Anda di halaman 1dari 24

Skenario

Tuan Lanang mengalami kecelakaan motor, pipinya tertususuk kawat dan melekat di pipinya, dan dibawa ke unit gawat darurat sebuah rumah sakit tipe C. Dokter sayang, dokter umum, mengeluarkan kawat tersebut, membersihkan, dan menutup lukanya dengan rapi. Pasien dipulangkan dengan diberikan obat-obatan generik dan pencegahan tetanus. Dua minggu kemudian setiap di batuk atau bersin atau mengunyah, terasa seperti ada yang menusuk di pipinya, sedangkan luka bekas kecelakaan sudah sembuh. Tuan Lanang berobat ke dokter bedah di rumah sakit tipe B. Dokter bedah membuat diagnosa masih ada sesuatu di pipi tempat bekas kecelakaan dan dilakukan operasi. Selesai operasi, dokter bedah menjelaskan ada serpihan kawat tertinggal dan mengatakan setiap luka tusuk dalam harus dieksplorasi untuk menilai kelainan, termasuk adanya benda asing sampai ke lubang yang paling dalam dan ini telah menjadi kelainan. Tuan lanang tidak puas dan mengadu pada direktur RS tipe C atas kelalaian dokter Sayang. Tuan Lanang meminta ganti rugi atas biaya yang dikeluarkannya selama pengobatan.

I.

Klarifikasi Istilah

I.a.

Unit Gawat Darurat (UGD) : Bagian dari rumah sakit yang menyediakan pelayanan pertama bagi pasien yang menderita sakit atau cedera.

I.b.

Obatobatan Generic : Obat-obat yang tidak menggunakan merek dagang , dan dengan menggunakan struktur biomedik

I.c.

Tetanus : Penyakit infeksi yang akut bahkan fatal, disebabkan bakteri neurotoksin.

I.d. I.e. I.f.

Kecelakaan : Kejadian yang tidak diharapkan yang berakibat buruk. Diagnosa : Usaha untuk mengidentifikasi penyakit Dieksplorasi: Penyelidikan dan pemeriksaan dgn tujuan mencari suatu penyebab secara menyeluruh.

I.g. I.h.

operasi: Tindakan dengan instrument/ tangan seorang dokter bedah. Kelalaian : Tindakan yang dilakukan sengaja/tidak, dimana tindakan tersebut menyalahi standar operasional.

I.a. I.j.

Serpihan : kepingan-kepingan kecil Direktur rumah sakit : pemimpin tertinggi dalam rumah sakit.

II.

Identifikasi Masalah

II.a.

Tuan lanang mengalami kecelakaan motor, pipinya tertusuk kawat dan melekat di pipinya, dan dibawa ke unit gawat darurat sebuah rumah sakit tipe C.

II.b.

Dua minggu kemudian, setiap dia batuk atau bersin dan mengunyah, terasa seperti ada yang menusuk di pipinya.

II.c.

Tuan Lanang tidak puas dan mengadu pada direktur rumah sakit C atas kelalaian dokter Sayang dan meminta ganti rugi dikeluarkan selama pengobatan. atas biaya yang

II.d.

Dokter bedah membuat diagnosa masih ada sesuatu di pipi tempat bekas kecelakaan dan dilakukan operasi.

III.

Analisis Masalah

III.II.a.

Tuan lanang mengalami kecelakaan motor, pipinya tertusuk kawat dan melekat di pipinya, dan dibawa ke unit gawat darurat sebuah rumah sakit tipe C.

III.II.a.1.

Apa saja yang dilakukan oleh dokter dalam menangani pasien gawat darurat...? 1. Tindakan pra rs resistasi dan stabilisasi. 2. Luar rs penentuan palayanan gawat darurat( alat dan perangkat, pemberitahuan kepada keluarga. 3. Teknis (komunikasi antara yang meminta dan memberi pertolongan (jenis pertolongan apa)

III.II.b.

Dua minggu kemudian, setiap dia batuk atau bersin dan mengunyah, terasa seperti ada yang menusuk di pipinya.

III.II.b.1.

Apa yang menyebabkan rasa sakit pada tuan Lanang baru terasa setelah 2 minggu kemudian...? 1. Karena pengaruh obat penahan rasa sakit sehabis pencabutan kawat telah hilang. 2. Adanya partikel kecil dari kawat yang tertinggal di dalam jaringan di pipi Tuan Lanang. 3. Jaringan tubuh menolak adanya benda asing dan terjadi kebengkakan di jaringan tersebut yang membuatnya sangat nyeri,

III.II.c.

Tuan Lanang tidak puas dan mengadu pada direktur rumah sakit C atas kelalaian dokter Sayang dan meminta ganti rugi pengobatan. atas biaya yang dikeluarkan selama

III.II.c.1.

Apakah tindakan dokter sayang sesuai dengan standar pengobatan untuk pasien luka tusuk...? Belum sesuai,karena standar sebenarnya adalah melakukan operasi eksploratif, untuk mencari apakah masih ada sisa partikel yang sampai ke jaringan terdalam yang tertusuk. Dokter sayang hanya mencabut kawat tersebut dan segera menutup lukanya. Hal tersebutlah yang menimbulkan kelalaian dari dokter tersebut, tetapi niat dokter ingin
3

mempertahankan kehidupan pasien gawat darurat. Namun karena kompetensi yang harus dimiliki dalam kasus ini adalah kompetensi seorang dokter bedah, namun dokter sayang hanya seorang dokter umum.

III.II.c.2.

Bagaimana tindakan dokter Sayang menyikapi pengaduan dari Tuan Lanang...? Berkata jujur apa yang dilakukannya kepada tuan lanang. Beserta apa alasan ia mengambil tindakan tersebut. Jika memang terbukti ia melakukan kelalaian tersebut, segera meminta maaf karena memang apa yang dilakukannya tidak sesuai kompetensinya. Sertakan juga rekam medis sebagai bukti apa yang dilakukan.

III.II.c.3.

Apakah tindakan tuan lanang meminta ganti rugi dibenarkan dari segi hukum...? Ya dibenarkan. Hak kewajiban pasien yang diatur dalam pasal 32.mengajukan pengaduan, serta menggugat bila tindakan yang dilakukan tidak sesuai dengan standarisasi. Hukuman bisa dalam perdata dan perdana. Dalam Pasal 46 disebutkan, Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit.

III.II.c.4.

Bagaimanakah cara mengajukan pengaduan yang benar sesuai prosedur yang baik...? Prosedur pengaduan kepada MKDKI : 1. Melayangkan surat ke sekretariat MKDKI dengan mencantumkan : a. Identitas diri b. Alamat dan identitas oknum atau lembaga yang diadukan c. Alasan pengaduan d. Alat bukti yang ada

2. MKDKI akan membentuk majelis pemeriksaan awal untuk memeriksa perkara yang diadukan. 3. Diputuskan apakah kasus tersebut masuk yurisdiksi disiplin atau tidak. 4. Apabila terbukti maka MKDKI akan membentuk majelis pemeriksaan pelaggaran disiplin yang akan melakukan

pembuktian untuk membuat keputusan tentang perkara yang diadukan.

Jika terjadi pelanggaran etik maka : 1. Diteruskan ke MKEK terlebih dahulu. 2. Masalah etik murni diselesaikan MKEK 3. Masalah tidak murni diajukan P3EK

Jika terjadi pelanggaran disiplin : 1. Pengaduan dari masyarakat verifikasi penetapan ketua MKDKI pemeriksaan proses dan pembuktian

KEPUTUSAN 2. Penolaan 3. Keputusan : Peringatan tertulis Rekomendasi pencabutan SIP Mengikuti Pendidikan Pelatihan

III.II.c.5.

Apakah ada peraturan atau hukum yang mengatur permasalahan ini...? Ada., Pasal 66 ayat 1 ayat 2 Aspek hukum sengketa medis pasal 135 perdata, 1366kuhp, 1367 kuhp.

III.II.d

Dokter bedah membuat diagnosa masih ada sesuatu di pipi tempat bekas kecelakaan dan dilakukan operasi.

III.II.d.1.

Apakah benar tindakan dokter bedah yang mengatakan adanya kelalaian yang dilakukan dokter sayang...? Sudah benar, karena dalam pasal 66 dijelaskan tidak ada aspek menutupi kesalahan seseorang dokter meskipun ia sesama teman sejawat. Dan juga menurut dokter B, dokter sayang melebihi kompetensinya sebagai dokter umum, dalam pasal 51 dijelaskan, harus adanya rujukan lanjut, walaupun ia memahami adanya prima facie.

III.II.d.2.

Bagaimana etika-etika dalam penyampaian informasi dari dokter bedah kpada tuan lanang...? 1. Menyampaikan dengan sejelasnya dari dokter bedah kepada Tuan Lanang. 2. Dokter bedah mengemukakan dengan positif, tidak untuk sepihak dokter sayang. Misalnya dokter Sayang murni keselamatan pasien 3. Kasus tersebut dapat dijelaskan merupakan suatu kecelakaan.. menilai

melakukan karena

III.II.d.3.

Apa saja sanksi yang diterima Dr. sayang bila diketahui melakukan kelalaian...? 1. Pidana 2. Perdata 3. Administratif

III.II.d.4.

Apakah tindakan dokter sayang ini termasuk malpraktek...? Dokter dikatakan melakukan malpraktek jika : 1. Dokter kurang menguasai iptek kedokteran yang sudah berlaku umum dikalangan profesi kedokteran 2. Memberikan pelayanan kedokteran dibawah standar profesi ( tidak lege artis ) 3. Melakukan kelalain yang berat atu memberikan pelayanan dengan tidak hati-hati
6

4.

Melakukan tindakan medik yang bertentangan dengan hukum. Sedangkan disini, tuan Lanang mengalami kerugian, dan juga

dokter sayang melakukan tugass yangg seharusnya bukan keahliannya sehingga berakibat fatal kepada pasien. Dan juga dia tidak merujuk pasien kepada ahlinya. Sehingga tindakan dokter Sayang termasuk perbuatan malpraktik.

III.II.d.5.

Pasal berapakah dalam undang-undang praktik kedokteran yang mengatur tentang malpraktik...? 359 KUHP, 360 ayat 1, 1370 KUH perdata, 1371 KUH perdata

III.II.d.6.

Apakah tindakan dokter sayang sudah sesuai dengan kompetensinya sebagai dokter umum...? Memang belum ditemukan secara khusus kompetensi seorang dokter umum, namun dapat dipastikan melakukan tindakan eksplorasi terhadap luka tusuk dalam bukanlah kompetensi dr. Sayang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dr. Sayang melakukan pelanggaran karena tidak merujuk pasien yang di luar kompetensinya kepada ahli bedah.namun hal tersebut ia lakukan untuk menyelamatkan pasien ( mengutamakan prima facie )

IV.

Hipotesis
Dokter sayang diduga melakukan kelalaian sehingga Tuan Lanang merasa tidak puas dan mengadukan tindakan tersebu

V.

Keterbatasan Pengetahuan dan Learning Issues

No 1

Pokok Bahasan Kodeki

What I know

What I dont know

What I have to prove Pengaduan dokter kodeki

How I will learn jurnal,

Definisi dan Penghayatan essensi kodeki Manfaat kodeki terhadap kasus

kelalaian Internet, di buku.

tertera

Sengketa medik

Definisi sengketa medik

Kriteria yang

tindakan Sengketa medik selalu Internet, tergolong tindakan yang buku.

jurnal,

sengketa medik Sengketa medik

berkonotasi negatif

yang bermula dari prima facie 3 Kaidah Bioetika Dasar Pengertian


elemen dasar Prinsip-prinsip Penerapan prima facie Internet, dalam kasus Tn. Lanang buku. oleh dokter

jurnal,

4.

Patient Safety

Essensi patient safety

Kriteria menerapkan safety

dokter Jika

pasien

safety Internet,

jurnal,

pasien diterapkan, tidak akan buku. terjadi kelalaian

Manfaat pasien safety 5. malpraktik Pengertian malpraktik Malpraktik Tidak berkompeten, Internet, tergolong buku. jurnal,

berlandaskan prima dokter facie malpraktik malpraktik

Jenis-jenis malpraktik

Ciri-ciri

yang mutlak Kriteria dokter yang melpraktik

6.

kodersi

Definisi dan Penghayatan essensi kodersi Manfaat kodersi terhadap kasus

Pengaduan dokter kodersi

kelalaian Internet, di buku.

jurnal,

tertera

7.

Rekam medis

Essensi rekam medis

Dengan rekam medis, Internet, dokter terbebas dari buku. malpraktik

jurnal,

Manfaat rekam medis

VI.

Sintesis

Tidek patient safety Tidak sesuai kodersi Tidak sesuai kodeki

Tidak berlandaskan kaidah dasar bioetik

kelalaian

Tidak sesuai kompetensi dokter umum

Ada serpihan kawat MKDKI MKEK IDI

Direktur RS

mengadu

10

VI.a.1. Sengketa Medik dan Alur Pengaduan Sengketa medik adalah ketidakpuasan, keluhan yang diikuti dengan langkah meminta pertanggung jawaban oleh pasien terhadap dokter, pimpinan rumah sakit, serta pemilik rumah sakit (termasuk pemerintah). Profesi dokter belakangan ini banyak disoroti oleh masyarakat khususnya tentang perbuatan dokter yang dapat digolongkan sebagai perbuatan melanggar hukum, yaitu malpraktek yang dapat merugikan masyarakat, khususnya pasien dalam rangka pelayanan kesehatan. Hal tersebut sering menimbulkan konflik bahkan menjadi sengketa antara dokter dan pasien, yang disebabkan kelalaian dokter dalam melakukan tindakan medis. Dalam penyelesaian sengketa biasanya tuntutan pasien berupa sejumlah ganti rugi atas kelalaian atau kesalahan dari dokter.

Keluhan pasien lazimnya berawal dari beberapa hal,yaitu : a) Upaya pelayanan yang tidak memuaskan b) Pelayanan yang tidak sesuai dengan harapan pasien berupa kecacatan, kematian, tidak sembuh,dan sebagainya c) Pemeriksaan tertentu yang seyoginya tidak perlu dilakukan d) Lambat melakukan pertolongan

Kelalaian diartikan pula melakukan tindakan kedokteran dibawah standar pelayanan medik.kelalaian bukanlah suatu pelanggaran hukum atau kejahatan, jika kelalaian itu tidak sampai membawa kerugian atau cedera kepada orang lain dan orang itu dapat menerimanya.Ini berdasarkan prinsip hukum De minimis noncurat lex, yang berarti hukum tidak mencampuri hal-hal yang dianggap sepele.tetapi jika kelalaian itu mengakibatkan kerugian materi, mencelakakan bahkan mernggut nyawa orang lain,maka ini diklasifikasikan sebagai kelalaian berat (cupla lata), serius dan kriminal. Kelalaian dalam arti perdata berbeda dengan arti pidana. Dalam arti pidana (kriminil), kelalaian menunjukkan kepada yang adanya sutu sikap yang sifatnya
11

lebih serius, yaitu sikap yang sangat sembarangan atau sikap sangat tidak hatihati terhadap kemungkinan timbulnya resiko yang bisa menyebkan orang lain terluka atau mati, sehingga harus bertanggung jawab terhadap tuntunan kriminal oleh negara. Aspek hukum sengketa medis antara lain: Pasal 1365 KUH Perdata Tiap perbuatan melanggar hukum, yang mengakibatkan kerugian bagi orang lain, mewajibkan orang yang karena kesalahannya

menyebabkan kerugian itu, mengganti kerugian itu. Pasal 1366 KUH Perdata Setiap orang bertanggung jawab tidak saja atas kerugian yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga atas kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau kurang hati-hatinya Pasal 1367 KUH Perdata Mengatur tentang kewajiban pimpinan atau majikan untuk mengganti kerugian yang disebabkan oleh kelalaian yang dilakukan oleh bawahannya Undang-undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Pasal 55 ayat (1), ayat (2) dan pasal 51 UUPK No. 29 Tahun 2004 (dapat dilihat pada sintesis d dan e).

12

VI.a.2.

MKEK dan MKDKI Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) adalah lembaga yang berwenang untuk menentukan ada dan tidaknya kesalahan yang dilakukan oleh dokter dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran dan menetapkan sanksi. Lembaga ini dibentuk di tingkat pusat dan provinsi. Lembaga ini melakukan tugasnya secara independen. MKDKI memiliki beberapa tugas yang sangat penting dalam penerapan disiplin kedokteran di Indonesia. Adapaun beberapa tugas MKDKI adalah sebagai berikut; 1. Menerima pengaduan, memeriksa dan memutuskan kasus pelanggaran disiplin dokter yang diajukan. 2. Menyusun pedoman tatacara penanganan kasus pelanggaran disiplin dokter. 3. MKDP bekerja sebagai MKDI di tingkat provinsi. Salah satu tugas yang paling sering dihadapi oleh MKDKI adalah pengaduan dari masyarakat terkait dengan praktek dokter. Sesuai dengan Pasal 66, UUPK No. 29 Th. 2004 tentang pengaduan masyarakat terkait praktek dokter : 1. Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas

tindakan dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukan secara tertulis kepada Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia. 2. Pengaduan sekurang-kurang harus memuat; a. Identitas pengadu b. Nama dan alamat tempat praktik dokter atau dokter gigi dan waktu tindakan dilakukan c. Alasan pengaduan 3. Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 tidak menghilangkan hak setiap orang untuk melaporkan adanya dugaan tindak pidana kepada pihak yang berwenang dan/atau menggugat kerugian perdata ke pengadilan.
13

Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia memeriksa dan memberikan keputusan terhadap pengaduan yang berkaitan dengan disiplin dokter atau dokter gigi. Apabila dalam pemeriksaan ditemukan pelanggaran etika, Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia meneruskna pengaduan pada organisasi profesi. Hal ini terdapat pada Pasal 67-68 UUPK No. 29 Th. 2004. Kewenangan MKDKI dalam mengambil keputusan diatur dalam UUPK No. 29 Th. 2004 Pasal 69 yang berbunyi; 1. Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedoteran Indonesia mengikat dokter, dokter gigi, dan Konsil Kedokteran Indonesia. 2. Keputusan sebagaiman yang dimaksud pada ayat 1 dapat berupa dinyatakan tidak bersalah atau pemberian sanksi disiplin 3. Sanksi disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat 2 berupa; o pemberian peringatan tertulis; o rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin praktik; dan/atau o kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di intitusi pendidikan VI.a.3. Alur Pengaduan Berdasarkan UUPK No. 29 Tahun 2004 serta sejalan dengan kebiasaan yang berlaku selama ini, mekanisme penyelesaian sengketa medik yang seyogianya dijalani, dilakukan secara bertahap, berupa : 1. Penyelesaian di tingakat penyaji. Dasar penyelesain adalah: penyaji berupaya meyakinkan pasien bahwa penyaji telah berupaya melakukan upaya penyembuhan sebaik mungkin sesuai dengan aturan yang berlaku dan sumberdaya yang tersedia. Penyaji harus mengakui, dan meminta maaf sejujurnya kalau ada kelalaian yang disadari diperbuatnya, baik atas kesadaran sendiri, maupun setelah mendapat keluhan dari pasien. Penyaji harus memberi kesempatan untuk menyampaikan keluhan serta tuntutannya kepada pihak yang berwenang.

14

2.

Penyelesian di tingkat institusi. Institusi menilai upaya penyembuhan yang telah dilakukan penyaji, termasuk konsistensi pasien dalam melaksanakannya. Kemudian secara profesional menilai apakah telah terjadi kelalaian. Penilaian ini lazimnya dilaksanakan oleh suatu komisi khusus, lazimnya dinamakan komisi etik rumah sakit. Tugas utama komisi adalah melakukan penilaian apakah telah terjadi kelalaian. Kalau tidak ada kelalaian, maka komisi etik mencoba meyakinkan pasien bahwa apa yang terjadi lebih merupakan sutu musibah yang tidak diharapkan, yang secara medik terjadi berdasarkan medical adversed effects. Jika memang terjadi kelalain komisi berhak untuk melakukan intermediasi,

merundingkan kompensasi apa yang dapat disepakati, agar pasien dapat menerima dengan ikhlas akibat dari kelalaian.

3.

Penyelesian di tingkat Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI). MKDKI dibentuk berdasarkan UUPK, didirikan di tingkat pusat dan di tingkat propinsi. MKDKI merupakan lembaga otonom yang independen yang dibentuk untuk menegakkan disiplin dokter dan dokter gigi dalam penyelenggaraan praktik kedokteran (pasal 55 UUPK).

Dalam kasus Tn lanang, dr. Sayang tidak dikatakan melakukan kelalaian karena dr. Sayang telah melakukan sesuai dengan prosedur dalam keadaan darurat. Kalaupun terbukti dr. Sayang melakukan kelalaian, penyelesaian sengketa medik ini sebaiknya dilakukan secara bertahap. Mulai dari Tn lanang menanyakan kepada dr. Sayang mengapa terjadi efek samping berupa rasa sakit pada bekas luka yang sembuh ketika batuk atau bersin atau mengunyah sehingga dr. Sayang pun bisa menjelaskan permasalahnya dan meminta maaf sejujurnya kalau ada kelalaian yang disadari diperbuatnya, baik atas kesadaran sendiri maupun setelah mendapat keluhan dari Tn Lanang serta dr. Sayang bisa merujuk Tn Lanang ke dr. Bedah untuk tindakan yang lebih lanjut.

15

VI.a.4.

Penyelesaian Sengketa Medik Ada 3 asas utama alternatif penyelesaian sengketa terhadap sengketa antara dokter dan pasien, yaitu : 1. 2. Asas Kemanfaatan, meliputi asas keamanan dan keselamatan pasien, Asas Keadilan, meliputi asas keseimbangan, kerahasiaan, kesepakatan, kepatutan, keselarasan, kebebasan menentukan pilihan alternatif

penyelesaian sengketa, 3. Asas Kepastian Hukum, asas pacta sunt servanda dan audi et alteram partem. Konsep penyelesaian sengketa antara dokter dan pasien yang dapat diajukan : 1. 2. didasarkan pada asas atau prinsip tanggung jawab, berdasarkan sifat kesukarelaan dalam proses, prosedur cepat,keputusan nonjudicial, prosedur rahasia, fleksibilitas yang lebih besar dalam merancang syarat-syarat penyelesaian masalah, hemat waktu dan biaya, 3. 4. perlu dibentuk suatu badan khusus yang independen, dapat dilakukan melalui lembaga konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, penilaian ahli, dan arbitrase. Pada umumnya metode ADR sebagai berikut : 1. Negosiasi, yaitu proses bekerja untuk mencapai suatu perjanjian dengan pihak 2. lain.

Arbitrase, yaitu suatu institusi hukum ADR di luar pengadilan, penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Arbitrase sering dilaksanakan di kantor arbiter dan pada umumnya hanya memerlukan waktu dua jam.

3.

Mediasi, yaitu seperangkat proses yang membantu para pihak yang bersengketa untuk sepakat dengan masalah-masalah tertentu.

4.

Konsiliasi, yaitu suatu aliansi dari dua pihak atau lebih yang sepakat untuk bergabung dalam tindakan bersama atau terkoordinasi melawan pihak atau koalisi lain.

16

VI.b.

Patient safety a. Definisi : Kemampuan sistem untuk memberikan pelayanan secara aman termasuk asesmen resiko, pelaporan dan analisa insiden, kemampuan belajar dr insiden. b. Latar belakang: 1. Kejadian Tidak Diharapkan, lebih karena suatu tindakan (commision) atau tidak melakukan tindakan (ommision) dibanding kondisi pasien (underlyinf disease. 2. Kejadian Tidak terduga/tidak dapat dicegah, lebih karena kondisi pasien yang tidak dapat ditolong lagi 3. Kejadian Nyaris Cedera, kesalahan akibat suatu tindakan atau tidak mindak yang dapat mencederai pasien, tetapi karena faktor keberuntungan cedera itu tidak timbul

c. Ruang lingkup kesehatan pasien 1. Muncul dari interaksi sistem 2. Bagian dari peningkatan kualitas seluruh sistem 3. Berkaitan dengan tindakan medis seorang dokter

d. Pasal pasal yang berkaitn dengan pasien safety

1. Pasal 1 : Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter. 2. Pasal 2 : Setiap dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi. 3. Pasal7b : Jujur terhadap pasien dan sejawat dan berupaya mengingatkan

sejawat yang berpraktik tidak profesional dan tidak beretika moral 4. Pasal7c : Menghormati hak-hak pasien, termasuk petugas

kesehatan lain dan menjaga kepercayaan pasien 5. Pasal10 : Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas
17

persetujuan pasien, ia wajib merujuk kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut. 6. Pasal14 : Setiap dokter harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.

Pada kasus ini, Dr. Sayang memang telah mengupayakan pertolongan pertama kepada Tn Lanang, akan tetapi, ia tidak menyelesaikan problem Tn Lanang yang seharusnya dilakukan operasi eksplorasi untuk mengetahui dan meninjau lebih jauh benda asing yang tertinggal di pipi Tuan Lanang sedetail mungkin. Hal ini jelas bertentangan dengan pasal 2 dan 7c yang mengarah kepada profesionalisme sebagai standar ukuran tertinggi kedokteran. Ia juga telah melanggar pasal 10 yang intinya seorang dokter harus merujuk pasien ke yang lebih ahli dalam menangani masalah pasien apabila ia tidak mampu untuk melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan. Di sini jelas bahwa Dr. Sayang adalah seorang dokter umum, sedangkan pasien membutuhkan perawatan yang sesuai dengan kondisinya. Jadi, sebagai dokter, ia harus mampu mengidentifikasikan masalah Tuan Lanang dengan benar, apa saja treatment yang diperlukan, dan sebagainya. Treatment untuk menangani kasus ini adalah operasi eksploratif. Dr. Sayang tidak melakukannya apalagi merujuk ke dokter lain yang ahlinya untuk menangani masalah ini, dan ini mengindikasikan bahwa terjadi kelalaian oleh Dr. Sayang. Untuk masalah Dr. Bedah yang menangani Tn Lanang, seharusnya ia tidak menunjukkan sikap menjelek-jelekkanan sejawat seperti yang tertuang di KODEKI pasal 14 dan 7b serta sumpah dokter.

18

VI.c.

Rekam Medis Rekam medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun terekam

tentang identitas, anamnesa,penentuan fisik , laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat inap , rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat. Rekam medis mempunyai 2 bagian yang perlu diperhatikan yaitu bagian pertama adalah tentang INDIVIDU : suatu informasi tentang kondisi kesehatan dan penyakit pasien yang bersangkutan dan sering disebut PATIENT RECORD, bagian kedua adalah tentang MANAJEMEN: suatu informasi tentang pertanggungjawaban apakah dari segi manajemen maupun keuangan dari kondisi kesehatan dan penyakit pasien yang bersangkutan. Manfaat Rekam Medis antara lain: 1. Aspek Administrasi Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi , karena isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga mdis dan perawat dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan 2. Aspek Medis Catatan tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada pasien 3. Aspek Hukum Menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan dalam rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan bahan tanda bukti untuk menegakkan keadilan. 4. Aspek Keuangan Isi Rekam Medis dapat dijadikan sebagai bahan untuk menetapkan biaya pembayaran, pelayanan . Tanpa adanya bukti catatan tindakan /pelayanan , maka pembayaran tidak dapat dipertanggungjawabkan. 5. Aspek Penelitian
19

Berkas Rekam medis mempunyai nilai penelitian , karena isinya menyangkut data/informasi yang dapat digunakan sebagai aspek penelitian . 6. Aspek Pendidikan. Berkas Rekam Medis mempunyai nilai pendidikan , karena isinya menyangkut data/informasi tentang kronologis dari pelayanan medik yang diberikan pada pasien. 7. Aspek Dokumentasi Isi Rekam medis menjadi sumber ingatan yang harus

didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban dan laporan sarana kesehatan.

Pada skenario ini Tuan lanang sangat memerlukan rekam medik untuk bahan pembuktian dalam perkara hukum. Rekam Medis merupakan salah satu bukti tertulis yang penting. Berdasarkan informasi dalam Rekam Medis, petugas hukum serta Majelis Hakim dapat menentukan benar tidaknya telah terjadi tindakan malpraktek, bagaimana terjadinya malpraktek tersebut serta

menentukan siapa sebenarnya yang bersalah dalam perkara tersebut.

VI.d. Kaidah Dasar Bioetik Kedokteran Praktek kedokteran berpegang kepada prinsip-prinsip moral kedokteran, prinsip-prinsip moral yang dijadikan arahan dalam membuat keputusan dan bertindak, arahan dalam menilai baik-buruknya atau benar-salahnya suatu keputusan atau tindakan medis dilihat dari segi moral. Pengetahuan etika ini dalam perkembangannya kemudian disebut sebagai etika biomedis. Etika biomedis memberi pedoman bagi para tenaga medis dalam membuat keputusan klinis yang etis (clinical ethics) dan pedoman dalam melakukan penelitian di bidang medis. Prinsip dasar kaidah bioetik :
20

1. Beneficence

(memeberikan

keuntungan,

menyeimbangkan

antara

keuntungan dan penderitaan) 2. Non Maleficence (primum non nocere) 3. Justice (persamaan perlakuan) 4. Autonomy (Kerahasiaan , privasi, menceritakan kebenaran) Hubungan learning issue dengan sekenario : Disini , dr. Sayang dianggap berlaku benar ketika bertindak cepat dengan mengeluarkan kawat dari pipi tuan Lanang dengan melakukan operasi kecil. Walaupun sebenarnya dr.Sayang bertindak diluar

kompetensi nya sebagai dokter umum, namun tindakannya disini dibenarkan dengan alasan memberikan pertolongan dalam keadaan gawat darurat merupakan kewajiban, apalagi saat itu, dr.Sayang adalah dokter jaga. Namun, disini dr.Sayang menyalahi prinsip KDB , yaitu non maleficence. Karena, akibat dari kelalaian dalam tindakan dr.Sayang yang tidak sengaja meninggalkan serpihan kawat di pipi tuan Lanang, tuan Lanang merasa dirugikan sehingga menuntut ganti rugi pada dr.Sayang. Dokter bedah yang menangani tuan Lanang selanjutnya pun, telah berbuat kesalahan disini. Yaitu , dengan menceritakan kepada tuan Lanang bahwa dr.Sayang telah melakukan kelalaian dalam tindakannya. Tentu saja, hal ini menyalahi prinsip turunan yaitu konfidensialitas (kerahasiaan). Seharusnya, kelalaian itu tidak boleh dibeberkan secara langsung. Dokter bedah harusnya memperingatkan dr.Sayang akan kelalaiannya dan tetap menjaga rahasia ini karena termasuk rahasia kedokteran. Rahasia ini baru boleh diberitahukan bila ada permintaan khusus untuk kepentingan hukum.

21

VI.e.

Malpraktik Dari definisi malpraktek adalah kelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama. 1. CRIMINAL MALPRACTICE Terjadi bila seorang dokter menangani suatu kasus telah melanggar hukum dan menyebabkan dia dituntut oleh negara. Pada Criminal Malpractice, tanggung jawabnya bersifat individual dan personal. 2. CIVIL MALPRACTICE Civil Malpractice adalah tipe malpractice dimana dokter karena pengobatannya dapat mengakibatkan pasien meninggal atau luka tetapi dalam waktu yang sama tidak melanggar hukum pidana. Sementara negara tidak dapat menuntut secara pidana, tetapi pasien atau keluarganya dapat menggugat dokter secara perdata untuk mendapatkan uang sebagai ganti rugi. Pada Civil Malpractice tanggung gugat dapat bersifat individual atau korporasi. 3. ADMINISTRATIVE MALPRACTICE Didalam U RI No.29 Tahun 2004 dan didalam Permenkes RI No. 1419/Menkes/Per/X/2005. Dijelaskan bahwa seorang dokter yang praktik harus punya Sertifikat Kompetensi, Surat Tanda Registrasi, dan Surat Ijin Praktik kalau seorang dokter tidak mempunyainya selain dokter mendapat sanksi pidana, sanksi perdata juga sanksi administratif.

22

Penutup

Assalamualaikum Wr.Wb Terakhir kali penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada tuhan Yang Maha Esa dan juga semua teman yang telah menyalurkan aspirasinya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Penulis berharap laporan ini dapat berguna bagi kita semua, dan penulis ucapkan kata maaf bila dalam penulisan laporan ini terjadi kesalahan, karena penulis mengetahui tak ada yang sempurna di dunia ini. Terima kasih Wassalamualaikum Wr.Wb

23

Sumber-sumber

Undang-undang Praktik Kedokteran KODEKI KODERSI http://www.scribd.com/doc/37936283/kaidah-dasar-bioetika-yb http://www.pdfi-indonesia.org/about/ http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=k&id=121367

24

Anda mungkin juga menyukai