Ecase Kulit
Ecase Kulit
DIAGNOSIS Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik maka dibuat diagnosa kerja Gonore TERAPI Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu dengan :.
1.
DISKUSI Uretritis gonore adalah penyakit kelamin, peradangan pada uretra yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, suatu diplokokus Gram negatif yang reservoir alaminya adalah manusia, ditandai dengan adanya pus yang keluar dari orifisium uretra eksternum. Infeksi ini hampir selalu menular melalui aktivitas seksual. Diagnosis dalam petalaksanaan kasus IMS dilakukan dengan menggunakan bagan alur, jenis obat yang dianjurkan, dan untuk fasilitas kesehatan dengan laboratorium disediakan bagan alur tersendiri. Diagnosis ditegakkan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik serta hasil pemeriksaan laboratorium bila tersedia... Menurut hasil Lokakarya Nasional Pemberantasan Penyakit Kelamin yang kedua di Bandung, Juli 1978, yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan, pengobatan Gonore dilakukan dengn Penisilin G prokain dalam aqua 2,4 juta dosis tunggal, satu jam sebelumnya diberi probenesida 1 gram per oral. Bagi penderita yang alergi penisilin, diberikan tetrasilin HCl, dengan 8 gr selama empat hari atau minosiklin dosis tunggal 300mg. Pada saat ini, sebaiknya pengobatan gonore, disesuaikan dengan keadaan klinis penderita. Dalam pengobatan Gonore, kita harus membedakan : 1. Gonore tanpa Komplikasi 2. Gonore dengan Komplikasi Untuk Gonore tanpa komplikasi ada beberapa alternatif yang dapat dipilih untuk diberikan :
a. Penisilin G prokain dalam aqua 2,4 juta unit IM b. Tiamfenikol 4 dd 500 mg selama lima hari per oral c. Ampisilin 3,5 g dosis tunggal per oral atau ampisilin 4 dd 500 mg selama lima hari per oral d. Spektinomisin 2 gr IM dosis tunggal e. Kanamisin 2 gr IM dosis tunggal
Untuk Gonore dengan komplikasi, pengobatannya harus lebih intensif, alternatif : a. Penisilin G prokain dalam aqua 4,8 juta unit IM sampai pada perbaikan lalu dilanjutkan dengan ampisilin 4 dd 500 mg selama sepuluh hari per oral. b. Tiamfenikol 4 dd 500 mg selama empat belas hari per oral c. Tetrasiklin HCl 4 dd 500 mg selama empat belas hari per oral Penatalaksanaan Uretritis Gonore ini juga bergantung pada insiden galur NGPP. Akan tetapi bila kita melihat laporan Centers for Disease Control (C.D.C) pada tahun 1989, pola penatalaksanaan uretritis Gonore mengalami beberapa perubahan yang disebabkan oleh : 1. Tingginya insidensi infeksi chlamydia dan gonore bersamaan dengan gonore (25 - 50%) 2. Tingginya insidensi infeksi Chlamydia dan gonore disertai komplikasi 3. Kesukaran teknik pemeriksaan Chlamydia 4. Makin banyaknya laporan galur gonore yang resisten terhadap tetrasiklin 5. Makin tingginya laporan galur NGPP
(Untuk Daerah dengan Insidensi NGPP tinggi) Uretritis GO : Seftriakson 250 mg IM, atau Spektinomisin 2 gr IM, atau Siprofloksasin 500 mg, oral + Doksisilin 2 x 100 mg, selama 7 hari, atau Tetrasiklin 4 x 500 mg, selama 7 hari atau Eritromisin 4 x 500 mg selama 7 hari
(Untuk Daerah dengan insidensi galur NGPP rendah) Penisilin procain in aqua 4,8 juta unit atau Ampisilin 3,5 gr, atau Amoksisilin 3 gr + Doksisilin 2 x 100 mg, selama 7 hari, atau Tetrasiklin 4 x 500 mg, selama 7 hari atau Eritromisin 4 x 500 mg selama 7 hari
Rekomendasi Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2007 dalam Pengobatan Gonore Center for Disease Control and Prevention (CDC), 2007 merekomendasikan pengobatan infeksi gonokokus tanpa komplikasi sebagai berikut : Ceftriaxone 125 mg IM, single Dose Cefixime 400 mg oral, single Dose
KESIMPULAN Pengobatan Gonore harus spesifik yaitu harus mengklasisikasikan apakah pasien tersebut dalam keadaan dengan komplikasi atau tanpa komplikasi,serta juga dilihat apakah pada daerah dengan tingginya PPNG tinggi atau tidak, serta perlu menanyakan riwayat pengobatan pasien serta edukasi yang baik dalam memberikan pengobatan
REFERENSI 1. Bignell, Chris. 2005. British Association for sexual Health and HIV : National Guideline on The Diagnosis and Treatment of Gonorrhea in Adults 2005. http://www.bashh.org/guidelines/2005/gc_final_0805.pdf Daili, S. F., Judonarso, J., Zubier, F., Bramono, K., Sugito, T.L., Djajakusumah, T. 1990. Standardisasi Diagnostik dan Penatalaksanaan Beberapa Penyakit Menular Seksual (PMS). FK UI. Jakarta : 137-146
3.
2.
Djuanda, A., Hamzah, M. dan Aisah, S 2002. Ilmu penyakit Kulit Dan Kelamin 3rded FK U . I , Jakarta : 119-122 Mulyono, 1986, Pedoman Pengobatan Penyakit Kulit dan Kelamin 1st ed., Meidian Mulya Jaya . Jakarta : 144-147 Widjaja, U.,1984, Gonore, dalam Harahap, M, (ed), Penyakit Menular Seksual., Gramedia. Jakarta: 54-61.
4.
5.