Anda di halaman 1dari 2

Di Indonesia, mengadopsi dari WHO 2008 guidelines di atas, saat inikelompok individu yang diperlukan DST sebagai pasien

suspek MDR-TB adalahkelompok yang beresiko tinggi, yaitu: 1.Individu yang mengalami gagal terapi setelah retreatment dan kasus kronik,dimana kelompok ini memiliki angka tertinggi (80%) menempati kasus MDR-TB 2.Individu yang gagal terapi dengan OAT kategori 2 (sputum tetap positif pada bulan ketiga) 3.Individu yang diterapi OAT tetapi sputum tetap positif pada bulan ketigasetelah pemberian sisipan pada kategori 1 4.Individu yang kembali setelah drop out pada pengobatan kategori 1 atau kategori 2 5.Memiliki riwayat pengobatan TB yang tidak adekuat, bukan DOTS ataumanagemen yang buruk. 6.Tinggal di daerah yang kasus MDR-TB tinggi 7.Kasus TB kambuh (kategori 1 atau kategori 2) 8.Individu yang memiliki keluhan TB dan kontak erat dengan penderita MDR-TB, termasuk petugas kesehatan yang kontak erat dengan penderita MDR-TB. 9.Memiliki kondisi ko-morbid dengan MDR-TB, malabsorbsi atau rapid transitdiare. 10.Individu dengan infeksi HIV.

PENATALAKSANAAN Resistensi terhadap OAT merupakan masalah besar dalam penanggulangan TB saat ini. Pemberian OAT yang benar dan terawasi secara baik merupakan salah satu kuncikeberhasilan mencegah dan mengatasi masalah ini. Konsep Directly Observed TreatmentShort Course (DOTS) yang kemudian dikembangkan menjadi DOTS-plus merupakansalah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat dan menanggulangimasalah resistensi M.Tb terhadap OAT. Saat ini belum terdapat rekomendasi rejimenOAT yang direkomendasikan untuk kasus XDR-TB.

Dalam pengobatan MDR-TB teruitama untuk keperluan membuat regimen obat-obat anti TB, WHO guidelines membagi obat MDR-TB menjadi lima group berdasarkan potensi dan efikasinya, sebagai berikut. Klasifikasi OAT yang dipergunakan dalam pengobatan TB MDR dibagi dalam 5 kelompok berdasarkan potensi dan efikasinya,yaitu: a. Group pertama : semua obat oral lini pertama yang terbukti sensitif seyogyanyadigunakan, karena paling efektif dan dapat ditoleransi dengan baik. Obat inisebaiknya digunakan dengan dosis maksimal. Pirazinamid dan etambutol, karena paling efektif dan dapat ditoleransi dengan baik

b. Kelompok kedua : obat injeksi bersifat bakterisidal, kanamisin atau amikasin, jikaalergi diganti kapreomisin, viomisin. Golongan obat ini merupakan komponen yangkrusial dalam regimen pengobatan MDR-TB. Semua pasien diberikan injeksi sampai jumlah kuman dibuktikan rendah yaitu melalui hasil kultur negatif. Penelitian ini di peru dibuktikan selama 6 bulan pengobatan. c. Kelompok ketiga : florokuinolon, merupakan obat bakterisidal tinggi. Semua pasienyang sensitif terhadap group ini , harus mendapat kuinolon dalam regimennya.Kelompok ini misalnya: levofloksasin, moksifloksasin, ofloksasin. d.Kelompok keempat : merupakan obat bakteriostatik lini kedua. Golongan obat inimempunyai toleransi tidak sebaik obat-obat oral lini pertama dan kuinolon e. Kelompok kelima : obat yang belum jelas efikasinya, amoksisilin + asam klavulanat,makrolide baru (klaritromisin), dan linezolid

Anda mungkin juga menyukai