Anda di halaman 1dari 5

PEMAHAMAN MENGENAI SEBUTAN KURIOS BAGI YESUS SANG MESIAS Posted by Teguh Hindarto Bagi mayoritas Kekristenan di Indonesia,

sebutan Tuhan Yesus atau Tuhan Yesus , sudah sangat akrab ditelinga. Siapapun yang mengklaim diri sebagai orang Kristen, dit andai dengan pengakuan bahwa Yesus adalah Tuhan. Persoalannya adalah, ketika telinga orang Muslim mendengar pernyaaan tersebut, m enjaadi suatu batu sandungan bagi iman Tauhid atau Keesaan Tuhan. Bagi Islam, ti ada Tuhan selain Allah. (Qs 20:14) Konsekwensinya, jika Kekristenan menyatakan k eimananya terhadap Yahshua sebagai Tuhan, menimbulkan gesekan teologis yang cuku p tajam dengan Islam. Apalagi menurut Qur an, Isa Al Masih adalah ciptaan Allah ya ng setara penciptaannya dengan Adam (Qs 3:59). Dalam penjelasan sebelumnya telah kita pahami bahwa HAKIKAT Yesus adalah Sang Fi rman YHWH. Firman tidak diciptakan karena Firman yang menciptakan segala sesuatu . Karena Firman tidak diciptakan, berarti Firman juga kekal. Maka firman adalah daya cipta dan ekspresi pikiran dan kehendak YHWH sendiri. Secara ontologis, Yes us adalah Tuhan. Sementara secara anthropologis, Dia adalah manusia, karena Dia adalah Sang Firman yang telah menjadi manusia. Seutuhnya manusia. Sekalipun secara hakikat, Yesus adalah Firman Tuhan dan Firman Tuhan adalah Tuha n itu sendiri (Yoh 1:1), namun penyebutan Tuhan Yahshua atau Tuhan Yesus , menimbulka n sejumlah persoalan teologis. Sekali lagi, yang dipersoalkan bukan HAKIKAT-NYA melainkan PENYEBUTAN-NYA atau SAPAAN terhadap pribadi-Nya. Apakah Dia lebih tepa t disapa Tuan atau Tuhan saat Dia masih berkarya di bumi dan saat setelah kebangkita n-Nya dan kenaikan-Nya ke sorga? Pertanyaan ini bukan hendak meragukan Ketuhanan a tau Divinitas Yesus, melainkan mempertanyakan sebutan yang proper bagi Yesus, apak ah Tuan atau Tuhan ? Beberapa persoalan teologis yang dapat kita temukan adalah sbb: Dalam Yohanes 4: 11 versi Lembaga Alkitab Indonesia dikatakan, Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuh an, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau mempe roleh air hidup itu? . Bagaimana mungkin perempuan Samaria menyapa dengan sebutan T uhan , karena sebutan Tuhan , selalu menunjuk pada Sang Pencipta? Persoalan selanjutn ya ditemukan dalam 2 Korintus 11:26, Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan mi num cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan . Bagaimana mungkin sebutan Tuhan yang dikhususkan bagi Sang Pencipta, dapat mengalami kematian dan menjadi mayat ? God is Dead ungkapan filsuf Nietzhe- mungkinkah Tuhan mati? Demikian pula dalam L ukas 24:3 dikatakan, dan setelah masuk mereka tidak menemukan mayat Tuhan Yesus . Tuh an menjadi mayat? Sungguh tidak dapat dibayangkan bahwa Kekristenan bertuhankan mayat Persoalan-persoalan teologis yang mengemuka ini harus disikapi dengan melakukan analisis teks bahasa, baik Ibrani maupun Aramaik serta Greek sebagai bahasa yang dipergunakan pertama kali untuk mengkomunikasikan kehidupan dan ajaran Yesus Sa ng Mesias. Tanpa analisis kebahasaan, akan menimbulkan sejumlah persepsi yang sp ekulatif dan tidak firmaniah. Merujuk pada Kitab TaNaKh (Torah, Neviim, Kethuvim), yang lazim dikenal oleh Kek ristenan dengan sebutan Kitab Perjanjian Lama, baik yang berbahasa Ibrani maupun Greek yang dikenal dengan sebutan Septuaginta serta berbahasa Aram yang dikenal dengan sebutan Peshita, maupun Kitab Brit Khadasha atau Kitab Perjanjian Baru, baik yang berbahasa Ibrani seperti Shem Tov, Du Tillet, Munster, serta berbahasa Aramaik yang disebut Peshita serta berbahasa Greek yang biasa disebut dengan Eu anggelion, ada beberapa gelar atau sapaan yang harus kita ketahui, yaitu : Adon, Adonai, Elohim (Ibr) atau Maran, MarYah, Alaha (Aram) serta Kurios, Theos (Gree k) Adon, Adonai, Elohim: (The Theological Wordbook of The Old Testament, R. Laird Harris, etc., Moody Pre

ss Chicago, Illinois, 1980) ???? (ADON) Lord, Lord, LORD, master, owner .Adon usually refers to men. Sarah use d it in reference to her husband (Gen 18:12), Abraham used it in addressing the angelic visitors (Gen 19:2). Abraham's servant repeatedly called his master by i t in Gen 24. The pharaoh of Egypt was called by this title (Gen 40:1), as well a s Joseph his "vizier" (Gen 42:10). Ruth used it of Boaz before they were married (Gen 2:13). Hannah addressed Eli the priest by this term (1Sam 1:15). Saul's se rvants called him by the title as well (1Sam 16:16). Likewise, officers less tha n the king, such as Joab, had this appellation (2Sam 11:9). In 1Kings 16:24 ther e is the unique reading "Shemer, 'owner' of the hill, Samaria." The prophet Elij ah bore the title "lord" (1Kings 18:7). However, there are numerous passages, particularly in Psalms, where these forms, which are the only ones to apply to men, refer to God. Exodus 34:23 combines "t he Lord, YHWH, the God of Israel" (ha Adon yhwh Elohe Yisrael). Deuteronomy 10:1 7 uses both the singular and plural in the construction "Lord of lords" ha Adoni ha Adonim; cf. Psa 136:3). In Psa 8:1 [H 2] God has the title "YHWH our Lord" ( YHWH Adonenu). The Messiah bears this title in Psa 110:1. ????? (ELOHIM) is the assumed root of El, Eloah, and Elohim, which mean "god" or "God." Kurios & Theos: (Analytycal Greek New Testament, Timothy & Barbara Friberg, 1994) ?????? (KURIOS) : strictly, a substantive of the adjective kurioj (strong, autho ritative); hence, one having legal power lord, master; (1) in a nonreligious sen se; (a) one controlling his own property owner, lord, master (MK 12.9); (b) one having authority over persons lord, master (LU 12.43); (2) as a form of address showing respect sir, lord (JN 4.11); (3) in religious usage, as a designation an d personal title for God (MT 1.20) and Jesus Christ (JN 20.18) (the) Lord; trans lation of the Hebrew adonai, which in the public reading of Scripture replaced t he tetragrammaton YHWH ?e?? (THEOS): (1) as the supreme divine being, the true, living, and personal Go d (MT 1.23; possibly JN 1.1b); (2) as an idol god (AC 14.11); feminine goddess ( AC 19.37); (3) of the devil as the ruling spirit of this age god (2C 4.4a); (4) as an adjective divine (probably JN 1.1b); (5) figuratively; (a) of persons wort hy of reverence and respect as magistrates and judges gods (JN 10.34); (b) of th e belly when the appetite is in control god (PH 3.19) Dari analisis tekstual diatas, sebutan Adon atau Adonai dalam bahasa Ibrani, set ara dengan sebutan Mar, Maran dalam bahasa Aram dan setara dengan sebutan Kurios dalam bahasa Greek. Sementara sebutan Elohim dalam bahasa Ibrani, setara dengan sebutan Elah atau Alaha dalam bahasa Aram dan Theos dalam bahasa Greek. Sebutan Adon, Mar, Maran dan Kurios, dapat dikenakan kepada manusia, orang terhormat, r aja, tuan tanah, orang kaya, bangsawan, dll namun juga dapat dikenakan untuk men yapa Sang Pencipta. Sementara sebutan Elohim, atau Alaha, Elah atau Theos, hanya patut ditujukan bagi yang dipertuhan . Dalam konteks paganisme, tentunya petung de wa-dewa dapat disebut elohim atau theos. Sementara dalam konsep monoteistik Yuda isme dan Kekristenan, sebutan Elohim atau Theos, menunjuk kepada Bapa Surgawi, y aitu YHWH. Didasarkan pada analisis diatas, maka sebutan Kurios bagi Yesus dalam naskah Gre ek Perjanjian Baru, seharusnya diterjemahkan dengan sebutan Tuan atau Junjungan Agu ng . Maka pernyataan, Legei hautoi Kurie houte antlema ekheis kai to phrear estin bathu phosen houn ekheis to udoun to zoon (Yokh 4:11) seharusnya diterjemahkan "T uan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memp eroleh air hidup itu? . Demikian pula pernyataan, Hosakis gar ean esthiete ton arto

n touton kai to poterion ton thanaton tou kuriou kataggelete akhris hou elthe (1 Kor 11:26) seharusnya diterjemahkan, Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan m inum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuan . Maka pernyataan, Eiselthousai d e oux euron to soma tou Kuriou Iesou (Luk 24:3) pun seharusnya diterjemahkan, dan s etelah masuk mereka tidak menemukan mayat Tuan Yesus . Konsekswensi logis dari pemahaman di atas, bahwa Tuan Yesus dapat mengalami kemat ian sebagai manusia , Tubuh Tuan Yesus yang mati, dapat dikafani . Artinya, Sang Firm an yang telah menjadi manusia itu yang dijuluki Tuan , benar-benar logis jika menga lami kematian dan mayatnya dikafani. Namun jika Tuhan mati atau mayat Tuhan dikafan i , maka akan menimbulkan pelecehan terhadap Tuhan Semesta Alam dan merendahkan ha kikat-Nya yang kekal dan tidak nampak. Apakah dengan menyebut Yesus sebagai Tuan atau Junjungan Agung , kita merendahkan hak ikat Yesus yang adalah Firman Tuhan? apakah kita menyangkal Ketuhanan-Nya? Sekalikali tidak! Dengan menyebut Yesus sebagai Tuan , kita menegaskan bahwa Dia merupaka n pribadi atau sosok yang berkuasa, baik di bumi maupun di Sorga. Dengan menyebu t Dia Tuan , kita menempatkan secara tepat panggilannya dalam kaidah tata bahasa. D engan menyebut Yesus Tuan , kita menghilangkan skandalon (batu sandungan) terhadap komunitas Islam yang memiliki anggapan bahwa beberapa orang Kristen telah menyam akan begitu saya Isa dengan Allah yang dianggap sebagai Tuhan Pencipta. Jika kita tidak meluruskan kerancuan penggunaan gelar Tuhan bagi Yesus, maka dalam pembacaan teks Kitab Suci, akan menimbulkan kekacauan terminologis an kekacauan teologis. Contoh berikut dapat memberikan gambaran. Lembaga Alkitab Indonesia m enerjemah 1 Korintus 8:6 sbb: Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Ba pa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadi kan dan yang karena Dia kita hidup . Di mana letak kerancuan tersebut? Dalam pemik iran seluruh penduduk Indonesia, khususnya komunitas Islam, Allah adalah nama diri atau personal name dari Tuhan Pencipta (Qs 20:14). Sementara istilah Tuhan adalah salah satu gelar penghormatan yang menekankan sifat kekuasaan Allah (Qs 49:26). Islam membedakan antara istilah Ilah dengan Allah . Allah adalah nama dari Ilah yang disembah kaum Muslim. Gelar lain yang setara dengan Ilah adalah Rabb yang diterjema hkan dengan Tuhan (Qs 19:36). Maka ketika pembaca Islam membaca teks 1 Korintus 8: 6 menjadi binggung. Karena bagi mereka, Allah adalah Tuhan yang berhak menerima penyembahan dari umat-Nya. Penyebutan Yahshua secara langsung dengan sebutan Tuha n (Rabb) tentu saja menimbulkan sandungan.

Jika kita membaca teks Aramaik dan Yunani 1 Korintus 8:6, maka dibedakan antara frasa, khad hu Elaha - eis Theos dan frasa wekhad Marya Yeshua - eis Kurious Iesous . P atikan istilah Aramaik Elaha dan Marya serta istilah Greek Theos dan Kurios . Sangat j s bahwa sebutan Elaha atau Theos ditujukan pada Bapa yang Roh ada-Nya dan sebutan Mar ya atau Kurios ditujukan kepada wujud manusia Yahshua sebagai penjelmaan Firman. Da n sebutan Marya maupun Kurios , seharusnya diterjemahkan Tuan , sekalipun sebutan itu da pat ditujukan pada Pencipta maupun ciptaan. Ada usaha-usaha yang dilakukan oleh beberapa komunitas Kristen, untuk menghilang kan penggunaan nama Allah dalam terjemahan Kitab Suci, dengan sebutan Tuhan. Nam un dikarenakan mereka telah memiliki pra paham mengenai sebutan Tuhan bagi Yesus, maka ketika menerjemahkan 1 Korintus 8:6 mereka terjebak dalam kerancuan yang lu ar biasa kacau. Perhatikan terjemahan Kitab Suci Umat Perjanjian Tuhan yang dite rbitkan mengatasnamakan Jaringan Pengagung Nama Yahweh sbb: namun bagi kita hany a ada satu Tuhan saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang olehNya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup . Di mana letak kerancuan yang luar biasa tersebut? Dengan adanya frasa, satu Tuhan yang ditujukan untuk Bapa dan frasa satu Tuhan yang ditujukan untuk Yesus, maka d apat menimbulkan persepsi bahwa ada dua Tuhan yang setara dalam keyakinan Mesianik

/Kekristenan. Kerancuan yang sama kita dapati ketika membaca Ibrani 7:14, Sebab telah diketahui semua orang, bahwa Tuhan kita berasal dari suku Yehuda dan mengenai suku itu Mu sa tidak pernah mengatakan suatu apa pun tentang imam-imam . Bagaimana mungkin Tuh an [Elohim] memiliki garis genealogis kesukuan dengan manusia? Terjemahan yang m asuk akal dan wajar adalah, Tuan kita [Adonenu] berasal dari suku Yahuda .

Paham Arianisme, Nestorianisme muncul dikarenakan kegagalan memahami aspek Keelo himan Sang Firman yang menjadi manusia Yesus. Paham Cyrilisme muncul dikarenakan kegagalan memahami aspek kemanusiaan Yesus sebagai perwujudan Sang Firman YHWH. Paham Marcionisme muncul dikarenakan kegagalan memahami relasi Ontologis antara Yesus Sang Firman dengan YHWH Sang Bapa yang berkarya dalam sejarah Bangsa Yish rael, maka penyebutan Yesus dengan sebutan Tuhan dan bukan Tuan , dikarenakan kegagal an memahami konteks istilah Adon , Kurios , Marya , Lord yang ditujukan bagi Yesus ha Ma ah.

Namun demikian, sebutan Tuan dan Junjungan Agung serta Junjungan Agung Yang Ilahi , tid ak bisa dipergunakan secara konsisten diseluruh penerjemahan teks Kitab Perjanji an Baru. Harus ada pengelompokkan dan kategori penyebutan yang tepat. Saya membe rikan kategorisasi demikian: Pertama, untuk penyebutan Yesus sebagai Tuan , selayak nya dituliskan dalam seluruh terjemahan atau saat membaca Kitab Injil Sinoptik. Mengapa? Karena semua orang yang bercakap-cakap dengan Yahshua, baik para murid maupun orang-orang yang simpati atas pengajaran-Nya, memahami sebutan dalam baha sa Ibrani Adon atau dalam bahasa Yunani Kurios , tiada lain bermakna Tuan atau Seseoran yang memiliki kedudukan terhormat baik secara sosial maupun religius . Contoh pen erapan kata Tuan adalah percakapan Yesus dengan wanita Samaria yang hendak mengamb il air sumur, sbb: Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? (Yoh 4:1 1). Kedua, untuk penyebutan Yesus sebagai Junjungan Agung , selayaknya dituliskan pada tulisan-tulisan rasuli yang bersifat soteriologis (penekanan pada fungsi penyela matan). Rasul Paul berkata, Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa (Yesus) adalah Junjungan Agung, dan percaya dalam hatimu, bahwa (Tuhan) telah membangki tkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan (Rm 10:9). Demikian pula dalam Kisah Rasul 16:29-31 diceritakan, Kepala penjara itu menyuruh membawa suluh, lalu berlari masuk dan dengan gemetar tersungkurlah ia di depan Paulus da n Silas. Ia mengantar mereka ke luar, sambil berkata: "Tuan-tuan, apakah yang ha rus aku perbuat, supaya aku selamat?" Jawab mereka: "Percayalah kepada Junjungan Agung (Yesus Sang Mesias) dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu . Jik a Anda mengerti bahasa Yunani, kata Tuan-tuan dalam Kisah Rasul 16:30 dipergunakan kata ganti jamak Kurioi dari kata Kurios , sementara kata Tuhan Yesus Kristus dalam te rjemahan Lembaga Alkitab Indonesia, dipergunakan kata ganti tunggal Kurion dari ka ta yang sama yaitu Kurios . Namun mengapa LAI menerjemahkan kata Kurios yang satu den gan Tuan sementara yang satu dengan Tuhan? Ini suatu inkonsistensi. Maka seharusnya secara literal (harafiah) kata Kurios dalam Kisah Rasul 16:30-31 sama-sama diterje mahkan Tuan . Namun karena kita sebagai orang yang mempercayai Yesus sebagai Mesias Putra Tuhan, memahami hakikat Yesus sepenuhnya, maka formula soteriologis ini s ebaiknya diterjemahkan dengan Junjungan Agung . Ketiga, untuk penyebutan Yesus sebagai Junjungan Agung Yang Ilahi , selayaknya ditu liskan tulisan-tulisan Rasuli yang bersifat doksologis (pemuliaan, pengagungan). Rasul Paul berkata, namun bagi kita hanya ada satu (Tuhan) saja, yaitu Bapa, yan g dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu J unjungan Agung Yang Ilahi saja, yaitu (Yesus Sang Mesias), yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup (1 Kor 8:6). Demikian pula dalam formulasi doksologis berikut: Itulah sebabnya (Tuhan) sangat meninggikan D ia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama (Yes us) bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang

ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: " Yesus Sang Mesias adalah Junjunga n Agung Yang Ilahi," bagi kemuliaan (Tuhan), Bapa! (Fil 2:9-11).

Anda mungkin juga menyukai