulan mereka, dapat dijadikan suri tauladan yang baik, khususnya bagi anak di bawah enam tahun. Pembinaan akhlak tidak hanya menyampakian pengertian akhlak yang baikdan buruk. Maka untuk itu orang tua harus mengetahui cara mendidik dan mengetahui karakteristik periodisasi umur setiap anak dan mampu mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama dan dalam kehidupannya sehari-hari. Akan tetapi fenomena sekarang ini orang tua kurang peduli terhadap pendidikan agama dan akhlak keluarga,
sehingga perlu juga pendidikan agama bagi anak disamping oleh anggota keluarga lain selain ayah ibu. Dan disinilah letak pentingnya pendidikan akhlak di sekolah. Pelajaran akhlak bertujuan mengetahui perbedaan-perbedaan perangai manusia yang baik dan yang buruk agar manusia dapat memegang teguh sifat-sifat baik menjauhkan diri dari sifat-sifat yang jahat sehingga terciptalah tata tertib dalam pergaulan dalam masyarakat, dimana tidak ada benci membenci. Oleh karena itu pelajaran akhlak bertujuan hendak mendudukkan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan sempurna serta membedakannya dengan makhluk- makhluk lainnya. Akhlak bertujuan menjadikan manusia orang yang berkelakuan baik terhadap Tuhan manusia dan lingkungannya. 41
Dalam hal ini upaya yang dilakukan untuk membina akhlak siswa guru pendidikan agama Islam melaksanakan melalui kegiatan belajar mengajar di kelas dan melalui kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat wajib bagi siswa khususnya yang beragama Islam. Selain itu juga dilaksanakan dengan memberikan teladan yang baik kepada siswa. Jadi dalam pembinaan akhlak yang dilakukan guru pendidikan agama Islam di MTs Al- Istiqomah tidak hanya di lakukan melalui kegiatan belajar mengajar dan kegiatan ekstrakurikuler melainkan dengan penciptaan lingkungan sekolah yang baik melalui teladan yang di berikan kepada siswa.
41 Asmaran As.op.cit., hlm.55
B. Pembahasan Tentang Pembinaan Akhlak 1. Pengertian Akhlak Perkataan akhlak berasal dari bahasa arab, jamak dari kata khuluq yang menurut bahasa berarti: perangai, tingkah laku, atau tabiat. 42
Dalam pengertian sehari-hari akhlak umumnya disamakan dengan arti budi pekerti atau kesusilaan atau kesopanan dalam bahasa Indonesia, dan tidak berbeda arti dengan arti kata moral atau ethic dalam bahasa Inggris. Beberapa definsi akhlak telah dikemukakan oleh para ahli diantaranya: Ibnu Maskawih memberikan definisi sebagai berikut: Akhlak adalah Suatu kondisi jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melakukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu)/secara spontan. 43
Imam Al Ghozali mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut: Akhlak itu ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari sifat itu timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu). 44
Prof. Dr. Ahmad Amin mengemukakan definisi akhlak sebagi berikut: Akhlak adalah kebiasaan kehendak, ini berarti bahwa kehendak itu bila di biasakan akan sesuatu maka kebiasaannya itu di sebut akhlak. 45
42 Humaidi Tatapangarsa, Pendidikan Agama Islam Untuk Mahasiswa (Malang: Penerbit IKIP Malang, 1991), hlm. 32 43 Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja (Jakarta, Rineka Cipta, 1991), hlm. 129 44 Asmaran, op.cit.,hlm. 3 45 Ibid, hlm. 2
Dr. M. Abdullah Dirroz mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut: Akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak mana berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak baik) atau pihak yang jahat (dalam hal akhlak yang jahat). 46
Ada istilah lain yang lazim di pergunakan di samping kata akhlak adalah apa yang di sebut ethika. Perkataan itu berasal dari bahasa Yunani ethes yang berarti kebiasaan. Jadi ethika ialah ilmu yang menyelidiki, mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat di ketahui oleh akal pikiran. 47
2. Sumber Akhlak Dan Tujuan Pengajaran Akhlak a. Sumber Akhlak Islam Dalam Islam sumber akhlak ialah Al-Quran dan Sunnah Rasul: 1. Al-Quran .1l l >l _ _. < :`. ..> _.l l `>, < ,l > : < ,: _
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah(QS.Al-Ahzab:21)
2. As Sunnah/Hadits sebagai sumber akhlak,antara lain: ` `, ` `. . , _ . `- ` , _ , , ,
Artinya: Bahwa aku diutus Allah untuk menyempurnakan keluhuran akhlak (budi pekerti). (HR Ahmad) 48
Berdasarkan ayat dan hadits diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa dasar atau sumber pokok dari akhlak adalah Al-Quran dan hadits karena persoalan akhlak dalam Islam banyak dimuat didalamnya dan sumber tersebut merupakan batasan-batasan dalam tindakan kehidupan manusia sehari-hari.
b. Tujuan Pengajaran Akhlak Suksesnya guru dalam membina akhlak siswanya sangat ditentukan oleh berrhasilnya pengajaran akhlak itu sendiri. Adapun tujuan pengajaran akhlak itu sendiri adalah : 1. Tujuan Umum Menurut Umari tujuan pengajaran akhlak secara umum meliputi: a. Supaya dapat terbiasa melakukan hal yang baik dan terpuji serta menghindari yang buruk, hina dan tercela. b. Supaya hubungan kita dengan Allah SWT dan dengan sesama makhluk selalu terpelihara dengan baik dan harmonis. 49
2. Tujuan Khusus Menurut Djasuri, secara spesifik pengajaran akhlak bertujuan sebagai berikut: a. Menumbuhkan pembentukan kebiasaan berakhlak mulia dan beradat kebiasaan yang baik.
b. Memantapkan rasa keagamaan pada siswa, membiasakan diri, berpegang teguh pada akhlak dan membenci akhlak yang rusak. c. Membiasakan siswa bersikap ridha, optimis, percaya diri, menguasai emosi, tahan menderita, dan sabar. d. Membimbing siswa kearah sikap yang sehat yang dapat membantu mereka berinteraksi sosial yang mencintai kebaikan untuk orang lain. e. Membiasakan siswa bersikap santun dalam berbicara dan bergaul dengan baik di sekolah maupun di luar sekolah. f. Membiasakan siswa selalu tekun beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah dan bermuamalah yang baik. 50
3. Ruang Lingkup Akhlak Kalau kita membicarakan tentang ruang lingkup akhlak, maka disitu ada tiga bagian yang termasuk di dalamnya yaitu: 1. Akhlak Manusia Kepada Allah SWT Pada dasarnya, akhlak manusia kepada Tuhan itu adalah bahwa hendaknya manusia itu:
a. Beriman Kepada Allah SWT Beriman kepada Allah, artinya mengakui, mempercayai/meyakini bahwa Allah itu ada, dan bersifat dengan segala sifat yang baik dan maha suci dari segala sifat yang buruk. Seperti di ketahui, bahwa di
50 Ibid, hlm: 136
alam ini ada satu kekuatan tersembunyi yang menggerakkan dan mengatur seluruh ihwal alam. Kekuatan tersembunyi itu bagi alam seperti halnya kemauan kita di dalam diri kita. Dialah yang menjadi sebab ada dan berlangsungnya seluruh kehidupan di alam ini dengan baik, meliputi kehidupan manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, udara, bumi dan benda-benda lainnya.
b. Beriman/mengabdi Kepada-Nya Dengan Tulus Ikhlas 51
Iman kepada Allah, tidak cukup hanya sekedar mempercayai akan adanya Allah saja, sekaligus juga harus diikuti dengan beribadah atau mengabdi kepada Allah dalam kehidupan sehari-hari, yang realisasi/manifestasinya berupa: diamalkannya segala perintah Allah dan di jauhinya segala larangan Allah. Dan semuanya ini dikerjakan dengan tulus ikhlas, semata-mata hanya karena Allah. Selain itu perlu diingat pula, bahwa tujuan di ciptakannya iman oleh Tuhan ialah untuk beribadah. Beberapa hal yang termasuk kedalam pengertian-pengertian ibadah itu, yang tergolong adalah: tidak mempersekutukan Allah dengan apapun juga, takut kepada Allah, cinta kepada Allah, bertaubat kepada Allah dan lain sebagainya.
51 Humaidi Tatapangarsa, Akhlak Yang Mula (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1980), hlm.20
2. Akhlak Manusia Kepada Sesama Manusia Allah menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar mereka saling kenal mengenal dan tidak bermusuhan. Dalam agama Islam segala sesuatu itu ada aturannya, baik terhadap penciptanya, terhadap diri sendiri, sesama manusia maupun terhadap sesama lingkungan hidup. Dalam hal ini yang menjadi sentral adalah manusia, karena manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari pertolongan dan keikutsertaan orang lain. Untuk itu Allah memberi aturan bagaimana hidup sesama orang lain diantaranya adalah yang muda menghormati yang lebih tua, yang tua menyayangi yang muda, menyayangi sesama dan lain-lain.
Selain itu Allah juga memerintahkan kita supaya berbuat baik terhadap kedua orang tua, kerabat, karib, sanak, anak yatim, tetangga, orang miskin, teman sejawat, dan hamba sahaya.
3. Akhlak Manusia Kepada Lingkungan Sesama makhluk Allah mengambil tempat, waktu dan lingkungan alam sekitarnya lebih-lebih makhluk hidup. Untuk mempertahankan hidupnya ia sangat bergantung pada alam sekitarnya. Makhluk hidup di sini dapat di golongkan pada tumbuh-tumbuhan, binatang serta manusia itu sendiri, manusia tidak hanya bergantung pada makhluk hidup satu tetapi ia tetap bergantung dan membutuhkan dengan benda mati. Lingkungan hidup tidak saja hanya mendukung kehidupan dan kesejahteraan manusia itu saja, tetapi juga makhluk hidup yang lain. Oleh
karena itu, lingkungan harus tetap kita jaga kelestariannya, sehingga secara berkesinambungan tetap dalam fungsinya yaitu mendukung kehidupan. Akhlak kepada lingkungan hidup dapat diwujudkan dalam bentuk perbuatan ikhsan, yaitu dengan menjaga kelestarian dan keserasiannya serta tidak merusak lingkungan hidup tersebut. Usaha-usaha pembangunan yang dilakukan juga harus memperhatikan masalah kelestarian hidup. Jika kelestarian terancam maka kesejahteraan hidup manusia terancam pula.
Membuat kerusakan didaratan, di laut maupun di udara adalah perbuatan secara moral kemanusiaan dapat membahayakan kehidupan manusia disamping perbuatan terlarang dalam agama. Demikianlah keterangan diatas bahwa merusak, memusnahkan binatang dan segala perbuatan yang merusak lingkungan hidup merupakan larangan agama. Begitu juga sebaliknya kita harus mempunyai perasaan belas kasih untuk berbuat baik kepada sesama makhluk Allah SWT dan kita harus menjaga kelestariannya.
4. Macam-Macam Akhlak Akhlak itu terbagi menjadi dua macam diantaranya: 1. Akhlak Mahmudah Yaitu akhlak yang baik, yang berupa semua akhlak yang baik-baik yang harus di anut dan dimiliki oleh setiap orang. 52 Dalam pembahasan ini ada banyak sekali macam dan jenis dari akhlak mahmudah, dari sekian banyak macam akhlak mahmudah, disini akan di bahas beberapa macam saja, diantaranya: a. Amanah Pada umumnya orang awam mengartikan amanat dalam arti sempit adalah menjaga baranga titipan, padahal amanat menurut pandangan Islam mempunyai arti yang lebih besar dan lebih berat. Amanat adalah suatu kewajiban yang harus di jaga oleh orang-orang Islam serta mereka meminta pertolongan kepada Allah agar bisa menjaga amanat tersebut.
52 Ibid, hlm. 147
b. Adil (adalah) Adil yaitu merupakan suatu tindakan menyampaikan hak kepada yang memilikinya dari berbagai jalan yang paling dekat. Sifat adil ada dua dua macam, yaitu: adil yang berhubungan dengan masyarakat/ pemerintah, dan adil yang berhubungan dengan perorangan. c. Syajaah (berani) Adalah suatu sifat yang telah membela dan mempertahankan tindakan-tindakan yang dapat menimbulkan kemuliaan diri, kearah sifat keutamaan yang tinggi/terpuji, berkorban dan memberi, menahan perasaan marah/menekan nafsu angkara. d. Hemat (hidup sederhana) Hemat adalah merupakan bagian yang terletak antara kikir dan loba (pemborosan). Yang di maksud dengan hemat yaitu menggunakan segala sesuatu yang tersedia baik berupa benda maupun tenaga dan lain-lain menurut keperluan dan tidak berlebihan. Hidup sederhana adalah hidup yang wajar yang terletak diantara hidup yang serba kekurangan dan hidup yang serba kekurangan dan hidup yang mewah, dengan kata lain hidup secara bersahaja/seimbang. e. Ikhlas Arti ikhlas adalah murni/bersih, tidak ada campuran. Maksud dari bersih disini adalah bersihnya sesuatu pekerjaan dari campuran motif- motif yang selain Allah. Jadi sesuatu pekerjaan di katakan ikhlas, kalau pekerjaan yang di lakukan semata-mata karena Allah saja, mengharap ridha-Nya dan pahala-Nya.
2. Akhlak Mazmumah Yaitu akhlak yang buruk yang harus di hindari dan di jauhi oleh setiap orang. Seperti halnya akhlak yang terpuji, akhlak yang tercela banyak jumlahnya dan bermacam-macam wujudnya, tetapi dari akhlak tercela yang banyak itu yang di bicarakan dalam hal ini hanya beberapa saja, yaitu: a. Takabbur Takabbur adalah merasa atau mengaku diri besar, tinggi, atau mulia, melebihi orang lain.Pendek kata merasa diri serba hebat, super. Sesuai dengan makna ini, maka orng yang takabbur selalu menganggap dirinya lebih, sedang orang lain di pandang serba rendah. 53
b. Bakhil Bakhil artinya kikir, orang kikir adalah orang yang sangat hemat dengan apa yang menjadi miliknya, tetapi hematnya bersangatan, sehingga sangat berat dan sukar baginya mengurangi sebagian dari apa yang dimilkinya itu untuk di berikan kepada orang lain. c. Riya Adalah suatu perbuatan yang di lakukan secara terang-terangan agar nampak oleh orang lain. Riya itu hukumnya haram, orang yang melakukannya amat di benci dan di murkai oleh Allah SWT. d. Zina Zina adalah masuknya penis ke dalam vagina bukan haknya sendiri (bukan isteri) dan tidak ada unsur syubhat (keserupaan atau kekeliruan). 54
5 . Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terbentuknya Akhlak Akhlak mempunyai lapangan yang amat luas karena berkaitan dengan perbuatan dan tingkah laku manusia yang setiap perbuatan dan sikapnya akan masuk dalam bagiannya. Manusia dalam hidupnya tidak akan terlepas dengan aktifitas bersama masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak antara lain: 1. Faktor dari luar dirinya secara langsung/tidak langsung merupakan salah satu unsur yang membentuk mentalnya, diantaranya: a. Keturunan (Alwaratsah) b. Lingkungan (Al- bi-ah) c. Rumah tangga d. Sekolah e. Pergaulan (Ash- shaduqoh) f. Penguasa (Al Mulk) 2. Faktor dari dalam dirinya seperti pengalaman-pengalaman yang datang dari luar juga unsur-unsur yang telah ada didalam dirinya turut membentuk mentalnya, diantaranya yaitu: a. Instink dan akalnya. b. Adat c. Kepercayaan d. Keinginan-keinginan e. Hawa nafsu f. Hati nurani
Semua faktor-faktor tersebut menggabung menjadi satu turut membentuk mental seseorang. Mana yang lebih kuat, lebih banyak memberi contoh pada mentalnya. Umpamanya antara faktor keturunan yang mewarnai mentalnya sebagai pembawaan sejak lahir, dengan pendidikan dan pergaulan yang apabila berbeda coraknya, maka yang lebih kuat akan lebih memberi corak pada mental seseorang tersebut. Tentu saja untuk pembentukan mental yang baik agar si insan mempunyai akhlak yang mulia, tidak dapat digarap hanya satu faktor saja, melainkan harus dari segala jurusan, dari mana sumber-sumber akhlak itu datang.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, karena datanya akan dipaparkan secara analisis deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan gejala secara menyeluruh sesuai dengan konteks melalui pengumpulan data dari latar belakang alami dengan memanfaatkan peneliti sebagai instrumen kuat. 55
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian deskritif merupakan penelitian terhadap fenomena atau populasi tertentu untuk menjelaskan aspek-aspek yang relevan dengan fenomena atau masalah yang ada. Pada umumnya, penelitian deskriptif tidak menggunakan hipotesis (non hipotesis) sehingga dalam penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis. 56
Dalam hal ini pelaksanaan penelitian dan kajiannya didasarkan pada proses pencarian data secara lengkap. Untuk selanjutnya data tersebut disajikan secara deskriptif dalam bentuk kata-kata.
B. Kehadiran Peneliti Sesuai dengan jenis penelitian, yaitu penelitian deskriptif, maka kehadiran peneliti ditempat penelitian sangat diperlukan sebagai instrumen utama. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai perencana, pemberi tindakan, pengumpul data, penganalisis data, dan sebagai pelapor hasil penelitian. Peneliti di lokasi juga sebagai pengamat penuh. Di samping itu kehadiran peneliti diketahui statusnya sebagai peneliti oleh Kepala Madrasah Tsanawiyah Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun. Adapun kegiatan peneliti dapat diperinci sebagai berikut: 1. Observasi awal (pengajuan surat pengantar dari fakultas ke kepala sekolah) 2. Mengadakan interview (wawancara) dengan responden yang menjadi sumber data. 3. Pengambilan data observasi dan dokumentasi 4. Permohonan surat keterangan telah menyelesaikan penelitian.
C. Lokasi Penelitian Peneliti mengambil lokasi penelitian ini di Madrasah Tsanawiyah Al Istiqomah, yang terletak di Jl. Raya Dungus Wungu Madiun, letaknya cukup strategis berada di jalur angkutan kota, ini akan mempermudah Madrasah Tsanawiyah Al Istiqomah dalam mengembangkan diri.
D. Sumber Data Data merupakan hal yang sangat penting untuk menguak suatu permasalahan dan data diperlukan untuk menjawab masalah penelitian atau mengisi hipotesis yang sudah dirumuskan. Data adalah hasil pencatatan penelitian baik berupa fakta maupun angka. Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data untuk suatu keperluan. 57 Sedangkan sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh. 58 Adapun jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang bersumber dari informan secara langsung berkenaan dengan masalah yang diteliti. Seperti dikatakan Moleong, bahwa kata- kata atau ucapan lisan dan perilaku manusia merupakan data utama dan data primer dalam suatu penelitian. 59 Adapun data primer dalam penelitian ini adalah guru pendidikan agama Islam. Sedangkan subjek penelitiannya antara lain: 1. Guru Pendidikan Agama Islam Bidang Studi Aqidah Akhlak 2. Guru Pendidikan Agama Islam Bidang Studi Sejarah Kebudayaan Islam 3. Guru Pendidikan Agama Islam Bidang Studi Quran Hadits Data kedua adalah data sekunder, yaitu data yang di maksudkan untuk melengkapi data primer dari kegiatan penelitian. Data sekunder berasal dari dokumen-dokumen berupa catatan-catatan. Moleong menjelaskan tentang sumber data yang penting lainnya adalah berbagai sumber tertulis seperti buku, disertasi, buku riwayat hidup, jurnal, dokumen-dokumen, arsip-asip, evaluasi, buku harian
dan lain-lain. Selain itu foto dan data statistik juga termasuk sebagai sumber data tambahan. 60
Sedangkan yang termasuk data sekunder dalam penelitian ini adalah, dokumenter, berupa informasi dari arsip-arsip seperti: profil Madrasah Tsanawiyah Al Istiqomah, serta dokumen-dokumen lain yang terkait dengan penelitian ini dan kepustakaan, yang berupa buku-buku ataupun artikel-artikel yang ada kaitannya dengan penelitian ini.
E. Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang valid pada suatu penelitian, maka teknik pengumpulan data sangat membantu dan menentukan kualitas dari penelitian dengan kecermatan memilih dan menyusun. Teknik pengumpulan data ini akan memungkinkan dicapainya pemecahan masalah yang valid. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut: 1. Metode Observasi Observasi adalah pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh indera, yaitu : penglihatan, peraba, penciuman, pendengaran, pengecapan. 61 Dengan demikian pengamatan atau observasi dapat dilakukan secara langsung dan sistematik tehadap gejala yang tampak pada objek penelitian untuk memperoleh data tentang permasalahan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian yang dilaksanakan. Dengan kata lain, peneliti terjun langsung ke lapangan yang akan diteliti, tujuannya agar dapat terdapat gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.
Menurut Sutrisno Hadi, observasi adalah suatu teknik yang di gunakan melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang di selidiki. 62
Penulis menggunakan metode ini untuk mengamati secara langsung di lapangan, terutama tentang: a. Kondisi fisik dan non fisik Madrasah Tsanawiyah Al Istiqomah b. Pembinaan akhlak siswa di Madrasah Tsanawiyah Al Istiqomah c. Fasilitas dan sarana pendidikan yang ada. 2. Metode Dokumentasi Suharsimi Arikunto, menjelaskan bahwa metode dokumentasi adalah metode mencari data mengenai hal-hal yang variabelnya berupa catatan-catatan harian, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, dokumen, agenda, legger dan sebagainya. 63 Dari rujukan diatas, teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menganalisa data-data tertulis seperti: arsip- arsip, catatan-catatan administrasi yang berhubungan dengan penelitian. Penulis menggunakan metode ini untuk memperoleh data tentang: a. Profil di Madrasah Tsanawiyah Al Istiqomah b. Struktur organisasi c. Tata tertib siswa d. Jumlah guru dan karyawan e. Jumlah seluruh siswa f. Jenis sarana dan prasarana yang ada
62 Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid II (Yogyakarta: Andi Offset, 1998), hlm. 136 63 Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 236
3. Metode Interview Metode interview adalah metode pengumpulan data dengan wawancara atau kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer). 64
Lexy J. Moleong, menjelaskan wawancara (interview) merupakan percakapan-percakapan dengan maksud tertentu, percakapan ini dilaksanakan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dengan yang diwawancari memberikan jawaban atas pertanyaan itu. 65
Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan strategi guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa kelas IX di MTs Al Istiqomah. Adapun sumber informasi (informan) adalah kepala sekolah, wakamad bidang kurikulum, wakamad bidang kesiswaan dan guru pendidikan agama Islam.
F. Analisa Data Analisa data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat di rumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. 66
Pengelola data atau analisa data merupakan tahap penting dan menentukan, karena pada tahap ini data di kerjakan dan di manfaatkan sedemikian
rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang di inginkan dalam penelitian. Dalam menganalisa data ini, penulis menggunakan teknik analisa deskriptif kualitatif, didalam teknik penulis gunakan untuk menggambarkan, menuturkan, melukiskan serta menggunakan data yang bersifat kualitatif yang telah peneliti peroleh dari pengumpulan data.
G. Pengecekan Keabsahan Data Selain menganalisis data, peneliti juga harus menguji keabsahan data agar memperoleh data yang valid. Umtuk menetapkan keabsahan data tersebut diperlukan teknik pemeriksaan. Adapun teknik yang digunakan dalam pemeriksaan keabsahan data adalah sebagai berikut: a. Observasi yang di perdalam Dalam penelitian ini, memperdalam observasi dimaksudkan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Hal ini berarti peneliti hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. Kemudian menelaah kembali secara rinci sampai pada suatu titik sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa. Untuk keperluan itu teknik ini menuntut agar peneliti mampu menguraikan secara rinci bagaimana proses penemuan secara tentatif dan penelaahan secara terperinci tersebut dapat dilakukan.
b. Trianggulasi Yang di maksud trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data lain itu, tekniknya dengan pemeriksaan sumber data lainnya. 67
H. Tahap-Tahap Penelitian a. Tahap pra lapangan 1. Memilih lapangan, dengan pertimbangan bahwa Madrasah Tsanawiyah Al Istiqomah adalah salah satu Madrasah yang banyak mendapatkan dukungan dan motivasi dari lingkungan sekitar. 2. Mengurus perizinan, secara formal (ke pihak sekolah) 3. Melakukan penjajakan lapang dalam rangka penyesuaian dengan Madrasah Tsanawiyah Al Istiqomah selaku objek penelitian. b. Tahap pekerjaan lapangan 1. Mengadakan observasi langsung ke Madrasah Tsanawiyah Al Istiqomah, terhadap strategi guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa dengan melibatkan beberapa informan untuk memperoleh data.
67 Ibid, hlm. 178
2. Memasuki lapangan dengan mengamati berbagai fenomena proses pembelajaran dan wawancara dengan beberapa pihak yang bersangkutan. c. Penyusunanan laporan penelitian berdasarkan hasil data yang diperoleh. 68
68 Lexy J. Moleong, op.cit., hlm. 85-103
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Latar Belakang Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun
Sebelum Yayasan Pesantren Al Istiqomah Dungus lahir, di komplek masjid Dungus telah ada lembaga pendidikan yang berupa: i. Pondok Pesantren ii. Madrasah Diniyah Awaliyah iii. Madrasah Tsanawiyah Ketiga lembaga pendidikan tersebut didirikan oleh pengurus tamir masjid Dungus, yang dibantu oleh beberapa orang diluar tamir masjid. Pengurus yang mengelola ketiga pendidikan tersebut membentuk suatu Yayasan Pendidikan Islam Ramadhani. Yayasan tersebut belum secara resmi diakui oleh pemerintah, sebab belum mempunyai akta notaris. Bertolak dari kenyataan yang ada dan didorong oleh suatu keinginan untuk lebih maju, dibidang pengembangan dawah Islamiyah, maka pada tanggal 23 Juni 1985, telah diadakan musyawarah yang menghasilkan kesepakatan untuk mendirikan suatu yayasan yang secara resmi dengan akta notaris, dengan nama YAYASAN PESANTREN AL ISTIQOMAH. Kesepakatan tersebut dicetuskan oleh: a. Bp. KH. Ali Hamidi b. Bp.KH. Abdul Kholiq c. Bp. KH. Muhbib Muthohar d. Bp.Thoha Bakri
e. Bp. Harijono f. Bp. M. Niran g. Bp. Adi Soetrisno h. Bp. Aminin i. Bp. Ilyas Shidiq j. Bp. Achmad Zaini k. Bp. Badrul Munir l. Bp. Moh. Muharom m. Bp. Abdur Rohim Suprayitno n. Bp. Komarudin Siroj o. Bp. Syaichudin p. Bp.Drs. Muaddib Aminar, AR q. Bp. Drs. Ridwan Cholil r. Bp. Shodiq Abdul Kholiq Pada awal tahun 1969 di bentuk panitia pembangunan madrasah, yang pembangunannya terletak disebelah selatan masjid Dungus, Kelurahan Wungu. Rencana pembangunan gedung tersebut terdiri dari tiga lokal ruang belajar, yang dalam pelaksanaannya hanya dapat mencapai 60% hingga tahun 1982, melihat kondisi gedung yang tidak terselesaikan tersebut semakin rapuh, maka pada awal tahun 1982, timbulah gagasan untuk menyelesaikannya, sehingga dibentuk panitia pembangunan oleh tamir masjid. Dari pembentukan panitia yang terdiri dari tamir masjid Dungus tersebut berhasil menyelesaikan bangunan gedung madrasah yang telah lama terbengkalai dengan mendapatkan bantuan dari pemerintah. Setelah bangunan tersebut pada
bulan April 1983 dapat terselesaikan, maka timbulah suatu rencana untuk memanfaatkan bangunan tersebut sesuai dengan rencana semula yaitu untuk mendirikan Madrasah Tsanawiyah. Setelah dikaji lebih lanjut memang memungkinkan untuk didirikan Madrasah Tsanawiyah, karena disekitar lokasi ini, terdapat beberapa sekolah dasar dan juga satu Madrasah Ibtidaiyah, dan Madrasah Tsanawiyah ini sesungguhnya telah lama didambakan oleh masyarakat Dungus. Berpijak dari kenyataan tersebut panitia pembangunan mulai mengadakan persiapan-persiapan yang menyangkut masalah teknis pelaksanaan pendidikan. Persiapan-persiapan ini di mulai pada bulan Mei 1983 dan pada bulan Juli di mulai pendaftaran siswa baru. Dalam pendaftaran penerimaan siswa baru untuk tahun pertama kali ini ternyata mendapatkan calon siswa sejumlah 87 anak, dengan modal tekad dan semangat mulailah berputar roda kehidupan Madrasah Tsanawiyah Dungus dengan melewati jalan yang penuh rintangan dan tantangan. Banyak sekali tantangan yang dihadapi oleh Madrasah Tsanawiyah ini, mulai dari kesulitan untuk pembiayaan, kurangnya ruang untuk belajar, kurang adanya sarana prasarana untuk fasilitas belajar dan masih banyak lagi. Dari berbagai bentuk tantangan dan rintangan dalam perjalanan selama 3 tahun, maka pada tahun ajaran 1985/1986 Madrasah Tsanawiyah Dungus telah berhasil menamatkan putra pertama sejumlah 83 siswa. Dengan hasil pertama yang tidak terlalu mengecewakan ini pada tahun ajaran 1986/1987 mendapatkan siswa baru sejumlah 118 anak. 69
69 Sumber Data: Dokumentasi MTs Al-Istiqomah Dungus Wungu Madiun,Tahun: 1986
2. Visi, Misi, dan Tujuan Madrasah Tsanawiyah Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun Sebagai lembaga pendidikan pada tingkat menengah pertama yang sudah cukup lama MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun mempunyai visi, misi dan tujuan adalah sebagai berikut: i. Visi Unggul dalam prestasi, terampil dalam imtaq dan iptek serta berakhlakul karimah dan cinta tanah air Dengan indikator-indikator sebagai berikut : a. Unggul dalam Pembinaan Keagamaan Islam b. Unggul dalam Peningkatan Prestasi UNAS c. Unggul dalam Prestasi Bahasa Arab d. Unggul dalam Prestasi Bahasa Inggris e. Unggul dalam Prestasi Olahraga f. Unggul dalam Prestasi Kesenian g. Memiliki Lingkungan Madrasah yang Nyaman dan Kondusif Untuk Belajar h. Mendapatkan Kepercayaan dari Masyarakat. ii. Misi a. Mengoptimalkan pendidikan keagamaan dan akhlakul karimah. b. Melaksanakan proses belajar mengajar yang kreatif dan inovatif. c. Membimbing dan mengantisipasi siswa untuk mendalami ketrampilan keagamaan dan ketrampilan teknik.
d. Membiasakan penerapan ketrampilan keagamaan dan akhlakul karimah e. Menanamkan rasa cinta tanah air. 3. Tujuan Madrasah Pendidikan dasar berciri khas agama Islam yang diselenggaraakan pada Madrasah Tsanawiyah (MTs) bertujuan : Jangka Pendek a. Pada tahun 2008 terjadi peningkatan kualitas sikap dan amaliah keagamaan Islam warga madrasah dari pada sebelumnya. b. Pada tahun 2008 terjadi peningkatan kepedulian warga madrasah terhadap kebersihan dan keindahan lingkungan madrasah daripada sebelumya. c. Pada tahun pelajaran 2007/2008, terjadi peningkatan kualitas dan kuantitas sarana/prasarana dan fasilitas yang mendukung peningkatan prestasi akademik dan non akademik d. Pada tahun 2007/2008, terjadi peningkatan skor UN minimal rata rata +1,5 dari standar nasional. Jangka Menengah a. Pada tahun 2009, para siswa yang memiliki minat, bakat dan kemampuan terhadap Bahasa Arab dan Inggris semakin meningkat dari sebelumnya, dan mampu menjadi MC dan berpidato dengan 2 bahasa tersebut. b. Pada tahun 2010, memiliki tim olahraga minimal 3 cabang yang mampu menjadi finalis tingkat Kabupaten.
c. Pada tahun 2010, memiliki tim kesenian yang mampu tampil minimal pada acara setingkat Kabupaten/Kota. Jangka Panjang
Pada tahun 2012 mampu menjadi madrasah yang memenuhi Standar Nasional Pendidikan Dengan Visi, Misi, dan Tujuan diatas, MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun memiliki cita-cita yang mulia, selain siswa diarahkan pada penguasaan ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum siswa juga di jadikan insan yang berbudi pekerti yang baik dan berakhlak mulia. Visi, Misi, dan Tujuan MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun merupakan langkah awal dalam pelaksanaan pembinaan akhlak kariamah siswa. Tiga hal tersebut menjadi hal pokok yang dijadikan sebagai arah dan ukuran bagi keberhasilan MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun dalam membina dan membentuk kepribadian serta akhlakul karimah siswa.
3. Struktur Organisasi MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun Pengurus Madrasah : Drs. H.M Shodiq Kepala Madarasah : Drs. Damanhuri Wakamad Kurikulum : Fariani Takarina, S.Pd Wakamad Kesiswaan : Kusnaini, S.Ag Koordinator Kegiatan : Masrukin, S.Ag Wali kelas VII A : Siti Rohmatin, S. Ag Wali kelas VII B : Sundari, S.Pd Wali kelas VII C : Erni Widyawati, S.Pd
Wali kelas VIII A : Mindarti,S.Pd Wali kelas VIII B : Agustin Rivia Andriani, S.Pd Wali kelas VIII C : Anas Purwahjudi Wali kelas IX A : Eka Neni Triyana, S.Ag Wali kelas IX B : Adib Akhsani, S.Pd.I Wali kelas IX C : Hanik Muzayanah, S.Pd
4. Keadaan Guru Dan Karyawan Salah satu syarat mutlak dalam proses belajar mengajar di suatu lembaga pendidikan yaitu guru dan para pendukung pelaksana (karyawan). Adapun pegawai yang bertugas di MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun berjumlah 23 orang, dengan perincian pegawai putra 7 orang, pegawai putri 16 orang. Yang terdiri dari: 1 Kepala Madrasah, 17 Guru Tetap, 5 Tenaga Administrasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
TABEL 1 DATA KEADAAN GURU DAN KARYAWAN MTs AL ISTIQOMAH DUNGUS WUNGU MADIUN TAHUN AJARAN 2007/2008 NO NAMA JABATAN BIDANG STUDI 1 Drs. Damanhuri KepalaMadrasah - 2 EndangWidiyati,S.Pd Guru Bahasa Indonesia 3 Nuryanti,S.S.Pd Guru BP/BK 4 FarianiTakarina,S.Pd WakaKurikulum Matematika 5 Kusnaini,S.Ag WakaKesiswaan Bahasa Arab 6 Mindarti,S.Pd Wali KelasVIIIA Bhs.Indonesia&SeniBudaya 7 Anas Purwahjudi Wali KelasVIIIC IPS 8 Wiwik Sri L, S.Pd Guru Matematika& IPA 9 Eka Neni T, S.Ag Wali Kelas IX A Aqidah Akhlak & fiqih 10 Agustin Rivia A,S.Pd Wali KelasVIIIB Bahasa Inggris 11 Siti Rohmatin,S.Ag Wali Kelas VIIA SKI&PengembanganDiri 12 Ari Sihutami,S.Pd Guru IPS&Bhs. Daerah 13 Erni Widiyawati,S.Pd Wali Kelas VIIC Bhs.Indonesia&SeniBudaya 14 Masrukin,S.Ag Koord. Kegiatan Quran Hadits& TIK 15 Adib Akhsani,S. PdI Wali Kelas IXB QuranHadits& Penjaskes 16 Hanik M, S.Pd Wali Kelas IXC Pengembangan Diri&IPA
17 Feriany H, S.Pd Guru Bhs.Inggris&Bhs Daerah 18 Sundari S.Pd Wali Kelas VIIB PendidikanKewarganegaraan 19 Yudiriyanto Perpustakaan _ 20 Nurhayati Tata Usaha _ 21 Tuti Mubarokah Tata Usaha _ 22 Umi fatmawati Koperasi _ 23 Nyono Tata Usaha _ Sumber : Dokumentasi Data Guru MTs Al-Istiqomah Dungus Wungu Madiun Tahun Ajaran 2007/2008
5. Keadaan Siswa Siswa adalah obyek yang menerima pelajaran di Madrasah sangat menentukan dalam proses belajar mengajar. Adapun jumlah siswa di MTs Al Istiqomah adalah 250 orang dengan rincian sebagai berikut: Kelas VII berjumlah 82 orang, Kelas VIII berjumlah 90 orang, Kelas IX berjumlah 87 orang. Untuk lebih jelasnya lihat tabel di bawah ini:
TABEL II DATA KEADAAN SISWA-SISWI MTs AL ISTIQOMAH DUNGUS WUNGU MADIUN TAHUN 2007/2008 Jumlah Tingkat Kelas Paralel L P Jumlah VII A B C 17 16 14 10 12 13
Jumlah 47 35 82 VIII A B C 13 12 18 16 19 12
Jumlah 43 47 90 IX A B C 15 14 10 14 10 15
Jumlah 39 39 78 Jumlah seluruhnya 129 121 250 Sumber: Dokumentasi Data Siswa MTs Al-Istiqomah Dungus Wungu Madiun Tahun Ajaran 2007-2008 6. Keadaan Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan pendidikan yang berada di MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun terdiri dari ruang kelas dan ruang aktivitas lainnya.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
TABEL III DATA KEADAAN SARANA DAN PRASARANA MTs AL ISTIQOMAH DUNGUS WUNGU MADIUN TAHUN 2007-2008 1. Ruangan Pemanfaatan Ruang Kondisi No Jenis Ruang Jumlah Ruang Luas m 2
Dipakai Tida k Barang Baik RR R B 1 R. Kelas 9 504 9 - - 7 2 - 2 R. Perpustakaan 1 56 1 - - 1 - - 3 R. Serbaguna 1 - - - - - - - 4 R. Tata Usaha 1 49 1 - - 1 - - 5 R. Kepala Sekolah 1 21 1 - - 1 - - 6 R. Guru 1 28 1 - - 1 - - 7 R. BP / BK 1 12 1 - - 1 - - 8 R. UKS / OSIS 1 5 1 - - 1 - 1 9 R. Lab IPA - - - - - - - - 10 R. Kantin / Kop 1 6 1 - - - - 1 11 R. Ibadah 1 289 1 - - 1 - - 12 R. Ketr / Kesenian - - - - - - - - 13 R. Dinas Kepsek - - - - - - - - 14 R. Penjaga - - - - - - - - 15 Mess Guru - - - - - - - - 16 Mess Murid - - - - - - - - 17 KM / WC Guru 1 4 1 - - - - - 18 KM / WC Murid 4 12 4 - - 4 - - 19 Gudang 1 20 1 - - 1 - - 20 Bangsai Kendaraan 1 50 1 - - - - - Daftar Kebutuhan 1. Laboratorium IPA 1 Ruang 2. Ketrampilan / Kesenian 1 Ruang
2. Infrastruktur Kondisi No Infrastruktur Jml Kuran g Berlebih Tidak Permanen Baik RR RB 1 Pagar Depan 50m 2 - - - - 50m 2 - 2 Pagar Samping 50m 2 - - - - 50m 2 - 3 Pagar Belakang 50m 2 50m 2 - - - - - 4 Tembok Penahan - - - - - - - 5 Tiang Bendera 1 - - - - - - 6 Resevoir / menara air 3 m 3 3m 3 - - - - - 7 Bak sampah permanen - - - - - - - 8 Saluran primer 50m 2 - - - - - - 9 Saluran keliling 70m 2 - - - - - - 10 Gorang gorang - - - - - - - 11 Tempat parkir 40m 2 - - - - - - 12 Jalan masuk 30m 2 - - - - - - 13 Selasar Penghub Tertutup - - - - - - - 14 Selasar Penghubung 50m 2 - - - - - - 15 Lapangan Upacara 1000m 2
- - - - - - 16 Lapangan olah raga 1400m - - - - - - Daftar Kebutuhan Infrastruktur 1. Lapangan Basket
3. Perabot Kondisi N o Perabotan Untuk Jumlah ( set ) Kuran g Berlebih Baik RR RB Ket. 1 R. Kelas 180 - - 36 - 144 - 2 R. Perpustakaan 20 - - 5 - 15 - 3 R. Serbaguna - - - - - - - 4 R. Tata Usaha 6 - - 3 3 - - 5 R. Kep. Sek 3 - - 2 1 - - 6 R. Guru 14 - - 10 4 - - 7 R. BP / BK - - - - - - - 8 R. UKS 4 - - 2 1 1 - 9 R. Kantin - - - - - - - 10 R. Ibadah 6 - - 4 2 - - 11 R. Dinas Kamad - - - - - - - 12 R. Penjaga - - - - - - - 13 Mess Guru - - - - - - - 14 Mess Murid - - - - - - - Daftar Kebutuhan Perabotan 1. Sound Sistem - buah 4. Lap Top 1 buah 2. Mimbar - buah 5. LCD 1 buah 3. Komputer 11 buah 6. .. buah
4. Sanitasi dan Air Bersih Kondisi Pemanfaatan No Ruang fasilitas Jumlah Ruang Jumlah m 2 Baik RR RB Dipaka i Tida k Ket. 1. WC Siswa Putra 2 6 - 2 - 2 - 2. WC Siswa Putri 2 6 - 2 - 2 - 3. WC Guru 1 3 1 - - 1 - Sumber: Dokumentasi Daftar Inventaris MTs Al-Istiqomah Dungus Wungu Madiun Tahun Ajaran 2007-2008
B. Paparan Data Hasil Penelitian
Sesuai dengan hasil penelitian yang dilaksanakan, peneliti memperoleh data tentang bagaimana strategi guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa kelas IX di MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun. Pada penelitian ini penulis menggunakan metode wawancara/interview dan dokumentasi. Adapun data-data yang penulis peroleh dari MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun mengenai strategi guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa kelas IX adalah sebagai berikut:
1. Metode Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Akhlak Siswa MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun Guru pendidikan agama Islam harus mempunyai metode dalam pembinaan akhlak siswa, karena dengan metode dapat menghasilkan tujuan yang diinginkan dalam dunia pendidikan. Dalam dunia pendidikan semua mengetahui bahwa tugas guru pendidikan agama Islam bukan hanya mengajar dan memberi ilmu pengetahuan saja kepada
peserta didik tetapi lebih dari itu, yakni membina akhlak siswa sehingga terciptalah kepribadian yang berakhlak karimah. Pada penelitian ini, penulis dalam mengumpulkan data menggunakan sample penelitian yaitu beberapa guru bidang studi pendidikan agama Islam, antara lain a. Guru Pendidikan Agama Islam Bidang Aqidah Akhlak Berdasarkan hasil wawacara dengan Ibu Eka Neni Triyana, S.Ag selaku guru pendidikan agama Islam bidang studi Aqidah Akhlak, beliau menjelaskan bahwa: 70
Akhlak siswa yang di kembangkan disini, diantaranya: yang pertama tentang sholat berjamaah, dan yang kedua tentang tingkah laku siswa bagaimana siswa itu bisa menjadi baik, dengan apabila ia melanggar ketentuan-ketentuan akhlak yang tidak sesuai itu ada sanksinya atau hukumannya Tujuan dari pembinaan akhlak disini membentuk manusia yang berakhlak karimah serta dapat menerapkan ilmunya di masyarakat Untuk program pembinaan akhlak dalam hal memaksimalkan, saya kira tergantung dari siswa sendiri, karena siswa disini sifatnya heterogen, ada dari kalangan lingkungan yang baik dan dari lingkungan yang kurang baik, untuk cara menangani siswa yang melanggar, pertama selain diserahkan ke guru akhlak juga diserahkan ke guru BP/kesiswaannya, contohnya: kemarin ada siswa ketika masuk dia tidak masuk malah minum-minuman keras, cara penanganannya yaitu: yang pertama anaknya di panggil dan di bawa kesini dulu, kemudian orang tuanya dipanggil diberi sanksi, apabila sudah di beri sanksi masih melanggar, maka ia dikeluarkan kalau sudah tidak bisa dibina disini
Dari hasil wawancara dengan Ibu Eka Neni Triyana, S.Ag, dapat penulis simpulkan bahwa, strategi yang beliau lakukan khususnya dalam pembinaan akhlak yaitu: dengan memberikan sanksi atau hukuman kepada siswa yang melanggar ataupun siswa yang kurang baik akhlaknya yang mana sanksi atau hukuman tersebut bersifat mendidik siswa, baik berupa teguran, nasehat ataupun peringatan, selain itu beliau juga menambahkan untuk tujuan pembinaan akhlak
70 Wawancara dengan Ibu Eka Neni Triyana, S.Ag (Selaku Guru Bidang Studi Aqidah Akhlak di MTs Al-Istiqomah), pada tanggal 11 september 2007
disini yaitu: membentuk manusia yang berakhlak karimah, serta dapat menerapkan ilmunya dimasyarakat, hal ini dapat penulis simpulkan bahwa tujuan dari pembinaan akhlak yang terpenting adalah menciptakan pribadi yang mempunyai jiwa dan nurani yang baik dan suci pada masing-masing siswa, serta dengan mendapatkan ilmu yang diperolehnya dapat memahami, menghayati yang pada akhirnya dapat mengaplikasikan pada lingkungan masyarakatnya.
b. Guru Pendidikan Agama Islam Bidang Sejarah Kebudayaan Islam Selain penulis mewawancarai guru pendidikan agama Islam bidang Aqidah akhlak tentang metode yang digunakan dalam pembinaan akhlak siswa di MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun, penulis juga mewawancarai guru pendidikan agama Islam bidang Sejarah Kebudayaan Islam yaitu: Ibu Siti Rohmatin, S.Ag Berdasarkan dari hasil wawancara dengan Ibu Siti Rohmatin, beliau menjelaskan bahwa: 71
Ketika proses belajar mengajar di kelas berlangsung, khususnya pelajaran SKI, kaitannya dengan pembinaan akhlak, kita mengajarkan bagaimana memberi contoh-contoh yang baik, hal itu bisa dilihat dari sejarah Islam, kisah- kisah,cerita-cerita yang berhubungan dengan akhlak-akhlak terpuji Diluar materi SKI, anak itu saya tekankan bagaimana menjadi anak yang sholeh dengan memberi contoh-contoh akhlak yang baik, untuk penekanannya saya mulai dari anak kelas VII, untuk materi SKI penekanannya tidak bisa secara langsung, sebab materi SKI dengan akhlak itu kan sendiri, Jadi saya di waktu mengajar penerapannya dengan menyinggung-nyinggung sedikit, bagaimana akhlak yang baik, diluar itu juga saya singgung bagaimana akhlak kepada orang tua, teman, guru Intinya strategi yang saya lakukan untuk membina siswa yang baik, yang pertama diusahakan di dalam sekolah seorang guru itu harus memberi contoh yang baik/ keteladanan. Untuk yang kedua memasuki materi pelajaran khususnya SKI ada masukan-masukan yang baik bisa di hubungkan dengan seorang tokoh (misal nabi Muhammmad SAW) seperti pemberian contoh akhlak beliau. Dan yang ketiga dengan metode pemberian tugas yaitu: bagaimana anak itu bisa
71 Wawancara dengan Ibu Siti Rohmatin,S.Ag (Selaku Guru Bidang Studi Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Al-Istiqomah), pada tanggal 15 september 2007
berubah dengan adanya tugas tertentu, antara anak yang satu dengan yang lain tugasnya berbeda di sesuaikan tingkat kesalahannya
Memahami dari strategi diatas, penulis menyimpulkan bahwa melalui sikap dan tindakan guru sehari-hari yang baik maka siswa di harapkan mampu meniru tingkah laku gurunya dan juga tidak menutup kemungkinan melalui mata pelajaran SKI ini diharapkan peserta didik dapat berperilaku yang baik sesuai apa yang diajarkan oleh gurunya melalui beberapa metode tadi, misal dengan adanya kisah-kisah,cerita-cerita atau tokoh-tokoh yang mempunyai akhlak terpuji nantinya dapat di jadikan contoh ataupun teladan bagi mereka. c. Guru Pendidikan Agama Islam Bidang Studi Quran Hadits Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Masrukin, S.Ag, beliau menjelaskan bahwa: 72
Metode pembelajaran Quran Hadits, saya menggunakan strategi yang kompleks sekali, contoh: saya menggunakan strategi hafalan, ketika materi pokok yang akan saya ajarkan sewaktu ayat ataupun hadits bagi saya siswa wajib hukumnya untuk hafal daripada dalil itu, disamping itu ketika menjumpai ayat, saya bisa menggunakan simulasi, artinya disini tujuan saya agar siswa itu disamping hafal itu tahu, contoh: ketika saya menulis terjemahan begini, mufrodatnya apa? Kalau benar berarti siswa tersebut paham Setelah simulasi, setiap kelompok saya suruh membuat penjelasan tentang kandungan/isi ayat, saya menggunakan metode unit teaching, saya suruh mereka keperpustakaan, mencari buku sumber tentang itu, serta menjelaskan isi kandungan ayat, otomatis mencari buku sumber yang sesuai dengan masalah yang akan di diskusikan
Dari hasil wawancara dengan Bapak Masrukin, S.Ag, selaku guru pendidikan agama Islam bidang Quran Hadits, penulis dapat menyimpulkan, dalam menyampaikan materi Quran Hadits beliau menggunakan beberapa metode diantaranya: hafalan, simulasi dan unit teaching, dari beberapa metode yang beliau gunakan, harapannya agar peserta didik dapat paham, mengerti, dan
72 Wawancara dengan Bapak Masrukin, S.Ag (Selaku Guru Bidang Studi Quran Hadits di MTs Al-Istiqomah), pada tanggal 19 september 2007
dapat mengaplikasikan ilmunya di masyarakat dalam kehidupan sehari-hari mereka, selain itu kaitannya dengan pembinaan akhlak peserta didik senantiasa mampu menghayati ayat-ayat dari Quran maupun Hadits yang dapat dijadikan pedoman dalam berakhlak yang baik.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Metode Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Siswa Di MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun Faktor pendukung dan penghambat dalam suatu kegiatan pastilah ada. Begitu juga dengan strategi guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa di MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun. Hal ini sesuai dengan apa yang di jelaskan oleh para guru pendidikan agama Islam, yaitu sebagai berikut: a. Faktor Pendukung Faktor pendukung merupakan hal yang terpenting dalam rangka menyukseskan pelaksanaan pembinaan akhlak siswa di MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun. Adapun faktor pendukungnya adalah sebagai berikut: 1. Motivasi dan dukungan dari orang tua Motivasi pola hidup berakhlak tidak hanya diberikan oleh pihak madrasah saja melainkan juga dari orang tua. Karena setelah sampai di rumahlah siswa dibina oleh orang tua masing-masing dalam berakhlak, sebab di sekolah hanya beberapa jam saja dalam pembinaan, sisanya sudah menjadi tanggung jawab orang tua kembali.
2. Rutinitas kegiatan yang terkontrol di lingkungan MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun. Rutinitas kegiatan yang terkontrol dalam keseharian berperilaku dalam sekolah juga dapat mempengaruhi pembinaan akhlak siswa, sehingga tanpa ada paksaan siswa sudah terbiasa mengerjakannya. Sebagai contoh tradisi di MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun adalah shalat berjamaah dan setiap masuk kantor atau kelas harus mengucapkan salam. Dari shalat tersebut siswa akan terbiasa untuk melaksanakan shalat berjamaah baik di sekolah maupun di rumah sehingga siswa sendiri akan sadar tanpa di paksa akan melaksanakan shalat berjamaah. Sedangkan dari pembiasaan murid senatiasa mengucapkan salam apabila bertemu atau menyapa dengan siapapun. 3. Lingkungan yang mendukung Karena MTs Al Istiqomah berada dalam lingkungan masjid. Dari sini maka ada pengaruh dari lingkungan masjid, dimana telah kita ketahui bahwa dilingkungan masjid ataupun pondok pembinaan akhlak siswa lebih di tekankan. Jadi secara tidak langsung dalam keseharian tingkah laku siswa terikat dan terpengaruh oleh peraturana dan budaya masjid. 4. Kesadaran para siswa Hal yang paling penting dan utama dari faktor pendukung adalah kesadaran siswa yang tumbuh dari dalam diri siswa untuk selalu melaksanakan perbuatan yang terpuji dalam kehidupannya. Faktor ini telah menjadikan pengaruh yang
sangat kuat dalam terlaksananya pembinaan akhlak siswa di MTs Al- Istiqomah Dungus Wungu Madiun 73
5. Kebersamaan dalam diri masing-masing guru dalam membina akhlak siswa Kebersamaan dalam sekolah sangat diperlukan sehingga antara guru satu dengan guru yang lain ada kerjasama dalam menerapkan upaya pembinaan akhlak siswa tidak pandang bulu. Wujud dari kerjasama tersebut dengan adanya program kegiatan pembinaan akhlak siswa yang dibuat oleh para guru. Disamping itu komunikasi antar guru dan civitas sekolah juga sangat diperlukan sehingga tidak ada salah persepsi atau miss understanding. 6. Prestasi akademik di MTs Al Istiqomah Prestasi akademik yang saat ini menjadi dambaan dari setiap sekolah ataupun lembaga, hal ini juga menjadi faktor pendorong, di MTs Al Istiqomah sendiri mempunyai prestasi akademik dengan menduduki peringkat 10 besar se- kariedenan Madiun dalam bidang prestasi belajar dan segi administrasi, hal ini mendorong civitas madrasah untuk berperan aktif dalam proses belajar mengajar dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kemajuan madrasah
H.
73 Wawancara dengan Ibu Eka Neni Triyana, S.Ag (Selaku Guru Bidang Studi Aqidah Akhlak), pada tanggal 11september 2007
b. Faktor Penghambat Faktor penghambat merupakan sesuatu yang tidak terlepas dalam suatu program atau kegiatan, namun dalam hal ini, faktor penghambat dalam pembinaan akhlak siswa setidak-tidaknya dapat diatasi dan ditanggulangi dengan baik dan serius. Faktor penghambat tersebut antara lain: 1. Latar belakang siswa yang kurang mendukung Karena para siswa berangkat dari latar belakang yang berbeda, maka tingkat agama dan keimanannya juga berbeda-beda, mayoritas siswa dari pegunungan, karena kurangnya pembinaan dan pendalaman agama di pegunungan serta sangat lambatnya perkembangan teknologi disana. 74
2. Lingkungan Masyarakat (Pergaulan) Pergaulan dari siswa diluar sekolah juga sangat berpengaruh besar terhadap akhlak siswa, karena pengaruh dari pergaulan itu sangat cepat maka apabila ada pengaruh yang buruk, maka akan membawa dampak yang buruk pula bagi anak. Besarnya pengaruh dari pergaulan di masyarakat tidak terlepas dari adanya norma dan kebiasaan yang ada. Apabila kebiasaan yang ada dilingkungan positif maka akan berpengaruh positif pula, dan kebiasaan yang negatif dalam lingkungan masyarakat maka juga akan berpengaruh buruk terhadap perkembangan jiwa keagamaan anak. Besarnya pengaruh yang di timbulkan juga terlepas tidak adanya pengawasan dari sekolah.
3. Pengaruh dari tayangan televisi
74 Wawancara dengan Bapak Masrukin, S.Ag (Selaku Guru Bidang Studi Quran Hadits), pada tanggal 19 september 2007
Tayangan televisi yang sifatnya tidak mendidik juga akan membawa pengaruh yang kurang baik terhadap akhlak siswa. Apalagi tayangan televisi sekarang banyak sekali adanya acara yang kurang mendidik contoh adanya sinetron yang menceritakan tentang pergaulan remaja yang bebas, dari tayangan tersebut maka akan besar kemungkinannya membawa pengaruh yang kurang baik pada siswa. Dengan begitu sebagai orang tua hendaknya memberikan pengawasan dan bimbingan terhadap acara televisi yang akan ditonton oleh anak
4. Kurang adanya kesadaran dari siswa Rasa akan pentingnya tingkah laku, dan budi pekerti belum menjiwai dan masuk kedalam hati siswa, hal ini sudah diupayakan oleh pihak madrasah untuk senantiasa dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat rohaniah, tujuannya tidak lain untuk membina akhlak siswa, tapi kadang upaya tersebut selalu terbentur kendala dari siswa sendiri, yaitu kurangnya kesadaran dari siswa, mengenai pentingnya akhlak terhadap jiwa dan hati mereka. 75
.
75 Wawancara dengan Ibu Eka Neni Triyana, S.Ag (Selaku Guru Bidang Studi Aqidah Akhlak), pada tanggal 11september 2007
BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA
Setelah peneliti mengumpulkan data dari hasil penelitian, yang diperoleh dilapangan dari wawancara/interview, observasi, dan dokumentasi. Maka selanjutnya peneliti akan melakukan analisis data untuk menjelaskan lebih lanjut hasil dari penelitian. Sesuai dengan teknik analisis data yang dipilih oleh peneliti yaitu peneliti menggunakan analisis deskriptif kualitatif (pemaparan) dengan menganalisis data yang telah peneliti kumpulkan dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi selama peneliti mengadakan penelitian dengan lembaga terkait. Data yang diperoleh dan dipaparkan oleh peneliti akan dianalisa oleh peneliti sesuai dengan hasil penelitian yang mengacu pada rumusan masalah diatas. Dibawah ini adalah hasil dari analisa peneliti, yaitu:
A. Metode Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Akhlak Siswa Di MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun Metode guru pendidikan agama yang dilakukan dalam upaya pembinaan akhlak siswa ialah: a. Pendidikan secara langsung, yaitu: dengan mengadakan hubungan langsung secara pribadi dan kekeluargaan dengan individu yang bersangkutan dengan cara memberikan petunjuk, tuntunan, nasehat, pembiasaan, teladan, anjuran dan latihan.
b. Pendidikan secara tidak langsung, yaitu: strategi guru yang bersifat pencegahan penekanan pada hal-hal yang akan merugikan yaitu dengan cara: memberikan larangan, pengawasan dan hukuman- hukuman. 76
Diantara metode yang digunakan guru pendidikan agama Islam dalam pengajaran pembinaan akhlak siswa ialah: 1. Guru pendidikan agama Islam Bidang Studi Aqidah Akhlak dalam proses belajar mengajar di kelas menggunakan metode keteladanan, ceramah, pemberian tugas dan hukuman, hal ini beliau lakukan untuk menanamkan tingkah laku siswa bagimana siswa itu bisa menjadi baik, dan apabila siswa tersebut melanggar ketentuan-ketentuan akhlak yang tidak sesuai itu ada sanksinya atau hukumannya, tujuannya disini ialah membentuk manusia berakhlak karimah, serta dapat menerapkan ilmunya di masyarakat. 2. Guru pendidikan agama Islam Bidang Studi Sejarah Kebudayaan Islam dalam penyampaian materinya memberikan contoh-contoh atau keteladanan dari tokoh-tokoh yang mempunyai akhlak terpuji serta beliau juga menggunakan metode kisah-kisah/cerita-cerita yang dapat mendorong siswa tertarik dan dapat meneladani kepribadian/akhlak terpuji tokoh yang di ceritakan, dan beliau juga menggunakan metode pemberian tugas, tujuannya bagaimana siswa dapat berubah dengan adanya tugas tersebut.
76 A.D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Al-maarif, 1962), hlm. 85
3. Guru pendidikan agama Islam Bidang Studi Quran Hadits dalam penyampaian materinya menggunakan strategi hafalan, diskusi, simulasi dan unit teaching, beliau menggunakan beberapa metode diatas kaitannya dengan proses pembelajaran di kelas, sedangkan hubungannya dengan akhlak adalah bagaimana menanamkan rasa persaudaraan, bersosial dan bekerjasama kepada teman di waktu mengerjakan tugas kelompok . Adapun metode keteladanan di gunakan untuk memberikan contoh yang baik kepada siswa, bisa juga melalui profil atau sikap dan tingkah laku guru yang baik diharapkan siswa menirunya, tanpa guru memberikan contoh pembinaan akhlak akan sulit sekali dicapai. Metede ceramah digunakan untuk memberikan penjelasan yang mendetail tentang suatu pembahasan, dengan begitu siswa akan dapat mengerti dan memahami tentang apa yang sudah diuraikan oleh guru. Metode diskusi, metode ini mengajarkan para siswa untuk bisa memecahkan masalah, sehingga dapat mengaktifkan siswa dalam mengeluarkan pendapat. Meteode pemberian tugas digunakan untuk memberi tugas rumah kepada siswa yang berkaitan dengan pelajaran yang di terima tadi, dan juga sebagai evaluasi bagi siswa tentang perkembangan akhlaknya Metode kisah-kisah, metode ini sangat efektif digunakan dalam menyampaikan ajaran-ajaran tentang akhlak dan keimanan, karena mempunyai pengaruh besar terhadap akhlak siswa.
Metode simulasi adalah suatu metode yang digunakan untuk meningkatkan daya ingat siswa melalui hafalan, selain hafal siswa tersebut dituntut untuk mengetahui, sehingga nantinya paham. Metode unit teaching, merupakan suatu metode untuk mencari literatur sumber acuan atau buku sumber untuk mendapatkan informasi atau memecahkan suatu masalah. Berdasarkan uraian diatas, penulis menyimpulkan bahwa pembinaan akhlak siswa tidak terlepas dari pengajaran akhlak itu sendiri dengan menggunakan metode yang sesuai dengan materi pelajaran yang disajikan. Apabila pengajaran akhlak itu terlaksana dengan baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan maka tujuan dari pembinaan itu sendiri dapat tercapai secara maksimal dan materi yang disampaikan dapat diterapkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Metode Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Akhlak Siswa di MTs Al-Istiqomah Dungus Wungu Madiun Dalam usaha pembinaan akhlak siswa bukanlah hal yang mudah. Upaya itu membutuhkan usaha yang keras dalam mewujudkannya. Sudah menjadi tugas guru pendidikan agama Islam untuk membina akhlak siswanya, bukan sekedar guru pendidikan agama Islam saja akan tetapi orang tua juga harus ikut bertanggung jawab terhadap pembinaan tersebut. 77
77 Jalaludin, Said Usman, Filsafat Pendidikan Islam dan Perkembangan Pemikirannya (Jakarta: Raja Grafindo Perkasa, 1994), hlm. 218
Keluarga merupakan faktor pendukung yang sangat berpengaruh sekali terhadap proses binaan akhlak siswa, dalam artian lingkungan keluarga yang baik, maka baik pula kepribadian (akhlak) anak, namun sebaliknya apabila lingkungan keluarga kurang baik, maka hal tersebut akan sedikit menghambat proses pembinaan akhlak. 78
Selain lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat juga merupakan faktor pendukung dan penghambat bagi pembinaan akhlak siswa. Lingkungan sekolah yang mempunyai program pembinaan akhlak melalui ketekunan, disiplin, kejujuran, sosiobilitas, toleransi, keteladanan, sabar dan keadilan. Hal tersebut merupakan pembiasaan guna membina akhlak siswa. Lingkungan masyarakat yang mempunyai norma dan tata nilai yang baik serta tradisi keagamaan yang kuat, hal tersebut nantinya bisa sangat mempengaruhi akhlak siswa. 79 Adapun faktor pendukung dan penghambatnya adalah sebagai berikut: a. Faktor pendukung 1) Motivasi dan dukungan dari orang tua 2) Rutinitas kegiatan yang terkontrol di lingkungan di MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun. 3) Lingkungn yang mendukung 4) Kesadaran para siswa 5) Kebersamaan dalam diri masing-masing guru dalam membina akhlak siswa 6) Prestasi akademik di MTs Al Istiqomah
78 Ibid, hlm.219 79 Ibid ,hlm. 222
b. Faktor Penghambat 1) Latar belakang siswa yang kurang mendukung 2) Lingkungan masyarakat (pergaulan) 3) Pengaruh dari tayangan televisi 4) Kurang adanya kesadaran dari siswa.
BAB VI PENUTUP
A. KESIMPULAN Berdasarkan data dan analisa yang telah di kemukakan, kesimpulan yang dapat diambil dari metode guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa adalah sebagai berikut: 1. Bahwa metode guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa, dengan menggunakan metode-metode berikut: (a) Metode Keteladanan.(b) Metode Ceramah.(c) Metode Diskusi, (d) Metode Pemberian Tugas. (e) Metode Kisah-Kisah (f) Metode Simulasi (g) Metode Unit Teaching. 2. Faktor pendukung dan penghambat metode guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa Faktor pendukung tersebut adalah: 1) Motivasi dan dukungan dari orang tua 2) Rutinitas kegiatan yang terkontrol di lingkungan MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun 3) Lingkungan yang mendukung 4) Kesadaran para siswa 5) Kebersamaan dalam diri masing-masing guru dalam membina akhlak 6) Adanya prestasi akademik di MTs Al Istiqomah
Sedangkan yang menjadi faktor penghambat itu antara lain: 1) Latar belakang siswa yang kurang mendukung 2) Lingkungan masyarakat (pergaulan) 3) Pengaruh dari tayangan televisi 4) Kurang kesadaran dari siswa
B. SARAN Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis memberikan saran atau masukan yang mungkin dapat berguna bagi lembaga sebagai bahan masukan bagi MTs Al Istiqomah Dungus Wungu Madiun dalam rangka metode guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak, saran tersebut antara lain: 1. Guru adalah barometer siswa dalam suksesnya suatu pendidikan. Supaya pelaksanaan pembinaan akhlak siswa di MTs Al-Istiqomah Dungus Wungu Madiun terwujud dengan baik, kuncinya terletak pada kesiapan, kemauan dan kemampuan guru dalam melaksanakan program yang telah diamanatkan melalui visi,misi, dan tujuan madrasah. Agar strategi guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa berjalan dengan baik, hendaknya materi dan kegiatan menitikberatkan pada pembinaan akhlak siswa benar-benar telah terfokus dan terprogram dengan baik dan matang. 2. Dalam meningkatkan akhlak siswa hendaklah semua civitas madrasah atau khususnya guru pendidikan agama Islam ikut merancang program kegiatan dan metode-metode penyampaian materi agama yang
bagaimana dan efektif untuk pembinaan akhlak siswa, serta bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang sudah di programkan. 3. Para guru hendaknya selalu memberikan contoh teladan tentang akhlak yang baik, dan secara bersama-sama melakukan peningkatan dalam pembinaan akhlak siswa, sehingga siswa mau mencontoh dan meneladani dalam kehidupan sehari-hari apa yang dilakukan oleh guru.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Abrasyi, Athiyah.1970. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Asmaran As, 1992. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Rajawali Press
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Daradjat, Zakiyah. 1984. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Angkasa
_______. 1978. Kepribadian Guru. Jakarta: Bulan Bintang
_______. 1995. Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah. Jakarta: CV Ruhama
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru Dan anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta
Hadi, Sutrisno. 1998. Metodologi Research Jilid II. Yogyakarta: Andi Offset
Marimba, A D. 1989 Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: PT Al Maarif
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kulitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Muhaimin. 2005. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT RajaGrafido Persada
_______. Mujib, Abdul. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam ( Kajian Filosofik dan Kerangka Dasar Operasionalnya). Bandung. Trigenda Karya
Muhammad, Abu Bakar. 1981. Pedoman Pendidikan Dan Pengajaran. Surabaya: Usaha Nasional
Mulyasa. 2002. Manajemen Pendidikan Sekolah. Bandung: PT Remaja RosdaKarya
Mustafa, A. 1997. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia
Purwanto, Ngalim. 1988. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remadja Karya
Said Usman, Jalaluddin. 1994. Filsafat Pendidikan Islam dan Perkembangan Pemikirannya. Jakarta: PT Raja Grafido Perkasa
Sudarsono. 1993. Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Rineka Cipta
Sudjana, Nana. 1989. CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV. Sinar Baru
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta
Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja RosdaKarya
Tafsir, Ahmad. 1992. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja RosdaKarya
Tatapangarsa, Humaidi. 1980. Akhlak Yang Mulia. Surabaya: PT Bina Ilmu
_______. 1984. Pengantar Kuliah Akhlak. Surabaya: PT Bina Ilmu
_______. 1991. Pendidikan Agama Islam Untuk Mahasiswa. Malang: IKIP Malang
UUSPN RI No 2 Tahun 1989, 1992. Sistem Pendidikan Nasional dan Penjelasannya, Jakarta: PT Sinar Grafika,
Winkel, W S.1991.Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Grasindo
Zuhairini, dkk. 1983. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha Nasional
______. Ghofir, Abdul. 2004. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Malang: UM Press