Anda di halaman 1dari 50

PENGARUH PEMBERIAN TUGAS DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING SECARA BERKELOMPOK TERHADAP PRESTASI BELAJAR KIMIA POKOK BAHASAN

KOLOID PADA SISWA KELAS XI MAN I SUMBAWA TAHUN PELAJARAN 2008/2009

Diajukan Kepada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Mataram Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh TITEN SUMARNI NIM. 05. 231. 147

JURUSAN KIMIA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MATARAM 2009

SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN TUGAS DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING SECARA BERKELOMPOK TERHADAP PRESTASI BELAJAR KIMIA POKOK BAHASAN KOLOID PADA SISWA KELAS XI MAN I SUMBAWA TAHUN PELAJARAN 2008/2009

Oleh : TITEN SUMARNI NIM : 05. 231. 147

JURUSAN KIMIA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) 2009

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi disusun oleh : TITEN SUMARNI NIM Judul Penelitian : 05 231 147 : Pengaruh Pemberian Tugas Dengan Pendekatan Problem Posing Secara Berkelompok Terhadap Prestasi Belajar

Kimia Pokok Bahasan Koloid Pada Siswa Kelas XI MAN I Sumbawa Tahun Pelajaran 2008/2009.

Telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji Tanggal, .....................................2009

Pembimbing I

Pembimbing 2

Yunita Ariasani, M. Si NIP.

Imam Ahmadi, S. Pd NIP.

Menyetujui, Jurusan Pendidikan Kimia Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Mataram Ketua Jurusan

Emmy Yuanita, S. Si, M. Si NIP. 132 327 466

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi atas nama TITEN SUMARNI telah dipertahankan di depan Dosen Penguji Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Mataram pada tanggal ...................

Dosen Penguji

Nama

Tanda tangan,

1. (..............................................) (Ketua) NIP.

...................................

2. (..............................................) (Anggota) NIP.

...................................

3. (..............................................) (Anggota) NIP.

...................................

Mengesahkan, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Mataram Dekan

Drs. Sumarjan, M.Si. NIK. 335 090 906

HALAMAN DEKLARASI

SKRIPSI INI ASLI KARYA PENULIS KECUALI RUJUKAN

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan taufik dan hidayahnya, karena atas ijin-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul, Pengaruh Pemberian Tugas

Dengan Pendekatan Problem Posing Secara Berkelompok Terhadap Prestasi Belajar Kimia Pokok Bahasan Koloid Pada Siswa Kelas XI MAN I Sumbawa Tahun Pelajaran 2008/2009 dengan baik.
Sholawat dan salam tak lupa penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, serta sahabat-sahabatnya yang dengan perjuangannyalah kita dapat merasakan nikmatnya iman dan islam yang dapat mewarnai prilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana hamba Allah sebagai khalifatullah fil ardhi. Penulis menyadari akan segala kekurangan, kelemahan, dan keterbatasan yang ada, sehingga dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu. Oleh karenanya penulis dengan bangga dan bersenang hati menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Drs. Sumarjan, M.Si., selaku Dekan FPMIPA IKIP Mataram 2. Ibu Emmy Yuanita, S.Si., M.Si., selaku ketua jurusan Kimia 3. Ibu Yunita Arian Sani, S.Si., M.Si., selaku Dosen Pembimbing I 4. Bapak Imam Ahmadi, S.Pd., selaku Dosen Pembimbing II 5. Rekan-rekan mahasiswa yang ikut berperan membantu dalam penyusunan skripsi ini
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas amal bakti dan pengorbanan yang telah kita perbuat selama ini. Melalui kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis memohon maaf yang setulus-tulusnya kepada semua pihak, atas segala kehilafan selama mengadakan interaksi baik disengaja maupun tidak disengaja. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna baik dari segi isi, bentuk maupun susunannya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari pembaca demi penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umunya.

Mataram, ........... 2009 Penulis,

PENGARUH PEMBERIAN TUGAS DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING SECARA BERKELOMPOK TERHADAP PRESTASI BELAJAR KIMIA POKOK BAHASAN KOLOID PADA SISWA KELAS XI MAN I SUMBAWA TAHUN PELAJARAN 2008/2009

TITEN SUMARNI 05. 231. 147

ABSTRAK : Penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Di mana bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar atau prestasi belajar siswa dengan menerapkan metode pemberian tugas dengan pendekatan problem posing secara berkelompok pada pokok bahasan koloid kelas XI MAN 1 Sumbawa tahun pelajaran 2008/2009. Populasi, seluruh siswa kelas XI-IA MAN 1 Sumbawa tahun pelajaran 2008/2009 yang berjumlah 80 orang yang terdiri dari 2 kelas. Sebagai sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI-IA hal ini dilakukan karena jumlah siswa kurang dari 100 orang yaitu siswa kelas XI-IA1 dan XI-IA2 yang berjumlah 80 orang. Penelitian dilakukan dengan memberikan perlakuan pengajaran pokok bahasan koloid dengan metode pendekatan problem posing pada kelas eksperimen yaitu kelas XI-IA2 sedangkan kelas kontrol yaitu XI-IA1 menggunakan metode yang diterapkan di sekolah yaitu metode ceramah. Data nilai hasil tes selanjutnya dianalisis menggunakan uji t-test dengan taraf signifikan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa kelas eksperimen dengan menggunakan metode pendekatan problem posing yaitu 75.23 lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah dengan nilai rata-rata 66.00. Selanjutnya uji-t dilakukan untuk mengetahui perbedaan secara signifikan, kedua nilai rata-rata tersebut menunjukkan bahwa t hitung 5,280 dan t tabel 1,980 , di mana t hitung t tabel . Hal ini berarti ada peningkatan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan koloid dengan menggunakan metode pendekatan problem posing di kelas XI MAN 1 Sumbawa tahun pelajaran 2008/2009. Kata kunci : Prestasi belajar, metode pembelajaran problem posing, koloid.

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii HALAMAN DEKLARASI ................................................................................. iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi ABSTRAK ........................................................................................................... vii DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4 1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4 1.5 Batasan Masalah ............................................................................................ 4 1.6 Definisi Operasional ...................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 2.1 Deskripsi Teori .............................................................................................. 7 2.1.1 2.1.2 2.1.3 2.1.4 2.1.5 Hakikat Belajar Mengajar ................................................................. 7 Metode Pemberian Tugas ................................................................. 9 Problem Posing ................................................................................. 10 Pemberian Tugas dengan Problem Posing ....................................... 13 Prestasi Belajar Kimi ........................................................................ 15

2.2 Kerangka Berfikir .......................................................................................... 16 2.3 Hipotesis Tindakan ........................................................................................ 17

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... Jenis Penelitian .............................................................................................. 18 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 18 Tempat Penelitian .......................................................................................... 18 Waktu Penelitian ............................................................................................ 18 Populasi dan Sampel ...................................................................................... 18 Populasi Penelitian ........................................................................................ 18 Sampel Penelitian .......................................................................................... 19 Rancangan Penelitian .................................................................................... 19 Tehnik Pengumpulan Data ............................................................................ 20 Instrumen Penelitian ...................................................................................... 20 Uji Coba Instrumen Penelitian ...................................................................... 21 Uji Validitas ................................................................................................... 21 Uji Reliabilitas ............................................................................................... 22 Teknik Analisa Data ...................................................................................... 23

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 4.1 Hasil Penelitian .............................................................................................. 25 4.1.1 4.1.2 Validitas ............................................................................................. 25 Reliabilitas ......................................................................................... 25

4.2 Deskripsi Data ............................................................................................... 25 4.3 Pembahasan ................................................................................................... 26

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 5.1 Simpulan ........................................................................................................ 28 5.2 Saran ............................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi instrumen penelitian pokok bahasan koloid ........................ 20 Tabel 3.2 Interpretasi nilai r ................................................................................. 22

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 01. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen Lampiran 02. Lembar Kerja Siswa Lampiran 03. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol Lampiran 04. Soal yang belum valid dan kunci jawaban Lampiran 05. Soal yang sudah valid dan kunci jawaban Lampiran 06. Distribusi skor hasil uji coba instrumen Lampiran 07. Hasil perhitungan jumlah XY Lampiran 08. Hasil perhitungan validitas instrumen Lampiran 09. Cara perhitungan validitas instrumen Lampiran 10. Reliabilitas instrumen penelitian Lampiran 11. Cara perhitungan uji reliabilitas Lampiran 12. Tabel distribusi nilai pada kelas eksperimen Lampiran 13. Tabel distribusi nilai pada kelas kontrol Lampiran 14. Tabel perhitungan uji homogenitas dan uji-t Lampiran 15. Perhitungan homogenitas Lampiran 16. Perhitungan uji-t

BAB I PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang Peningkatan mutu pendidikan merupakan prioritas utama dalam melaksanakan pendidikan. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, pembenahan terus dilakukan oleh semua pihak terutama guru baik dari segi materi, metode maupun evaluasi. Para ahli pendidikan menyatakan bahwa di dalam proses belajar mengajar guru seharusnya memiliki strategi agar siswa dapat belajar efektif dan efesien sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Kimia sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang membutuhkan pemahaman dan banyak latihan soal, bukan hanya disajikan dalam bentuk kumpulan rumus yang harus dihafal. Akan tetapi banyak guru yang mengalami kesulitan dalam memilih metode mengajar, terlebih guru-guru kimia. Hal ini disebabkan karena kurangnya fasilitas yang mendukung dalam kegiatan pembelajaran. Dalam belajar kimia siswa tidak hanya dituntut untuk memahami suatu konsep tetapi siswa juga harus mampu menerapkan suatu persoalan kimia untuk kemudian dipecahkan dengan menerapkannya dengan konsep-konsep yang sesuai. Hal ini dinyatakan dalam prestasi belajar dengan memperhatikan nilai rata-rata siswa kelas XI-IA MAN I Sumbawa tahun pelajaran 2008/2009 pada pokok bahasan koloid masih rendah 49, sehingga masih perlu ditingkatkan lagi mengigat kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan yaitu 65 serta persentase ketidaktuntasan pada pokok bahasan koloid 71%.

Agar siswa cepat memahami dan mengerti materi kimia yang disampaikan oleh guru, maka guru hendaknya memberikan latihan soal berkali-kali dan secara terus menerus terhadap materi yang telah diajarkan. Pemberian latihan soal oleh guru dapat dilakukan melalui pemberian tugas berupa pekerjaan rumah (PR). Pemberian tugas ini dimaksudkan untuk memperdalam materi yang telah didapatkan di kelas yang biasa diberikan pada setiap akhir pertemuan. Terkadang tugas (PR) yang diberikan tidak dikerjakan oleh siswa sendiri melainkan oleh orang lain atau siswa meniru dari pekerjaan temannya. Oleh karena itu, guru harus mampu memberikan cara pemberian tugas yang akan membuat siswa senang

mengerjakannya sehingga siswa termotivasi untuk mengerjakan tugas dan tujuan yang diharapkan tercapai. Tidak sedikit siswa di MAN 1 Sumbawa kelas XI-IA yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran kimia yang menyebabkan siswa kurang termotivasi dan berdampak pada penurunan prestasi belajar siswa. Salah satu penyebab ketidaktuntasan yang dialami siswa di MAN 1 Sumbawa kelas XI_IA karena siswa kurang melakukan latihan-latihan soal yang menyebabkan prestasi belajar kimia menurun. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas yang diperoleh pada masing-masing mata pelajaran, di mana mata pelajaran kimia menempati nilai rata-rata paling rendah. Salah satu alternatif yang diajukan peneliti dalam mengatasi masalah tersebut adalah melalui pemberian tugas dengan pendekatan problem posing, di mana pendekatan ini menekankan kemampuan siswa dalam membuat soal sendiri dan mampu menyelesaikan (Sujadi, 2000). Kemampuan siswa dalam membuat dan

menyelesaikan soal menunjukan pemahaman siswa tentang apa yang telah dipelajari, sehingga dalam hal ini siswa dituntut untuk berfikir kreatif dan kritis. Berdasarkan uraian di atas peneliti mengadakan penelitian tentang Peningkatan Prestasi Belajar Kimia Melalui Pemberian Tugas Dengan Pendekatan Problem Posing Secara Berkelompok di MAN 1 Sumbawa Tahun Pelajaran 2008/2009. Untuk mendukung penelitian ini, diambil penelitian yang telah dilakukan oleh Sulistio (2007) yang intinya adalah dengan pendekatan problem posing pada pokok bahasan larutan asam basa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di SMA Tri Dharma Kosgoro Dompu. Hasil analisis angketnya membuktikan dari 40 siswa 30 orang siswa mencapai nilai lebih besar dari 65 pada kelas kontrol, sedangkan pada kelas eksperimen 35 orang siswa lebih kecil dari 65 dan siswa yang gagal dalam pada kelas eksperimen hanya 12,5 % jumlah ini lebih sedikit dari pada jumlah siswa yang gagal pada kelas kontrol yaitu 75 %. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang diajarkan dengan pendekatan problem posing dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan larutan asam basa.

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dikemukakan masalah yang akan diteliti adalah apakah penerapan pemberian tugas dengan pendekatan problem posing secara berkelompok dapat meningkatkan prestasi belajar kimia di MAN 1 Sumbawa Tahun Pelajaran 2008/2009.

Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar kimia melalui pemberian tugas dengan pendekatan problem posing secara berkelompok di MAN 1 Sumbawa Tahun Pelajaran 2008/2009.

Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dalam melakukan penelitian ini, antara lain: 1. Bagi siswa: agar siswa dapat berfikir kreatif dan mampu memahami soal-soal kimia yang tersedia dan dapat meningkatkan prestasi belajar. 2. Bagi guru: sebagai informasi mengenai pemberian tugas dan pendekatan problem posing. 3. Bagi sekolah: sebagai informasi tentang salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas atau mutu sekolah melalui peningkatan prestasi belajar siswa.

Batasan Masalah Penelitian ini hanya dibatasi pada masalah yang berkaitan dengan: 1. Pemberian tugas dengan problem posing secara berkelompok untuk meningkatkan prestasi belajar kimia siswa di MAN 1 Sumbawa pada pokok bahasan koloid.

2. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI-IA.2 semester II di MAN 1 Sumbawa.

Definisi Oprasional 1. Pemberian tugas dengan problem posing secara berkelompok adalah siswa akan membuat soal sendiri yang mirip dengan soal yang dibuat oleh guru dan mampu menyelesaikannya dengan berkelompok. Pemberian tugas dengan pendekatan problem posing (pengajuan soal) pada intinya meminta siswa untuk mengajukan soal atau masalah. Masalah yang diajukan dapat berdasarkan pada topik yang luas, soal yang sudah dikerjakan atau informasi tertentu yang diberikan oleh guru. Pembelajaran dengan pendekatan problem posing dapat diaplikasikan pada tiga bentuk aktivitas kognitif yang berbeda yaitu: (1) pengajuan pre-solusi (presosulition posing) yaitu seorang siswa membuat soal dari situasi yang diadakan, (2) pengajuan di dalam solusi (within solution posing) yaitu seorang siswa merumuskan ulang soal seperti yang telah diselesaikan, (3) pengajuan setelah solusi (post solution posing) yaitu seorang siswa memodifikasi tujuan atau kondisi yang sudah diselesaikan untuk membuat soal baru (Sukarma .K, Jurnal Pendidikan, 2004 Volume 3). 2. Prestasi belajar terdiri dari 2 kata yaitu prestasi dan belajar. Prestasi adalah hasil dari suatu belajar yang telah dikerjakan, diciptakan yang menyenangkan hati yang diperoleh dari jalan keuletan kerja baik secara individu maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu (Djamarah, 1994). Sedangkan belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang mencangkup proses kognitif, afektif, dan psikomotorik. (Muhibbin, 2005). Jadi prestasi belajar dalam penelitian ini adalah hasil dari kegiatan yang mengakibatkan perubahan dari dalam individu. Dalam hal ini prestasi belajar yang dimaksud adalah nilai kimia yang diperoleh siswa dengan pemberian tugas dengan pendekatan problem posing setiap pertemuan. Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya berupa larutan dan suspensi (campuran kasar). Contohnya yaitu lem, jeli, dan santan. Nama koloid diberikan oleh Thomas Graham, pada tahun 1861. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu kolla dan oid kolla berarti lem, sedangkan oid berarti seperti. Dalam hal ini, yang dikaitkan dengan lem adalah sifat dufusinya, sebab sistem koloid mempunyai nilai dufusi yang rendah, seperti lem.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Hakekat Belajar Mengajar Belajar mengajar merupakan seperangkat komponen yang saling

bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Agar tujuan tercapai, maka semua komponen yang harus diorganisasikan sehingga antar komponen terjadi kerja sama. Dalam kehidupan dapat terjadi proses belajar mengajar, baik sengaja maupun tidak sengaja, disadari atau tidak disadari. Di dalam proses belajar mengajar, guru sebagai pengajar dan siswa sebagai subjek belajar, dituntut adanya kualifikasi tertentu dalam hal pengetahuan, kemampuan, sikap, dan tata nilai serta sifat-sifat pribadi, agar proses itu berlangsung dengan efektif dan efesien. Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri siswa. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya yang ada pada diri siswa (Sudjana, 2002). Sedangkan menurut Djamarah (2002) belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Perubahan yang dimaksud juga adalah perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian baru serta berkembangnya sifat emosional.

Menurut Gagne dalam (Dimyati, 2006) belajar merupakan seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. Kapabilitas/kemampuan tersebut berupa: informasi verbal yaitu kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis, keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang; Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri, kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah; keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani; dan sikap adalah kemapuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan kegiatan atau suatu aktivitas seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku serta penambahan pengetahuan melalui interaksi dengan lingkunganya. Perubahan sikap dan tingkah laku yang dimaksud seperti dari sikap tidak tahu menjadi tahu dan perkembangan sikap emosionalnya. Alvin W dalam (Roestiyah, 1999) mengajar adalah suatu aktivitas mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau

mengembangkan skill, attitudes, ideals (cita-cita), appreciations (penghargaan), dan knowledge (pengetahuan). Di mana guru harus membawa perubahan tingkah laku yang baik untuk murid-muridnya.

Pada dasarnya mengajar adalah suatu proses yakni proses mengatur, mengorganisasi dan mendorong siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar dan juga merupakan proses memberikan bimbingan kepada siswa dalam melakukan proses belajar (Sudjana, 2002). Dari defenisi di atas dapat disimpulkan mengajar adalah suatu aktivitas untuk menciptakan kondisi lingkungan yang edukatif yang dapat mendukung berlangsungnya proses belajar mengajar agar mendapatkan perubahan tingkah laku bagi muridnya. 2.1.2 Metode Pemberian Tugas Metode pemberian tugas dapat disamakan dengan metode resitasi (recitation method) yang dapat diartikan sebagai suatu metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas terentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Yang biasa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan di tempat lainnya yang dapat merangsang siswa untuk aktif belajar baik secara perorangan atau kelompok (Djamarah, 2002). Penerapan metode pemberian tugas akan memberikan hasil yang optimal jika pada saat guru memberikan tugas memperhatikan karakteristik siswa, bidang studi dan tujuan. Keberhasilan penerapan pemberian tugas juga dipengaruhi oleh prosedur atau langkah-langkah penerapannya. Prosedur penerapan metode pemberian tugas yang umum dilakukan adalah sebagai berikut (Djamarah, 2002).

2.1.2.1 Fase pemberian tugas a. Membuat rancangan pemberian tugas b. Mendiskusikan tugas dengan siswa c. Membuat lembar kerja jika perlu d. Menyediakan sumber-sumber belajar yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas 2.1.2.2 Fase pelaksanaan tugas a. Memberikan bimbingan atau pengawasan b. Memberikan tugas baik lisan maupun tulisan c. Menjelaskan tugas dan manfaat tugas yang diberikan d. Memberikan penjelasan dan dorongan agar siswa mau mengerjakan tugas e. Mengamati dan menyelesaikan tugas oleh siswa sendiri f. Mencatat hasil yang diperoleh dengan baik 2.1.2.3 Fase mempertanggungjawabkan tugas a. Memberikan hasil pelaksanaan tugas baik lisan maupun tulisan b. Mendiskusikan kesulitan-kesulitan yang tidak dapat diselesaikan oleh siswa c. Memberikan penilaian hasil pekerjaan baik dengan tes maupun dengan cara lainnya. 2.1.3 Problem Posing Dalam problem posing kegiatan pembelajaran dimulai dengan suatu persoalan yang dipikirkan pada saat itu. Menurut Suyanto dalam (Darnati, 2001) problem posing merupakan istilah dalam bahasa inggris sebagai padanan katanya digunakan istilah pembentukan soal pembentukan soal atau pembentukan

masalah mencakup dua macam kegiatan yaitu (1) pembentukan soal baru atau pembentukan soal dari situasi atau dari pengalaman siswa, dan (2) pembentukan soal dari soal lain yang sudah ada. Pembentukan soal yang tepat sangat tergantung pada perilaku yang akan diukur. Ada perilaku yang tepat diukur/dinyatakan dengan bentuk soal objektif, dan juga perilaku yang lebih tepat diukur dengan menggunakan bentuk soal pilihan ganda. Pembentukan soal baik soal uraian atau objektif memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, adapun pembentukan soal yang diinginkan adalah bentuk soal obyektif di mana siswa dapat mengukur kemampuan

mengorganisasikan gagasan dan yang menyatakan jawabannya menurut kata-kata atau kalimat siswa sendiri (Safari, 2003). Dalam pembentukan soal uraian diperlukan kelengkapan dan ketepatan dalam merumuskannya. Ketepatan yang dimaksud adalah, bahwa materi yang dinyatakan tepat diajukan dengan bentuk uraian yaitu menuntut siswa untuk mengorganisasikan gagasan dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan secara tertulis dengan menggunakan kata-kata sendiri. Sedangkan kelengkapan yang dimaksud adalah kelengkapan perilaku yang diukur yang digunakan untuk menetapkan aspek yang akan dinilai. Maka dalam penulisan soal harus memperhatikan tehnik dan langkah-langkah membuat soal yaitu (1) menentukan pokok bahasan yang akan dijadikan soal (2) menyusun kisi-kisi soal (3) menulis soal (4) merakit soal menjadi seperangkat tes (5) menyusun pedoman penskorannya.

Problem posing menekankan pada kemampuan siswa membuat soal sendiri dan menyelesaikannya. Dalam Safari (2003) soal yang dibuat dapat memberikan informasi yang tepat pada siswa mengenai materi yang belum atau sudah dipahami dari materi yang sudah diajarkan. Salah satu ciri soal yang bermutu baik adalah bahwa soal itu dapat membedakan kemampuan siswa, semakin tinggi kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diajarkan maka semakin tinggi peluang menjawab soal mengenai materi yang diajarkan begitu juga sebaliknya. Adapun bentuk soal yang bermutu baik adalah: 1. Sahih (valid) maksudnya bahwa setiap soal hanya mengukur satu dimensi/aspek saja dan soal yang akan disusun dirumuskan kisi-kisinya serta harus sesuai dengan kaidah penulisan soal (pilihan ganda atau uraian). 2. Handal (reliabel) maksudnya bahwa setiap soal harus dapat memberikan hasil yang tepat dan cepat. Sedangkan dalam penyelesaikan soal kimia menurut Sumaji (1998) secara garis besar ada beberapa tahapan sebagai berikut: 1. Tahap analisis soal adalah mengindetifikasikan data-data dan permasalahannya. 2. Tahap penyusun rencana penyelesaian adalah analisis untuk menentukan langkah-langkah penyelesaian, pemilihan konsep, hukum, persamaan, dan teori yang sesuai dengan menyelesaikan soal.

3. Tahap penyelesaian soal adalah tahap menyelesaikan masalah dari langkahlangkah yang telah dirancang dan menggunakan konsep, hukum dan teori yang telah terpilih. 4. Tahap penilaian atau tahap evaluasi adalah tahap pemeriksaan apakah langkahlangkah penyelesaian telah sesuai dengan rencana, hukum-hukum dan perhitungan telah dilakukan dengan benar. Siswa diharapkan, dalam menyelesaikan soal dapat merubah dan membuat soal baru serta menyelesaikan soal tersebut, dan bila siswanya sudah benar-benar mangerti dan mantap dengan pokok bahasan yang diberikan dengan pendekatan problem posing, siswa diharapkan dapat menyelesaikan soal-soal aplikasi. Dengan pendekatan problem posing seperti ini siswa akan lebih aktif dalam bertanya menyampaikan hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa tersebut, sehingga secara tidak langsung siswa termotivasi untuk belajar, lebih giat sehingga prestasi siswa akan meningkat. Keberhasilan dalam pendekatan problem posing ini dapat terlihat dari prestasi belajar siswa. 2.1.4 Pemberian Tugas Dengan Problem Posing Secara Berkelompok Pemberian tugas dengan problem posing secara berkelompok adalah sesuatu kegiatan pemberian tugas pada siswa di mana siswa secara berkelompok terlibat langsung dalam pembuatan dan pembentukan soal dan menyelesaikannya sesuai dengan konsep yang telah diajarkan. Dalam pemberian tugas dengan problem posing ini siswa bekerja secara berkelompok, hal ini dimaksudkan agar guru mudah memantau aktivitas siswa selama pelaksanaan pemberian tugas

berlangsung dan juga dapat mempermudah guru dalam memeriksa hasil kegiatan tersebut. Dengan berkelompok, maka antar siswa dapat menyelesaiakan soal secara bersama-sama dan dapat memberikan sumbangan pikiran sehingga diperoleh hasil yang lebih baik (Sudjana, 2002). Dalam kegiatan ini soal yang dibuat siswa diusahakan mirip dengan contoh soal yang dibuat oleh guru atau dengan kata lain soal yang dibuat tidak jauh berbeda dengan soal yang dibuat oleh guru. Keberhasilan pemberian tugas dengan problem posing dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam membuat soal dan mampu menyelsaikannya dengan kelompoknya. Seperti pada pendekatan mengajar lainnya, pemberian tugas dengan problem posing memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan dan kelemahannya antara lain: 2.1 4.1 Kelebihan a. Siswa dapat berpartisipasi secar aktif dalam kegiatan pembelajaran yaitu siswa membuat soal dan menyelesaikannya. b. Siswa lebih terampil dalam menyelesaikan soal. c. Siswa dapat menunjukkan kemampuannya melalui berdiskusi dengan kelompoknya. 2.1.4.2 Kelemahan a. Membutuhkan waktu yang lama b. Membutuhkan refrensi atau buku yang banyak, yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam membuat atau membentuk soal

2.1.5 Prestasi Belajar Kimia Setiap kegiatan atau usaha yang telah dilakukan perlu dilakukan penilaian untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai. Sehingga diketahui apakah tujuan kegiatan pembelajaran telah tercapai atau belum. Dan dalam setiap proses pembelajaran akan menghasilkan perubahan pada siswa yang berdampak pada perubahan tingkah laku atau prestasi belajar siswa. Menurut Sutrartinah (2001) prestasi belajar siswa adalah penilaian hasil usaha kegiatan pembelajaran yang dinyatakan dengan angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang telah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu, sedangkan Arikunto (2001) menyatakan bahwa pembelajaran bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan prestasi belajar, karena prestasi belajar merupakan hasil kerja yang hasilnya sangat kompleks. Dari definisi di atas, jadi prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh atau perubahan tingkah laku seorang siswa setelah kegiatan pembelajaran yang dapat dilihat berupa angka atau nilai dalam periode tertentu dan hasilnya sangat kompleks. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain: 1. Faktor intern yaitu faktor yang ada dalam diri siswa yang sedang belajar, diantaranya adalah: a. Faktor jasmaniah : faktor kesehatan dan cacat tubuh b. Faktor psikologis : faktor intelegensi, perhatian, minat dan bakat c. Faktor kelelahan 2. Faktor ekstern yaitu faktor yang ada di luar diri siswa, diantaranya adalah:

a. Faktor keluarga : cara orang tua mendidik dan suasana rumah b. Faktor sekolah : metode mengajar, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, metode belajar dan tugas rumah.

2.2 Kerangka Berpikir Prestasi belajar siswa merupakan hasil yang diperoleh dari penilaian. Hasil belajar yang baik haruslah bersifat menyeluruh, artinya bukan sekedar penguasaan pengetahuan semata-mata tetapi juga nampak dalam perubahan tingkah laku secara terpadu. Sehubungan dengan hal tersebut, terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa diantaranya faktor internal siswa yang meliputi aspek pisiologi dan aspek psikologi, sedangkan faktor eksternal yang meliputi lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial (Syah, 2006). Oleh karena itu, untuk mendapatkan prestasi belajar yang maksimal serta dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap mata pelajaran kimia, perlu dilakukan proses belajar yang baik dan menerapkan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk mengasah kemampuan siswa dan meningkatkan kualitas pengajaran. Untuk meningkatkan kualitas pengajaran, guru harus berupaya untuk merancang dan melaksanakan metode pembelajaran yang tepat agar dapat memacu aktifitas belajar siswa dan lebih memperdayakan pembelajaran siswa, serta mendorong siswa mengkonstruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri. Pemberian tugas dengan problem posing adalah salah satu teknik atau metode di mana siswa akan membuat soal sendiri dan mampu menyelesaikannya, ini dimaksudkan agar siswa lebih berfikir kreatif sehingga siswa bisa lebih paham mengenai materi-materi yang dipelajari. Dalam hal

ini, soal yang dibuat oleh siswa mirip dengan soal yang dibuat oleh guru agar memudahkan siswa dalam membuat soal baru.

2.3 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis penelitian ini adalah pemberian tugas dengan problem posing secara berkelompok dapat meningkatkan prestasi belajar kimia pokok bahasan koloid pada siswa kelas XI MAN 1 Sumbawa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Hakekat Belajar Mengajar Belajar mengajar merupakan seperangkat komponen yang saling

bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Agar tujuan tercapai, maka semua komponen yang harus diorganisasikan sehingga antar komponen terjadi kerja sama. Dalam kehidupan dapat terjadi proses belajar mengajar, baik sengaja maupun tidak sengaja, disadari atau tidak disadari. Di dalam proses belajar mengajar, guru sebagai pengajar dan siswa sebagai subjek belajar, dituntut adanya kualifikasi tertentu dalam hal pengetahuan, kemampuan, sikap, dan tata nilai serta sifat-sifat pribadi, agar proses itu berlangsung dengan efektif dan efesien. Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri siswa. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya yang ada pada diri siswa (Sudjana, 2008). Sedangkan menurut Djamarah (1994) belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Perubahan yang dimaksud juga adalah perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian baru serta berkembangnya sifat emosional.

Menurut Gagne dalam (Dimyati, 2006) belajar merupakan seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. Kapabilitas/kemampuan tersebut berupa: informasi verbal yaitu kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis, keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang; Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri, kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah; keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani; dan sikap adalah kemapuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan kegiatan atau suatu aktivitas seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku serta penambahan pengetahuan melalui interaksi dengan lingkunganya. Perubahan sikap dan tingkah laku yang dimaksud seperti dari sikap tidak tahu menjadi tahu dan perkembangan sikap emosionalnya. Mengajar adalah proses pemberian bimbingan/ bantuan kepada siswa dalam melakukan proses belajar. Di mana guru harus membawa perubahan tingkah laku yang baik untuk murid-muridnya.

Pada dasarnya mengajar adalah suatu proses, yakni proses mengatur, mengorganisasi, lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar (Sudjana, 2008). Dari defenisi di atas dapat disimpulkan mengajar adalah suatu aktivitas untuk menciptakan kondisi lingkungan yang edukatif yang dapat mendukung berlangsungnya proses belajar mengajar agar mendapatkan perubahan tingkah laku bagi muridnya. 2.1.2 Metode Pemberian Tugas Metode pemberian tugas dapat disamakan dengan metode resitasi (recitation method) yang dapat diartikan sebagai suatu metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas terentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Yang biasa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan di tempat lainnya yang dapat merangsang siswa untuk aktif belajar baik secara perorangan atau kelompok (Djamarah, 2002). Penerapan metode pemberian tugas akan memberikan hasil yang optimal jika pada saat guru memberikan tugas memperhatikan karakteristik siswa, bidang studi dan tujuan. Keberhasilan penerapan pemberian tugas juga dipengaruhi oleh prosedur atau langkah-langkah penerapannya. Prosedur penerapan metode pemberian tugas yang umum dilakukan adalah sebagai berikut (Djamarah, 2002).

2.1.2.1 Fase pemberian tugas e. Membuat rancangan pemberian tugas f. Mendiskusikan tugas dengan siswa g. Membuat lembar kerja jika perlu h. Menyediakan sumber-sumber belajar yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas 2.1.2.2 Fase pelaksanaan tugas g. Memberikan bimbingan atau pengawasan h. Memberikan tugas baik lisan maupun tulisan i. Menjelaskan tugas dan manfaat tugas yang diberikan j. Memberikan penjelasan dan dorongan agar siswa mau mengerjakan tugas k. Mengamati dan menyelesaikan tugas oleh siswa sendiri l. Mencatat hasil yang diperoleh dengan baik 2.1.2.3 Fase mempertanggungjawabkan tugas a. Memberikan hasil pelaksanaan tugas baik lisan maupun tulisan b. Mendiskusikan kesulitan-kesulitan yang tidak dapat diselesaikan oleh siswa c. Memberikan penilaian hasil pekerjaan baik dengan tes maupun dengan cara lainnya. 2.1.3 Problem Posing Dalam problem posing kegiatan pembelajaran dimulai dengan suatu persoalan yang dipikirkan pada saat itu. Menurut Suyanto dalam (Darnati, 2001) problem posing merupakan istilah dalam bahasa inggris sebagai padanan katanya digunakan istilah pembentukan soal pembentukan soal atau pembentukan

masalah mencakup dua macam kegiatan yaitu (1) pembentukan soal baru atau pembentukan soal dari situasi atau dari pengalaman siswa, dan (2) pembentukan soal dari soal lain yang sudah ada. Pembentukan soal yang tepat sangat tergantung pada perilaku yang akan diukur. Ada perilaku yang tepat diukur/dinyatakan dengan bentuk soal objektif, dan juga perilaku yang lebih tepat diukur dengan menggunakan bentuk soal pilihan ganda. Pembentukan soal baik soal uraian atau objektif memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, adapun pembentukan soal yang diinginkan adalah bentuk soal obyektif di mana siswa dapat mengukur kemampuan

mengorganisasikan gagasan dan yang menyatakan jawabannya menurut kata-kata atau kalimat siswa sendiri (Safari, 2003). Dalam pembentukan soal uraian diperlukan kelengkapan dan ketepatan dalam merumuskannya. Ketepatan yang dimaksud adalah, bahwa materi yang dinyatakan tepat diajukan dengan bentuk uraian yaitu menuntut siswa untuk mengorganisasikan gagasan dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan secara tertulis dengan menggunakan kata-kata sendiri. Sedangkan kelengkapan yang dimaksud adalah kelengkapan perilaku yang diukur yang digunakan untuk menetapkan aspek yang akan dinilai. Maka dalam penulisan soal harus memperhatikan tehnik dan langkah-langkah membuat soal yaitu (1) menentukan pokok bahasan yang akan dijadikan soal (2) menyusun kisi-kisi soal (3) menulis soal (4) merakit soal menjadi seperangkat tes (5) menyusun pedoman penskorannya.

Problem posing menekankan pada kemampuan siswa membuat soal sendiri dan menyelesaikannya. Dalam Safari (2003) soal yang dibuat dapat memberikan informasi yang tepat pada siswa mengenai materi yang belum atau sudah dipahami dari materi yang sudah diajarkan. Salah satu ciri soal yang bermutu baik adalah bahwa soal itu dapat membedakan kemampuan siswa, semakin tinggi kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diajarkan maka semakin tinggi peluang menjawab soal mengenai materi yang diajarkan begitu juga sebaliknya. Adapun bentuk soal yang bermutu baik adalah: 3. Sahih (valid) maksudnya bahwa setiap soal hanya mengukur satu dimensi/aspek saja dan soal yang akan disusun dirumuskan kisi-kisinya serta harus sesuai dengan kaidah penulisan soal (pilihan ganda atau uraian). 4. Handal (reliabel) maksudnya bahwa setiap soal harus dapat memberikan hasil yang tepat dan cepat. Sedangkan dalam penyelesaikan soal kimia menurut Sumaji (1998) secara garis besar ada beberapa tahapan sebagai berikut: 5. Tahap analisis soal adalah mengindetifikasikan data-data dan permasalahannya. 6. Tahap penyusun rencana penyelesaian adalah analisis untuk menentukan langkah-langkah penyelesaian, pemilihan konsep, hukum, persamaan, dan teori yang sesuai dengan menyelesaikan soal.

7. Tahap penyelesaian soal adalah tahap menyelesaikan masalah dari langkahlangkah yang telah dirancang dan menggunakan konsep, hukum dan teori yang telah terpilih. 8. Tahap penilaian atau tahap evaluasi adalah tahap pemeriksaan apakah langkahlangkah penyelesaian telah sesuai dengan rencana, hukum-hukum dan perhitungan telah dilakukan dengan benar. Siswa diharapkan, dalam menyelesaikan soal dapat merubah dan membuat soal baru serta menyelesaikan soal tersebut, dan bila siswanya sudah benar-benar mangerti dan mantap dengan pokok bahasan yang diberikan dengan pendekatan problem posing, siswa diharapkan dapat menyelesaikan soal-soal aplikasi. Dengan pendekatan problem posing seperti ini siswa akan lebih aktif dalam bertanya menyampaikan hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa tersebut, sehingga secara tidak langsung siswa termotivasi untuk belajar, lebih giat sehingga prestasi siswa akan meningkat. Keberhasilan dalam pendekatan problem posing ini dapat terlihat dari prestasi belajar siswa. 2.1.4 Pemberian Tugas Dengan Problem Posing Secara Berkelompok Pemberian tugas dengan problem posing secara berkelompok adalah sesuatu kegiatan pemberian tugas pada siswa di mana siswa secara berkelompok terlibat langsung dalam pembuatan dan pembentukan soal dan menyelesaikannya sesuai dengan konsep yang telah diajarkan. Dalam pemberian tugas dengan problem posing ini siswa bekerja secara berkelompok, hal ini dimaksudkan agar guru mudah memantau aktivitas siswa selama pelaksanaan pemberian tugas

berlangsung dan juga dapat mempermudah guru dalam memeriksa hasil kegiatan tersebut. Dengan berkelompok, maka antar siswa dapat menyelesaiakan soal secara bersama-sama dan dapat memberikan sumbangan pikiran sehingga diperoleh hasil yang lebih baik (Sudjana, 2002). Dalam kegiatan ini soal yang dibuat siswa diusahakan mirip dengan contoh soal yang dibuat oleh guru atau dengan kata lain soal yang dibuat tidak jauh berbeda dengan soal yang dibuat oleh guru. Keberhasilan pemberian tugas dengan problem posing dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam membuat soal dan mampu menyelsaikannya dengan kelompoknya. Seperti pada pendekatan mengajar lainnya, pemberian tugas dengan problem posing memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan dan kelemahannya antara lain: 2.1 4.1 Kelebihan d. Siswa dapat berpartisipasi secar aktif dalam kegiatan pembelajaran yaitu siswa membuat soal dan menyelesaikannya. e. Siswa lebih terampil dalam menyelesaikan soal. f. Siswa dapat menunjukkan kemampuannya melalui berdiskusi dengan kelompoknya. 2.1.4.2 Kelemahan c. Membutuhkan waktu yang lama d. Membutuhkan refrensi atau buku yang banyak, yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam membuat atau membentuk soal

2.1.5 Prestasi Belajar Kimia Setiap kegiatan atau usaha yang telah dilakukan perlu dilakukan penilaian untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai. Sehingga diketahui apakah tujuan kegiatan pembelajaran telah tercapai atau belum. Dan dalam setiap proses pembelajaran akan menghasilkan perubahan pada siswa yang berdampak pada perubahan tingkah laku atau prestasi belajar siswa. Menurut Sutrartinah (2001) prestasi belajar siswa adalah penilaian hasil usaha kegiatan pembelajaran yang dinyatakan dengan angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang telah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu, sedangkan Arikunto (2006) menyatakan bahwa pembelajaran bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan prestasi belajar, karena prestasi belajar merupakan hasil kerja yang hasilnya sangat kompleks. Dari definisi di atas, jadi prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh atau perubahan tingkah laku seorang siswa setelah kegiatan pembelajaran yang dapat dilihat berupa angka atau nilai dalam periode tertentu dan hasilnya sangat kompleks. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain: 3. Faktor intern yaitu faktor yang ada dalam diri siswa yang sedang belajar, diantaranya adalah: a. Faktor jasmaniah : faktor kesehatan dan cacat tubuh b. Faktor psikologis : faktor intelegensi, perhatian, minat dan bakat c. Faktor kelelahan 4. Faktor ekstern yaitu faktor yang ada di luar diri siswa, diantaranya adalah:

c. Faktor keluarga : cara orang tua mendidik dan suasana rumah d. Faktor sekolah : metode mengajar, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, metode belajar dan tugas rumah.

2.2 Kerangka Berpikir Prestasi belajar siswa merupakan hasil yang diperoleh dari penilaian. Hasil belajar yang baik haruslah bersifat menyeluruh, artinya bukan sekedar penguasaan pengetahuan semata-mata tetapi juga nampak dalam perubahan tingkah laku secara terpadu. Sehubungan dengan hal tersebut, terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa diantaranya faktor internal siswa yang meliputi aspek pisiologi dan aspek psikologi, sedangkan faktor eksternal yang meliputi lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial (Muhibbin, 2006). Oleh karena itu, untuk mendapatkan prestasi belajar yang maksimal serta dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap mata pelajaran kimia, perlu dilakukan proses belajar yang baik dan menerapkan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk mengasah kemampuan siswa dan meningkatkan kualitas pengajaran. Untuk meningkatkan kualitas pengajaran, guru harus berupaya untuk merancang dan melaksanakan metode pembelajaran yang tepat agar dapat memacu aktifitas belajar siswa dan lebih memperdayakan pembelajaran siswa, serta mendorong siswa mengkonstruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri. Pemberian tugas dengan problem posing adalah salah satu teknik atau metode di mana siswa akan membuat soal sendiri dan mampu menyelesaikannya, ini dimaksudkan agar siswa lebih berfikir kreatif sehingga siswa bisa lebih paham mengenai materi-materi yang

dipelajari. Dalam hal ini, soal yang dibuat oleh siswa mirip dengan soal yang dibuat oleh guru agar memudahkan siswa dalam membuat soal baru.

2.3 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis penelitian ini adalah pemberian tugas dengan problem posing secara berkelompok dapat meningkatkan prestasi belajar kimia pokok bahasan koloid pada siswa kelas XI MAN 1 Sumbawa.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen, penelitian eksperimen merupakan penelitian yang sistematis, logis dan teliti di dalam melakukan kontrol di dalam kondisi (Zuriah, 2006). Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari

hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu (Arikunto, 2006).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI-IA MAN 1 Sumbawa. 3.2.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap, tanggal 29 April sampai 23 Mei 2009.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian Populasi adalah kesuluruhan subyek atau obyek penelitian (Arikunto, 2002). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono. 2009).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI-IA1 dan XI-IA2 MAN 1 Sumbawa tahun pelajaran 2008/2009 yang terdiri dari 2 kelas dengan jumlah keseluruhannya adalah 80 orang. 3.3.2 Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 1998). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari jumlah siswa kelas XI MAN 1 Sumbawa tahun pelajaran 2008/2009. Teknik pengambilan sampel (Arikunto, 2002) menjelaskan bahwa apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya lebih dari 100 dapat diambil antara 10-15%, 20-25% atau lebih. Berdasarkan pendapat tersebut, karena populasi dalam penelitian ini kurang dari 100 orang, maka penelitian ini merupakan penelitian populasi yaitu kelas XI-IA1 dan kelas XI-IA2 tahun pelajaran 2008/2009.

3.4 Rancangan Penelitian Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus pengamatan penelitian. Variabel yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendekatan problem posing sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah prestasi belajar. Siswa dikelompokkan menjadi dua kelas perlakuan yaitu kelas eksperimen kelas yang diterapkan metode pendekatan problem posing dan kelas kontrol yaitu kelas yang diajarkan tanpa menggunakan problem posing. Pada akhirnya pada dua

kelas tersebut diberikan tes yang sama untuk melihat prestasi belajar siswa sebelumnya kemampuan awal siswa diasumsikan sama. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan pemberian tes pada siswa tentang pokok bahasan koloid. Tes yang digunakan adalah tes objektif dengan jumlah soal sebanyak 30 butir soal.

3.6 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk melakukan penelitian. Keberhasilan penelitian banyak ditentukan oleh instrumen penelitian (Sudjana, 2004). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes berupa tes objektif yang terdiri dari 30 soal dengan skor untuk jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0. Kisi-kisi instrumen penelitian dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.1 Kisi-kisi instrumen penelitian pokok bahasan koloid No 1 Materi Pokok Bahasan Koloid Pembelajaran Koloid Pengertian koloid dan cara pembuatannya Indikator Menjelaskan pengertian koloid dan cara pembuatannya Menjelaskan jenis-jenis koloid serta contohnya Menjelaskan sifat-sifat koloid serta contoh dalam kehidupan sehari-hari Nomor Soal 1,2,3,4,5,6, 7,8,9,10, 11,12 13,14,15, 16,17,18, 19,20,21 22,23,24,2 5,26,27,28, 29,30

Jenis-jenis koloid serta contohnya Menjelaskan koloid sifat-sifat

3.6.1

Uji Coba Instrumen Penelitian Uji validitas instrumen penelitian, dilakukan pada kelas XII-IA1 MAN 1

Sumbawa tahun pelajaran 2008/2009. Adapun alasannya yaitu, (1) kelas XII pernah menerima materi yang sama yaitu tentang koloid dan diajarkan oleh guru yang sama, dengan demikian bobot materi yang diberikan tentunya tidak jauh berbeda sehingga diharapkan instrumen soal yang diberikan benar-benar valid (2) jika uji coba instrumen dilakukan pada sekolah lain maka dihawatirkan soal akan kurang valid karena muatan materi yang diberikan tiap-tiap sekolah berbeda-beda. 3.6.1.1 Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2002). Sugiono (2009) menyatakan validitas adalah terdapatnya kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Untuk mengetahui valid atau tidaknya soal tes digunakan koefisien korelasi sebagai berikut (Arikunto, 2002).

rxy N
Keterangan : rxy x y

N x2 -

xy x
2

x N

y y2 y
2

: Koefisien korelasi antara variabel x dan y : Skor item : Jumlah soal

: Jumlah sampel

Dengan kriteria, soal dikatakan valid jika rxy rtabel pada taraf signifikan 5%. 3.6.1.2 Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa satu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2002). Untuk mengetahui reliabel atau tidaknya soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus KR-20 sebagai berikut:

r11

Vt pq k k -1 Vt

Keterangan : (Arikunto, 2002) r11 k Vt p q pq : Reabilitas tes secara keseluruhan : Jumlah item dalam instrumen : Standar deviasi dan tes (Standar deviasi dan akar varians) : Proporsi subjek yang menjawab item betul. : Proporsi subjek yang menjawab item salah (q = 1-p) :Jumlah hasil perkalian p dan q Tolak ukur untuk menginterpretasikan reabilitasi soal menurut Arikunto (2006) sebagai berikut: Tabel 3.2. Kriteria Reabilitas Soal. No. 1. 2. 3. 4. 5. Besar nilai r 0,000 - 0,200 0,200 - 0,400 0,400 - 0,600 0,600 - 0,800 0,800 - 1,000 Interpretasi Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

3.7 Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah uji beda (t-tes). Sebelum melakukan uji beda (t-tes) terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Sugiyono, 2005).

Varians terbesar Varians terkecil


Varians untuk masing-masing kelas diperoleh dengan persamaan sebagai

berikut:

S12

X-X n

Keterangan : F : indeks homogenitas yang dicari

S12 : varians X : nilai siswa

X : rata rata kelas

: jumlah siswa

Kesimpulan: Bila Fhitung > FTabe1 = Varian tidak homogen. Bila Fhitung < FTabel = Varian homogen. Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada pembelajaran kimia pada pokok bahasan koloid menggunakan analisis uji-t dengan rumus sebagai berikut: 1) Jika varians tidak homogen, maka rumus Uji-ttes. Yang digunakan adalah separated varians, dengan rumus sebagai berikut.

t=

X1 X 2 S1 n1
2

S2 n2

2) Jika varians homogen, maka Uji-tes yang digunakan Polled varians, dengan rumus sebagai berikut: t=

X1 X 2 (n1 1)S1 (n 2 1)S2 n1 n 2 2


2 2

1 n1

1 n2

Keterangan : t = t tes (t-hitung) = Rata - rata kelas eksperimen = Rata - rata kelas kontrol = Variansi kelas eksperimen = Variansi kelas kontrol = Jumlah kelas eksperimen = Jumlah kelas kontrol

X1

X2
S12 S22 n1 n2

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Validitas Sebelum penelitian dilaksanakan, soal tes pokok bahasan koloid diujikan terlebih dahulu agar memenuhi kriteria-kriteria validitas. Berdasarkan hasil uji coba, tes yang dilaksanakan pada tanggal 30 April 2009 di kelas XII-IA1 MAN 1 Sumbawa,

dari 30 soal tes pokok bahasan koloid diperoleh 23 soal yang memenuhi syarat validitas dan 7 soal yang tidak memenuhi syarat validitas antara lain, soal no. 4, 12, 18, 23, 26, 28, 30 (lampiran 8). 4.1.2 Reliabilitas Berdasarkan hasil uji coba, reliabilitas soal tes pokok bahasan koloid dari 23 soal yang valid diperoleh r11 sebesar 0.745, ini menunjukkan bahwa soal tes pokok bahasan koloid memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi. (lampiran 11)

4.2 Deskripsi Data Data hasil belajar pokok bahasan koloid pada kelas eksperimen, nilai siswa terendah adalah 65.21 dan nilai tertinggi adalah 86.95 dengan nilai rata-rata diperoleh yaitu 75.23. Sedangkan pada kelas kontrol nilai siswa terendah adalah 47.82 dan nilai tertinggi adalah 82.60 dengan nilai rata-rata diperoleh yaitu 66.00. (lampiran 14). Pada saat pembagian instrumen populasi yang seharusnya 80 orang, 40 siswa pada kelas eksperimen dan 40 siswa pada kelas kontrol karena sesuatu dan lain hal, sebanyak 11 siswa tidak ikut, sehingga hanya 69 siswa yang mengikuti tes hasil belajar yaitu 36 siswa kelas eksperimen, dan 33 siswa kelas kontrol.

Selanjutnya dilakukan perhitungan uji homogenitas untuk mengetahui apakah sample merupakan sample homogen atau tidak homogen. Dari hasil perhitungan diperoleh F
hitung

tabel ,

di mana F

hitung

2.00 dan F

tabel

1.76 . Hal ini

menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol bukan merupakan sampel homogen (non homogen). (lampiran 15) Kemudian dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan statistik uji-t dengan rumus separated varians pada taraf signifikan 5%. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak. Dari data hasil belajar siswa diperoleh t
hitung

sebesar, 5,280 kemudian didistribusikan dengan


hitung

tabel

= 1,980 dan diperoleh t

tabel .

(lampiran 16). Hal ini berarti ada

perbedaan yang signifikan antara hasil belajar pokok bahasan koloid kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan yaitu Penggunaan metode problem posing secara berkelompok dapat meningkatkan prestasi belajar kimia pada pokok bahasan koloid siswa kelas XI-IA MAN 1 Sumbawa tahun pelajaran 2008/2009 diterima.

4.3 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data yang dilakukan, maka dapat dijelaskan bahwa penggunaan metode problem posing dapat meningkatkan prestasi belajar kimia pada pokok bahasan koloid siswa kelas XI-IA2 MAN 1 Sumbawa tahun pelajaran 2008/2009. Adanya peningkatan prestasi belajar kimia pada pokok bahasan koloid dengan menggunakan metode problem posing dapat dilihat dengan nilai rata-rata kelas eksperimen yaitu 75.23, sedangkan kelas kontrol sebesar 66.00. Peningkatan prestasi belajar kimia tersebut diperkuat dengan analisa data. Hasil analisa data menunjukkan

bahwa t

hitung

= 5,280

tabel

= 1,980 pada taraf signifikan 5%. Hal ini berarti,

penggunaan metode problem posing secara berkelompok dapat meningkatkan prestasi belajar kimia pada pokok bahasan koloid siswa kelas XI-IA MAN 1 Sumbawa tahun pelajaran 2008/2009. Meningkatnya prestasi belajar siswa dengan menggunakan metode problem posing, karena metode ini dapat memberikan keleluasaan kepada siswa dalam mengembangkan dan melatih diri untuk membuat dan menyelesaikan soal-soal yang diberikan kepadanya, sehingga siswa merasa tertantang dan termotivasi dalam proses belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran kimia. Di samping itu, metode ini juga memungkinkan timbulnya kerjasama dan gotong royong yang tinggi antara siswa dalam suatu kelompok dengan siswa lainnya dalam kelompok lain, begitu juga antara siswa dengan guru dalam proses belajar mengajar.

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: Metode pemberian tugas dengan problem posing secara berkelompok dapat meningkatkan prestasi belajar kimia pokok bahasan koloid pada siswa kelas XI MAN 1 Sumbawa Tahun Pelajaran 2008/2009.

5.2 Saran Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut : a. Bagi guru khususnya guru mata pelajaran kimia, dalam pengajaran materi pokok bahasan koloid sebaiknya menggunakan metode pemberian tugas dengan problem posing secara berkelompok. b. Bagi peneliti, dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai metode pemberian tugas dengan problem posing secara berkelompok dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan lain.

Anda mungkin juga menyukai