Anda di halaman 1dari 6

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kawasan pesisir dikenal sebagai ekosistem perairan yang memiliki potensi sumberdaya yang sangat besar. Wilayah tersebut telah banyak dimanfaatkan dan memberikan sumbangan yang berarti, baik bagi peningkatan taraf hidup masyarakat maupun sebagai penghasil devisa negara yang sangat penting. Aktifitas perkonomian yang dilakukan di kawasan pesisir diantaranya adalah kegiatan perikanan (tangkap dan budidaya), industri dan pariwisata. Selain dimanfaatkan untuk kegiatan perekonomian, wilayah pesisir juga digunakan sebagai tempat membuang limbah dari berbagai aktifitas manusia, baik dari darat maupun di kawasan pesisir itu sendiri. Kegiatan ini memberikan dampak yang tidak diharapkan dari kondisi biofisik pesisir yang dikenal sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Salah satu jenis perairan yang akan terkena dampak adalah perairan estuaria. Estuaria merupakan suatu habitat yang bersifat unik karena merupakan tempat pertemuan antara perairan laut dan perairan darat. Namun wilayah pesisir juga kerap mendapat tekanan ekologis berupa pencemar yang bersumber dari aktifitas manusia. Melimpahnya bahan pencemar tersebut di wilayah pesisir merupakan ancaman yang serius terhadap kelestarian perikanan laut. Menurut Dahuri (1996) akumulasi limbah yang terjadi di wilayah pesisir, terutama diakibatkan oleh tingginya kepadatan populasi penduduk dan aktifitas industri. Kondisi seperti ini disinyalir juga terjadi di perairan muara Sungai Kampar. Muara Sungai Kampar merupakan gabungan dari beberapa aliran sungai besar dan anak sungai yang terdapat di Provinsi Riau. Aliran air yang masuk ke muara Sungai Kampar mengindikasikan banyak mengandung bahan pencemar. Hal ini terjadi karena di sepanjang sungai yang mengalir ke muara Sungai Kampar terdapat banyak pabrik-pabrik atau kegiatan industri yang beroperasi dan membuang limbahnya ke sungai. Pabrik yang paling besar masuk ke aliran Sungai Kampar adalah jenis pabrik kertas yaitu PT. RAPP (Riau Andalan Pulp and Paper). Masuknya bahan pencemar ke dalam perairan muara sungai ini akan mengakibatkan terjadinya kerusakan pada berbagai organ tubuh, bahkan bukan

tidak mungkin dapat mengakibatkan kematian serta mengakibatkan spesies tertentu yang rentan terhadap bahan pencemar menjadi hilang/punah sehingga spesies ikan yang dijumpai menjadi berkurang. Hal ini sesuai dengan pendapat Dahuri dan Arumsyah (1994) bahwa masuknya bahan pencemar ke dalam perairan dapat mempengaruhi kualitas perairan. Apabila bahan yang masuk ke perairan melebihi kapasitas asimilasinya, maka daya dukung lingkungan akan menurun. Sehingga menurun pula nilai perairan dan peruntukan lainnya. Bahan pencemar yang masuk ke muara sungai dan estuari akan tersebar dan akan mengalami proses pengendapan, sehingga terjadi penyebaran zat pencemar. Besar kecilnya nilai kisaran dari parameter terukur tergantung dari volume air pengencer, toksisitas/intensitas bahan pencemar, iklim, kedalaman, arus, topografi dan geografi, sehingga terjadi perubahan sifat fisik, kimia dan biologi dan ketiganya akan saling berinteraksi. Apabila salah satu faktor terganggu atau mengalami perubahan akan berdampak pada ekologi perairan. Penyebaran bahan pencemar terutama logam berat dalam perairan dengan proses pengendapan akan mempengaruhi siklus hidup dari hewan perairan terutama ikan. Dengan terjadinya proses pengendapan bahan pencemar di dasar perairan akan memberikan dampak terakumulasinya bahan pencemar dalam tubuh organisme melalui rantai makanan. Ikan baung salah satu jenis ikan yang hidup di dasar perairan Sungai Kampar dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat setempat, padahal ikan baung baik secara langsung maupun tidak langsung, terkena dampak dari bahan pencemar yang berada di dasar perairan atau dengan kata lain akan terkontaminasi bahan pencemar. Mengingat ikan baung banyak hidup di dasar perairan Sungai Kampar yang sudah tercemar, namun masih belum ada informasi mengenai hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian terhadap kandungan bahan pencemar terutama logam pada ikan baung.

1.2. Perumusan Masalah Limbah/bahan pencemar yang masuk ke perairan dan sampai di muara sungai, ada yang sudah terdegradasi/terlarut di badan air dan ada yang belum terdegradasi/terendapkan di dasar perairan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat tingkat pencemaran di perairan mulai dari bagian hulu,

sekitar pabrik dan muara Sungai Kampar terutama di dasar perairan, serta untuk melihat pengaruhnya terhadap ikan baung yang hidup di dalamnya. Limbah pabrik yang masuk ke perairan sungai dan mengalir ke perairan muara mengakibatkan perubahan kualitas perairan dan mengganggu kehidupan organisme perairan, bahkan dapat menyebabkan kematian bagi organisme (ikan). Hal ini disebabkan organisme perairan akan mengakumulasi bahan pencemar yang masuk ke dalam tubuhnya. Pada suatu saat konsentrasinya akan melebihi ambang batas, sehingga mengakibatkan kerusakan organ bahkan dapat menyebabkan kematian bagi organisme tersebut. Kerusakan organ yang terkena dampak/akibat dari limbah, terutama logam berat yang pertama kali adalah insang, karena insang merupakan organ pernafasan yang berinteraksi langsung dengan air untuk mendapatkan oksigen. Selain organ insang yang memperlihatkan reaksi terhadap masuknya bahan pencemar ke dalam tubuh, organ ginjal juga memberikan reaksi terhadap bahan pencemar karena sesuai dengan fungsinya ginjal berfungsi menetralisir racun (bahan pencemar) yang telah masuk ke dalam tubuh. Sesuai dengan fungsi kedua organ tersebut kiranya perlu melihat kerusakan kedua organ tersebut menggunakan analisis histopatologi. Limbah dari aktifitas pabrik yang membuang limbah cairnya ke Sungai Kampar umumnya berupa limbah cair yang mengandung logam berat. Diketahui bahwa sifat logam berat tersebut mudah mengendap di dasar perairan dan berikatan dengan komponen kimia lainnya, sehingga kemungkinan terjadinya pengakumulasian logam berat tersebut di dasar perairan juga menjadi lebih besar (Riani, 2004). Oleh karena itu untuk melihat efek bahan pencemar terutama logam berat di dalam perairan, diperlukan hewan uji yang berkaitan langsung dengan kandungan logam berat di dasar perairan atau dengan kata lain perlu mendeteksinya pada hewan uji, khususnya ikan yang habitatnya di dasar perairan. Salah satu jenis ikan dasar yang banyak terdapat di Sungai Kampar mulai dari hulu sampai hilir dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat setempat dan mempunyai nilai ekonomis (jual) yang tinggi adalah ikan baung, sehingga ikan ini dapat dijadikan sebagai hewan uji di perairan Sungai Kampar mulai dari hulu sampai hilir. Penelitian tentang bahan pencemar khususnya logam berat yang berada di

perairan Sungai Kampar belum banyak dilakukan, dalam hal ini penelitian yang sudah dilakukan terbatas pada perubahan beberapa parameter kualitas air. Penelitian yang masih terbatas pada kualitas air ini terlihat dari pemberitaan dari surat kabar yang dikeluarkan oleh Bapedal Provinsi Riau yang menyatakan bahwa dari pemeriksaan yang dilakukan oleh Laboratorium Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil) Riau, hasil olahan limbah PT Riau Andalan Pulp And Paper (Riaupulp) yang dialirkan ke Sungai Kampar masih di bawah baku mutu atau aman sesuai standar pemerintah yang berlaku. Menurut Kepala Bapedal Provinsi Riau Khairul Zainal, Bapedal juga telah melakukan penelitian pada tanggal 22 Maret 2006 di beberapa kawasan yang dinyatakan penduduk setempat terkena pencemaran limbah Riau Pulp. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa limbah cair yang dibuang ke Sungai Kampar sebelumnya sudah diolah melalui unit pengolahan limbah Riaupulp, sehingga limbah yang dibuang ke Sungai Kampar masih di bawah baku mutu. Dan menurut Kabid Pengendalian Pencemaran Bapedal Riau Maruf Mariadi hasil uji laboratorium yang dilakukan pada 14 titik memperlihatkan bahwa pH air rata-rata 7,48, B0D 5 - 88 mg/l, COD 294 mg/l, dan TSS 60 mg/l. Dengan mengacu kepada Keputusan Menteri LH No 51 Tahun 1995 maka perairan Sungai Kampar masih belum tercemar Di Sungai Kampar telah dilakukan penelitian terhadap kualitas air, namun pengaruh bahan pencemar khususnya logam berat yang berada di dasar perairan terhadap organ tubuh ikan demersal, khususnya ikan baung belum pernah dilakukan. Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan untuk melihat efek pencemaran di perairan Sungai Kampar di Provinsi Riau terhadap ikan demersal khususnya ikan baung.

1.3. Tujuan Dan Manfaat Secara garis besar penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi kandungan bahan pencemar dari berbagai aktivitas manusia yang berada di sekitar perairan Sungai Kampar, khususnya bahan pencemar yang ditimbulkan dari aktifitas industri terhadap organisme perairan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka tujuan antara dari penelitian ini adalah : 1. Untuk melihat besar kandungan bahan pencemar dan kerusakan pada jaringan

tubuh ikan. 2. Untuk membandingkan tingkat pencemaran di dasar perairan pada bagian hulu, sekitar pabrik dan muara Sungai Kampar.

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan akan menjadi dasar bagi pengelolaan perairan muara Sungai Kampar yang mendapat pasokan dari berbagai aktifitas industri di bagian hulu, khususnya aktifitas industri kertas.

1.4. Hipotesis 1. Bahan pencemar di perairan Sungai Kampar mengakibatkan kerusakan pada organ-organ tubuh ikan (insang dan ginjal ikan). 2. Tingkat pencemaran di dasar perairan bagian hulu, sekitar pabrik dan di muara Sungai Kampar berbeda antara satu dengan lainnya.

1.5. Kerangka Pemikiran Berbagai aktifitas yang dilakukan oleh manusia memberikan hasil akhir berupa limbah yang merupakan sisa-sisa dari aktifitas yang dilakukan. Aktifitas yang dilakukan oleh manusia adalah kegiatan industri, pertanian dan rumah tangga. Sisa dari kegiatan tersebut jika tidak dikelola dengan baik, akan memberikan dampak yang negatif dan dapat menyebabkan terjadinya

pencemaran. Salah satu ekosistem yang menerima limbah buangan tersebut adalah ekosistem perairan, bahkan ekosistem perairan merupakan ekosistem yang sering dijadikan tempat pembuangan akhir dari aktifitas tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung. Aliran sisa buangan yang dilakukan oleh berbagai aktifitas tersebut pertama kali akan memasuki ekosistem perairan sungai, selanjutnya akan masuk ke perairan estuaria dan berakhir di laut lepas. Selama perjalanannya, bahan pencemar yang masuk ke perairan akan mengalami perubahan atau mengalami suatu proses penguraian. Di lain pihak bahan pencemar juga bisa merusak ekosistem perairan tersebut, karena bahan pencemar ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada kualitas perairan, yang pada akhirnya akan

menyebabkan perubahan atau terjadinya gangguan terhadap organisme yang hidup di dalamnya dan juga bisa menyebabkan munculnya dampak atau efek yang tidak kecil bagi manusia yang memanfaatkan perairan tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan mengetahui sumber pencemar dan alirannya serta efek yang ditimbulkan oleh bahan pencemar dari berbagai aktifitas manusia yang terkait terhadap organisme perairan dan kualitas perairan akan memberikan suatu gambaran pengelolaan ekosistem perairan secara baik demi keberlanjutannya di masa yang akan datang. Secara sederhana kerangka pemikiran dari penelitian ini, dapat dilihat pada Gambar 1.

Limbah Industri Pabrik

Limbah Pertanian

Limbah Rumah Tangga

Pencemaran

Sungai

Muara Sungai

Efek Bagi Biota Perairan (ikan)

Perubahan Kualitas Perairan

Kualitas Perairan Yang Baik

Gambar 1. Kerangka pemikiran efek pencemaran pada muara Sungai Kampar terhadap ikan dalam pengelolaan lingkungan

Anda mungkin juga menyukai