Anda di halaman 1dari 26

E xe c u ti ve S u m m ar y T A 2 01 1

EXECUTIVE SUMMARY

PENYUSUNAN MEKANISME ALIH TEKNOLOGI PENYELENGGARAAN JALAN VOLUME LALU LINTAS RENDAH DAN BIAYA MURAH SECARA PARTISIPATIF

TAHUN ANGGARAN 2011

E xe c u ti ve S u m m ar y T A 2 01 1
I. 1.1. PENDAHULUAN Latar Belakang

Transportasi jalan merupakan akses yang sangat dibutuhkan untuk menembus isolasi wilayah, seperti penduduk di daerah pedesaan. Untuk menembus daerah pedesaan hingga pelosok pedalaman, diperlukan jalan untuk pedesaan dengan spesifikasi volume lalu lintas rendah. Saat ini, jalan pedesaan yang dikenal luas antara lain teknologi jalan Macadam, JAPAT (Jalan Agregat Padat Tahan Cuaca), Burtu (Laburan Aspal Lapis Satu), Burda (Laburan Aspal Lapis Dua). Puslitbang Jalan dan Jembatan (Pusjatan) Balitbang Kementerian PU saat ini sedang mengembangkan sebuah model teknis pembuatan atau peningkatan jalan berupa teknologi Jalan Volume Lalu Lintas Rendah dan Biaya Murah (JVLRBM) dengan tipe Otta Seal. JVLRBM tipe Otta Seal diterapkan dengan pertimbangan teknologi perkerasan yang sederhana sehingga mudah diaplikasikan oleh masyarakat. Dengan demikian diharapkan tingkat partisipasi masyarakat menjadi salah satu syarat untuk mencapai biaya murah. Untuk mendukung penerapan teknologi JVLRBM tipe Otta Seal tersebut, diperlukan penelitian & pengembangan dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat. Kehadiran prototype teknologi tersebut diperlukan pengkajian mendalam mengingat JVLRBM merupakan teknologi yang relatif belum dikenal luas oleh masyarakat. Untuk itu, penelitian ini berusaha untuk mengetahui proses mekanisme alih teknologi JVLRBM berdasarkan tingkat partisipasi masyarakat. Diharapkan, teknologi yang dikembangkan oleh Pusjatan ini dapat dimanfaatkan dan kemudian dikelola secara aktif oleh masyarakat setempat. Sebagai informasi, penelitian dan pengembangan terkait dengan peningkatan partisipasi masyarakat pernah dilaksanakan oleh Puslitbang Sosekling, antara lain di Jepara (Krib Penahan Erosi Pantai), Cihea (OP Irigasi), Sukabumi (OPP Cable Stayed), dimana penelitian tersebut telah menghasilkan model OP Pertisipatif. Namun kegiatan yang pernah dilaksanakan tersebut berbeda sektor dan aspek sosial budaya dengan penelitian dalam rangka penyiapan kelembagaan partisipatif (mekanisme alih teknologi) penyelenggara jalan volume lalu lintas rendah dan biaya murah ini. 1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, berikut adalah pertanyaan penelitian tahun 2011 ini :

E xe c u ti ve S u m m ar y T A 2 01 1
Bagaimana mempersiapkan masyarakat dalam proses alih teknologi penyelenggaraan JVLRBM secara partisipatif? Bagaimana kondisi sosial ekonomi lingkungan di lokasi setempat sebagai modal penyelenggaraan JVLRBM secara partisipatif? Bagaimana bentuk partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan mekanisme alih teknologi penyelenggaraan JVLRBM? 1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah : Mengetahui kondisi sosial ekonomi lingkungan di lokasi setempat sebagai modal penyelenggaraan JVLRBM secara partisipatif. Mengetahui bentuk partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan mekanisme alih teknologi penyelenggaraan JVLRBM. Mengetahui strategi mempersiapkan masyarakat dalam proses alih teknologi

penyelenggaraan JVLRBM secara partisipatif. 1.4. Keluaran

Keluaran dari penelitian ini adalah naskah ilmiah konsep mekanisme alih teknologi penyelenggaraan JVLRBM secara partisipatif. 1.5. Hasil

Hasil dari penelitian ini adalah terlaksananya alih teknologi penyelenggaraan JVLRBM secara partisipatif berdasarkan kondisi masyarakat setempat.

1.6.

Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah : Tersusunnya naskah ilmiah konsep mekanisme alih teknologi penyelenggaraan JVLRBM secara partisipatif sebagai bahan pedoman untuk kemudian dapat direplikasikan pada daerah lain dengan karakter sosial ekonomi yang sama. Adanya keberlanjutan kegiatan yang dilaksanakan secara partisipatif, baik pada pra, pelaksanaan dan pasca penyelenggaraan JVLRBM

E xe c u ti ve S u m m ar y T A 2 01 1
II. 2.1. METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pada dasarnya, pendekatan kualitatif menekankan pada makna dan pemahaman dari dalam (verstehen), penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), dan lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut, pendekatan kualitatif mementingkan pada proses dibandingkan dengan hasil akhir; oleh karena itu urut-urutan kegiatan dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan. Jenis penelitian ini adalah exploratory reserach (Penelitian Penjajagan). Jenis penelitian ini bertujuan untuk memperdalam pengetahuan mengenai suatu gejala tertentu atau mendapatkan ide-ide baru, hubungan-hubungan baru tentang gejala itu. Peneiitiannya sering berupa studi kasus. Sifat penelitian ini adalah penelitian terapan (action research) untuk menjawab persoalan/masalah praktis, perencanaan program, pelaksanaan program, atau evaluasi kegiatan. Action research merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengubah: 1) situasi, 2) perilaku, 3) organisasi termasuk struktur mekanisme kerja, iklim kerja, dan pranata (http://ab-fisip-upnyk.com). Mekanisme peningkatan partisipasi masyarakat dalam rangka alih teknologi jalan volume rendah dan biaya murah dilaksanakan melalui beberapa metode PRA sebagai berikut : a. Penyadaran diri (self awareness). Tahapan ini dilaksanakan melalui pemetaan karakter dan kelembagaan masyarakat. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk mengidentifikasi stakeholders terkait Knowledge, Attitude dan Practice (KAP) Masyarakat, kearifan lokal, dan potensi bahan lokal . b. Peningkatan Motivasi. Metode-metode dalam kegiatan peningkatan motivasi ini dilakukan melalui penjaringan aspirasi, membangun komitmen antar pelaku kegiatan. Dalam kegiatan ini, antara lain dilaksanakan sosialisasi kegiatan, serta merumuskan rencana aksi. Output dari kegiatan dalam rangka peningkatan motivasi ini adalah untuk menghasilkan rencana aksi (action plan), serta kesepakatan program berjangka antar pelaku. c. Membuka akses. Untuk membuka akses masyarakat terkait pelaksanaan program kegiatan, dilaksanakan melalui pembentukan kelembagaan masyarakat di level komunitas dan bina jejaring kerja / institusional.

E xe c u ti ve S u m m ar y T A 2 01 1
d. Pelaksanaan Alih Teknologi melalui pelaksanaan demonstration plot/praktek lapangan serta pendampingan pelaksanaan kegiatan 2.2. Lingkup Kegiatan

Lingkup kegiatan dalam penelitian ini antara lain : a. Lingkup Substansi Pada tahun 2011 ini, Pusjatan akan melaksanakan penyelenggaraan uji skala lapangan jalan lalu lintas volume rendah dan biaya murah dengan tipe otta seal. Teknologi tersebut merupakan perkerasan jalan yang sederhana karena pertimbangan kemudahan untuk diterapkan oleh masyarakat, sedangkan tingkat partisipasi masyarakat menjadi salah satu syarat mencapai biaya murah. Untuk itu penelitian ini membatasi pada lingkup partisipasi masyarakat dalam rangka alih teknologi otta seal. b. Lingkup Spasial Lingkup spasial dalam penelitian yang dilaksanakan pada tahun 2011 ini adalah di Desa Cibedug, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. 2.3. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan salah satu tolok ukur untuk menjamin validitas dan realibilitas suatu penelitian. Untuk itu, dalam penelitian ini, sumber data berasal dari data primer dan sekunder. a. Data Primer. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya, yaitu : 1) Wawancara mendalam. Data diperoleh melalui wawancara mendalam terkait dengan substansi penelitian, 2) Observasi lapangan. Observasi lapangan bisa dilaksanakan melalui pengamatan terhadap dinamika atau fenomena yang terjadi berkaitan dengan substansi penelitian. Observasi juga bisa dilaksanakan melalui pemetaan sosial ekonomi lingkungan, 3) Focus Group Discussion (FGD). FGD adalah suatu proses pengumpulan informasi mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok (Irwanto dalam Suhaimi, 1999). Metode FGD termasuk metode kualitatif yang berupaya menjawab jenis-jenis pertanyaan how-and why, bukan jenis-jenis pertanyaan what-and-how-many yang khas untuk metode kuantitatif (Morgan and Kruger dalam Suhaimi, 1999). Data primer digali dari masyarakat, tokoh masyarakat, Camat, Kepala Desa, Pejabat Pemerintah Kabupaten di lokasi penelitian. Adapun aspek yang digali mencakup lima

E xe c u ti ve S u m m ar y T A 2 01 1
unsur, yaitu: potensi dan permasalahan sosial ekonomi yang dihadapi, persepsi,

respon, sikap, kesiapan memberikan kontribusi, dan aspirasi (aspiration probing). b. Data Sekunder. Data ini berupa data olahan yang telah tersedia. Data tersebut diperoleh dari Desa dan Kecamatan, Badan Pusat Statistik, perpustakaan, majalah, internet, artikel atau jurnal yang berhubungan dengan obyek penelitian. Data sekunder yang dibutuhkan adalah input yang terkait dengan ekonomi, sosial budaya, politik/hukum, dan teknologi yang berhubungan dengan teknologi Jalan Volume Lalu Lintas Rendah dan Biaya Murah, dan partisipasi masyarakat dalam alih teknologi teknologi ini. Tabel 1. Pengumpulan data penelitian
Aspek Partisipasi masyarakat Konsep (Sosek) Masyarakat Nilai dan perilaku masyarakat, stakeholders terkait dan Sumber daya lokal dan tokoh berpengaruh, mata sosial pencaharian masyarakat, potensi ekonomi produksi, masalah-masalah ekonomi, motivasi Dana, bahan lokal, SDM lokal (jumlah dan ketrampilan), akses terhadap sumber daya Alih Teknologi Pelaksanaan teknologi alih Kemudahan teknologi, karakteristik sasaran, cara alih teknologi Data sekunder Data primer (wawancara & FGD) Data sekunder Data primer (FGD, wawancara observasi) dan Indikator Sumber data

2.4.

Analisis data

Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan selanjutnya kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis data kualitatif. Merujuk pada Bungin (2008), metode analisis data kualitatif memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut : 1) melakukan pengamatan terhadap fenomena sosial, melakukan identifikasi, revisi-revisi dan pengecekan ulang terhadap data yang ada; 2) melakukan kategorisasi terhadap informasi yang diperoleh; 3) menelusuri dan menjelaskan kategorisasi; 4) menelusuri dan menjelaskan kategorisasi; 5) menjelaskan hubungan-hubungan kategorisasi; 6) menarik kesimpulan-kesimpulan umum; dan 7) membangun atau menjelaskan teori.

E xe c u ti ve S u m m ar y T A 2 01 1
III. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 3.1. Kondisi sosekling Desa Cibedug

Desa Cibedug terletak di selatan Kabupaten Bogor tepatnya di Kecamatan Ciawi dengan luas wilayah 260 Ha yang berada pada ketinggian antara 500 1200 M di atas permukaan laut. Desa ini berada 6 Km dari pusat pemerintahan kecamatan, 12 Km dari pemerintahan Kabupaten, 120 Km dari Ibu Kota Provinsi dan 60 Km dari Ibu Kota Negara. Dilihat dari letak wilayahnya, Desa Cibedug berbatasan di sebelah utara dengan Desa Banjar Sari, sebelah selatan dengan Tanah HGU PT.Redjo Sari Bumi Tapos, sebelah barat dengan desa Citapen dan dengan Desa Bojong Murni di sebelah timur.

Gambar 1. Peta Desa Cibedug dan lokasi penerapan teknologi otta seal Desa ini ditetapkan sebagai lokasi kegiatan berdasarkan arahan dari tim teknis. Berdasarkan FGD dengan tokoh masyarakat Desa Cibedug tanggal 4-5 Mei 2011, diusulkan lokasi penerapan otta seal adalah di jalan poros Dusun Babakan Ciaul yang memiliki panjang total 2,2 km. Jalan jalan. Tabel 2. Matriks hasil FGD untuk mengetahui rujukan partisipasi, aksesibilitas jalan, dan persepsi masyarakat dalam rangka penerapan JVLRBM di lokasi kegiatan
No 1 Fokus Bahasan Rujukan partisipasi masyarakat Uraian Tahun 2000-an pernah ada kegiatan pembangunan jalan secara partisipatif untuk membuka akses Dusun Babakan dan Ciaul.

poros

tersebut

memenuhi

kriteria

penetapan

lokasi

terkait

tingkat

partisipasi/kegotongroyongan masyarakat, aksesibilitas dan manfaat jalan, serta kondisi

E xe c u ti ve S u m m ar y T A 2 01 1
Penduduk bergotong royong selama 3 bulan penuh untuk

membangun pondasi jalan selebar 3 m sepanjang 2,8 km. Jalan tersebut kemudian diperkeras dengan teknik Macadam melalui bantuan dari program P3DT Pada 2001-2003, ruas jalan diaspal dengan dana imbal swadaya Desa Cibedug. 2 Aksesibilitas jalan Ruas jalan akses Kampung Babakan dan Ciaul sangat penting bagi penduduk setempat. Di Kampung Babakan dan Ciaul terdapat 2 Sekolah Dasar, 1 Madrasah Ibtidaiyah (MI), dan 1 Madrasah Tsanawiyah (MTs). Keberadaan jalan tersebut akan memberi kemudahan akses bagi anak-anak untuk bersekolah. Industri kecil berupa peuyeum di Kampung Babakan. Desa Cibedug merupakan sentra produksi peuyeum yang wilayah persebaran distribusinya adalah melingkupi jalan raya CisaruaPuncak. Industri kecil berupa kerajian besek untuk pindang ikan di Kampung Ciaul dan Babakan. 3 Kondisi jalan Jalan akses Kampung Babakan-Ciaul tersebut saat ini dalam kondisi rusak berat 4 Ability to pay (bentuk Menurut informasi dari Kepala Desa dan tokoh masyarakat keswadayaan masyarakat) Cibedug, partisipasi masyarakat adalah berupa tenaga kerja dan kerelaan lahan untuk pelebaran jalan tanpa ganti rugi. Ketersediaan bahan lokal sebagai material perkerasan jalan akan susah ditemui di desa ini. Terkait rencana penyelenggaran jalan volume rendah dan biaya murah, tokoh masyarakat memberi dukungan dan berjanji untuk ikut serta dalam rangka program peningkatan partisipasi masyarakat. kedua kampung tersebut. Ruas jalan tersebut merupakan satu-satunya akses menembus isolasi bagi penduduk

Kriteria sosial tersebut kemudian dipadukan dengan kriteria teknik untuk kemudian di evaluasi. Dari hasil evaluasi bersama, jalan poros Babakan-Ciaul tersebut kemudian

E xe c u ti ve S u m m ar y T A 2 01 1
ditetapkan menjadi lokasi uji coba penerapan otta seal dalam rangga penyelenggaraan jalan lalu lintas rendah dan biaya murah secara partisipatif.

Gambar 2. Rencana penanganan uji coba full scale otta seal di Desa Cibedug Berdasarkan data profil desa Cibedug tahun 2010, tercatat sejumlah 613 keluarga atau 42% dari total 1454 keluarga di desa ini termasuk ke dalam kategori keluarga pra sejahtera. Sumber daya lokal terkait ketersediaan bahan dan material untuk penerapan otta seal di desa ini pun terbatas (lihat tabel 3). Meskipun memiliki sumber daya bahan dan material lokal yang terbatas, desa ini memiliki nilai-nilai kegotongroyongan yang kental sebagai modal alih teknologi penyelenggaraan jalan volume lalulintas rendah dan biaya murah (JVLRBM) tipe otta seal secara partisipatif. Berdasarkan hasil FGD, desa Cibedug pernah memiliki rujukan partisipasi pembangunan jalan, yaitu pembangunan jalan poros akses ke Dusun Babakan-Ciaul sepanjang 2,2 kilometer, yang dikemudian ditetapkan sebagai lokus kegiatan alih teknologi penyelenggaraan JVLRBM tipe otta seal. Dukungan tokoh masyarakat formal (kepala desa) dan tokoh non formal (pemuka agama) menjadi modal untuk menggerakkan swadaya masyarakat. Penetapan lokus kegiatan

E xe c u ti ve S u m m ar y T A 2 01 1
di jalan poros akses ke Dusun Babakan-Ciaul juga turut membuka akses pemasaran industri lokal skala rumah tangga yang ada di Dusun Babakan. Penerapan otta seal di jalan tersebut juga akan mempermudah akses masyarakat ke sekolah (SD, MI dan Mts) yang berada di Dusun Ciaul. Dengan demikian, nilai kegotongroyongan yang kental, dukungan pemimpin formal dan formal terhadap pelaksanaan kegiatan, serta potensi terbukanya akses dari aspek ekonomi dan sosial, merupakan modal yang kuat bagi penyelenggaraan JVLRBM secara partisipatif.

10

E xe c u ti ve S u m m ar y T A 2 01 1
Tabel 3. Matriks potensi desa Cibedug dalam rangka penerapan JVLRBM
No A 1 Uraian Potensi Sumber Daya Alam Pasir Ada potensi pasir di rawarawa yang terletak di Dusun Babakan. Volume tidak terlalu banyak. Tidak ada Tidak ada Potensi SDA di lokasi kegiatan utk pembangunan jalan terbatas, namun informasi dari masyarakat sekitar bahwa terdapat toko yang sanggup memberi harga murah 2 Batu untuk material demi kepentingan Lokasi di kebun penduduk, pernah dimanfaatkan utk pembangunan jalan P3DT tahun 2000-an B 4 Sumber Daya Manusia Jumlah tenaga kerja partisipatif 30 orang 70 orang 30 orang Lokasi di kebun penduduk, pernah dimanfaatkan utk pembangunan jalan P3DT tahun 2000-an Tidak ada umum Dsn Babakan Dsn Ciaul Dsn Cibedug Keterangan

Sebagai informasi, upah pekerja konstruksi di Desa Cibedug adalah sebagai berikut : Tukang :Rp. 50.000,-/hari Pembantu Tukang : Rp. 35.000,-/hari

C 5

Karakter sosial Nilai kemasyarakatan Nilai kegotongroyongan masih kuat Ketokohan masyarakat Cibedug antara lain adalah kepada tokoh formal, yaitu kepala desa, kepala dusun, ketua RT/RW. Ketokohan non formal adalah kyai dan tokoh Berikut adalah daftar kelompok keagamaan di Desa Cibedug : PP Sundus,

11

E xe c u ti ve S u m m ar y T A 2 01 1
pemuda. Terdapat sangsi sosial terhadap penduduk yang bertentangan dengan kepentingan umum Sebagian besar penduduk adalah penganut Islam yang religius Kelembagaan non formal meliputi : pengajian tahlilan, majelis taklim (yang mengemuka adalah majelis taklim Habib Ahmad Al Habsyi), karang taruna. Pernah dilaksanakan kegiatan PNPM madiri dalam rangka pembangunan jalan kampung 6 Partisipasi masyarakat di dusun Cibedug Pernah dilaksanakan kegiatan partisipasi masyarakat yang secara gotong royong dan swadaya murni melaksanakan pembangunan jalan akses ke Dusun Babakan PP Legok Sirna, PP Roudhatul Athfal, PP Annur, PP Al Falah, PP Annamiroh, PP Assalam, PP Roudhatul Najirin, PP Nurul Huda, dan Majelis Ratib Habib Ahmad Al Habsyi

D 7

Stakeholders Usaha kecil mmmmmmmmmm mmmm Pembuatan Peuyeum, keranjang bambu Pembuatan Peuyeum, keranjang bambu Perusahaan Ciwangi -Perusahaan Ciwangi Karunia Esa (mata air di Dsn Ciaul) Karunia Esa (Dsn Cibedug), Peternakan ayam & kambing, Camp Hulu Cai --Tirta Kuripan (mata air di Dsn Cibedug) Mmmm--mmmm, mmmmm Usaha lain yang berada di sekitar Desa Cibedug antara lain adalah : Peternakan Sapi PT Rejo Sari Pati Bumi Tapos Camp Outbond Jambuluwuk di Desa Jambuluwuk

Usaha menengah mmmmmmmmm mmmmmmmmmmm m mmm

BUMD

12

E xe c u ti ve S u m m ar y T A 2 01 1
3.2. Mekanisme alih teknologi penyelenggaraan JVLRBM tipe otta seal

Untuk mempersiapkan masyarakat dalam proses alih teknologi penyelenggaraan JVLRBM secara partisipatif, perlu mencermati 1) sasaran teknologi, yaitu masyarakat yang tinggal di desa Cibedug yang digerakkan oleh pokja. Sebagian besar penduduk desa Cibedug tergolong miskin dengan rerata pendidikan setingkat SD. Kondisi tersebut menentukan 2) mekanisme/cara alih teknologi, dimana pemilihan pendekatan konvensional melalui perencanaan kegiatan bersama masyarakat merupakan pilihan yang diharapkan dapat meningkatkan efektivitas alih teknologi. Perencanaan kegiatan alih teknologi bersama masyarakat desa Cibedug tersebut, antara lain melalui fase-fase sebagai berikut : 3.1.1. Persiapan Persiapan dimaksudkan untuk menemukan dan mengenali lebih mendalam lokus kegiatan sebagai tempat berlangsungnya alih teknologi, terutama dari aspek sosial ekonomi dan lingkungannya. Untuk itu, dalam tahap persiapan terdapat 2 (dua) kegiatan, yaitu pemilihan lokasi dan pemetaan potensi. 3.1.1.1. Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi penting artinya dalam pelaksanaan alih teknologi otta seal untuk penyelenggaraan jalan volume rendah dan biaya murah. Dalam pemilihan lokasi dilaksanakan langkah-langkah sebagai berikut : a. Penentuan kriteria pemilihan lokasi. Terdapat dua macam kriteria dalam rangka pemilihan lokasi, yaitu kriteria teknis yang ditentukan oleh tim teknis dari pusjatan dan kriteria sosial yang disiapkan oleh tim sosial, dalam hal ini tim Balai Litbang Sosekling Bidang Jalan dan Jembatan. Kriteria sosial untuk pemilihan lokasi antara lain adalah terkait dengan aksesibilitas jalan, Dilaksanakan survey awal untuk mengetahui gambaran umum desa terkait rujukan partisipasi masyarakat, aksesibilitas jalan bidang sosial dan ekonomi, ketersediaan sumber daya alam lokal, kondisi jalan, bentuk keswadayaan masyarakat (ability to pay). b. Koordinasi stakeholders terkait. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mensinkronkan kriteria teknis dan sosial yang telah ditetapkan, sehingga menghasilkan usulan lokus kegiatan. c. Identifikasi kondisi lapangan. Identifikasi dilaksanakan dengan melaksanakan observasi lokus (jalan) yang diusulkan, dengan mengumpulkan data dan informasi terkait kriteria

13

E xe c u ti ve S u m m ar y T A 2 01 1
sosekling yang telah ditetapkan. Pengumpulan data dapat dilaksanakan secara kualitatif dengan melakukan wawancara masyarakat sekitar jalan dan pengguna jalan tersebut. Dalam identifikasi kondisi lapangan tersebut dilaksanakan penilaian mengenai kelayakan lokus usulan berdasarkan kriteria teknis dan sosekling. Jika layak, maka lokasi langsung ditetapkan. Jika tidak layak, maka akan dilaksanakan koordinasi antar stakeholders untuk membahas usulan lokus kegiatan lainnya. 3.1.1.2. Pemetaan potensi

Pemetaan potensi dilaksanakan melalui FGD dengan masyarakat desa Cibedug yang diwakili oleh berbagai unsur tokoh masyarakat setempat. Pemetaan potensi dilaksanakan untuk menemukenali tiga aspek terkait pelaksanaan alih teknologi otta seal dalam penyelenggaraan JVLRBM secara partisipatif, yaitu sosial, ekonomi dan lingkungan. a. Aspek sosial diantaranya meliputi nilai kegotongroyongan/partisipasi masyarakat, ketohohan masyarakat, sanksi sosial, kelembagaan, dll b. Aspek ekonomi, diantaranya meliputi potensi ekonomi seperti industri kecil, pertanian pasar, stakeholders, dll. Pemetaan aspek ekonomi juga meliputi identifikasi toko setempat yang bersedia menyediakan bahan/material dengan harga yang murah. c. Aspek lingkungan. Aspek lingkungan disini meliputi ketersediaan bahan dan material terkait dengan alih teknologi otta seal, terutama batu dan pasir. 3.1.2. Perencanaan Tindak lanjut kegiatan pasca persiapan adalah fase perencanaan. Fase perencanaan dalam kegiatan ini antara lain adalah sosialisasi kegiatan, Pembentukan dan Perkuatan Pokja, dan Penyusunan Rencana Aksi. 3.1.2.1. Sosialisasi Kegiatan

Sosialisasi secara garis besar meliputi : a) Penjelasan tentang rencana program secara garis besar serta secara rinci/spesifik masing-masing kegiatan; b) Mendapatkan masukan dan informasi dari masyarakat tentang program yang akan dilaksanakan, c) Memberikan semangat/motivasi agar masyarakat berpartisipasi mendukung program, d) Menjaring informasi pandangan, pendapat dan program yang mungkin dapat dilaksanakan/dikontribusikan stakeholder lain dalam pelaksanaan program untuk tahuntahun mendatang dalam rangka keberlanjutan program. e) Mengumpulkan data yang

14

E xe c u ti ve S u m m ar y T A 2 01 1
relevan dengan pelaksanaan program. Sosialisasi kegiatan dalam pelaksanaan alih teknologi otta seal secara partisipatif memliki beberapa langkah sebagai berikut : a. Sinkronisasi tim (teknis dan sosial) dan sosial terkait rencana trase jalan b. Menghadirkan aparat pemerintahan (desa/kecamatan), tomas, toga, toda dan tokoh wanita c. Menghadirkan tim teknis untuk menjelaskan rencana trase jalan sebagai lokasi penerapan teknologi, yaitu di Jalan Poros Akses Dusun Babakan-Ciaul. 3.1.2.2. Pembentukan dan perkuatan pokja

Setelah sosialisasi kegiatan, dilaksanakan langkah berikutnya terkait dengan organisasi pelaksana kegiatan, yaitu pembentukan dan perkuatan kelembagaan. Tabel 4. Pelaksanaan pembentukan dan perkuatan kelembagaan
No 1 Kegiatan Pembentukan Pokja Uraian Tujuan : Pembentukan pokja bertujuan untuk mengorganisasikan masyarakat demikian, untuk keberadaan merencanakan pokja disamping dan melaksanakan penggerak penyelenggaraan alih teknologi jalan yang akan diterapkan. Dengan sebagai masyarakat, juga ditujukan untuk mempermudah tim teknis dalam melaksanakan penyelenggaraan jalan volume rendah, otta seal. Unsur masyarakat dalam pokja. Pembentukan pokja melibatkan berbagai unsur masyarakat yang ada di Desa. Unsur masyarakat tersebut antara lain adalah tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh wanita, tokoh yang memiliki kepedulian terhadap otta seal. Struktur Organisasi. Selain ketua dan wakilnya, sekretaris, dan bendahara, Pokja terdiri dari beberapa bidang, yaitu bidang OP, Pengawasan, Penyediaan Bahan/Peralatan, Ketrampilan Kerja , Konsumsi dan Sosialisasi. Pemilihan personal yang mengisi struktur organisasi pokja tersebut, dilaksanakan secara demokratis dengan mempertimbangkan kapasitasnya. Pasca pemilihan, pokja difasilitasi untuk menyusun kesepakatan tertulis bahwa pokja akan berpartisipasi secara aktif dalam alih masyarakat sekitar, serta unsur masyarakat yang terkena dampak penerapan

15

E xe c u ti ve S u m m ar y T A 2 01 1
teknologi secara partisipatif. 2 Perkuatan kelembagaan Pasca pembentukan pokja. pokja, Dalam kemudian kegiatan dilaksanakan ini dilaksanakan perkuatan evaluasi

kelembagaan dalam pokja.

kelembagaan terkait dengan tugas dan fungsi masing-masing bidang

3.1.2.3.

Penyusunan rencana aksi

Penyusunan rencana aksi dimaksudkan untuk membentuk kesepakatan antar anggota pokja untuk merumuskan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka penerapan teknologi otta seal. Berikut adalah beberapa hal yang patut diperhatikan dalam penyusunan rencana aksi : a. Menyinkronkan antara rencana kerja penyiapan badan jalan, alih teknologi serta desain teknis penerapan teknologi dengan partisipasi masyarakat. Hasil dari kegiatan tersebut adalah tersusunnya jadwal pekerjaan partisipatif dan penyusunan jadwal pekerjaan yang menyesuaikan rencana teknis. b. Kesepakatan rencana aksi yang dibahas dalam rembug pokja untuk penyiapan badan jalan dan alih teknologi otta seal, antara lain meliputi keswadayaan masyarakat yang meliputi : Tenaga Kerja diutamakan dari Dusun tempat dilaksanakan alih teknologi. Penyediaan lahan untuk pelebaran badan jalan secara partisipatif sehingga dibutuhkan pembukuan dan pernyataan kerelaan pelepasan lahan secara tertulis. Peralatan. Peralatan sederhana seperti cangkul, linggis, sekop, gerobak, karung dll akan disiapkan masyarakat Dana Swadaya untuk konsumsi dan keperluan lainnya. Dana ini dapat berasal dari parelek/jimpitan warga, sumbangan warga/pengusaha dan kencreng (sumbangan pelintas jalan) 3.1.3. Implementasi Rencana Aksi Kegiatan ini merupakan bentuk dari implementasi dari rencana aksi yang telah disusun sebelumnya. Implementasi rencana aksi ini terdiri dari dua pekerjaan, yaitu penyiapan badan jalan dan alih teknologi secara partisipatif.

16

E xe c u ti ve S u m m ar y T A 2 01 1

3.1.3.1.

Penyiapan Badan Jalan

Penyiapan badan jalan dilaksanakan dengan memobilisasi sumber daya swadaya masyarakat. Dalam penyiapan badan jalan ini, dilaksanakan rekayasa teknis yang dilaksanakan tim teknis (Pusjatan) guna menyiasati kondisi badan jalan, antara lain meliputi pekerjaan gorong-gorong saluran, pemasangan Base Beton Untuk Saluran, pemasangan Bata pada Bahu Jalan, Pengurugan Agregat Kelas B, dan Penghamparan Lapis CTSB. Dalam penyiapan badan jalan ini, pokja melakukan mobilisasi swadaya masyarakat sebagai berikut : a. Tenaga kerja partisipatif sesuai dengan rencana aksi yang di tetapkan. Tenaga kerja digerakkan melalui koordinasi dengan ketua RT di sekitar lokasi. Sesuai dengan persyaratan dari tim teknis, pekerjaan penyiapan badan jalan untuk setiap harinya diperlukan tenaga kerja partisipatif minimal 10 orang. Untuk merekapitulasi jumlah tenaga kerja yang terlibat, diperlukan buku administrasi tentang Hari Orang Kerja (HOK). b. Peralatan yang disediakan masyarakat. Peralatan yang disediakan masyarakat antara lain meliputi cangkul, linggis, sekop, gerobak, karung dll c. Penyediaan lahan. Penyediaan lahan dikoordinasikan oleh pokja yang mengadakan pendekatan kepada pemilik lahan guna pelebaran jalan. Penyediaan lahan didokumentasikan secara tertulis yang mencantumkan kerelaan pemilik lahan untuk menghibahkan lahan, yang dilengkapi dengan materai. d. Dana swadaya masyarakat untuk konsumsi dan keperluan lainnya yang dikoordinir oleh pokja. Dana dapat berasal dari parelek / jimpitan warga, sumbangan warga/pengusaha dan kencreng / sumbangan pelintas jalan 3.1.3.2. Alih Teknologi Otta Seal

Pelaksanaan alih teknologi otta seal difasilitasi oleh tim sosial. Penyampai materi dalam kegiatan ini adalah tim teknis sebagai pemilik teknologi. Berdasarkan kegiatan yang telah dilaksanakan di Desa Cibedug, terdapat beberapa langkah yang dilaksanakan dalam alih teknologi otta seal ini, antara lain : a. Sosialisasi tentang otta seal. Sosialisasi disini dimaksudkan untuk memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai konsep teknologi otta seal, bahan-material,

17

E xe c u ti ve S u m m ar y T A 2 01 1
peralatan, dan tata cara penerapan di lapangan. Berikut adalah matriks penerapan otta seal di lapangan : Tabel 5. Matriks tahapan, bahan, alat dalam penerapan otta seal
No 1 Kegiatan Penyiapan Aspal Bahan Aspal MCC 3000 Pen 60-80, Oli Bekas, Minyak Tanah 2 Pembersihan badan jalan -Alat Tong, Kompor Gas, Termometer, Kayu Pengaduk Sapu Lidi, Kompresor angin (tentative) 3 Pengaspalan jalan Aspal MCC 3000 Pen 80-100 Tong portable kecil Sprayer aspal sederhana, pel karet 4 Penghamparan batu agregat 5 6 Perataan Batu Agregat Pemadatan / Pelindasan --Batu gregat 1 inchi Alat Angkut (gerobak/pick up, Sekop, cikrak plastik) Cikrak plastik, kayu penghampar TR 6 Ton

b. Pelatihan penerapan otta seal Kegiatan ini diperlukan sebagai wahana transfer informasi / pengetahuan terkait penerapan otta seal. Pelatihan ini dimaksudkan sebagai demplot atau wahana pembelajaran penerapan otta seal kepada peserta, yaitu anggota pokja ataupun masyarakat umum. Dalam pelatihan, tim teknis memberi panduan kepada masyarakat mengenai tata cara penerapan otta seal sebagai berikut : Tabel 6. Matriks tata cara penerapan otta seal
No 1 Kegiatan Penyiapan Aspal Tata cara penerapan Untuk perkerasan otta seal, diperlukan Aspal MCC 3000 pen 80-100. Aspal dengan spesifikasi tersebut diperoleh dengan cara : Aspal MCC 3000 Pen 60-80 dipanaskan dalam tong dengan suhu 120 derajat Celcius Aspal kemudian dicampur oli bekas, dengan takaran 2,5% dari total aspal Setelah tercampur, campuran aspal-oli tersebut kemudian ditambahkan minyak tanah dengan takaran 10% dari total aspal

18

E xe c u ti ve S u m m ar y T A 2 01 1
oli. Diaduk hingga rata dan tingkat kepanasan dijaga hingga 120 derajat Celcius 2 Pembersihan badan jalan Sebelum diaspal, pembersihan badan jalan dilakukan melalui tahapan berikut : Pengeringan jalan (jika dalam kondisi basah). Untuk mempercepat proses pengeringan, dapat digunakan kompresor angin. Menyapu jalan agar bersih dari kotoran dan debu. 3 Pengaspalan jalan Aspal dipindahkan dari tempat aspal dipanaskan dengan menggunakan tong portable yang lebih kecil Aspal disiram ke atas badan jalan (ukuran 0,016 l/m2) Aspal kemudian diratakan dengan pel karet 4 Penghamparan batu agregat 5 Perataan Batu Agregat Setelah badan jalan disiram aspal, batu agregat kemudian dihampar (ukuran 20 kg/m2) Perataan batu agregat dimaksudkan agar tidak ditemukan : Permukaan yang menggembung (fatty spot) akibat agregat yang berlebih di satu titik Terjadi bleeding akibat kekurangan agregat di satu titik 6 Pemadatan / Pelindasan Setelah agregat dihampar, kemudian dilaksanakan pelindasan sebanyak 15 lintasan, dan dilakukan selama 4 hari secara berturutturut

c. Praktek lapangan penerapan otta seal. Setelah dilaksanakan pelatihan penerapan otta seal, peserta pelatihan diminta untuk melaksanakan praktek lapangan di trase yang disediakan. Hal ini dimaksudkan untuk mengimplementasikan pengetahuan yang diterima saat pelatihan penerapan otta seal secara langsung, sesuai dengan tahapan dan tata cara penerapan yang dilaksanakan tim teknis. Dari sini dapat dievaluasi pemahaman peserta terhadap alih teknologi otta seal.

19

E xe c u ti ve S u m m ar y T A 2 01 1
3.1.4. Pemeliharaan Pasca Konstruksi Pemeliharaan pasca konstruksi diperlukan untuk optimalisasi penerapan otta seal.

Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan Pusjatan, perkerasan otta seal akan optimal jika mengalami perlindasan lalu lintas kurang lebih sampai dengan 3 (tiga) bulan pasca diterapkan. Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam pemeliharaan pasca konstruksi, adalah sebagai berikut : a. Rembug untuk merumuskan OP. Rembug ini dimaksudkan untuk menemukenali aspekaspek OP yang diperlukan dalam pemeliharaan pasca konstruksi. Pemeliharaan pasca konstruksi dilaksanakan oleh masyarakat dengan dikoordinatori pokja, yaitu Bidang Operasi dan Pemeliharaan. Pemeliharaan pasca konstruksi ini dapat dilihat di tabel 7 tentang pelaksanaan operasi dan pemeliharaan JVLRBM tipe otta seal. b. Implementasi perumusan OP. implementasi dilaksanakan dengan melaksanakan kesepakatan OP yang telah dirumuskan sebelumnya. Tabel 7. Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan JVLRBM tipe otta seal
No 1 Aspek OP Agregat/kerikil banyak yang belum terikat aspal Uraian Aspek Agregat/kerikil masih belum terikat aspal secara sempurna karena secara teknis, aspal akan mengikat agregat secara penuh selama 3 bulan Kerja Pelaksanaan OP bakti rutin untuk

mengawasi dan mengembalikan kerikil yang terlepas ke tempat semula. Kerja bakti juga dimaksudkan sebagai bentuk perkuatan kelembagaan pokja.

Agregat/kerikil diambil penduduk

Agregat/kerikil diambil

ada

yang karena

Himbauan yang dilakukan oleh sie OP Pokja agar masyarakat ikut menjaga agregat/kerikil bermanfaat jalan. untuk keberadaan karena masih perkerasan

penduduk

dianggap sudah tidak berguna

Jalan Licin

Jalan yang licin diakibatkan agregat/kerikil banyak belum yang terikat otta lepas oleh seal karena aspal

Himbauan dari pihak desa dan pokja kepada pengendara sepeda motor untuk berhati-hati ketika melintasi ruas otta seal.

20

E xe c u ti ve S u m m ar y T A 2 01 1
sehingga membahayakan Diperlukan papan peringatan agar pengendara berhati-hati, sepeda terutama motor ketika

pengendara sepeda motor

melintasi ruas otta seal 4 Perlintasan Kendaraan (Truk) Berat Jalan dilintasi di desain untuk Usulan portal untuk pembatasan kendaraan berjenis truk yang melintas di jalan tersebut. Himbauan dari pihak desa dan pokja kepada pemilik truk untuk berhati-hati berpartisipasi pemeliharaan jalan. dan ikut dalam

kendaraan

berbobot kurang dari 6 ton

Selain sasaran dan cara alih teknologi, aspek lain yang perlu dicermati dalam pelaksanaan alih teknologi adalah karakteristik inovasi terkait kemudahan dalam aplikasi teknologi. Alih teknologi otta seal termasuk ke dalam konsep akulturasi dengan memberikan teknologi baru kepada masyarakat desa Cibedug sebagai pengganti (substitusi) teknologi lain yang dikenal sebelumnya. Untuk itu, dalam konteks ini teknologi otta seal merupakan subtitusi dari teknologi Lapen, yang sudah dikenal oleh masyarakat desa Cibedug. Sebagai sebuah teknologi baru, diharapkan otta seal memberikan keuntungan dimana teknologi ini mudah ditiru dan dapat dicoba oleh masyarakat setempat. Berikut adalah matriks hasil FGD masyarakat mengenai pemahaman masyarakat desa Cibedug terhadap otta seal pasca pelaksanaan alih teknologi : Tabel 8. Matriks pemahaman masyarakat desa Cibedug terhadap alih teknologi otta seal
No 1 Kegiatan Penyiapan Aspal Bahan : Aspal MCC 3000 Pen 60-80, Oli Bekas, Minyak Tanah Alat : Tong, Kompor Gas, Termometer, Kayu Pemahaman Masyarakat Untuk bahan-bahan seperti oli bekas dan minyak tanah dapat disediakan secara mandiri oleh masyarakat. Namun masyarakat kesulitan kepada akses terhadap aspal MCC 3000 pen 60-80. Peralatan secara umum bisa disediakan secara mandiri oleh masyarakat Berdasarkan pengalaman praktek lapangan di STA 00+132 STA

21

E xe c u ti ve S u m m ar y T A 2 01 1
Pengaduk 00+171, masyarakat memerlukan pengawasan dan bimbingan dari tim teknis untuk memperoleh formula aspal yang ditentukan. 2 Pembersihan badan jalan Bahan : - Alat : Sapu Lidi, Kompresor angin (tentative) 3 Pengaspalan jalan Bahan : Aspal MCC 3000 Pen 80-100 Aspal : Tong portable kecil Sprayer aspal sederhana, pel karet 4 Penghamparan batu agregat Bahan : Batu gregat 1 inchi Alat : Alat Angkut (gerobak/pick up, Sekop, cikrak plastic 5 Perataan Batu Agregat Bahan : - Alat : Cikrak plastik, kayu penghampar 6 Pemadatan / Pelindasan Bahan : -Alat : TR 6 Ton Masyarakat tidak memiliki akses terhadap peralatan untuk pemadatan jalan (TR 6 ton), jadi perlu ada perantara dari tim teknis. Dalam proses pemadatan/pelindasan, peran masyarakat tidak menonjol karena dilaksanakan sepenuhnya oleh operator kendaraan pemadat jalan. Batu agregat yang dihamparkan tidak bisa disediakan oleh masyarakat mengingat keterbatasan batu alam di desa Cibedug. Jikapun batu mencukupi, diperlukan rekayasa berupa teknologi penghancur batu Peralatan bisa disediakan sepenuhnya oleh masyarakat Penghamparan batu agregat dapat dilaksanakan oleh masyarakat dengan pengawasan dari tim teknis. Peralatan bisa disediakan sepenuhnya oleh masyarakat Pelaksanaan perataan agregat bisa dilaksanakan oleh masyarakat Pengaspalan jalan dapat dilaksanakan oleh, masyarakat. Pengawasan dari tim teknis diperlukan untuk mengontrol tebaltipisnya aspal yang dilaburkan ke jalan. Peralatan dapat disediakan sepenuhnya oleh masyarakat. Pembersihan jalan dilaksanakan sepenuhnya oleh masyarakat.

22

E xe c u ti ve S u m m ar y T A 2 01 1
Berdasarkan matriks diatas, dapat diketahui bahwa teknologi otta seal adalah teknologi yang sederhana sehingga memungkinkan dilaksanakan oleh masyarakat. Hanya saja perlu dicermati tentang pencampuran aspal, pengadaan agregat dan pemadat jalan yang memerlukan dukungan dari tim teknis. Dengan demikian diperlukan manual penerapan otta seal oleh Pusjatan. Secara lebih lengkap, mekanisme alih teknologi dalam alih teknologi penyelenggaraan JVLRBM tipe otta seal dari fase persiapan hingga pemeliharaan pasca konstruksi dapat dilihat dalam gambar 3.

3.3.

Partisipasi masyarakat dalam alih teknologi

Proses pelaksanaan alih teknologi dari mulai fase perencanaan hingga pemeliharaan pasca konstruksi memiliki unsur keterlibatan masyarakat secara partisipatif. Melalui kegiatan tersebut, terangkum bentuk partisipasi masyarakat sebagai berikut : Tabel 6.1. Bentuk partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan
No 1 Tahapan Kegiatan Pemilihan Lokasi Bentuk Partisipasi Dalam tahap ini, lokasi ditentukan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, baik teknis maupun sosekling. 2 Pemetaan Potensi Mengutarakan pendapat terkait keterbatasan SDA di desa Cibedug guna penerapan teknologi otta seal, beserta alternatif solusinya. keputusan penyediaan bahan/material ditentukan oleh tim teknis 3 Sosialisasi Kegiatan Menyampaikan informasi mengenai kesanggupan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan. 4 Pembentukan dan Perkuatan Penentuan Pokja Penentuan bidang-bidang personal yang dalam pokja, muncul pos-pos atas

inisiatif dari masyarakat mengisi tersebut, berdasarkan inisiatif dari masyarakat.

Penyusunan Rencana Aksi

Tim teknis memberikan arahan berupa rencana kerja teknis. Kesepakatan pokja untuk memobilisasi sumberdaya

23

E xe c u ti ve S u m m ar y T A 2 01 1
swadaya masyarakat seperti tenaga kerja, penyediaan lahan, konsumsi, dan peralatan untuk mendukung rencana kerja teknis tersebut. 6 Implementasi Rencana Aksi Teknis menyediakan bahan/material, peralatan berat (TR 6 ton), dan juga pengetahuan teknis. Masyarakat memobilisasi tenaga kerja, lahan dan dana swadaya senilai Rp. 65.035.000,7 Pemeliharaan konstruksi pasca Bimbingan dari tim teknis untuk perawatan jalan pasca konstruksi. Inisiatif kerja bakti rutin untuk mengawasi dan mengembalikan kerikil yang terlepas ke tempat semula. Usulan pokja kepada pemerintah desa untuk mengeluarkan himbauan kepada pemilik kendaraan berat di sekitar jalan

Terdapat kombinasi tingkat partisipasi masyarakat yang dijumpai dalam kegiatan tersebut, yaitu tanpa melibatkan partisipasi masyarakat (pemilihan lokasi), tingkat konsultasi dan penyampaian informasi (pemetaan potensi, sosialisasi kegiatan) serta kemitraan (yaitu dari kegiatan perkuatan kelembagaan hingga pemeliharaan pasca konstruksi). Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa partisipasi masyarakat dalam alih teknologi JVLRBM tipe otta seal secara umum berada pada tingkatan kemitraan, dimana masyarakat telah memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan dalam kegiatan tersebut. Berdasarkan kesimpulan diatas, berikut adalah rumusan rekomendasi dalam kegiatan Penyusunan Mekanisme Alih Teknologi Penyelenggaraan Jalan Volume Lalulintas Rendah dan Biaya Murah (JVLRBM) Tipe Otta Seal Secara Partisipatif : 1. Untuk kegiatan alih teknologi otta seal secara partisipatif berikutnya, perlu dilaksanakan dengan menggunakan konsep PRA sehigga mobilisasi sumber daya swadaya masyarakat menjadi lebih optimal. 2. Teknologi otta seal adalah teknologi yang sederhana sehingga memungkinkan dilaksanakan oleh masyarakat. Hanya saja perlu dicermati tentang pencampuran aspal, pengadaan agregat dan pemadat jalan yang memerlukan dukungan dari tim teknis. Dengan demikian diperlukan manual penerapan otta seal oleh Pusjatan.

24

E xe c u ti ve S u m m ar y T A 2 01 1
3. Perlu ada keberlanjutan kegiatan guna menjamin keberlanjutan alih teknologi penyelenggaraan jalan volume lalulintas rendah dan biaya murah (JVLRBM) tipe otta seal secara partisipatif di desa Cibedug.

Daftar Pustaka Aliadi. Arif dkk. 1994. Peranserta Masyarakat dalam Pelestarian Hutan; Studi di Ujung Kulon Jawa Barat, Tenganan Bali, Krui Lampung, WALHI, cetakan pertama. Bungin, M. Burhan. Prof., Dr., H., S., Sos., M.Si. 2008. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Kencana. Jakarta. Djakapremana, Deni Ruchyat, 2010. Pengembangan Wilayah, Melalui Pendekatan Kesisteman. IPB Press. Bogor. Gitosaputro, Sumaryo. 2006. Implementasi Participatory Rural Appraisal (PRA) dalam Pemberdayaan Masyarakat. Komunitas, Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, Volume 2, Nomor 1, Juni 2006. Huraerah, Drs. Msi. 2008. Pengorganisasian & Pengembangan Masyarakat. Model & Strategi Pembangunan Berbasis Kerakyatan. Penerbit Buku Pendidikan. Jakarta. MacCulloch, Frank. 2006. Guidelines For The Risk Management Of Peat Slips On The Construction Of Low Volume/Low Cost Roads Over Peat. Forestry Civil Engineering. Forestry Commission, Scotland Petss, Robert. 2007. Rationale For The Compilation Of International Guidelines For Low-Cost Sustainable Road Surfacing. LCS Working Paper No 1. Intech Associaties. PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan Suhaimi, Uzair. 1999. Focus Group Discussion, Panduan Bagi Peneliti Studi Kualitatif Studi Dampak Sosial Krisis Moneter. Kerjasama BPS-AD. Soetomo. 2009. Pembangunan Masyarakat, Merangkai Sebuah Kerangka. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Undang-Undang No. 38 tahun 2004 tentang Jalan http://ab-fisip-upnyk.com. Tanggal akses : 23 Maret 2011

25

E xe c u ti ve S u m m ar y T A 2 01 1
http://id.shvoong.com. Tanggal akses : 23 Maret 2011 http://kmsgroups.com. Tanggal akses : 25 Maret 2011 http://nationalsafety.wordpress.com. Tanggal akses : 23 Maret 2011 http://verrianto-madjowa.blogspot.com. Tanggal akses : 23 Maret 2011 http://xa.yimg.com. Tanggal akses : 23 Maret 2011

26

Anda mungkin juga menyukai