Anda di halaman 1dari 5

RM Diagnosa

: 12.12.43.76 : Ikterus Obstruksi ec Ca caput pankreas + hipoalbumin + anemia

Ikterus Obstruksi
A. Batasan Ikterus adalah suatu keadaan dimana plasma, kulit dan selaput lendir menjadi kuning diakibatkan pewarnaan berlebihan oleh pigmen empedu. Ikterus merupakan gejala yang sering ditemukan dan timbul akibat gangguan ekskresi bilirubin. Ikterus Obstruksi terjadi bila ada batu yang menyumbat saluran empedu utama (Ductus Hepaticus), ditandai dengan adanya peningkatan kadar bilirubin direct, kolesterol, alkali fosfatase, gamma glukoronil tranferase dalam darah; bilirubinemia; dan tinja akolis (PDT Bedah, 2008).

B. Etiologi Adanya batu pada saluran empedu

C. Patofisiologi Hiperbilirubinemia merupakan keadaan dimana konsentrasi bilirubin dalam darah sangat tinggi yang dapat disebabkan peningkatan kadar bilirubin tidak terkonjugasi atau peningkatan bilirubin terkonjugasi atau keduanya. Hiperbilirubinemia dan ikterus pada ikterus obstruksi dapat terjadi sebagai akibat adanya gangguan pengeluaran bilirubin terkonjugasi. Gangguan pengeluaran bilirubin terkonjugasi dapat terjadi pada sumbatan saluran empedu di luar hati. Umumnya disebabkan adanya batu empedu sehingga terjadi ikterus obstruktif. Pada gangguan saluran empedu, kadar bilirubin terkonjugasi dalam plasma akan meningkat. Bilirubin terkonjugasi larut dalam air dan akan dikeluarkan ke dalam urin sehingga urin akan berwarna gelap. Sebaliknya tinja berwarna pucat karena tidak ada bilirubin yang masuk ke usus akibat sumbatan pada saluran empedu.

D. Penatalaksanaan Dilakukan kolesistektomi + koledokolitotomi + antibiotik profilaksis : sefalosporin generasi III

Ca Pankreas
A. Batasan Ca pankreas merupakan neoplasma ganas yang terjadi pada pankreas (PDT bedah, 2008). Seringkali terjadi pada kepala atau caput (70%), badan (20%), dan ekor (10%).

B. Etiologi Beberapa faktor yang diduga berperan pada carcinoma pankreas adalah : Faktor endogen ; penyakit diabetes mellitus, pankreatitis kronik, pankreatoitiasis. Gaya hidup ; kebiasaan makan tinggi lemak dan kolesterol, pecandu alkohol, merokok, minum kopi. Lingkungan ; terpapar zat karsinogen.

C. Patofisiologi Terjadinya mutasi oncogene K-Ras telah dihubungkan dengan kejadian 90% adenokarsinoma pankreas, dan ditemukan defect (cacat) pada gen penekan tumor p53. Pada pankreatitis kronis yang berkembang menjadi kanker pankreas kemungkinan disebabkan karena proses inflamasi kronis, termasuk pembentukan stroma. Mediator peradangan dari inflamasi kronis pada saluran pankreas dan disekitar stroma akan menimbulkan keganasan.

D. Penatalaksanaan Stadium dini : reseksi pankreas. Pada caput pankreas dilakukan duodenopankreatectomy cephalic. Resektabilitas ditentukan pre bedah dengan CT-scan dan endo ultrasonografi. Tumor dinyatakan reseksibel jika : 1. Masih kecil, kurang dari 2 cm 2. Belum ada penyebaran lokal yang jauh 3. Belum mengenai pembuluh darah 4. Belum ada metastase kelenjar regioner dan hepar 5. Terapi adjuvan kemoterapi 6. Stadium lanjut by pass bilio digestif

Kemoterapi : Regimen Gemcitabin 1000mg/m2 Rute IV selama 30 menit, seminggu 1x selama 3 minggu ESO Neutropenia, leukopenia, trombositopeni, mualmuntah, peningkatan alkalin pospat dan OT/PT Gemcitabin 1000mg/m2 + Irinotecan 100mg/m2 Gemcitabin IV selama Neutropenia, 30 menit hari 1,8 Irinotecan IV selama 90 menit hari 1,8 Siklus tiap 21 hari Gemcitabin 1000mg/m2 + Oxaliplatin 100mg/m2 Gemcitabin IV selama Neutropenia, 10mg/m2/menit hari 1 Oxaliplatin IV selama 2 jam hari 2 Siklus tiap 14 hari trombositopeni, mual,muntah, diare, peripheral sensory neuropathy J.Clin Oncol, 2005 Level 1 Hari ke 2 Level 2 hari ke 3 trombositopeni, muntah, diare Level 5 Hari 1 dan 8 Potensial emetogenik Level 2 Hari 1,8,15,22,29,36 dan 43

Hipoalbumin
A. Definisi suatu kondisi abnormal fisiologis tubuh yang ditandai dengan penurunan nilai albumin hingga dibawah nilai normal (3,5 g/dL)

B. Etiologi kehilangan sejumlah protein dari tubuh melalui urin (proteinuria) dan usus (protein losing enteropathy) Katabolisme albumin, pemasukan protein berkurang karena nafsu makan menurun dan mual muntah Utilisasi asam amino yang menyertai penurunan faal ginjal (Dipiro., et al. 2008)

C. Penatalaksanaan Terapi Hipoalbumin Regimentasi dosis : 1. Pemberian tetesan perlahan 100 cc/4 jam 2. Lebih lambat pada pasien tua atau kelainan jantung Hal-hal yang perlu diwaspadai : 1. Tekanan darah, denyut nadi, suhu, nafas, dan fungsi vital lain. 2. Infus albumin 2% dan 25% akan membawa masuk cairan dari intersisial ke intravaskular. Ekspansi cairan vaskular dapat menyebabkan sirkulatori overload dan payah jantung 3. Pemberian tetesan dilakukan secara lambat ditujukan untuk mengenali adanya penyulit sejak awal. Pasien kritis dengan gagal nafas atau gagal jantung perlu pemantauan lebih teliti dari fungsi nafas dan pertukaran gas. 4. Infusi albumin dapat memicu reaksi alergi dan anafilaksis karena merupakan protein asing. Infus albumin yang berlebihan akan menekan produksi albumin endogen.

Anda mungkin juga menyukai