Anda di halaman 1dari 102

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Sekarang ini dalam dunia kerja, sangat dibutuhkan keterampilan dan keuletan yang sudah menjadi hal yang mutlak dibutuhkan oleh seseorang untuk bisa menjadi orang yang mampu dan berguna bagi dunia kerja tempat dimana orang tersebut bekerja. Oleh karena itu wawasan serta keterampilan yang mencukupi wajib untuk dimiliki agar dapat menjadi seseorang yang sukses dan mampu mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya. Untuk dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan wawasan yang telah diterima dan didapatkan khususnya di bidang penerbangan dan umumnya di bidang luar penerbangan, maka diwajibkan kepada siswa-siswi kelas XII SMKN 12 Bandung untuk melaksanakan kegiatan Prakerin atau yang disebut PSG (Pendidikan Sistem Ganda) yang telah menjadi syarat wajib untuk memenuhi nilai di semester 5 (ganjil) serta menjadi salah satu persyaratan kelulusan siswa-siswi kelas XII SMKN 12 Bandung khususnya jurusan Elektronika Pesawat Udara. Praktek Kerja Industri diharapkan menjadi latihan bagi siswa-siswi SMKN 12 Bandung sebelum memasuki dunia kerja yang sebenarnya. Prakerin juga diharapkan agar dapat memberikan pengalaman dan ilmu pengetahuan yang belum didapatkan pada saat Kegiatan Belajar Mengajar di sekolah. Prakerin juga dapat

memberikan pembelajaran untuk siap bekerja di dunia industri atau pada suatu perusahaan khususnya di bidang penerbangan ataupun diluar bidang penerbangan. Pada PT Telkom Indonesia khususnya Telkom kancatel Padalarang adalah salah satu contoh perusahaan diluar bidang penerbangan. Namun bagi kami khususnya jurusan Elektronika Pesawat Udara, tidak berbeda jauh dengan yang dipelajari sehari-hari di sekolah. Karena kami bekerja atas dasar alat-alat yang biasa kami pakai dalam praktek di sekolah, seperti kabel, solder, dan alat-alat atau komponen elektronika lainnya.

B. Tujuan Pelaksanaan Prakerin 1. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan bekerja yang sebenarnya bagi

siswa-siswi SMKN 12 Bandung, agar kelak setelah lulus dapat memberikan andil di dalam masyarakat.
2. Melatih diri untuk giat bekerja dan mengabdi pada perusahaan/instansi sebelum

melakukan hal yang sebenarnya.


3. Menambah pengalaman dan ilmu pengetahuan yang baru serta masukan bagi

siswa-siswi SMKN 12 Bandung yang belum diperoleh di sekolah.


4. Mengaplikasikan dan menerapkan ilmu yang telah dipelajari di sekolah. 5. Siswa-siswi dapat mengetahui dan merasakan situasi, kondisi, serta keadaan

dunia industri/perusahaan yang sebenarnya.


2

C. Tujuan Pembuatan Laporan

1. Mampu memahami, memantapkan, dan mengembangkan pelajaran yang diperoleh di sekolah. 2. Mampu mencari alternatif pemecahan masalah kejuruan lebih luas dan mendalam yang terungkap dalam buku laporan yang telah ditulis dan disusun. 3. Mampu menuangkan pengalaman kerja selama Prakerin dalam bentuk tulisan yang bisa dipahami oleh berbagai pihak. 4. Mampu mengumpulkan bahan informasi yang diperlukan untuk perkembangan ilmu dan teknologi.
5. Sebagai bukti dari Praktek Kerja Industri yang telah dilakukan dalam bentuk

tertulis.
6. Sebagai metode atau cara untuk membagikan ilmu yang didapatkan kepada

orang lain yang membacanya.

D. Pembatasan Masalah

Banyak sekali hal yang kami pelajari selama Praktek Kerja Industri khususnya pada bagian instrument telekomunikasi dalam hal ini telepon di PT Telkom Indonesia Kancatel padalarang. Adapun permasalahan yang diambil pada praktek kerja ini yang di fokuskan pada pembahasan mengenai Main Distribution Frame (MDF). E. Metode Praktek dan Perolehan Data 1. Interview Yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan langsung kepada pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan informasi yang dibutuhkan. 2. Observasi Yaitu melakukan pengamatan secara langsung kemudian mencatat hasil dari pengamatan mengenai alat-alat atau hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan di perusahaan. 3. Kepustakaan Yaitu melakukan studi pustaka untuk membantu kegiatan Prakerin dan memperoleh informasi yang dibutuhkan melalui buku-buku panduan kerja yang tersedia.

4. Browsing

Yaitu dengan mengakses web atau situs-situs internet yang berkaitan langsung dengan permasalahan pekerjaan yang di hadapi.
F. Sistematika Penulisan Laporan Pelaksanaan Prakerin

Dalam penulisan laporan ini secara garis besar dibuat menjadi beberapa bagian untuk memudahkan pembahasan, yang terdiri dari : 1. BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas dan menguraikan secara umum mengenai latar belakang penulisan, tujuan pelaksanaan Prakerin, tujuan pembuatan laporan, pembatasan masalah, metode praktek dan perolehan data, dan sistematika penulisan laporan pelaksanaan Prakerin. 2. BAB II URAIAN UMUM Bab ini membahas tentang profil perusahaan PT Telkom Indonesia, dari mulai sejarah perusahaan, perkembangan perusahaan, arti logo perusahaan, visi dan misi perusahaan, layanan, telepon, data/internet, satelit, divisi, serta anak perusahaan. 3. BAB III URAIAN KHUSUS LANDASAN TEORI Bab ini membahas mengenai salah satu bagian jaringan telekomunikasi yang sangat penting keberadaannya yaitu tentang Main Distribution Frame (MDF). Dimulai dari pengertian, fungsi, prinsip/cara kerja, dan hingga penanganan instrument.
5

4. BAB IV LAPORAN KERJA HARIAN Bab ini berisikan kegiatan kerja setiap hari selama melaksanakan Prakerin, pekerjaan (job), alat, cara kerja, serta referensi yang dijadikan panduan praktek kerja. 5. BAB V PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan yang di dapatkan selama Praktek Kerja Industri dan darikeseluruhan isi laporan, serta saran-saran yang ditujukan kepada perusahaan maupun sekolah. 6. DAFTAR PUSTAKA 7. LAMPIRAN-LAMPIRAN 8. IDENTITAS SISWA

BAB II URAIAN UMUM


A. Uraian Singkat Mengenai PT Telkom Indonesia.

1. Sejarah Perusahaan Tahun 1975 merupakan awal perjalanan usaha PT Infomedia Nusantara menjadi perusahaan pertama penyedia layanan informasi telepon di Indonesia. Di bawah subdivisi Elnusa GTDI dari anak perusahaan Pertamina, Infomedia telah menerbitkan Buku Petunjuk Telepon Telkom Yellow Pages. Perkembangan yang tercatat selanjutnya adalah berdirinya PT Elnusa Yellow Pages di tahun 1984 yang berubah nama di tahun 1995 menjadi PT Infomedia Nusantara pada saat PT Telkom Tbk menanamkan investasi. Untuk mendukung implementasi Good Coorporate Governance dalam setiap aspek kegiatan perusahaan, Infomedia telah mengeluarkan kebijakan pedoman tata kelola perusahaan di tahun 2008. Pada tanggal 30 Juni 2009 PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) melalui PT Multimedia Nusantara (Metra), anak perusahaan yang 99,99% milik Telkom (selanjutnya disebut Telkom Group) telah menandatangani Shares Sales & Purchase Agreement (SPA) untuk membeli 49% saham PT Infomedia Nusantara (Infomedia) milik PT Elnusa Tbk (Elnusa), sehingga 100% saham PT Infomedia Nusantara telah dimiliki oleh Telkom Group.

2. Perkembangan Perusahaan. Pada dasarnya telekomunikasi telah dikuasai asing sejak zaman kolonial yaitu saat di mana Telkom baru berdiri. Indosat pun sejak awal lahirnya pada 1967 tak luput dari peran pemodal asing. Baru pada 1980 pemerintah Indonesia mengambil alih seluruh saham Indosat, sehingga menjadi BUMN. Namun, ternyata asing kembali lagi bermain pada 1993. Saat itu, kebijakan pemerintah RI menempatkan Telkom dan Indosat sebagai dua penyelenggara telekomunikasi lokal yang melakukan praktik monopoli. Karena keterbatasan dana yang dimiliki pemerintah maupun operator telekomunikasi, maka pembangunan infrastruktur telekomunikasi khususnya jaringan telekomunikasi tetap (fixed wireless) lokal saat itu dilakukan melalui pengikutsertaan modal asing. UU No. 3/1989 tentang Telekomunikasi dan PP No. 8/1993 serta Kepemenparpostel No. 39/1993 tentang Kerja Sama Penyelenggaraan Jasa Telekomunikasi Dasar memungkinkan kerja sama antara Telkom atau Indosat dengan perusahaan lain dalam penyelenggaraan jasa telekomunikasi dasar. Ketiga regulasi itu menetapkan bahwa kewajiban kerja sama antara badan penyelenggara dan badan lain dalam penyelenggaraan telekomunikasi dasar dapat berbentuk usaha patungan (join venture), kerja sama operasi (KSO) atau kontrak manajemen (KM).

Memang benar seperti dinyatakan dalam PP No. 20/1994 tentang pemilikan saham dalam perusahaan yang didirikan dalam rangka PMA: penanaman modal bidang usaha telekomunikasi dapat dilakukan oleh penanam modal asing patungan asal kepemilikan peserta Indonesia minimal 5% dari seluruh modal yang disetor. Akan tetapi, dalam schedule of commitment traktat multilateral WTO, Indonesia menyatakan bahwa kepemilikan asing atas saham penyelenggara jasa telekomunikasi dasar dapat sampai 35%. Pada jasa telekomunikasi bergerak, sesuai dengan UU No. 3/1989, dewasa ini penyelenggara jasa telekomunikasi bergerak adalah perusahaan lain baik asing atau lokal yang bekerja sama secara patungan dengan Telkom atau Indosat atau kedua-duanya. Tahun 1975 merupakan awal perjalanan usaha PT Infomedia Nusantara menjadi perusahaan pertama penyedia layanan informasi telepon di Indonesia. Di bawah subdivisi Elnusa GTDI dari anak perusahaan Pertamina, Infomedia telah menerbitkan Buku Petunjuk Telepon Telkom Yellow Pages.

Gambar 2.1 Logo PN Postel Pada tahun 1882, didirikan sebuah badan usaha swasta penyedia layanan pos dan telegraf. Layanan komunikasi kemudian dikonsolidasikan oleh Pemerintah Hindia Belanda ke dalam jawatan Post Telegraaf Telefoon (PTT). Sebelumnya, pada tanggal 23 Oktober 1856, dimulai pengoperasian layanan jasa telegraf elektromagnetik pertama yang menghubungkan Jakarta (Batavia) dengan Bogor (Buitenzorg). Pada tahun 2009 momen bersejarah tersebut dijadikan sebagai patokan hari lahir Telkom. Pada tahun 1961, status jawatan diubah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel). Kemudian pada tahun 1965, PN Postel dipecah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos & Giro) dan Perusahaan Negara Telekomunikasi (PN Telekomunikasi).

Gambar 2.2 Logo PERUMTEL

10

Pada tahun 1974, PN Telekomunikasi diubah namanya menjadi Perusahaan Umum Telekomunikasi (Perumtel) yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi nasional maupun internasional. Tahun 1980 seluruh saham PT Indonesian Satellite Corporation Tbk. (Indosat) diambil alih oleh pemerintah RI menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi internasional, terpisah dari Perumtel. Pada tahun 1989, ditetapkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1989 tentang Telekomunikasi, yang juga mengatur peran swasta dalam penyelenggaraan telekomunikasi.

Gambar 2.3 Logo Telkom hingga 2009, "Commited to you". Pada tahun 1991 Perumtel berubah bentuk menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) Telekomunikasi Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1991.

Gambar 2.4 Logo baru Telkom mulai 2009, "The world in your hand".

11

Pada tanggal 14 November 1995 dilakukan Penawaran Umum Perdana saham Telkom. Sejak itu saham Telkom tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES), Bursa Saham New York (NYSE) dan Bursa Saham London (LSE). Saham Telkom juga diperdagangkan tanpa pencatatan di Bursa Saham Tokyo. Tahun 1999 ditetapkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Penghapusan Monopoli Penyelenggaraan Telekomunikasi. Memasuki abad ke21, Pemerintah Indonesia melakukan diregulasi di sektor telekomunikasi dengan membuka kompetisi pasar bebas. Dengan demikian, Telkom tidak lagi memonopoli telekomunikasi Indonesia. Tahun 2001 Telkom membeli 35% saham Telkomsel dari PT Indosat sebagai bagian dari implementasi restrukturisasi industri jasa telekomunikasi di Indonesia yang ditandai dengan penghapusan kepemilikan bersama dan kepemilikan silang antara Telkom dan Indosat. Sejak bulan Agustus 2002 terjadi duopoli penyelenggaraan telekomunikasi lokal. Pada 23 Oktober 2009, Telkom meluncurkan "New Telkom" ("Telkom baru") yang ditandai dengan penggantian identitas perusahaan.

12

3. Logo PT Telkom Indonesia

Gambar 2.5 Logo Telkom Indonesia Logo baru TELKOM mencerminkan brand positioning Life Confident dimana keahlian dan dedikasi akan diberikan bagi semua pelanggan untuk mendukung kehidupan mereka dimanapun mereka berada. Brand positioning ini didukung oleh service culture baru yaitu: expertise, empowering, assured, progressive dan heart. Sekilas logo bulat dengan siluet tangan terkesan simpel; Simplifikasi logo ini terdiri dari lingkaran biru yang ada di depan tangan berwarna kuning. Logo ini merupakan cerminan dari brand value baru yang selanjutnya disebut dengan Life in Touch dan diperkuat dengan tag line baru pengganti committed 2U yakni the world is in your hand.

Untuk lebih mengenal logo ini, ada baiknya kita memaknai arti dari simbol-simbol tersebut.

13

Expertise : makna dari lingkaran sebagai simbol dari kelengkapan pro-

duk dan layanan dalam portofolio bisnis baru TELKOM yaitu TIME (Telecommunication, Information, Media & Edutainment.

Empowering : makna dari tangan yang meraih ke luar. Simbol ini

mencerminkan pertumbuhan dan ekspansi ke luar.

Assured : makna dari jemari tangan. Simbol ini memaknai sebuah kecer-

matan, perhatian, serta kepercayaan dan hubungan yang erat

Progressive : kombinasi tangan dan lingkaran. Simbol dari matahari ter-

bit yang maknanya adalah perubahan dan awal yang baru.

Heart : simbol dari telapak tangan yang mencerminkan kehidupan untuk

menggapai masa depan. Selain simbol, warna-warna yang digunakan adalah :

Expert Blue pada teks Telkom melambangkan keahlian dan pengalaman

yang tinggi

Vital Yellow pada telapak tangan mencerminkan suatu yang atraktif,

hangat, dan dinamis

Infinite sky blue pada teks Indonesia dan lingkaran bawah mencer-

minkan inovasi dan peluang yang tak berhingga untuk masa depan.

14

4. Visi dan Misi.

Visi Menjadi, penyedia jasa layanan informasi yang utama di kawasan regional Misi Memberikan produk dan layanan yang terbaik untuk meningkatkan nilai tambah bagi pelanggan

Commitment Untuk Pelanggan : Memberikan produk dan layanan yang terbaik dan berkualitas dengan menjadi penghubung antar pelanggan dan dunia melalui jasa layanan terdepan dalam hal informasi dan komunikasi Untuk Pekerja : Memberikan kesempatan untuk belajar, bertumbuh dan memiliki masa depan yang lebih baik Untuk Pemegang Saham Menyediakan kesempatan untuk pertumbuhan nilai

15

Untuk Masyarakat : Menjadi mitra lingkungan yang baik dan menjunjung nilai moral.

Tata nilai Fokus pada Pelanggan : Mendahulukan kepentingan pelanggan setiap waktu (Customer First) Mengupayakan yang terbaik untuk melakukan inovasi untuk menghasilkan produk dan layanan bernilai bagi pelanggan (Innovative) Akuntabilitas : Mempertanggungjawab kan perilaku kita (Accountable) liable) Integritas : Konsisten dalam setiap perilaku kita (Consistent) Selalu berperilaku yang menunjukkan moralitas tinggi (ReMenggunakan fakta dan data dalam setiap pengambilan keputusan (Re-

spectable) Keterbukaan :

16

Selalu siap akan tantangan baru dan mau meningkatkan pengetahuan

(Changeable) Menyadari dan mau terbuka terhadap umpan balik dalam upaya per-

baikan yang berkesinambungan (Continuous Improvement)

5. Layanan. Telkom menyediakan jasa telepon tetap kabel (fixed wireline), jasa telepon tetap nirkabel (fixed wireless), jasa telepon bergerak (mobile service), data/internet serta jasa multimedia lainnya. 6. Telepon. Telepon tetap (PSTN), layanan telepon tetap yang hingga kini masih menjadi monopoli TELKOM di Indonesia. Ditambah Telkom Flexi, layanan telepon fixed wireless CDMA.
7. Data Internet.

Telkom menggunakan beberapa data atau akses internet yang tersedia, diantaranya,
A. B.

TelkomNet Instan, layanan akses internet dial up. TelkomNet Astinet, layanan akses internet berlangganan dengan fokus perusahaan.

17

C.

Speedy, layanan akses internet dengan kecepatan tinggi (broad band) menggunakan teknologi ADSL

D.

E-Business

(i-deal,

i-manage,

i-Settle,

i-Xchange,

TELKOMWeb

Kiostron,

TELKOMWeb Plazatron).
E. F.

Solusi Enterprise INFONET. TELKOMLink DINAccess. TELKOMLink VPN IP, layanan komunikasi data any to any connection berbasis IP MPLS.

G.

H.

TELKOMNet Whole Sale (VPN Dial), Layanan akses dial up ke intranet suatu perusahaan yang dilakukan secara remote dan mobile melalui jaringan data berbasis TCP IP (MPLS/tunneling) pada TELKOMNet.

I.

TELKOM ISDN, jaringan digital yang menyediakan layanan telekomunikasi multimedia, merupakan pengembangan dari sistem telepon yang telah terintegrasi. 8. Satelit. Telkom penggunakan beberapa satelit untuk menunjang sara komunikasi global. Diantaranya, TELKOMSatelit (Sewa Transponder)TELKOMVSAT (VSAT). 9. Divisi.

18

Di perusahan sebesar Telkom dipastikan ada divisi-divisi yang berfungsi untuk mempermudah kerja. Dan divisi-divisi tersebut diantaranya,
A. B. C. D. E. F. G. H. I.

IS Center, Information System Center INFRATEL, Infrastructure Telecommunication RD Center, Research & Development Center HR Center, Human Resources Development Center MS Center, Maintenance Service Center Divisi CIS, Carrier Intercarrier Service DMM, Multimedia DIVES, Divisi Enterprise DIVRE, Divisi Regional, terdiri dari 7 DIVRE yaitu Divre 1 Sumatera, Divre 2 Jakarta, Divre 3 Jawa Barat, Divre 4 Jawa Tengah & DIY, Divre 5 Jawa Timur, Divre 6 Kalimantan, Divre 7 Kawasan Timur Indonesia. (dalam proses restrukturisasi)

J. K. L.

DTF, Divisi Telkom Flexi MC Center, Management Consulting Center Learning Center

10. Anak Perusahaan.

19

Untuk mendukung pengerjaan dalam perusahaan ini. Telkom memiliki beberapa anak perusahaan untuk mempermudah pengerjaannya. Diantaranya,
A. a. b. B. a. b. c. C.

PT Telekomunikasi Selular Telkomsel Finance B.V. Telekomunikasi Selular Finance Limited PT Multimedia Nusantara PT Sigma Cipta Caraka PT Finnet Indonesia PT Metra-Net PT Telekomunikasi Indonesia International PT Telekomunikasi Indonesia International Pte Ltd Aria West International Finance B.V. PT Pramindo Ikat Nusantara PT Infomedia Nusantara PT Balebat Dedikasi Prima PT Dayamitra Telekomunikasi PT Indonusa Telemedia PT Graha Sarana Duta PT Napsindo Primatel Internasional
20

a.
b. D. E. a. F. G. H. I.

BAB III URAIAN KHUSUS 1. Jaringan Akses

A. Jaringan Akses Telepon

Jaringan Akses adalah jaringan yang menghubungkan pelanggan dengan sentral telepon. Jaringan ini adalah dasar jaringan telepon, karena pada dasarnya jaringan telekomunikasi adalah gabungan dari beberapa jaringan akses.

21

Jaringan akses Bering juga disebut sebagai Outside Plan (OSP), beberapa istilah juga sering disebut sebagai Jaringan Lokal Akses. Ada empat jaringan akses yang digunakan dalam telekomunikasi, yakni :
1. Jaringan Lokal Akses Kabel (Jarlokab atau Jarkab), yaitu jaringan yang

menggunakan kabel tembaga sebagai media transmisinya. Jaringan kabel adalah jaringan yang paling lama dan paling banyak digunakan. Peningkatan jaringan ini menggunakan teknologi penggandaan seperti Pair Gain dan xDSL. Jaringan Lokal Akses Radio (Jarlokar), yaitu jaringan yang menggunakan radio sebagai media aksesnya. Teknologi terdiri dari radio wireless (Wireless Local Loop, WLL), Cordless dan radio Point To Point.
2. Jaringan Lokal Akses Fiber Optik (Jarloka fl, jaringan ini menggunakan serat

opti sebagai medianya. Aplikasinya terdiri dari FTTZ, FTTC, FTTB, FTTO dan FTTH.
3. Jaringan Akses Hibrid, jaringan ini menggunakan media transmisi gabungan,

aplikasinya antara lain teknologi HFC, PON dll.

B. Jaringan Lokal Akses Kabel

Jaringan kabel yang menghubungkan sentral telepon ke pelanggan menggunakan kabel tembaga dengan jumlah 1 pasang (pair) untuk 1 pelanggan. Kabel ditarik dari MDF (di sentral) melalui konstruksi kabel primer (terdiri dari

22

manhole dan duct) dan diterminasi ke titik distribusi skunder (RK), yang kemudian didistribusikan ke rumah penduduk melalui tiang dan Distribution Point (DP). Dari DP ditarik ke rumah menggunakan drop wire dan diterminasi dilokasi tertentu di rumah. Selanjutnya dengan menggunakan IKR/G jaringan dihubungkan dengan pesawat telepon.

Gambar 2.6 Konfigurasi Jaringan Kabel a. Distribution Point( DP) Distribution Point (DP) merupakan terminasi kabel dropwire dari rumah pelanggan. Daerah cakupannya ditetapkan sedemikian rupa sehingga kabel dropwire dapat menjangkau rumah pelanggan. Kapasitas DP umumnya terdiri dari 10 dan 20 pair, namun dalam beberapa aplikasi terdapat kapasitas 49, 60, dan 100 pair. Kapasitas 10 pair biasa digunakan di daerah residensial, sedangkan 20 pair di daerah bisnis. Peletakannya ada di tiang atau di dinding. Perhitungan kapasitasnya

23

adalah untuk kebutuhan sampai 5 tahun dibagi 0,8. Dari kapasitas yang tersedia disisakan 1 atau 2 line sebagai cadangan. Untuk daerah dengan kebutuhan kecil dapat ditambahkan penggunaan tiang untuk menyokong dropwire. Namun demikian jika terdapat lebih dari 3 line dropwire yang melebihi jarak 150 m sebaiknya ditiadakan.

Gambar 2.7 DP dan Peletakannya b. Rumah Kabel Cakupan Rumah Kabel (RK) atau Cross Connect Cabinet (CCC) ditentukan oleh batas-batas geografi seperti sungai, jalall besar dan lain lain. Tempt jika tidak spesifik, maka disesuaikan dengan batas

24

kapasitas RK tersebut. Umumnya satu RK digunakan untuk maksimum 900 pelanggan. Kapasitasnya ditentukan oleh demand 5 tahun mendatang dibagi 0,8. Kapasitas RK terdiri dari ukuran 800, 1200, 1600 dan 2400. RK disusun atas blok blok terminal dengan kapasitas 100 dan 200 SST. Penempatan RK sering dilakukan di pinggir jalan, sehingga digunakan kabinet yang ditopang olehkonstruksi sekitar 50 cm di atas tanah.

Contoh Rumah Kabel

Contoh Alokasi Blok Terminal

Gambar 2.8 Rumah Kabel

c. Kabel Sekunder Ukuran kabel sekunder tergantung jumlah pair ke DP, estimasinya adalah untuk demand 5 tahun. Jumlah pair yang didistribusikan akan diakumulasikan
25

sepanjang rute kabel sekunder sampai sejumlah 200 pair. Tetapi ada baiknya menerapkan layanan per 100 pair. Berikut ini jenis kabel sekunder yang digunakan, balk aplikasi kabel udara maupun kabel tanam langsung.

Tabe1 2.1 Kapasitas Kabel Udara dan Tanam Langsung Sekunder Kabel udara digunakan jika rute kabel adalah daerah temporer yang sedang dibangun dengan kepadatan demand yang rendah serta lokasi geografis susah digali. Sedangkan kabel tanam langsung jika situasinya mudah digali dan stabil. Pemakaian tiang pada jaringan sekunder terdiri dari pemakaian tiang-tiang utama, tiang percabangan, temberang tarik, tiang penyokong, temberang labrang. Jarak antara tiang adalah 40 m dan tidak boleh melebihi 55 m. Panjang tiang 7 - 9 m dengan lengkungan kabel minimum 4,5 m dan 6 m jika menyeberang jalan. Penyambungan kabel harus terkonsentrasi dan diminimalkan. Untuk percabangan kabel maksimum 4 cabang.
26

d. Kabel Primer Jumlah pair untuk kabel primer adalah 2/3 dari total perkiraan kabel sekunder yang diterminasi pada RK untuk demand 5 tahun. Aplikasi Tanam Langsung diterapkan pada daerah yang relatif stabil dengan demand kurang dari 300 pair. Kapasitas kabel yang digunakan untuk tanam langsung maksimal 1400 pair. Aplikasi Duct untuk kabel primer diterapkan jika daerah yang dilayani tidak stabil, rawan terhadap penggalian dan pembongkaran. Perkiraan demand untuk satu cabang harus lebih dari 300 pair. Kekuatan kabel dan duct harus diperkirakan tahan sampai 10 tahun, sedangkan kapasitas duct harus diperkirakan sampai 5 tahun. Berikut ini jenis kabel primer untuk aplikasi duct dan tanam langsung.

27

Tabel 2.2 Kapasitas Kabel Primer Untuk aplikasi kabel primer yang menggunakan duct (pipa yang dicor beton), diperlukan konstruksi manhole dan handhole untuk penarikan kabel. Manhole dan handhole ditempatkan pada trotoar jalan yang mudah dicapai. Panjang maksimum antar manhole/handhole adalah 240 tn dan 150 in untuk jalur berbelok. Kapasitas duct terdiri kapasitas kecii (2 atau 4. pipa) dan kapasitas besar (1ebih adri 4 pipa). Setiap jalur harus disediakan minimal 1 pipa kosong untuk penambahan kabel dimasa yang akan datang.

e. Main Distribution Frame (MDF)

28

MDF terdiri dari frame vertikal dan horizontal, frame vertikal dihubungkan dengan kabel primer sedangkan frame horizontal dihubungkan dengan SLIC pada sentral. Berikut ini gambar konstruksi MDF, namun baglian horizontal yang ke sentral tidak diperlihatkan.

Gambar 2.9 Konstruksi MDF Ukuran MDF minimal 5 frame vertikal dan dalam penempatannya, satu kabel primer tidak diperbolehkan dipecah menjadi 2 frame yang berbeda. f. IKRG

29

IKR/G atau Instalasi Kabel Rumah/Gedung adalah pengetahuan tatacara pemasangan instalasi kabel telepon di rumah dan di gedung. IKR/G pada dasarnya sangat sederhana, tetapi jika yang dipasang adalah instalasi PABX kapasitas besar dalam suatu gedung maka akan diperlukan pengetahuan dan pengalaman tersendiri.

30

Gambar 3.0 Penamaan dan Skema Jaringan Kabel

31

Gambar 3.1 Instalasi Telepon (IKR/G)

32

2. MAIN DISTIBUTION FRAME (MDF) A. Dasar Teori

Dalam telepon , sebuah frame distribusi utama (MDF atau frame utama) merupakan sinyal distribusi kerangka untuk menghubungkan peralatan ( dalam pabrik ) untuk kabel dan pembawa pelanggan tetap ( pabrik luar ). MDF merupakan titik terminasi dalam lokal sentral telepon dimana pertukaran peralatan dan penghentian loop lokal yang terhubung dengan kabel jumper pada MDF. Semua pasang kabel tembaga penyediaan layanan melalui pengguna saluran telepon yang berakhir di MDF dan disalurkan melalui MDF untuk perlengkapan pada bursa lokal misalnya repeater dan DSLAM . Kabel untuk frame distribusi menengah berakhir pada MDF. Trunk kabel dapat mengakhiri pada MDF yang sama atau pada distribusi batang rangka utama yang terpisah (TMDF). Seperti frame distribusi MDF memberikan fleksibilitas dalam menentukan fasilitas, dengan biaya rendah dan kapasitas lebih tinggi daripada panel patch . Jenis paling umum MDF besar adalah rak baja yang panjang dapat diakses dari kedua belah pihak. Di satu sisi, pemutusan hubungan blok diatur horizontal di depan rak rak. Jumper berbaring di rak dan pergi melalui lingkaran baja untuk menjalankan vertikal untuk blok pemutusan lain yang diatur secara vertikal. Ada lingkaran atau cincin di persimpangan tiap tingkat dan tiap vertikal. Installing. Instalasi jumper membutuhkan dua pekerja, satu di setiap sisi. Rak-rak yang dangkal cukup untuk memungkinkan cincin untuk berada dalam jangkauan lengan, namun
33

para pekerja lebih memilih untuk menggantung jumper pada pengait pada tiang sehingga pasangan mereka bisa tarik melalui cincin. Sebuah strip mengipasi di belakang blok mencegah pemutusan kabel dari terminal yang meliputi satu sama lain. Dengan administrasi disiplin MDF dapat menahan lebih dari seratus ribu jumper, mengubah puluhan dari mereka setiap hari, selama beberapa dekade tanpa kekusutan. Untuk paruh pertama abad ke-20, semua jumper MDF yang disolder . Ini handal tetapi lambat dan mahal.. Pada tahun 1960 membungkus kawat diperkenalkan, dan pada 1970-an blok punch . jumper Masing-masing adalah twisted pair . Tengah abad 20 jumper kabel di Amerika Serikat adalah 24 AWG tembaga untai tunggal, dengan lembut polyethylene jaket bagian dalam dan pembungkus kapas, diresapi untuk membuatnya sedikit rapuh dan mudah untuk menghapus rapi. Akhir abad ke-20 yang memiliki lebih tebal, lapisan tunggal dari polyethylene, cross-linked untuk memberikan tingkat kerapuhan yang benar. Beberapa kota kantor pusat MDFs dua cerita tinggi sehingga mereka tidak harus lebih dari satu blok kota lama. Dengan kustom Inggris kabel ke dunia luar berakhir pada sisi horisontal, dan peralatan rumah di sisi vertikal. American usage is vice versa. Penggunaan Amerika sebaliknya. MDFs lebih kecil, dan beberapa yang besar modern, adalah satu sisi sehingga seorang pekerja dapat menginstal, menghapus atau mengubah jumper.
34

COSMOS dan lainnya komputerisasi Sistem Operasi Pendukung membantu dengan memberikan terminal dekat satu sama lain, sehingga sebagian besar jumper tidak perlu panjang dan rak di kedua jenis MDF tidak menjadi sesak. Database ini melacak semua terminal dan jumper. Pada abad ke-20 awal dan menengah catatan ini disimpan sebagai entri pensil di buku buku. Metode database kemudian menyimpan banyak tenaga kerja dengan mengijinkan jumper tua untuk digunakan kembali untuk saluran baru. Penerapan didistribusikan switching pada akhir abad ke-20 berkurang kebutuhan besar, aktif, MDFs pusat. MDF biasanya memegang kantor pusat alat pelindung termasuk gulungan panas dan berfungsi sebagai titik uji antara garis dan kantor. Kadang-kadang MDF dikombinasikan dengan jenis lain frame distribusi di CDF MDF di private branch exchange melakukan fungsi yang sama dengan yang dilakukan oleh MDF di kantor pusat. Dalam rangka untuk mengotomatisasi manual jumpering yang Automated Utama Distribusi Frame (AMDF) menjadi peranan penting.

B. URAIAN UMUM

35

Untuk menyambungkan atau men-deliver service kepada pelanggan, telkom memiliki Jaringan Akses atau Jaringan Transport. Mediumnya melalui jalur fisik (coaxial cable & Fiber) dan jalur non-fisik (radio terestrial/micowave & satelit). Nah, kali ini yang akan saya bahas adalah jaringan akses melalui jalur fisik sampai ke end-user. Untuk lebih memudahkan mari kita lihat diagramnya :

Gambar 3.2 Jaringan MDF MDF = Main Distribution Frame MF = Main Feeder = Kabel primer FP = Feeder point = Cross connect point = Rumah kabel BF = Branch feeder = Kabel sekunder DP = Distribution point DW = Drop wire = kabel ke pelanggan DC = Distribution cable Penjelasan :
36

Main Feeder(MF) / Kabel Primer adalah kabel terbesar yang

digunakan dalam local loop, biasanya terdiri dari 3600 pair kabel. Kabel primer keluar dari sentral menuju ke rumah kabel, biasanya dihubungkan melalui kabel bawah tanah dan terhubung dengan panel panel yang ada di bagian bawah rumah kabel.

Kapasitas dari semua rumah kabel yang dikeluarkan oleh PT. Telkom

sama. Untuk rumah kabel dengan satu pintu memiliki kapasitas 1200 pair sedangkan rumah kabel dengan dua pintu memiliki kapasitas 2400 pair.

Branch Feeder(BF) / Kabel Sekunder adalah versi kecil dari kabel

primer. Kabel ini lebih sedikit kapasitasnya dibandingkan dengan kabel primer. Kabel ini menghubungkan rumah kabel yang satu dengan yang lain

Distribution Cable adalah Kabel yang menghubungkan rumah

kabel(RK) dengan kotak DP (Distribution Point)

37

Struktur Umum :

Gambar 3.3 Struktur Distribution Point (DP)

Bentuk Fisik Rumah Kabel (RK) / Feeder Point / Cross Connect Point Ini adalah RK yang posisinya tepat di seberang rumah saya.

38

Gambar 3.4 Contoh Rumah Kabel (RK) Huruf terakhir menyatakan posisi Rumah Kabel terhadap sentral. Kode AZ, semakin mendekati Z berarti posisi RK semakin dekat ke sentral, begitu juga sebaliknya semakin mendekati A berarti posisi RK menjauhi sentral. Pada kondisi tertentu rumah kabel menggunakan Fiber optic sebagai jalur komunikasi data, biasanya rumah kabel jenis ini digunakan oleh perusahaanperusahaan besar atau pada perumahaan elit. Tujuannya adalah agar proses komunikasi data berjalan lebih cepat daripada menggunakan kabel coaxial, rumah kabel ini disediakan berdasarkan pemesanan, jadi apabila tidak ada pemesanan, pihak TELKOM tidak akan menyediakannya.

39

Gambar 3.5 Contoh Distribution Point (DP) Posisi Menentukan Prestasi Semakin dekat posisi anda dengan RK, semakin baik. Apalagi posisi RK dekat dengan STO, ini lebih baik lagi. Teknologi ADSL memiliki keterbatasan jarak tidak bisa terlalu jauh dari sentral. Jika kondisi jaringan baik, maka koneksi telepon/speedy/IPTV anda akan berjalan mulus (kecuali kalo ada hangguan masal dari pusat)

C. Penempatan MDF

40

Lokasi untuk Distribusi Utama Frame / MDF dapat bervariasi dalam bangunan besar, tetapi lokasi yang benar adalah baik di lantai dasar atau basement / parkir. Bingkai Distribusi utama untuk bangunan besar biasanya terkunci dalam ruangan komunikasi dan memerlukan akses dari seorang manajer bangunan. toko kecil biasanya akan memiliki Distribusi Utama kecil Frame / MDF terletak di dalam tetapi dekat bagian depan tempat.

D. Koneksi Main Distribution Frame (MDF) Selama proses instalasi, penyedia Anda akan mengatur untuk memiliki kontraktor Telstra terhubung dan mengidentifikasi saluran data atau telepon dengan kartu (tag) pada Distribusi Frame Utama. (MDF) (MDF) Hal ini kemudian memungkinkan Telepon berlisensi Teknisi untuk mengidentifikasi baris dan terhubung melalui ke tempat yang perlu pergi. Sebuah data yang ditandai atau saluran telepon pada Distribusi Utama Frame / MDF akan berisi informasi yang tepat untuk pribadi Telepon Anda Berlisensi Teknisi, termasuk;

41

a) Nama pada pesanan. b) Nomor telepon garis yang terhubung (jika sesuai). c) Nomor pesanan yang terkait dengan layanan. d) Tanggal saat jalur itu terhubung dan tag. e) Kabel rincian (lebih banyak informasi untuk Anda Telepon Teknisi).

3. Operasi dan Spesifikasi

A. Pengoperasian MDF atau RPU (rangka pembagi utama) adalah susunan rangka dari plat logam yang digunakan untuk tempat menginstalasi Blok Terminal Rangka Pembagian Utama (BTRPU), sebagai titik sambung ujung kabel kearah jaringan dan kearah sentral. BTRPU adalah suatu terminal yang berfungsi sebagai titik peralihan yang terdiri dari susunan titik kontak dimana ujung-ujung urat kabel, baik yang berasal dari jaringan luar maupun dari arah sentral diteminasikan.

42

Gambar 3.6 Jumper connector (connect) Dalam RPU terdapat terminal vertical dan horizontal yang merupakan blok terminal RPU, antara terminal vertical dan horizontal dihubungkan dengan kabel jumper, untuk menghubungkan terminal vertical ke terminal horizontal di hubungkan kabel jumper dengan mengunakan alat connect agar hasilnya lebih akurat dan dibawah RPU terdapat ruang bawah tanah yang dipasang rangka besi yang disebut cable chamber, yang merupakan tempat untuk mengatur jalannya kabel dari luar menuju ke blok terminal di RPU. Tempat meletakan penggaman jaringgan yang dinamakan arrestor yang berfungsi mengamankan dari adanya tegangan atau arus lebih yang melewati urat kabel langsung ke system pentanahan (pengaman perangkat dan manusia dari teganggan/arus lebih yang

membahayakan), sehingga tidak akan merusak sentral.

43

B. Spesifikasi MDF frame distribusi utama Seri berlaku dengan program kapasitas besar dikendalikan sistem switching, digunakan untuk menghubungkan kabel dalam dan luar, kabel patch, untuk menguji dan melindungi peralatan dalam. Dan Karena itu dibutuhkan spesifikasi khusus. Diantaranya

1. Fitur Utama: a. Bingkai terbuat dari aluminium alloy berbentuk, itu terlihat bagus dalam bentuk dan konstruksi; b. Modules offer superior and reliable connection Modul menawarkan koneksi unggul dan dapat diandalkan c. Sempurna dan perlindungan over-voltage dan over-arus yang dapat diandalkan dengan alarm suara dan cahaya, dan self-melanjutkan perlindungan kegagalan. d. bahan fire retardant plastic PPT (UL94-V0) atau ABS (UL94-V0)

2. Data teknis

a. b. c. d. e.

Suhu operasi: -5 ~ +40 degC Kelembaban relatif: 85% (@ 30degC) Tegangan rush DC: 190-260V Tegangan pulse rush: 800V (1KV/us tingkat tegangan meningkat) Tahanan isolasi: 1000M (antara dua modul terpisah) f. Tegangan bukti: 1000V (AC) / 1min tanpa kerusakan atau busur g. Kehandalan Modul > 200 kali

44

TPB (block protector) seri pelindung blok menawarkan lebih dari tegangan dan / atau over proteksi arus a. kapasitas 5/8/10-pair dapat dikombinasikan secara bebas b. Dikuburkan-kawat struktur untuk menghemat ruang operasi c. Perlindungan sempurna over-voltage dan over-arus yang dapat diandalkan dengan alarm suara dan cahaya, dan perlindungan diri melanjutkan gagal; (Dengan unit Pelindung) d. Perfect alarm sistem & handal pembumian proteksi e. Hal ini dirancang dalam struktur seperti: garis sisi dan sisi kawat jumper diputuskan sebelum pelindung dimasukkan ke blok koneksi perlindungan, mereka akan terhubung setelah memasukkan pelindung, f. Ketika sisi garis menderita bahaya, hanya menarik keluar pelindung, sisi pertukaran akan diputus dari sisi garis g. Standard Bahan penghambat api: PPT (UL94V-0) atau ABS (UL94V-0), sesuai dengan GB / T 5.169,7-1985 standar h. Cocok untuk bingkai, kotak dan kabinet TTB(test block) blok seri uji untuk tujuan pengujian tanpa benar-benar memutuskan kabel a. kapasitas pasangan dapat dikombinasikan secara bebas b. Dikuburkan-kawat struktur untuk menghemat ruang operasi c. Ini merupakan kontak tipe biasanya tertutup, ketika steker pemutusan dimasukkan ke blok uji, kabel internal dan kawat jumper akan terputus, steker uji dengan kabel dapat digunakan untuk menguji garis internal dan garis eksternal independen, d. Steker perlindungan dapat digunakan untuk label dan melindungi penting atau khusus berlangganan baris, e. . Setiap unit blok uji koneksi kapasitas maks 128L, yang terdiri dari modul horizontal, panel, kapak koneksi serta penutup tahan debu dll, baik dari sisi internal dan sisi jumper kawat memiliki papan salib. f. standard Bahan penghambat api: PPT (UL94V-0) atau ABS (UL94V-0), sesuai dengan GB / T 5.169,7-1985 standar g. cocok untuk frame, kotak dan kabinet

45

BAB IV LAPORAN KERJA HARIAN

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

46

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

47

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

48

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

49

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

50

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

51

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

52

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

53

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

54

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

55

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

56

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

57

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

58

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

59

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

60

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

61

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

62

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

63

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

64

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

65

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

66

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

67

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

68

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

69

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

70

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

71

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

72

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

73

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

74

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

75

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

76

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

77

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

78

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

79

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

80

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

81

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

82

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

83

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

84

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

85

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

86

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

87

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

88

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

89

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

90

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

91

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

92

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

93

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

94

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.) LAPORAN KERJA HARIAN

(.)

Tempat Kerja Hari / Tanggal Jenis Pekerjaan Nama Pekerjaan Waktu Pelaksanaan

:. : :. :. :.

95

Gambar Kerja / Sket:

Alat yang digunakan:

Langkah Kerja:

Referensi:

Pembimbing,

Peserta,

(.)

()

96

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Dari kegiatan Praktek Kerja Industri telah dilaksanakan di perusahaan

PT Merpati Nusantara Airlines (Merpati Maintenance Facility), Bandara Juanda Surabaya kurang lebih selama 3 bulan tepatnya terhitung dari tanggal 5 Juli 25 September 2010, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Gyroscopic System (Sistem Gyro)

Gyro adalah sesuatu yang berputar yang berbentuk roda yang bias berputar pada porosnya dan mempertahankan kedudukannya. Gyroscope memiliki 2 sifat antara lain : Rigidity in Space yaitu sifat gyro untuk mempertahankan porosnya dan Gyro Precession yaitu sifat gyro meribah sudut arah dari bidang putar gyro. Namun, setelah prinsip gyro digunakan pada suatu alat sudah dinamakan bukan gyro lagi melainkan sistem gyro karena sudah membentuk suatu kesatuan sistem yanv dimanfaatkan pada suatu alat (instrument) pesawat udara seperti : Artificial Horizon, Turn & Bank Indicator, dan Dirictional Gyro Indicator. Berikut adalah beberapa instrument peswat udara yang mengggunakan sistem gyro. Secara umum sumber penggerak sistem gyro ada 2 yaitu, Menggunakan vacuum dan listrik AC atau DC. Ada juga beberapa sistem yang dipakai oleh instrument yang menggunakan sistem gyro yakni, sistem air jet (semprootan udara),

Venturi (pompa penghisap), ball rotor, dan convensional permanent magnet.


2. Altimeter

Altimeter adalah instrumen pesawat udara yang dipakai untuk mengukur ketinggian pesawat udara terhadap landasan atau terhadap permukaan laut yang penunjukannya dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udra, kepadatan dan kerapatan udara, dan perubahab tekanan ditanah karena perubahan keadaan atmosfer. Sensing pada altimeter yaitu terdapat semacam kapsul (diagram assembly) yang terbuat dari logam yang mengembang mengempis yang disebabkan adanya perubahan tekanan udara di dalamnya akibat perubahan dan perbedaan ketinggian. Ada beberapa jenis penunjukan ketinngian pada altimeter antara lain, Indicated Altitude, Density Altitude, True Altitude, dan Absolute Altitude. 3. Vertical Speed Indicator Vertical Speed Indicator (VSI) adalah instrumen yang dipakai untuk mengukur kecepatan naik turunnya pesawat dan kecepatan vertikal (sumbu tegak) pesawat saat take off, maneuver, dan landing. Seperti halnya altimeter, sensing dari VSI adalah terdapat semacam kapsul juga namu bedanya ada pengaruh dari perbedaan tekanan dan kerapatan udara yang masuk kedalam kapsul dan yang ada pada ruang VSInya. Sehingga dapat

mengatur kembang kempisnya kapsul sehuingga dapat memberikan penunjukkan pada indikator.

B.

Saran 1. Untuk Perusahaan a. Pengawasanya lebih ditingkatkan lagi kepada siswa-siswi OJT (Prakerin). b. Lebih mengutamakan kedisplinan kepada karyawan PT. MNA khususnya MMF. c. Dapat mengatur lebih baik lagi penempatan lapangan siswa-siswi Prakerin sesuai dengan keterampilan (jurusan), supaya siswa-siswi dapat lebih mengembangkan keterampilan yang dimilikinya dan bisa praktek sesuai apa yang diajarkan di sekolah. d. Keadaan di setiap ruangan dan hangar harus lebih diperhatikan dari tingkat kebersihan dan kerapihannya baik tempet maupun bekerja.

2. Untuk Sekolah a. Utamakan siswa-siswi SMKN 12 Bandung untuk Prakerin di dunia penerbangan, karena walau bagaimanapun basik dari SMKN 12 Bandung adalah teknologi pesawat udara. b. Persiapkan siswa-siswi dengan baik sehingga benar-benar siap terjun di dunia industri. c. Dalam masalah Prakerin, dalam penyampaian informasinya harus ditingkatkan. d. Monitoring dan pengawasan siswa-siswi Prakerin lebih ditingkatkan lagi supaya apa yang dilakukan dan dikerjakan selama Prakerin sekolah dapat mengetahuinya walaupun tidak setiap hari. e. Lebih meluaskan relevansi dengan dunia industri khususnya di bidang penerbangan. f. Lebih baik lagi dalam memilih tempat Prakerin yang benar-benar ingin dan bersedia menerima, serta membimbing siswa-siswi Prakerin. g. Adanya peningkatan dari pelaksanaan Prakerin dari tahun ke tahun khususnya untuk adik-adik kelas.

Demikianlah isi laporan yang diutarakan tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih lagi kepada yang berperan dalam penyusunan laporan ini. Mudah-mudahan buku laporan ini dapat bermanfaat umumnya bagi yang membacanya,menyimaknya, dan mengaplikasikannya dan khusunya tentu bagi saya sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Component Maintenance Manual Book, Perpustakan Merpati Aircraft Maintenance Manual Boeing 737-300/400/500 Overhaul Manual Book, Perpustakaan Merpati Aircraft Evisi (IPC), Perpustakaan Merpati Aircraft Instruments.F.H.J. Palleh London. Aircraft Instrument System.A.M.F.I U.S.A. Intruments.C.A.T.C Curug Indonesia. Instrument Manual Calibration And Test Equipment. Kelvin Hughes . Aviation Instruments Barking Side . Basing Stoke. London.

Anda mungkin juga menyukai