Anda di halaman 1dari 7

TUGAS TERSTRUKTUR STATISTIKA (Tugas Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Akhir Semester)

Disusun oleh : NUR AFIDATUL MAULIDIYAH (080914016)

PRODI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2010

TOKSISITAS TIMBAL TERHADAP IKAN BANDENG ( Chanos chanos Forskal) PADA SALINITAS YANG BERBEDA A. LATAR BELAKANG Laut merupakan tempat bermuaranya berbagai saluran air termasuk sungai. Oleh karena itu, laut akan menjadi terkumpulnya zat-zat pencemar yang dibawa oleh aliran air. Banyak industri atau pabrik yang membuang limbah industrinya ke sungai tanpa penanganan atau mengolah limbah terlebih dahulu dan kegiatan rumah tangga yang membuang limbahnya ke sungai. Pikir (1993) menyatakan bahwa air sungai semakin ke arah hilir semakin banyak mengandung bahanbahan pencemar yang disebabkan oleh peningkatan industri yang membuang limbah ke perairan. Limbah-limbah berbahaya ini kemudian terbawa ke laut yang selanjutnya mencemari laut (Yanney,1990) Laut merupakan tempat pembuangan benda-benda asing dan pengendapan sisa yang diproduksi oleh manusia. Laut juga menerima bahan-bahan yang terbawa oleh air dari daerah pertanian, limbah rumah tangga, atmosfer, sampah, bahan buangan dari kapal, tumpahann minyak dari kapal tanker, pengeboran minyak lepas pantai, dan masih banyak lagi bahan yang terbuang ke laut (Darmono,2001) Laut dapat melarutkan dan menyebarkan bahan-bahan tersebut sehingga konsentrasinya menjadi menurun, terutama di daerah laut dalam. Kehidupan laut dalam juga terbukti lebih sedikit terpengaruh daripada laut dangkal. Daerah pantai terutama daerahh muara sungai, sering mengalami pencemaran berat, yang disebabkan oleh adanya proses pencemaran yang berjalan ( Darmono,2001) Laut mengandung sumber-sumber mineral yang jumlahnya berlimpah. Air laut sendiri banyak mengandung zat-zat yang terlarut di dalamnya yang merupakan sumber dari berbagai zat kimia. Beberapa mineral yang berasal dan dibentuk di daratan kemudian tenggelam di laut sebagai suatu hasil dari perubahan permukaan air laut yang terjadi secara terus-menerus. Proses semacam ini terjadi pada bahan mineral cassiterite yang mengandung timbal (Pb) yangdiangkut dari daratan ke arah lepas pantai di banyak tempat di Indonesia (Hutabarat dan Stewart,1985) Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan maka berkembang pula industri-industri. Akibatnya linkungan menjadi salah satu sasaran pencemaran, terutama pada lingkungan perairan yang sudah pasti terganggu oleh adanya limbah industri, baik industri pertanian maupun industri pertambangan kebanyakn dari limbah itu biasanya dibuang begitu saja tanpa pengolahan terlebih dahulu (Palar,1994). Perkembangan teknologi industri juga memberikan dampak yang buruk bagi kehidupan organisme, sisa-sisa bahan buangan dari industri berteknologi tersebut mengandung logam berat yang akan diabsorbsi oleh organisme perairan baik secara langsung maupun tidak langsung (Supriharyono,1984) Limbah industri, baik pertanian maupun pertambangan, dan hasil kegiatan manusia yang mengandung logam berat dapat mengkontaminasi perairan sungai maupun laut dan terjadi bioakumulasi melalui rantai makanan yang melibatkan organisme perairan. Salah satu pencemaran pada badan air adalah masuknya logam berat. Peningkatan kadar logam berat di dalam perairan akan diikuti oleh peningkatan kadar zat tersebut dalam organisme ini sebagai bahan makanan akan membahayakan kesehatan manusia (Palar,1994) Lingkungan perairan dengtan segenap aspek dinamikanya merupakan salah satu faktor penting dalam usaha pembudidayaan ikan. Hal ini tidak lepas dari kegiatan manusia bila ditinjau

dari dampak lingkungan secara langsung atau tidak langsung maka akan mempengaruhi komoditas perairan. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh aktivitas dan kepentingan manusia adalah berupa pencemaran berbagai bahan essensial dan non essensial yang dapat terjadi pada badan air dalam lingkungan perairan (Palar,1994). Selanjutnya dituliskan bahwa logam merupakan salah satu bahan pencemar yang dapat menimbulkan suatu bahaya khususnya bagi ikan. Hal ini dapat terjadi jika sejumlah logam telah mencemari dan ditemukan dalam konsentrasi tiinggi dalam perairan (Darmono,1995) Toksisitas yang dimiliki oleh logam berat dapat menjadi penghalang proses metabolisme. Menurut Palar (1994) logam berat akan bekerja sebagai penghalang kerja enzim dalam proses fisiologiatau metabolisme tubuh sehingga prosesnya terputus. Menurut Hutagalung (1991) berbagai industri banyak mengandung logam berat, salah satu diantara limbah logam berat yang merupakan pencemar lingkungan adalah timbal(Pb). Kadar logam berat di dalam badan air akan naik sedikit demi sedikit karena ulah manusia akibatnya logam itu dapat terserap dalam jaringan ikan, tertimbun dalam jaringan (bioakumulatif) dan pada konsentrasi tertentu akan dapat merusak organ-organ dalam jaringan tubuh. Adsorbsi logam berat oleh ikan secara langsung biasanya melalui insang ikan (Palar,1994) Ikan bandeng sebagai salah satu komoditas andalan di sub sektor perikanan selain merupakan yang sangat potensial di dalam usaha pembudidayaannya, cukup peka terhadap pencemaran logam berat, terutama pada fase awal kehidupan (Rachmansyah,1998). Hal tersebut menyebabkan salah satu jaringan tubuh ikan bandeng cepat mengakumulasi logam berat yaitu jaringan insang, akibatnya ikan bandeng akan mati lemas karena terganggunya proses pertukaran ion-ion dan gas-gas melalui insang (Wardoyo,1975) Timbal (timah hitam/Plumbun/Pb) merupakan salah satu unsur logam berat yang berpotensi sebagai pencemar dan berbahaya terhadap biota akuatik maupun kesehatan manusia. Timbal bersifat non essensial dalam pertumbuhan dan metabolisme jaringan makhluk hidup (Rand dan Petrocelli,1985). Dampak negatif dari timbal dapat terjadi akibat pencemaran timbal, baik terhadap lingkungan maupun biota akuatik sebagai sumber pangan manusia. Secara alamiah timbal perairan berasal dari pengkristalan timbal di udara kemudian dengan bantuan hujan jatuh ke dalam perairan. Sumber lain adalah proses korosifikasi dari batuan mineral akibat hempasan gelombang dan angin (Palar,1994).peningkatan konsentrasi secara alamiah sebagai indikasi pencemaran timbal bersumber dari aktivitas manusia yang berkaitan dengan penggunaan timbal, antara lain pembuatan baterai, amunisi, kabel, pelat timah, solder, pipa, cat, gelas, keramik, buangan domestik, transportasi, dan air buangan dari pertambangan biji timbal (Laidler,1991; Laws,1993; Lu 1995). buangan timbal tersebut akan masuk ke dalam lingkungan melalui beberapa jalur transportasi. Timbal yang masuk ke dalam lingkungan perairan akan diserap dan terkonsentrasi dalam jaringan biota akuatik melalui beberapa jalur seperti oral, kulit, dan insang. Konsentrasi yang semakin tinggi dapat berefek akut apabila mencapai 188 mg/l dalam air,sedangkan dalam konsentrasi rendah akan berefek subletal seperti terakumulasi dan biomagnifikasi (Palar,1994). Akumulasi terjadi karena logam berat dalam tubuh organisme cenderung membentuk senyawa kompleks dan zat-zat organik, sehingga terfiksasi dan tidak diekskresikan oleh organisme bersangkutan (Sparague,1990)

B. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui toksisitas timbal terhadap ikan bandeng pada salinitas yang berbeda pada kondisi laboratorium. C. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), sampel ikan bandeng diambil secara random. Bejana plastik diletakkan secara berkelompok berdasarkan salinitas. D. DATA Hipotesis statistik : H0 : tidak ada beda tingkat kematian ikan bandeng akibat toksisitas timbal pada salinitas yang berbeda. H1 : ada beda tingkat kematian ikan bandeng akibat toksisitas timbal pada salinitas yang berbeda. Tabel 1. kematian atau mortalitas ikan bandeng (Chanos chanos Forskal) pada salinitas 10. Konsentrasi Ulangan Pb(ppm) (n) 0 (jam) 0 1 2 3 0,05 1 2 3 0,1 1 2 3 0,15 1 2 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Jumlah kumulatif yang mati 24 (jam) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 48 (jam) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 72 (jam) 0 0 0 1 1 1 1 1 2 3 3 4 96 (jam) 0 0 0 6 4 5 6 6 6 6 10 6 Total Prosentase individu (%) 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 0 0 0 60 40 50 60 60 60 60 100 60

Tabel 2. kematian atau mortalitas ikan bandeng (Chanos chanos Forskal) pada salinitas 20. Konsentrasi Ulangan Pb(ppm) (n) 0 (jam) 0 1 2 3 0,05 1 0 0 0 0 Jumlah kumulatif yang mati 24 (jam) 0 0 0 0 48 (jam) 0 0 0 0 72 (jam) 0 0 0 2 96 (jam) 0 0 0 3 Total Prosentase individu (%) 10 10 10 10 0 0 0 30

2 3 0,1 1 2 3 0,15 1 2 3

0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0

1 0 3 3 4 1 2 4

6 5 7 5 4 6 5 9

10 10 10 10 10 10 10 10

60 50 70 50 40 60 50 90

Tabel 3. kematian atau mortalitas ikan bandeng (Chanos chanos Forskal) pada salinitas 30. Konsentrasi Ulangan Pb(ppm) (n) 0 (jam) 0 1 2 3 0,05 1 2 3 0,1 1 2 3 0,15 1 2 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Jumlah kumulatif yang mati 24 (jam) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 48 (jam) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 72 (jam) 0 0 0 1 1 2 3 1 3 4 4 5 96 (jam) 0 0 0 3 1 2 3 1 4 5 6 7 Total Prosentase individu (%) 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 0 0 0 30 10 20 30 10 40 50 60 70

Rangkuman hasil uji ANAVA Sumber variasi Konsentrasi 0,05 ppm Konsentrasi 0,1 ppm Konsentrasi 0,15 ppm 5,62 6 0,38 F 0,04 0,04 0,7 Sig

Dari hasil perhitungan uji ANAVA dapat diperoleh kesimpulan : 1. Ada beda tingkat kematian atau mortalitas ikan bandeng akibat pemberian timbal konsentrasi 0,05 ppm dengan salinitas yang berbeda. 2. Ada beda tingkat kematian atau mortalitas ikan bandeng akibat pemberian timbal konsentrasi 0,1 ppm dengan salinitas yang berbeda. 3. Tidak ada beda tingkat kematian atau mortalitas ikan bandeng akibat pemberian timbal konsentrasi 0,15 ppm dengan salinitas yang berbeda.

E. KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ada beda tingkat kematian atau mortalitas ikan bandeng akibat toksisitas timbal pada konsentrasi 0,05 ppm dan 0,01 ppm dengan salinitas yang berbeda. Tidak ada beda tingkat kematian atau mortalitas ikan bandeng akibat toksisitas timbal pada konsentrasi 0,15 ppm dengan salinitas yang berbeda. F. PERHITUNGAN ULANG Data skripsi di atas di uji dengan uji ANAVA satu arah. Tetapi dalam perhitungan ulang saya kali ini, saya menggunakan uji Kruskal-Wallis dengan alasan data di atas bukan merupakan data diskrit melainkan data cacahan. Berdasarkan data penelitian di atas, karena yang akan dihitung itu tingkat kematian atau mortalitas ikan bandeng akibat toksisitas timbal pada beberapa konsentrasi yang berbeda maka data dibuat menjadi lebih sederhana sebagaimana data di bawah ini : Tabel 1. kematian atau mortalitas ikan bandeng (Chanos chanos Forskal) pada salinitas 10. Ulangan 0 1 2 3 0 0 0 (2) (2) (2) 6 0,05 7 5 6 (7) (4) (5) 16
2

Konsentrasi (ppm) 0,1 7 7 8 (7) (7) (9) 23 0,15 9 (10) 13 (12) 10 (11) 33

h= = =

12 ( 6 2 +16 2+23 2+33 12(13) 3 3 3 3 0,0769 (636,67) 39 9,959

) 3 (13)

X20,05;3 = 7,815 h hit > X2 maka tolak H0 Tabel 2. kematian atau mortalitas ikan bandeng (Chanos chanos Forskal) pada salinitas 20. Ulangan 0 1 2 3 0 0 0 (2) (2) (2) 6 0,05 5 7 5 (4,5) (7) (4,5) 16 Konsentrasi (ppm) 0,1 10 8 8 (11) (9,5) (9,5) 30 0,15 7 7 (10) (12)

13 (11) 33

h=

12

(6

+16

+ 30

+33

) 3 (13)

= =

12(13) 3 3 0,0769 (760,33) 39 19,469

X20,05;3 = 7,815 h hit > X2 maka tolak H0 Tabel 3. kematian atau mortalitas ikan bandeng (Chanos chanos Forskal) pada salinitas 30. Ulangan 0 1 2 3 0 0 0 (2) (2) (2) 6 0,05 4 2 4 (6,5) (4,5) (6,5) 17,5 + 33 3
2

Konsentrasi (ppm) 0,1 6 2 7 (8) (4,5) (9) 21,5 0,15 9 10 12 (10) (12) (11) 33

h= = =

12 ( 6 2 +17,5 2+ 21,5 12(13) 3 3 3 0,0769 (631,16) 39 9,533

) 3 (13)

X20,05;3 = 7,815 h hit > X2 maka tolak H0 Kesimpulan akhir dari perhitungan ulang adalah ada beda tingkat kematian ikan bandeng akibat toksisitas timbal pada salinitas yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai