perincian-perinciannya sebagai berikut : Pertama: Dalam hal mengadakan walimah pengan- tin. Hukumnya adalah sunnah. Anas r.a. berkata: "Rasulullah s.a.w. melihat bekas kekuning-kuningan diatas pakaian Abdurrahman bin 'Auf r.a., lalu hertanya: ,.Apa ini 1". Abdurrahman menja- wah: .,Saya telah kawin dengan seorang wanita dengan maskawin seberat butiran biji dari emas. Lalu beliau s.a.w. bersabda : ./ . //. "{ ,// .. . ,semcga Allah memberkahi kamu. Adakanlah walimah. se- kalipun dengan seekor kambing saja". Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. .. R.asulul1ah sa.w. sendiri sewaktu kawin dengan Sha- ftah, Juga mengadakan waIimah berupa hidangan kurma dan sayur-mayur. . Mengucapkan selamat pada pengantin baru (tahniah) Itu hukumnya sunnah. Oleh sebab itu sese orang yang me- nemui pengantin baru. baiklah mengucapkan : //,1 // .. .,semoga Allah memberlkan keberkahan padamu dan keber- kahan untukmu dan mengumpulkan kamu berdua dalam keadaan baik-baik selalu". PerIu juga diadakan keramaian sepatutnya. sebagai- mana yang dis'abdakan oleh Rasulullah s.a.w. : . "Pemisah sesuatu antara halal dan haram ialah bunyi-bunyi- an ierbang (rebana) dan suara keramaian". Diriwayatkan oIeh Tirmidzi. Kedua: Kebaikan pergaulan dengan isteri-isteri itu dan menahan segal a yang tidak mengenakkan yang datang- nya dari fihak mereka tadi. Hal ini baiklah dilakukan 266 sebagai tanda kasih sayang kita pada mereka. dengan ber- dasarkan firman Allah Ta'ala : . A/
"Dan pergaulilah mereka itu dengan baik". S. Nisa 18. Untuk menyatakan keagungan hak kaum isteri itu, Allah Ta'ala berfirman pula: "Mereka (kaum isteri) itu lelah mengambil suatu perjanjian yang berat dari padamu sekalian". S. Nisa 20 . Kita diperintah pula untuk berbuat baik pad a kawan yang amat erat hubungannya. sebagaimana firmanNya "Dan kawan yang erat".
:, S. Nisa 36. Yang dimaksudkan ialah isteri kita sendiri itu. Demi- kianlah sebagian alim ulama menafsirkannya. Bukannya yang dimaksudkan berbuat baik dalam ber- gaul dengan kaum isteri itu berarti kita semata-mata tidak menyakiti pada mereka itu saja, tetapi juga menahan hal- hal yang tidak menyenangkan hati kita yang mereka tim- bulkan serta bersikap sabar dan tabah menghadapi kema- rahan dan ketidak sadaran mereka, juga apa-apa yang mereka lakukan karena tidak adanya pengertian. lni adalah untuk mengikuti jejak yang dilakukan sendiri oleh Rasu- lullah s.a.w., sebab isteri-isteri beliau sa.w. itupun pernah pula ada yang berkata-kata yang kurang mengenakkan dan mengulang-ulanginya pula berkali-kali, bahkan ada yang meninggalkan beliau sa.w. pada suatu hari sampal malamnya. Ketiga: Hendaklah suami itu dapat menahan sekuat tenaga apa-apa yang tidak mengenakkan itu dengan mengajak isterinya bersenda-gurau, memuji dan main atau apa saja yang kiranya dapat menyenangkan hah isterinya itu. I 267