Anda di halaman 1dari 9

2.

1LANDASAN FILOSOFIS Landasan kurikulum filosofis ialah dalam pengembangan rumusan yang

persoalan, yaitu hakikat benar-salah (logika), hakikat baik-buruk (etika), dan hakikat indahjelek (estetika). Oleh karena itu maka ketiga pandangan tersebut sangat dibutuhkan dalam pendidikan. Terutama dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan. Artinya ke mana

pentingnya

didapatkan dari hasil berpikir secara mendalam, analisis, logis, sistematis dalam merencanakan, melaksanakan, membina dan mengembangkan kurikulum baik dalam bentuk kurikulum sebagai rencana (tertulis), terlebih kurikulum dalam bentuk pelaksanaan di sekolah. 1. 1. Filsafat Pendidikan Filsafat berupaya yang mengkaji dihadapai pendidikan. berbagai manusia, Pendidikan

pendidikan akan dibawa, terlebih dahulu harus ada kejelasan pandangan hidup manusia atau tentang hidup dan eksistensinya. Filsafat akan menentukan arah kemana peserta didik akan dibawa, filsafat merupakan perangkat nilai-nilai yang melandasi dan membimbing ke arah pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu, filsafat yang dianut oleh suatu bangsa atau kelompok masyarakat tertentu atau bahkan yang dianut oleh perorangan akan sangat

permasalahan termasuk

masalah

sebagai ilmu terapan, tentu saja memerlukan ilmu-ilmu lain sebagai penunjang, di antaranya filsafat. Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dan pemikiran-pemikiran filosofis untuk memecahkan masalah-masalah

mempengaruhi terhadap tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Tujuan pendidikan nasional di Indonesia tentu saja bersumber pada pandangan dan cara hidup manusia Indonesia, yakni Pancasila. Hal ini berarti bahwa pendidikan di Indonesia harus membawa peserta didik agar menjadi manusia yang berPancasila. Dengan kata lain, landasan dan arah yang ingin diwujudkan oleh pendidikan di

pendidikan. Menurut Redja Mudyahardjo (1989), terdapat tiga sistem pemikiran filsafat yang sangat besar pengaruhnya dalam pemikiran pendidikan pada umumnya dan pendidikan di Indonesia pada khususnya, yaitu : filsafat idealisme, realisme dan filsafat fragmatisme. 1. 2. Filsafat dan Tujuan Pendidikan Bidang telaahan filsafat pada itu? awalnya Kajian untuk

Indonesia adalah yang sesuai dengan kandungan falsafah Pancasila itu sendiri. Sebagai implikasi dari nilai-nilai filsafat Pancasila yang dianut bangsa Indonesia, dicerminkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional seperti terdapat dalam UU No.20 Tahun 2003, yaitu : Pendidikan Nasional berdasarkan

mempersoalkan terhadap

siapa

manusia ini

persoalan

berupaya

menelusuri hakikat manusia, sehingga muncul beberapa asumsi tentang manusia. Misalnya manusia adalah makhluk religius, makhluk sosial, makhluk yang berbudaya, dan lain sebagainya. Dari beberapa telaahan tersebut tiga filsafat pokok

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pendidikan

mencoba

menelaah

tentang

nasional kemampuan

berfungsi dan

mengembangkan watak serta

1) Filsafat pendidikan dapat menentukan arah akan dibawa ke mana anak-anak melalui

membentuk

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

pendidikan di sekolah? Sekolah adalah suatu lembaga yang didirikan untuk mendidik anakanak ke arah yang dicita-citakan oleh masyarakat, bangsa dan negara. 2) Dengan adanya tujuan pendidikan yang

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadimanusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 2 dan 3). Dalam rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut, tersurat dan tersirat nilai-nilai yang terkandung dalam rumusan Pancasila. Melalui rumusan tujuan pendidikan nasional di atas, sudah jelas tergambar bahwa peserta didikyang ingin dihasilkan oleh sistem pendidikan kita antara lain adalah untuk melahirkan manusia yang beriman, bertaqwa, berilmu dan beramal dalam kondisi yang serasi, selaras dan seimbang. Di sinilah pentingnya filsafat sebagai pandangan hidup manusia dalam hubunganya dengan pendidikan dan pembelajaran. 1. 3. Manfaat Filsafat Pendidikan Filsafat pendidikan dari pada dasarnya adalah filsafat 1.

diwarnai oleh filsafat yang dianut, kita mendapat hambaran yang jelas tentang hasil yang harus dicapai. 3) Filsafat dan tujuan pendidikan memberi

kesatuan yang bulat kepada segala usaha pendidikan. 4) Tujuan pendidikan memungkinkan si

penduduk menilai usahanya, hingga manakah tujuan itu tercapai. 5) Tujuan pendidikan memberikan motivasi atau dorongan bagi kegiatan-lkegiatan pendidikan. 4. Kurikulum dan Filsafat Pendidikan Kurikulum pada hakikatnya adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan, karena tujuan pendidikan sangat dipengaruhi oleh filsafat atau pandangan hidup suatu bangsa, maka tentu saja kurikulum yang dikembangkan juga akan

penerapan

pemikiran-pemikiran

mencerminkan falsafah/pandangan hidup yang dianut oleh bangsa tersebut oleh karena itu terdapat hubungan yang sangat erat antara kurikulum pendidikan di suatu negara dengan filsafat negara yang dianutnya. Sebagai contoh, Indonesia pada masa penjajahan Belanda,

untuk memecahkan permasalahn pendidikan. Dengan demikian tentu saja bahwa filsafat memiliki manfaat dan memberikan kontribusi yang besar terutama dalam memberikan kajian sistematis pendidikan. berkenaan Menurut beberapa dengan kepentingan (1982) filsafat

Nasution manfaat

kurikulum yang dianut pada masa itu sangat berorientasi pada kepentingan politik Belanda. Demikian pula pada saat negara kita dijajah Jepang, maka orientasi kurikulum berpindah

mengidentifikasi pendidikan, yaitu:

yaitu disesuaikan dengan kepentingan dan sistem nilai yang dianut oleh negara Matahari Terbit itu. Setelah Indonesia mencapai

menganggap anak sebagai orang dewasa dalam bentuk kecil. J.J.Rousseau, seorang ahli

pendidikan bangsa Perancis, termasuk yang fanatik berpandangan seperti itu. Dewasa dalam bentuk kecil mengandung makna bahwa anak itu belum sepenuhya bagi memiliki potensi diri yang

kemerdekaannya, dan secara bulat dan utuh menggunakan pancasila sebagai dasar dan falsafah dalam berbangsa dan bernegara, maka kurikulum pendidikan pun disesuaikan dengan nilai-nilai pancasila itu sendiri. Pengembangan kurikulum walaupun pada tahap awal sangat dipengaruhi oleh filsafat dan ideologi negara, namun tidak berarti bahwa kurikulum bersifat statis, melainkan senantiasa memerluka pengembangan, pembaharuan dan penyempurnaan disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan dan perkembangan zaman yang senantiasa cepat berubah.

diperlukan

penyesuaian

terhadap

lingkungannya, ia masih memerlukan bantuan untuk berkembang ke arah kedewasaan yang sempurna Rousseau memberi tekanan kepada kebebasan berkembang secara mulus menjadi orang dewasa yang diharapkan. Pendapat perkembangan lain anak mengatakan bahwa dari

itu adalah hasil

pengaruh lingkungan. Anak dianggap sebagai kertas putih, di dapat mana bebas orang-orang menulis di

sekelilingnya 2.2LANDASAN PSIKOLOGIS Penerapan landasan psikologi dalam

kertas

tersebut. Pandangan ini bertentangan dengan pandangan di atas, di mana justru aspek-aspek di luar anak/lingkungannya lebih banyak

pengembangan kurikulum, tiada lain agar upaya pendidikan yang dilakukan dapat menyesuaikan dari segi materi atau bahan yang harus disampaikan, penyesuaian dari segi proses penyampaian atau pembelajarannya, dan

mempengaruhi perkembangan anak menjadi individu yang dewasa. Pandangan ini sering disebut teori Tabularasa dengan tokohnya

yaitu John Locke. Selain kedua pandangan tersebut, terdapat pandangan perkembangan yang anak menyebutkan itu merupakan bahwa hasil

penyesuaian dari unsur-unsur upaya pendidikan lainnya. 1. 1. Perkembangan Peserta Didik dan Kurikulum Anak sejak dilahirkan sudah memperlihatkan keunikan-keunikan, seperti pernyataan dirinya dalam bentuk tangisan atau gerakan-gerakan tertentu. Hal ini memberikan gambaran bahwa sebenarnya sejak lahir anak telah memiliki potensi untuk berkembang. Bagi aliran yang sangat percaya dengan kondisi tersebut sering

perpaduan antara pembawaan dan lingkungan. Aliran ini mengakui akan kodrat manusia yang memiliki potensi sejak lahir, namun potensi ini akan berkembang menjadi baik dan sempurna berkat pengaruh lingkungan. Aliran ini disebut aliran konvergensi dengan tokohnya

yaituWilliam Stern. Pandangan yang terakhir ini

dikembangkan

lagi

oleh Havighurst dengan

3)

Kurikulum disamping menyediakan bahan

teorinya tentang tugas-tugas perkembangan (developmental tasks). Tugas-tugas

ajar yang bersifat kejuruan juga menyediakan bahan ajar yang bersifat akademik. Bagi anak yang berbakat di bidang akademik diberi kesempatan untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya. 4) Kurikulum memuat tujuan-tujuan nilai/sikap, yang dan

perkembangan yang dimaksud adalah tugas yang secara nyata harus sesuai yang dipenuhi dengan oleh setiap

anak/individu perkembangan

taraf/tingkat oleh

dituntut

lingkungannya. Apabila tugas-tugas itu tidak terpenuhi, maka pada taraf perkembangan berikutnya anak/individu tersebut akan

mengandung

pengetahuan,

keterampilan yang menggambarkan keseluruhan pribadi yang utuh lahir dan batin. Implikasi lain dari pengetahuan tentang anak terhadap proses pembelajaran (actual

mengalami masalah. Melalui tugas-tugas ini, anak akan berkembang dengan baik dan beroperasi secara kumulatif dari yang sederhana menuju ke arah yang lebih kompleks. Namun demikian, objek penelitian yang dilakukan oleh Havighurst adalah anak-anak Amerika, jadi kebenarannya masih perlu diteliti dan dikaji dengan cermat disesuaikan dengan anak-anak Indonesia yang memiliki kondisi lingkungan yang berbeda. Pandangan tentang anak sebagai makhluk terhadap yang unik sangat

curriculum) dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara operasional selalu berpusat kepada perubahan tingkah laku peserta didik. 2) Bahan/materi yang diberikan harus sesuai

dengan kebutuhan, minat dan perhatian anak, bahan tersebut mudah diterima oleh anak. 3) Strategi belajar mengajar yang digunakan

harus sesuai dengan taraf perkembangan anak. 4) Media yang dipakai senantiasa dapat menarik perhatian dan minat anak. 5) Sistem evaluasi berpadu dalam satu kesatuan yang menyekuruh dan berkesinambungan dari satu tahap ke tahap yang lainnya dan dijalankan secara terus menerus. 1. 2. Psikologi Belajar dan Kurikulum Psikologi belajar merupakan suatu cabang

berpengaruh

pengembangan

kurikulum pendidikan. Setiap anak merupakan pribadi tersendiri, memiliki perbedaan disamping persamaannya. Implikasi dari hal tersebut

terhadap pengembangan kurikulum yaitu : 1) Setiap anak diberi kesempatan untuk

berkembang sesuai dengan bakat, minat dan kebutuhannya. 2) Di samping disediakan pelajaran yang sifatnya umum (program inti) yang wajib dipelajari setiap anak di sekolah, disediakan pula pelajaran pilihan yang sesuai dengan minat anak.

bagaimana individu belajar. Belajar bisa diartikan sebagai perubahan perilaku yang terjadi melalui pengalaman. Segala perubahan perilaku baik yang berbentuk kognitif, dan afektif, terjadi maupun karena

psikomotor

prosespengalaman dapat dikategorikan sebagai perilaku belajar. Perubahan-perubahan perilaku yang terjadi secara insting atau terjadi karena kematangan, atau perilaku yang terjadi secara kebetulan, tidak termasuk belajar. Mengetahui tentang psikologi/teori belajar merupakan bekal bagi para guru dalam tugas pokoknya yaitu pembelajaran anak. Psikologi atau teori belajar yang berkembang pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga rumpun, yaitu : Teori Disiplin Mental atau Teori Daya (Faculty Theory), Behaviorisme, dan Organismik atau kognitif Gestalt Field. 1) Menurut Teori Daya (Disiplin Mental) Menurut teori ini, sejak kelahirannya

conditioning).

Behaviorisme

berangkat

dari

asumsi bahwa individu tidak membawa potensi sejak lahir. Perkembangan individu ditentukan oleh lingkungan (keluarga, sekolah, masyarakat). Teori ini tidak mengakui sesuatu yang sifatnya mental, perkembangan anak menyangkut hal-hal nyata yang dapat dilihat dan diamati. Teori Asosiasi adalah teori yang awal dari rumpun Behaviorisme. Menurut teori ini kehidupan tunduk kepada hokum stimulus-respon atau aksireaksi. Belajar merupakan hubungan upaya untuk

membentuk

stimulus-respon

sebanyak-banyaknya. 3) Teori Organismik (Gestalt) Teori ini mengacu pada pengertian bahwa keseluruhan lebih bermakna daripada bagianbagian, keseluruhan bukan kumpulan dari

anak/individu telah memiliki otensi-potensi atau daya-daya tertentu (faculties) yang masingmasing memiliki fungsi tertentu, seperti

bagian-bagian.

Manusia

dianggap

sebagai

potensi/daya mengingat, daya berfikir, daya mencurahkan pendapat, daya mengamati, daya memecahkan masalah, dan daya-daya lainnya. Daya-daya tersebut dapat dilatih agar dapat berfungsi dengan baik. Daya-daya yang telah terlatih dapat dipindahkan dalam pembentukan daya-daya lain. Pemindahan (transfer) ini mutlak dilakukan melalui latihan (drill), karena itu pengertian mengajar menurut teori ini adalah melatih peserta didik dalam daya-daya itu, cara mempelajarinya pada umumnya melalui hapalan dan latihan. 2) Teori Behaviorisme Rumpun teori ini mencakup tiga teori, yaitu koneksionisme atau teori asosiasi, teori

makhluk organism yang melakukan hubungan timbale balik dengan lingkungan secara

keseluruhan, hubungan ini dijalin oleh stimulus dan respon. Menurut teori ini, Stimulus yang hadir itu diseleksi menurut tujuannya, kemudian individu melakukan interaksi dengannya dan seterusnya terjadi perbuatan belajar. Disini peran guru adalah sebagai pembimbing siswa bukan

penyampai

pengetahuan,

berperan

sebagai pengelola bahan pelajaran. Belajar menurut teori ini bukanlah menghapal akan tetapi memecahkan masalah, dan metoda belajar yang dipakai adalah metoda ilmiah dengan cara anak dihadapkan pada berbagai permasalahan, merumuskan hipotesis atau

kondisioning, dan teori reinforcement (operant

praduga, mengumpulkan data yang diperlukan

untuk memecahkan masalah, menguji hipotesis yang telah dirumuskan, dan pada akhirnya para siswa dibimbing untuk menarik kesimpulankesimpulan. Teori ini banyak mempengaruhi praktek pengajaran di sekolah karena memiliki prinsip sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Belajar berdasarkan keseluruhan Belajar adalah pembentukan kepribadian Belajar berkat pemahaman Belajar berdasarkan Pengalaman Belajar adalah suatu proses perkembangan Belajar adalah proses berkelanjutan 3. 4. 2. 1.

3)

Seluruh

nilai

yang

telah

disepakati

masyarakat dapat pula disebut kebudayaan. Kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, karsa manusia yang diwujudkan dalam tiga gejala, yaitu: Ide, konsep, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan lain-lain. Kegiatan, yaitu tindakan berpola dari manusia dalam bermasyarakat. Benda hasil karya manusia. 2. Masyarakat dan Kurikulum Mayarakat adalah suatu kelompok individu yang diorganisasikan mereka sendiri ke dalam

kelompok-kelompok 2.3 LANDASAN SOSIOLOGIS Landasan kekuatan sosiologis sosial di menyangkut masyarakat. kekuatanKekuatan-

berbeda.

Kebudayaan

hendaknya dibedakan dengan istilah masyarakat yang mempunyai arti suatu kelompok individu yang terorganisir yang berpikir tentang dirinya sebagai suatu yang berbeda dengan kelompok atau masyarakat lainnya. Tiap masyarakat

kekuatan itu berkembang dan selalu berubahubah sesuai dengan perkembangan zaman. Kekuatan itu dapat berupa kekuatan yang nyata maupun yang potensial, yang berpengaruh dalam perkembangan kebudayaan seirama

mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri, dengan demikian yang membedakan masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya adalah

dengan dinamika masyarakat. 1. 1. Perkembangan Peserta Didik dan Kurikulum Faktor kebudayaan merupakan bagian yang penting dalam pengembangan kurikulum dengan pertimbangan : 1) Individu lahir tak berbudaya, baik dalam hal kebiasaan, cita-cita, sikap, pengetahuan,

kebudayaan. Hal ini mempunyai implikasi bahwa apa yang menjadi keyakinan pemikiran

seseorang, reaksi terhadap perangsang sangat tergantung kepada kebudayaan di mana ia dibesarkan.. Perubahan sosial budaya dalam suatu

masyarakat akan mengubah pula kebutuhan masyarakat. Kebutuhan masyarakat juga

keterampilan, dan lain sebagainya. 2) Kurikulum dalam suatu masyarakat pada

dipenuhi oleh kondisi dari masyarakat itu sendiri. Adanya perbedaan antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya sebagian besar disebabkan oleh kualitas individu-individu yang

dasarnya merupakan refleksi dari cara orang berpikir, berasa, bercita-cita, atau kebiasaankebiasaan.

menjadi anggota masyarakat tersebut. Di sisi lain kebutuhan masyarakat pada umumnya juga berpengaruh terhadap individu-individu sebagai sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum yang hanya

ilmu-ilmu lainnya untuk memecahkan masalahmasalah praktis. Ilmu dan teknologi tak dapat dipisahkan. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang teramat pesat seiring lajunya perkembangan masyarakat. Untuk mencapai tujuan dan kemampuan-

berdasarkan pada keterampilan dasar saja tidak akan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat modern yang bersifat teknologis dan

kemampuan tersebut, maka ada hal-hal yang dijadikan sebagai dasar, yakni: 1) Pembangunan IPTEK harus berada dalam

mengglobal. Pengembangan kurikulum juga harus ditekankan pada pengembangan individu yang mencakup keterkaitannya dengan lingkungan sosial

keseimbangan yang dinamis dan efektif dengan pembinaan sumber daya manusia,

pengembangan sarana dan prasarana iptek, pelaksanaan dan penelitian dan pengembangan serta rekayasa dan produksi barang dan jasa. 2) Pembangunan IPTEK tertuju pada

setempat. Lingkungan sosial budaya merupakan sumber daya yang mencakup kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan uraian di atas, sangatlah penting memperhatikan faktor kebutuhan masyarakat dalam pengembangan kurikulum. Perkembangan masyarakat menuntut tersedianya proses pendidikan yang relevan. Untuk terciptanya proses pendidikan yang sesuai dengan perkembangan masyarakat maka

peningkatan kualitas, yakni untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kehidupan bangsa. 3) Pembangunan IPTEK harus selaras (relevan) dengan nilai-nilai agama, nilai luhur budaya bangsa, kondisi sosial budaya, dan lingkungan hidup. 4) Pembangunan IPTEK harus berpijak pada

diperlukan rancangan berupa kurikulum yang landasan pengembangannya memperhatikan

upaya peningkatan produktivitas, efesiensi dan efektivitas penelitian dan pengembangan yang lebih tinggi. 5) Pembangunan IPTEK berdasarkan pada asas pemanfaatannya yang memberikan nilai tambah dan memberikan pemecahan masalah konkret dalam pembangunan. Penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dilaksanakan oleh berbagai pihak, yakni:

faktor perkembangan masyarakat. 1. 1. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) Pendidikan merupakan usaha menyiapkan subjek didik (siswa) menghadapi lingkungan hidup yang mengalami perubahan yang semakin pesat. Pendidikan adalah usaha sadar untuk

menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang. Teknologi adalah aplikasi dari ilmu pengetahuan ilmiah dan

1)

Pemerintah, yang mengembangkan dan IPTEK untuk menunjang

pemahaman psikologi sangat penting bagi pendidik karena; 1. setiap anak didik memiliki tahapan atau masa perkembangan tertentu 2. anak didik yang sedang dalam masa perkembangan adalah periode yang sangat menentukan untuk keberhasilan dan kesuksesan hidup mereka 3. pemahaman akan perkembangan anak akan memudahkan dalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan

memanfaatkan

pembangunan dalam segala bidang. 2) Masyarakat, yang memanfaatkan IPTEK itu pengembangan masyarakat dan

mengembangakannya secara swadaya. 3) Akademisi terutama di lingkungan perguruan tinggi, mengembangkan IPTEK untuk

disumbangkan kepada pembangunan. 4) Pengusaha, untuk meningkatkan

produktivitas Mengingat pendidikan merupakan upaya

menyiapkan siswa menghadapi masa depan dan perubahan masyarakat yang semakin pesat termasuk di dalamnya dan perubahan teknologi, ilmu maka

psikologi belajar

Pengembangan kurikulum tidak akan terlepas dari teori belajar, karena pada dasarnya kurikulum disusun untuk membelajarkan siswa 3. Landasan Sosiologis-Teknologi Kurikulum bukan hanya berisi berbagai

pengetahuan

pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan ilmu pengetahuan dan teknologi.

1.

Landasan Filoofis

nilai suatu masyarakat akan tetapi berisi segala sesuatu yang dibutuhkan masyarakat.

Dalam hal ini filsafat mempunyai 4 fungsi yaitu; filsafat dapat menentukan arah dan tujuan pendidikan filsafat dapat menentukan isi atau materi sesuai dengan tujuan pendidikan filsafat dapat menentukan cara atau strategi mencapai tujuan filsafat dapat menentukan tolak ukur keberhasilan proses pendidikan 2. Landasan Psikologis psikologis perkembangan anak

Sehubungan dengan penentuan asas sosiologis teknologis, kita perlu mengkaji berbagai hal yang harus dipertimbangkan dalam proses menyusun dan mengembangkan suatu kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Kekuatan sosial yang dapat

mempengaruhi kurikulum Kemajuan IPTEK sebagai bahan

pertimbangan penyusunan kurikulum maka seorang pengmbang kurikulum harus memperhatikan hal berikut:

1.

Mempelajari dan memahami kebutuhan masyarakat

2.

Menganalisis budaya masyarakat tempat sekolah berada

3.

Menganalisis kekuatan serta potensipotensi daerah

4.

Menganalisis syarat dan tuntutan tenaga kerja

5.

Menginterpretasi kebutuhan individu dalam masyarakat kerangka kepentingan

Posted by Fatah Mizan at 23:47

http://miftahfauzi38.blogspot.com/2011/11/l andasan-pengembangan-kurikulum.html

Anda mungkin juga menyukai