Anda di halaman 1dari 4

MALPRAKTEK MEDIK

Pengertian malpraktek : Malpraktek medik adalah kelalaian seorang dokter untuk mempergunakan tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim dipergunakan dalam mengobati pasien atau orang yang terluka menurut ukuran di lingkungan yang sama. Menurut UU No. 6 tahun 1963 pasal 11b, perumusan malpraktek/kelalaian medik yaitu : (a) Melalaikan kewajiban (b) Melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat oleh seorang tenaga kesehatan, baik mengingat sumpah jabatannya, maupun mengingat sumpah sebagai tenaga kesehatan. Malpraktek medik murni (criminal malpractice) sebenarnya tidak banyak dijumpai. Misalnya melakukan pembedahan dengan niat membunuh pasiennya atau adanya dokter yang sengaja melakukan pembedahan pada pasiennya tanpa indikasi medik, yang sebenarnya tidak perlu dilakukan, jadi semata-mata untuk mrngeruk keuntungan pribadi. Dokter dikatakan melakukan malpraktek jika: 1. Dokter kurang menguasai IPTEK kedokteran yang sudah berlaku umum dikalangan profesi kedokteran. 2. Memberikan pelayanan kedokteran dibawah standar profesi (tidak lege artis). 3. Melakukan kelalaian yang berat atau memberikan pelayanan yang tidak hati-hati. 4. Melakukan tindakan medik yang bertentangan dangan hukum. Pengertian malpraktik secara umum menyebutkan adanya kesembronoan (professional misconduct) atau ketidakcakapan yang tidak dapat diterima (unreasonable lack of skill) yang diukur dengan ukuran yang terdapat pada tingkat keterampilan sesuai dengan derajat ilmiah yang lazimnya dipraktikan pada setiap situasi dan kondisi dalam komunitas anggota profesi yang mempunyai reputasi dan keahlian rata-rata. Malpraktik dapat terjadi karena tindakan yang disengaja (intentional), tindakan kelalaian (negligence) ataupun suatu kekurang-mahiran/ketidak-kompetenan yang tidak beralasan. Profesional misconduct yang merupakan kesengajaan dapat dilakukan dalam bentuk pelanggaran ketentuan etik, ketentuan disiplin profesi, hukum administrasi serta hukum pidana serta perdata seperti melakukan kesengajaan yang merugikan pasien, penahanan pasien, aborsi ilegal, euthanasia, keterangan palsu, praktik tanpa SIP, dll. Pengertian kelalaian: Kelalaian disini adalah sikap kurang hati-hati, yaitu tidak melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati melakukannya dengan wajar, atau sebaliknya melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati tidak akan melakukannya dalam situasi tersebut. Kelalaian diartikan pula dengan melakukan tindakan kedokteran dibawah standar pelayanan medik. Kelalaian medik adalah salah satu bentuk dari malpraktik medis, sekaligus merupakan bentuk malpraktik medis yang paling sering terjadi. Pada dasarnya kelalaian terjadi apabila seseorang dengan tidak sengaja melakukan sesuatu yang seharusnya tidak

dilakukan atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh orang lain yang memiliki kualifikasi yang sama pada suatu keadaan dan situasi yang sama. Kelalaian memiliki 4 unsur, yaitu adanya kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, adanya pelanggaran atau kegagalan memenuhi kewajiban tersebut, adanya kerugian atau cedera pada pasien dan adanya hubungan kausalitas antara pelanggaran atau kegagalan memenuhi kewajiban tersebut dengan cedera atau kerugian. Kelalaian dapat terjadi dalam 3 bentuk, yaitu: 1. Malfeasance, berarti melakukan tindakan yang melanggar hukum atau tidak tepat/layak. Misalnya melakukan tindakan medis tanpa indikasi yang memadai. 2. Misfeasance, berarti melakukan pilihan tindakan medis yang tepat tetapi dilaksanakan dengan tidak tepat. Misalnya melakukan tindakan medis yang menyalahi prosedur. 3. Nonfeasance, berarti tidak melakukan tindakan medis yang merupakan kewajiban baginya. Bentuk-bentuk kelalaian diatas sejalan dengan error (mistakes, slips and lapses). Namun pada kelalaian harus memenuhi keempat unsur kelalaian hukum, khususnya ada kerugian, sedangkan error tidak selalu mengakibatkan kerugian. Perbedaan malpraktek dengan kelalaian: Kelalaian bukanlah suatu pelanggaran hukum atau kejahatan. Tetapi jika kelalaian itu megakibatkan kerugian materi, mencelakakan bahkan merenggut nyawa orang lain, maka ini diklasifikasikan sebagai kelalaian berat (culpa lata), serius dan kriminil. Tolak ukur culpa lata adalah: 1. Bertentangan dengan hukum. 2. Akibatnya dapat dibayangkan/diperkirakan. 3. Akibatnya dapat dihindarkan. 4. Perbuatannya dapat dipersalahkan. Jadi malpraktek medik merupakan kelalaian yang berat dan pelayanan kedokteran dibawah standar. Malpraktek dibidang hukum: Malpraktek hukum atau yuridical malpractice dibagi dalam 3 kategori sesuai bidang hukum yang dilanggar, yakni Criminal malpractice, Civil malpractice dan Administrative malpractice. 1. Criminal malpractice Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori ini jika perbuatan tersebut memenuhi rumusan delik pidana yakni: Perbuatan tersebut merupakan perbuatan tercela. b) Dilakuakan dengan sikap batin yang salah berupa kesengajaan (intensional), kecerobohan (recklessness) atau kealpaan (negligence). Criminal malpractice yang bersifat sengaja (inttensional) misalnya melakukan euthanasia (pasal 344 KUHP), membuka rahasia jabatan (pasal 332 KUHP), membuka surat keterangan palsu (pasal 263 KUHP), melakukan aborsi tanpa indikasi medis (pasal 299 KUHP). Criminal malpractice yang bersifat ceroboh (recklessness) misalnya melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasien melalui informed consent.

a)

Criminal malpractice yang bersifat negligence misalnya kurang hati-hati yang mengakibatkan luka, cacat atau meninggalnya pasien, ketinggalan klem dalam perut pasien saat melakukan operasi. Pertanggung jawaban didepan hukum pada criminal malpractice adalah bersifat individual /personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau kepada rumah sakit. 2. Civil malpractice Seorang tenaga kesehatan akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak melaksanakan kewajiban atau tidak memberikan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati. Tindakan tenaga kesehatan yang dapat dikategorikan civil malpractice antara lain: a) Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan. b) Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak melakukannya. c) Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak sempurna. d) Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan. Pertanggung jawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau kooperasi dan dapat pula dialihkan pihak lain berdasarkan principles of vicarious liability. Dengan prinsip ini maka rumah sakit dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang dilakukan tenaga kesehatan selama tenaga kesehatan tersebut dalam rangka melakukan tugas kewajibannya. 3. Administrative malpractice Tenaga perawatan dikatakan melakukan administrative malpractice jika tenaga perawat tersebut melanggar hukum administrasi. Perlu diketahui bahwa dalam melakukan police power, pemerintah mempunyai kewenangan menerbitkan berbagai ketentuan dibidang kesehatan, misalnya tentang persyaratan bagi tenaga perawat untuk menjalankan profesinya, batas kewenangan serta kewajiban tenaga perawat. Apabila aturan tersebut dilanggar maka tenaga kesehatan yang bersangkutan dapat dipersalahkan melanggar hukum administrasi. Sanksi malpraktek medis: Kelalaian dalam arti perdata berbeda dengan arti pidana. Dalam arti pidana (kriminil), kelalaian menunjukan kepada adanya suatu sikap yang sifatnya lebih serius, yaitu sikap yang sangat tidak hati-hati terhadap kemungkinan timbulnya risiko yang bisa menyebabkan orang lain terluka atau mati, sehingga harus bertanggung jawab terhadap tuntutan kriminal oleh negara. Sanksi perdata (pelanggaran etik) sesuai dengan yang tersirat dalam KODEKI dan diberikan tuntutan. Sanksi pidana sesuai dengan yang tertulis dalam KUHP dan diberikan tuntutan. Alur penyelesaian: Instansi pertama yang akan mengani kasus-kasus malpraktek etik ialah MKEK (Majelis Kehormatan Etik Kedokteran) cabang atau wilayah yang dibentuk oleh IDI.

Masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh MKEK dirujuk ke P3EK (Panitia Pertimbangan dan Pembina Etik Kedokteran) Propinsi yang diteruskan ke Pusat yang dibentuk oleh Depkes. Bagitu pula kasus-kasus malpraktek etik yang dilaporkan kepada polisi, diharapkan dapat diteruskan lebih dahulu ke MKEK Cabang atau wilayah. Dengan demikian diharapkan semua kasus pelanggaran etik dapat diselesaikan secara tuntas. Tentulah jika sesuatu pelanggaran merupakan malpraktek hukum pidana atau perdata, maka kasusnya diteruskan kepada pengadilan. Dalam hal ini perlu dicegah bahwa oleh karena kurangnya pengetahuan pihak penegak hukum tentang ilmu dan teknologi kedokteran menyebabkan dokter yang bertindak menerima hukuman yang tidak adil.

Anda mungkin juga menyukai