Disusun
O L E H : Zahara Indah Pratiwi PO.71.20.1.09.100
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG JURUSAN KEPERAWATAN 2011
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Mansjoer, Arif., et all. 1999).
Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari ( WHO, 1980), Gastroenteritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et all.1996).
Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya (FKUI,1965).
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wongs,1995).
Gastroenteritis adalah kondisi dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan oleh infeksi,alergi atau keracunan zat makanan ( Marlenan Mayers,1995 ). Jadi dari keempat pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang patogen.
PATOFISIOLOGI Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.
2
Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu klien ke klien yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.
GEJALA KLINIS
a. Diare. b. Muntah. c. Demam. d. Nyeri abdomen e. Membran mukosa mulut dan bibir kering f. Fontanel cekung g. Kehilangan berat badan h. Tidak nafsu makan i. Badan terasa lemah
KOMPLIKASI
a. Dehidrasi b. Renjatan hipovolemik c. Kejang d. Bakterimia e. Mal nutrisi f. Hipoglikemia g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
c. Dehidrasi Berat Kehilangan cairan 8 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tandatanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma otot-otot kaku sampai sianosis.
PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Pemberian cairan. b. Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada klien dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
Memberikan asi. Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan makanan yang bersih.
c. Obat-obatan.
PEMBERIAN CAIRAN, PADA KLIEN DIARE DENGAN MEMPERHATIKAN DERAJAT DEHIDRASINYA DAN KEADAAN UMUM
A. Cairan per oral. Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan Glukosa, untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/l dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut. B. Cairan parenteral. Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
1. Dehidrasi ringan. 1jam pertama 25 50 ml / Kg BB / hari, kemudian 125 ml / Kg BB / oral 2. Dehidrasi sedang. 1jam pertama 50 100 ml / Kg BB / oral, kemudian 125 ml / kg BB / hari. 3. Dehidrasi berat. Untuk anak umur 1 bulan 2 tahun dengan berat badan 3 10 kg 1 jam pertama : 40 ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg BB / menit (infus set 1 ml = 15 tetes atau 13 tetes / kg BB / menit. 7 jam berikutnya 12 ml / kg BB / jam = 3 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ). 16 jam berikutnya 125 ml / kg BB oralit per oral bila anak mau minum,teruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit. Untuk anak lebih dari 2 5 tahun dengan berat badan 10 15 kg. - 1 jam pertama 30 ml / kg BB / jam atau 8 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 15 tetes ) atau 10 tetes / kg BB / menit ( 1 ml = 20 tetes ). - 7 jam kemudian 127 ml / kg BB oralit per oral,bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit. Untuk anak lebih dari 5 10 tahun dengan berat badan 15 25 kg. -1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ). -16 jam berikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral.
C. Diatetik ( pemberian makanan ). Terapi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus kepada klien dengan tujuan meringankan, menyembuhkan serta menjaga kesehatan klien. Hal hal yang perlu diperhatikan :
Memberikan Asi. Memberikan bahan makanan yang mengandung cukup kalori,protein,mineral dan vitamin, makanan harus bersih.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan tinja. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup, bila memungkinkan. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal. b. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.
1. Mulai belajar meraih benda-benda yang ada didalam jangkauan ataupun diluar. 2. Menangkap objek atau benda-benda dan menjatuhkannya 3. Memasukkan benda kedalam mulutnya. 4. Memegang kaki dan mendorong ke arah mulutnya. 5. Mencengkram dengan seluruh telapak tangan. b. Motorik kasar. 1. Mengangkat kepala dan dada sambil bertopang tangan. 2. Dapat tengkurap dan berbalik sendiri. 3. Dapat merangkak mendekati benda atau seseorang. c. Kognitif. a. Berusaha memperluas lapangan. b. Tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain. c. Mulai mencari benda-benda yang hilang. d. Bahasa. Mengeluarkan suara ma.. pa.. ba.. walaupun kita berasumsi ia sudah dapat memanggil kita, tetapi sebenarnya ia sama sekali belum mengerti.
LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK T DENGAN GASTROENTERITIS DI RUANG RAWAT KEMALA RS BHAYANGKARA
I.
Identitas Anak Nama :An T :Tn. H/ Ny. D Agama Ayah/Ibu Suku Bangsa Tanggal Masuk Diagnosa Medis : Islam/ Islam : Palembang : 20 Juli 2011 : Gastroenteritis
II.
Klien belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya, klien pernah mengalami demam selama seminggu.
V. Genogram (3 generasi)
VI.
Kebutuhan Dasar 1. Makanan yang disukai/tidak disukai Nafsu makan : Pola makan : 2. Pola tidur : Baik 2x/hari siang 3 Jam Perlu mainan Tidak 3x/hari Mual Muntah
Dengan benda-benda kesayangan 3. Pola kebersihan diri Mandi Gosok gigi : Sendiri . x/hari Dimandikan/dilap 2x/hari
Myconeum :
VII.
Riwayat Sosial Yang mengasuh : Orang tua Pembantu Hubungan dengan anggota keluarga : Watak/kebiasaan anak : Suka tertawa Suka berteman Nenek/kakek Keluarga Harmonis Tidal harmonis Pendiam Sering Menangis Ramah
Berat badan : kg P = 24 x/menit TD = - mmHg Apatis Koma Normal Jarang Menonjol Beringus Kelainan, Merah Kelainan : cekung Berbau Gelisah Somnolent
N = 90 x/menit
Komposmentis Sopor
Kelainan, Gigi Telinga Dada : : : Normal Normal Normal Caries Keluar Cairan Betuk tidak simetris Berbau Kelainan, Kelainan, Kelainan,
10
Lingkar dada : cm, Lngkar Perut : cm Abdomen : Normal lemas Kelainan Tali Pusat Pernafasan Sirkulasi : : : Basah Normal Baik Kelainan, Kulit : Tugor Baik Kelembaban : Pucat Lanugo Kuku : Normal : Ya Kotor Tidak Panjang Mudah patah Baik Tugor Buruk Buruk Warna : Merah Muda Kering Dispnoe Oedema Bau, sebutkan Kelainan, Sianosis Kembung Membuncit Keras
Kelainan: Pucat Gizi Tonus otot Ekstremitas Genetalia Anus : : : : : Baik Baik Normal Normal Normal Sedang Sedang Kurang Kurang
Kelainan : oedema pada ekstremitas Kelainan : oedema pada skrotum Abnormal : iritasi pada area bokong
IX.
Reflek-reflek Sucking (menghisap) Rooting (menoleh) Grasp (menggenggam) Babinski Moro Tonic Neck : : : : : : Kuat Kuat Kuat Kuat Kuat Kuat Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Kelainan, Kelainan, Kelainan, Kelainan, Kelainan, Kelainan,
X.
Pola tumbuh kembang Riwayat Kehamilan : Anak pertama Riwayat Kelahiran : Pervaginam BBL : 2800 gram PBL : 47 cm Riwayat Imunisasi : BCG : 1x/1 Campak : 1x/2 Polio : 5x/6 Hepatitis :3x/3 DPT : 3x/3
Fisik, miring usia bulan, tengkurap bulan, merangkak bulan Gigi pertama usia bulan, duduk usia, bulan, berdiri bulan Jalan sendiri usia bulan, bicara usia bulan
11
XI.
Data Penunjang HB : 10 gr/dl (L : 14-16 gr/dl) (P : 12-14 gr/dl) Leukosit Trombosit L.E.D : 9700 /ul : 384000 /ul : 11 mm/jam (5000-10000 /ul) (150000-400000 /ul) (L : <10mm/jam) (P : <20mm/jam) Hematokrit Basofil Eusenofil Batang Segmen Limfosit Monosit : 32% : 0% : 0% : 1% : 52% : 41% : 6% (40-48%) (0-1%) (1-3%) (2-6%) (50-70%) (20-40%) (2-8%)
XII.
Rumusan Masalah Keperawatan 1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
kebutuhan tubuh
konsistensi BAB setengah cair, tidak terdapat lendir dan darah, turgor kulit kurang elastis, kelopak mata cekung, Tekanan osmotic pada rongga usus meninggi
12
RR : 22 Isi dari rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
Diare
Resiko Kekurangan volume cairan dan elektrolit 2 Hari, Tanggal : Selasa, 26 Juli 2011 DS : Keluarga klien mengatakan klien Frekuensi BAB yang terlalu sering Gangguan integritas kulit
sering menangis, tangisan klien akan berkurang ketika bagian bokong klien dikipasi oleh kelurga DO : Klien terlihat menangis dan kesakitan. Klien menggunakan popok, popok Gangguan integritas kulit Terjadi iritasi pada bangian anus/ bokong
klien terdapat feses, bagian bokong/ anus tampak kemerahan dan terjadi iritasi
13
1.
Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi pada area bokong & frekwensi BAB yang berlebihan.
XV. NO DP 1 Data subyektif : Keluarga klien Defisit volume cairan dan elektrolit teratasi dalam waktu 3x 24 jam 2. kolaburasi dalam pemberian cairan intravena dan kaji area penusukan. 2. Cairan intravena untuk mengganti cairan yang keluar akibat diare, area penusukan indikator adekuatnya rehidrasi Data Obyektif : 3. Observasi tetecan Feses klien berwarna kuning, BAB tidak konsistensi setengah terdapat cair, lendir cairan infuse 3. Tetesan cairan infuse yang tidak lancar mengakibatkan cairan pengganti/ elektrolit yang masuk ke dalam tubuh klien terhambat. 4. Mengenal dan mempermudah tindakan keperawatan TTV : T N : 37 C : 80 5. Berikan dan RR : 22 anjurkan keluarga untuk memberikan
0
dan darah, turgor kulit kurang elastis, kelopak mata cekung. 4. Observasi tandatanda vital
14
minum yang banyak pada klien 2 Data subyektif : Keluarga mengatakan sering tangisan berkurang bagian bokong klien klien menangis, klien akan ketika klien 2. Jaga kebersihan perineum. 2. Daerah perineum merupakan daerah yang gelap dan rentan Data Obyektif : Klien terlihat menangis dan kesakitan. 4. Berikan lotion / Klien popok, menggunakan popok klien cream yang mengandung zinc pada area yang teriritasi 4. Pemberian lotion/ cream yang mengandung zinc dapat mempercepat penyembuhan daerah yang teriritasi. 3. Observasi bokong dan perineum dari infeksi 3. Untuk mencegah terjadinya infeksi yang lebih lanjut. infeksi Gangguan integritas teratasi kulit 1. Anjurkan pada keluarga untuk selalu mengganti popok anak jika basah, terutama jika anak BAB 1. Popok yang basah dapat mengakibatkan iritasi pada daerah anus dan perineum
terdapat feses, bagian bokong/ anus tampak kemerahan dan terjadi iritasi
XVI. Evaluasi Tanggal Jam DIAGNOSA KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN TANDA TANGAN PERAWAT 26/7/11 17:00 1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairan yang Keluarga klien mengatakan klien BAB 5-7x/hari, klien masih rewel dan sering menangis. Data subyektif :
15
berlebihan Data Obyektif : Feses klien berwarna kuning, konsistensi feses klien masih setengah cair, turgor kulit kurang elastis, kelopak mata terlihat cekung, tetesan infuse (mikrodrip) GTT :XX/menit berjalan lancar. TTV : T N : 36, 5 C : 82
0
RR : 22
Planning : 2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi & frekwensi BAB yang berlebihan Data subyektif : Keluarga klien mengatakan klien sering menangis, tangisan klien akan berkurang ketika bagian bokong klien dikipasi oleh kelurga. Intervensi dilanjutkan
Data Obyektif :
16
Klien terlihat menangis dan kesakitan. Klien menggunakan popok, popok klien terdapat feses, bagian bokong/ anus tampak kemerahan dan terjadi iritasi
Analisa Data : Masalah belum teratasi Planning : Intervensi dilanjutkan 27/7/11 12:30 1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairan yang berlebihan Data Obyektif : Feses klien berwarna kuning, konsistensi feses masih setengah cair, turgor kulit kurang elastis, kelopak mata sudah tidak terlihat cekung lagi, tetesan infuse (mikrodrip) XXgtt berjalan lancar. TTV : T N : 36,8 C : 80
0
Data subyektif : Keluarga klien mengatakan frekuensi BAB klien berkurang menjadi 4-5x/hari, tangisan klien sudah berkurang.
RR : 20
17
Planning : Intervensi dilanjutkan 2. Gangguan integritas kulit dengan berhubungan iritasi & Data subyektif : Keluarga klien mengatakan tangisan klien
berkurang karena daerah perineum dan anus tidak dibiarkan basah terlalu lama.
18
28/7/11
12:30
1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairan yang berlebihan
Data subyektif : Keluarga klien mengatakan frekuensi BAB klien 45x/hari, klien sudah tidak terlalu rewel.
Data Obyektif : Feses klien berwarna kuning, konsistensi feses kien lembek, turgor kulit kurang elastis, kelopak mata sudah tidak terlihat cekung lagi, tetesan infuse (mikrodrip) XXgtt berjalan lancar. TTV : T N : 36,3 C : 84
0
RR : 22
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi & frekwensi BAB yang berlebihan
Data subyektif : Keluarga klien mengatakan klien sudah tidak terlalu rewel, keluarga klien mengatakan popok selalu
19
Data Obyektif : Kemerahan pada daerah perineum dan anus sudah sedikit berkurang
20
Daftar Pustaka Carpenito, L.J., (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2 Jakarata : EGC Dongoes (2000). Diagnosa Keperawatan. Ed. 8. Jakarta : EGC Makalah Kuliah . Tidak diterbitkan. Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius. Pitono Soeparto, dkk. (1997). Gastroenterologi Anak. Surabaya : GRAMIK FK Universitas Airlangga. Price, Anderson Sylvia. (1997) Patofisiologi. Ed. I. Jakarata : EGC. http://nursingbegin.com/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-gastroenteritis/ (27 Juli 2011) http://contoh-askep.blogspot.com/2008/07/askep-pada-klien-dengan-ge.html (27 July 2011)
21