Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) OLEH KELOMPOK IV YUSDAR M IRMAYANTI H41109255 H41109256 H41109260 H41109262 H41109265 H41109267 H41109278

PHIKA AINNADYA HASAN ST. HATIJAH M. FADIL TENDEAN JUMRIAH NUR MUH. TEGUH NAGIR

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai di Indonesia semakin mengalami kerusakan lingkungan dari tahun ke tahun. Kerusakan lingkungan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) meliputi kerusakan pada aspek biofisik ataupun kualitas air. Saat ini sebagian Daerah Aliran Sungai di Indonesia mengalami kerusakan sebagai akibat dari perubahan tata guna lahan, pertambahan jumlah penduduk serta kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pelestarian lingkungan DAS. Gejala Kerusakan lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat dilihat dari penyusutan luas hutan dan kerusakan lahan terutama kawasan lindung di sekitar Daerah Aliran Sungai. Dampak Kerusakan DAS. Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terjadi mengakibatkan kondisi kuantitas (debit) air sungai menjadi fluktuatif antara musim penghujan dan kemarau. Selain itu juga penurunan cadangan air serta tingginya laju sendimentasi dan erosi. Dampak yang dirasakan kemudian adalah terjadinya banjir di musim penghujan dan kekeringan di musim kemarau. Indonesia memiliki sedikitnya 5.590 sungai utama dan 65.017 anak sungai. Dari 5,5 ribu sungai utama panjang totalnya mencapai 94.573 km dengan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) mencapai 1.512.466 km2. Selain mempunyai fungsi hidrologis, sungai juga mempunyai peran dalam menjaga keanekaragaman hayati, nilai ekonomi, budaya, transportasi, pariwisata dan lainnya. I.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah mengenai daerah aliran sungai adalah sbb : 1. Mengetahui defenisi DAS. 2. Mengetahui batasan DAS. 3. Mengetahui ekosistem DAS. 4. Mengetahui komponen DAS. 5. Mengetahui macam-macam DAS. 6. Mengetahui penyebab kerusakan DAS serta penanggulangannya. 7. Mengetahui konsep pengolaan DAS.

BAB II

ISI

A. Pengertian DAS Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada sungai utama ke laut atau danau. Linsley (1980) menyebut DAS sebagai A river of drainage basin in the entire area drained by a stream or system of connecting streams such that all stream flow originating in the area discharged through a single outlet. Sementara itu IFPRI (2002) menyebutkan bahwa A watershed is a geographic area that drains to a common point, which makes it an attractive unit for technical efforts to conserve soil and maximize the utilization of surface and subsurface water for crop production, and a watershed is also an area with administrative and property regimes, and farmers whose actions may affect each others interests. Dari definisi di atas, dapat dikemukakan bahwa DAS merupakan ekosistem, dimana unsur organisme dan lingkungan biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat keseimbangan inflow dan outflow dari material dan energi. Selain itu pengelolaan DAS dapat disebutkan merupakan suatu bentuk pengembangan wilayah yang menempatkan DAS sebagai suatu unit pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang secara umum untuk mencapai tujuan peningkatan produksi pertanian dan kehutanan yang optimum dan berkelanjutan (lestari) dengan

upaya menekan kerusakan seminimum mungkin agar distribusi aliran air sungai yang berasal dari DAS dapat merata sepanjang tahun. Dalam pendefinisian DAS pemahaman akan konsep daur hidrologi sangat diperlukan terutama untuk melihat masukan berupa curah hujan yang selanjutnya didistribusikan melalui beberapa cara seperti diperlihatkan pada Gambar 1. Konsep daur hidrologi DAS menjelaskan bahwa air hujan langsung sampai ke permukaan tanah untuk kemudian terbagi menjadi air larian, evaporasi dan air infiltrasi, yang kemudian akan mengalir ke sungai sebagai debit aliran.

B. Batasan DAS Batas wilayah DAS diukur dengan cara menghubungkan titik-titik tertinggi di antara wilayah aliran sungai yang satu dengan yang lain.

Secara umum, batas DAS dibagi menjadi 3, yaitu : 1. DAS bagian hulu DAS bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit), dan curah hujan. 2. DAS bagian tengah DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air, kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan danau. 3. DAS Bagian hilir DAS bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air,

ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolaan air limbah.

C. Ekosistem DAS DAS merupakan ekosistem yang terdiri dari unsur utama vegetasi, tanah, air dan manusia dengan segala upaya yang dilakukan di dalamnya (Soeryono, 1979). Sebagai suatu ekosistem, di DAS terjadi interaksi antara faktor biotik dan fisik yang menggambarkan keseimbangan masukan dan keluran berupa erosi dan sedimentasi. Ekosistem DAS merupakan tingkat organisasi yang lebih tinggi dari komunitas, atau merupakan kesatuan dari suatu komunitas dengan lingkungannya dimana terjadi antar hubungan. Di sni tidak tidak hanya mencakup serangkaian spesies tumbuhan dan hewan saja, tetapi juga segala macam bentuk materi yang melakukan siklus dalam system itu serta energi yang diperlukan untuk hidupnya semua pada komunitas DAS

tergantung kepada

lingkungan

abiotik

tersebut. Organisme produsen memerlukan energi, cahaya, oksigen, air dan garamgaram yang semuanya diambil dari lingkungan abiotik.Energi dan materi dari konsumen tingkat pertama diteruskan ke konsumentingkat kedua dan seterusnya ke konsumen konsumen lainnya melalui jaring-jaring makanan. Meskipun komponen-komponen biologis dari suatu kolam atau padangrumput nampak berada pada system yang tertutup, namun pada kedua ekosistem itu sebenarnya merupakn system yang terbuka yang merupakan bagian dari system aliran sungai yang lebih besar. Fungsi dan stabilitas kolam dan padang rumput ini sepanjang tahun, sangat

ditentukan oleh aliran air, materi dan organisme yang masuk dari bagian-bagian lain dari DAS. Bukan hanya erosi dan kehilagan unsure hara dari hutan yang terganggu atau tanah pertanian yang rusak yang dapat memurnikan mutu ekosistem ekosistem ini, tetapi aliran keluar yang mengandung pengaruh bahan pengaruh organic yang lainnya di

menyebabkan eutrofikasi (perkayaan) dan

bagianhilir. Kerana itu daerah aliran sungai (DAS) sebagaui suatu keseluruhan, harus dipertimbangkan dalam pengelolaan, bukan hanya tubuh perairannya saja atau areal yang bervegetasi saja. Untuk air, diperlukan suatu paling system pengelolaan yang kali luas baik setiap

meter persegi

sedikit 20

DAS. Namun

demikian perbandingan yang paling tepat sangat tergantung pada curah hujan, struktur geologi dari batua di bawah tanah, dan bentuk topografi.

E. Macam-macam DAS Berdasarkan daya tampungnya, maka DAS dibagi menjadi 2 macam: 1. DAS Gemuk ; Yaitu DAS yang luas sehingga memilih daya tampung air yang besar. DAS ini cenderung mengalami luapan air yang besar pada waktu hujan besar yang terjadi di bagian hulu. 2. DAS Kurus ; Yaitu DAS yang relative kecil sehingga daya tampung air hujan juga sedikit. DAS ini tidak mengalami luapan air yang begitu besar pada saat hujan turun di bagian hulu Daerah aliran sungai dapat dibedakan berdasarkan bentuk atau pola dimana bentuk ini akan menentukan pola hidrologi yang ada. Coarak atau pola DAS

dipengaruhi oleh faktor geomorfologi, topografi dan bentuk wilayah DAS. Sosrodarsono dan Takeda (1977) mengklasifikasikan bentuk DAS sebagai berikut : 1. DAS bulu burung. Anak sungainya langsung mengalir ke sungai utama. DAS atau Sub-DAS ini mempunyai debit banjir yang relatif kecil karena waktu tiba yang berbeda. 2. DAS Radial. Anak sungainya memusat di satu titik secara radial sehingga menyerupai bentuk kipas atau lingkaran. DAS atau sub-DAS radial memiliki banjir yang relatif besar tetapi relatif tidak lama. 3. Das Paralel. DAS ini mempunyai dua jalur sub-DAS yang bersatu.

F. Pengolahan DAS Pengelolaan DAS merupakan suatu bentuk pengembangan wilayah yang menempatkan DAS sebagai unit pengembangannya. Ada tiga aspek utama yang selalu menjadi perhatian dalam pengelolaan DAS yaitu jumlah air (water yield), waktu penyediaan (water regime) dan sedimen. DAS dapat dipandang sebagai suatu sistem hidrologi yang dipengaruhi oleh peubah presipitasi (hujan) sebagai masukan ke dalam sistem. Disamping itu DAS mempunyai karakter yang spesifik serta berkaitan erat dengan unsur-unsur utamanya seperti jenis tanah, topografi, geologi, geomorfologi, vegetasi dan tataguna lahan. Karakteristik DAS dalam merespon curah hujan yang jatuh di tempat tersebut dapat memberi pengaruh terhadap besar kecilnya evapotranspirasi, infiltrasi, perkolasi, aliran permukaan, kandungan air tanah, dan aliran sungai (Seyhan, 1977). Dalam hal ini air hujan yang jatuh di dalam DAS akan mengalami proses yang dikontrol oleh sistem

DAS menjadi aliran permukaan (surface runoff), aliran bawah permukaan (interflow) dan aliran air bawah tanah (groundwater flow). Ketiga jenis aliran tersebut akan mengalir menuju sungai, yang tentunya membawa sedimen dalam air sungai tersebut. Selanjutnya, karena daerah aliran sungai dianggap sebagai sistem, maka perubahan yang terjadi disuatu bagian akan mempengaruhi bagian yang lain dalam DAS (Grigg, 1996). Bagian hilir dari DAS pada umumnya berupa kawasan budidaya pertanian, tempat pemukiman (perkotaan), dan industri, serta waduk untuk pembangkit tenaga listrik, perikanan dan lain-lain. Daerah bagian hulu DAS biasanya diperuntukan bagi kawasan resapan air. Dengan demikian keberhasilan pengelolaan DAS bagian hilir adalah tergantung dari keberhasilan pengelolaan kawasan DAS pada bagian hulunya. Kerusakan DAS dapat ditandai oleh perubahan perilaku hidrologi, seperti tingginya frekuensi kejadian banjir (puncak aliran) dan meningkatnya proses erosi dan sedimentasi. Kondisi ini disebabkan belum tepatnya sistem penanganan dan pemanfaatan DAS (Brooks et al, 1989). Tujuan umum pengelolaan DAS adalah keberlanjutan yang diukur dari pendapatan, produksi, teknologi dan erosi. Teknologi yang dimaksud adalah teknologi yang dapat dilakukan oleh petani dengan pengetahuan lokal tanpa intervensi dari pihak luar dan teknologi tersebut dapat direplikasi berdasarkan faktorfaktor sosial budaya petani itu sendiri. Erosi harus lebih kecil dari erosi yang dapat ditoleransikan agar kelestarian produktivitas dapat dipertahankan (Sinukaban, 2007). Tujuan akhir pengelolaan DAS adalah terwujudnya kondisi yang lestari dari sumber daya vegetasi, tanah dan air sehingga mampu memberikan manfaat secara

optimal dan berkesinambungan bagi kesejahteraan manusia. Manfaat yang optimal dan berkesinambungan akan tercapai apabila sumber daya alam dan lingkungan dikelola dengan baik (Mangundikoro, 1985). Untuk mencapai tujuan akhir dari pengelolaan DAS yaitu terwujudnya kondisi yang optimal dari sumberdaya hutan, tanah dan air, maka kegiatan pengelolaan DAS meliputi empat upaya pokok (Mangundikoro, 1985), yaitu : 1. Pengelolaan lahan melalui usaha konservasi tanah dalam arti yang luas 2. Pengelolaan air melaluipengembangan sumberdaya air 3. Pengelolaan hutan, khususnya pengelolaan hutan yang memiliki fungsi perlindungan terhadap tanah dan air 4. Pembinaan kesadaran dan kemampuan manusia dalam penggunaan sumberdaya alam secara bijaksana melalui usaha penerangan dan penyuluhan. Dasar pertimbangan pentingnya penggunaan daerah aliran sungai (DAS) sebagai unit pengelolaan sumberdaya alam tanah, air dan hutan, adalah bahwa DAS merupakan unit hidrologi yang memiliki unsur-unsur biogeosistem dan manusia dengan aktivitas budidayanya. Oleh karena itu DAS tepat sekali digunakan sebagai unit perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan sumberdaya alam (Asdak, 1995). Ada tiga sasaran umum kegiatan pengelolaan DAS yaitu: 1. REHABILITASI Memperbaiki lahan pertanian/kehutanan akibat erosi dan sedimen yang berlebihan dan bahan-bahan yang mudah larut yang tidak diperlukan akibat run-off dll. Metoda rehabilitasi yang digunakan adalah metoda: tanah hutan, rangeland, tanah evaluasi konservasi pengelolaan

pertanian dan saluran aliran. Rehabilitasi sering dibatasi untuk DAS kecil; pengertian rehabilitasi sering digunakan untuk membatasi fungsi DAS yang memerlukan penataan kembali. 2. PROTEKSI Perlindungan tanah pertanian/kehutanan akibat pengaruh yang membahayakan produksi dan kelestarian menggunakan metoda: tanah hutan, rangeland, pencegahan kebakaran, pencegahan terhadap gangguan serangga/hama serta penyakit. 3. PENINGKATAN Peningkatan sifat sumber air dilakukan dengan manipulasi ciri-ciri suatu DAS akibat pengaruh hidrologi atau fungsi kualitas air. Tujuan penungkatan pengelolaan DAS didasarkan pada pengakuan bahwa sistem tanah-tanaman yang alami tidak memerlukan produksi air yang optimum. Ketergantungan pada tujuan pengelolaan tanah tertentu, neraca air, cara hidup atau kualitas air dapat dirubah. Semua praktek dan program peningkatan yang sekarang dilakukan (kuantitas air dan cara hidup) dan program perlindungan serta perbaikan, bertujuan untuk mengontrol atau menata kualitas air.

G. Faktor-faktor yang memengaruhi DAS di Indonesia Faktor-faktor yang memengaruhi DAS di Indonesia :

1. Iklim 2. Jenis batuan yang dilalui DAS 3. Banyak sedikitnya air hujan yang jatuh ke alur DAS

4. Lereng DAS 5. Bentukan alam (mender, dataran banjir dan delta) G. Dampak Kerusakan DAS Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terjadi mengakibatkan kondisi kuantitas (debit) air sungai menjadi fluktuatif antara musim penghujan dan kemarau. Selain itu juga penurunan cadangan air serta tingginya laju sendimentasi dan erosi. Dampak yang dirasakan kemudian adalah terjadinya banjir di musim penghujan dan kekeringan di musim kemarau. Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) pun mengakibatkan menurunnya kualitas air sungai yang mengalami pencemaran yang diakibatkan oleh erosi dari lahan kritis, limbah rumah tangga, limbah industri, limbah pertanian (perkebunan) dan limbah pertambangan. Pencemaran airsungai di Indonesia juga telah menjadi masalah tersendiri yang sangat serius. Untuk mewujudkan tujuan ini maka perlu diperhatikan aspek-aspek seperti : 1. Aspek fisik teknis yaitu pemolaan tata guna lahan sebagai prakondisi dalam mengusahakan dan menerapkan teknik atau perlakuan yang tepat sehingga pengelolaan DAS akan memberikan manfaat yang optimal dan kelestarian lingkungan tercapai 2. Aspek manusia, yaitu mengembangkan pengertian, kesadaran sikap dan kemauan agar tindakan dan pengaruh terhadap sumberdaya alam di DAS dapat mendukung usaha dan tujuan pengelolaan 3. Aspek institusi yaitu menggerakkan aparatur sehingga struktur dan prosedur dapat mewadahi penyelenggaraan pengelolaan DAS secara efektif dan efisien

4. Aspek hukum, yaitu adanya peraturan perundangan yang mengatur penyelenggaraan pengelolaan DAS

DAFTAR PUSTAKA A. Abdulrachman, S. Sukmana, and J.H. French, A Framework for Compilation of Applied Research Information on Hillslope: Farming, Conservation Policies for Sustainable Hillslope Farming, 1992. Hidayat Pawitan dan Daniel Murdiyarso, Monitoring dan Evaluasi Komponen Biofisik DAS, Lokakarya Pembahasan Hasil Penelitian dan Analisis Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Garut, 20-24 November 1995.

Norman W. Hudson, A Study of The Reasons for Success or Failure of Soil Conservation Proyect, Soil Resources, Management and Conservation Service, FAO Land and Water Development Division, Silsoe Agricukture Assosiates ampthill Bellford United Kingdom FAO Soils Bulletin 64, 1991. I. Nyoman Yuliarsana, Agroforestry Dalam Pengelolaan DAS, Agenda dan Strategi Studi dan Penelitian, Bahan Kuliah Pascasarjana IPB, Program Studi Pengelolaan DAS, 2000. Tarigan S.D., Bahan Kuliah Teknologi Pengelolaan DAS, Pascasarjana, IPB, 2000. The WRDP-WMIC Studi Team, The Philippines Strategy for Improved Watershed Resources Management, Forest Management Bureau Departement of Environmental and Natural Resources, Agust, 1998. Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering di Indonesia, Kumpulan Informasi,Bogor, April, 1997. Peter E. Black, Watershed Hidrology, State University of New York, College of Environmental Science and Forestry, Syracuse, New York, Second Edition. State Ministry for Environment Republic of Indonesia & United Nations Development Programme, AGENDA 21-INDONESIA, A Nasional Strategy for Sustainable Development. S.C. Walpole, Integration of Economic and Biophysical Information to Assess The Site-specific Profitability of Land Management Programmes Using a Geographic Information Systems, New South Wales, Australia.

Anda mungkin juga menyukai